PENINGKATAN INFEKSI CANDIDA Sp. PADA IBU HAMIL YANG MEMAKAI CELANA KETAT
Rahayu Eryanti. K1Ani T Prianti2Hasriani3 Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Universitas Megarezky Email: rahayueryanti@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan kejadian infeksi Candida Sp. pada ibu hamilyang memakai celana ketat. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami fluor albus di Puskesmas Bantimala Pangkep. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah ibu hamil yang mengalami fluor albus sebanyak 60 orang dilaksanakan bulan Februari – Mei Tahun 2017. Candida Sp. diidentifikasi menggunakan metode Polymerase Chain Reaction mix. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan pemakaian celana ketat terhadap infeksi Candida Sp. pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kejadian infeksi Candida Sp. pada ibu hamil dengan fluor albus yang menggunakan celana ketat 5 kali lebih besar dibanding Ibu hamil yang tidak memakai celana ketat hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p= <0,05.
Kata Kunci : Resiko, Kandidiasis, Vagina Daftar Pustaka : 24 (2008 2017).
ABSTRACT
This study aims to find out how the increase of Candida Sp. in pregnant mother fluor albus using tight pants. This study used descriptive observational study. Population was all pregnant mother fluor albus in Bantimala Public Health Center in Pangkep Regency. Technique of sample taking was purposive sampling. The sample used is fluid albus pregnant women as many as 60 people in February-May 2017. Candida Sp. Identified using the Polymerase Chain Reaction Mix method. Data were analyzed using Chi-Square test to know the relationship of wearing tight pants against incident of fluorine albus with Candida Sp infection in pregnant mother. The results showed that there was an increase in Candida Sp infection. In pregnant fluorine albus women who wear tight pants 5 times larger than those who do not wear tight pants. Chi-Square test obtained p value = p <0.05.
Keywords: Risk, Candidiasis,Vagina References: 24 (2008 2017).
PENDAHULUAN Latar Belakang
Fluor albus merupakan keluarnya
cairan dari organ genetalia atau vagina yang berjumlah berlebihan dan bukan darah (Mokodongan, 2015). Terdapat dua jenis Fluor Albus yaitu Fluor albus
fisiologis dan fluor albus patologis. Fluor Albus fisiologis adalah cairan yang
keluar dari vagina yang bukan darah dengan jumlah yang tidak berlebihan, berwarna jernih, tidak berbau dan tidak terasa gatal atau panas. Terjadi karena pengaruh hormonal pada saat kehamilan atau pada saat mendekati ovulasi,menjelang dan sesudah menstruasiatau karena adanya rangsangan seksual (Mustika et al., 2012 ; Setyorini, 2014). Sedangkan Fluor
albus patologis adalah cairan yang keluar
dari vagina yang bukan darah tetapi jumlahnya berlebihan, berwarna putih, kuning, atau hijau, berbau busuk dan amis serta menimbulkan rasa gatal bahkan panas (Setyorini, 2014).
Perubahan Fluor albus fisiologi menjadi patologis dapat terjadi karena infeksi jamur seperti Candida atau infeksi parasit seperti Trichomonas
vaginalis, atau adanya infeksi bakteri,
seperti gonococcus, chlamydia, trichomatis atau adanya infeksi virus
seperti Candyloma acuminata dan
Herpes (Mustika et al., 2012).Adapun
penyebab lain terjadinya Fluor albus
patologis selain infeksi diantaranya
karena adanya benda asing, penyakit organ kandungan, penyakit menahun
serta akibat adanya gangguan keseimbangan hormon (Pamarutuan, 2014).
Wanita hamil lebih beresiko terjadi
Fluor albus dengan infeksi candida
dibandingkan wanita tidak hamil. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan di India pada tahun 2012, dikatakan bahwa insidensi kandidiasis
vaginalis mengalami peningkatan pada
wanita hamil sebesar 22,5% dibanding dengan wanita tidak hamil sebesar 16,66% (Aring B. et al, 2012).
Infeksi yang disebabkan oleh
Candida sp. telah meningkat secara
dramatis di seluruh dunia karena peningkatan kasus infeksi pada pasien
immunocompromized. Juga merupakan
infeksi jamur yang paling sering dijumpai pada penderita AIDS (Nirwati dkk., 2015).
Ibu hamil dengan Candida Sp. dan
Vaginosis bakterialis, serta infeksi vagina lainnya digolongkan pada kehamilan dengan resiko tinggi diantaranya meningkatkan resiko 2-5 kali kemungkinan terjadinya persalinan preterm, abortus berulang,
korioamnionitis, endometritis, kolonisasi
di cairan amnion, rendahnya berat lahir,
endometritis pasca salin dan infeksi
pasca operasi (Pribadi dkk., 2015). Data Kementerian Kesehatan Indonesia prevalensi kandidiasis di Indonesia 2010 mencapai 25% -50%, bakteri vaginosis 20% -40% dan trikomoniasis 5% -15%. Beberapa infeksi genital mengalami peningkatan prevalensi selama 2011-2013, bakterial
vaginosis 45% -50%, kandidiasis vulvovaginal 30% -35% dan tricomoniasis 5% -10% (Kemenkes RI, 2013)
Infeksi tersebut diatas merupakan masalah kesehatan masyarakat. karena prevalensinya yang tinggi. infeksi tersebut mengalami evolusi dalam fase akut dan fase kronis karena kurangnya diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat (Monteon et al., 2013). Oleh karena itu perlu perhatian lebih lanjut pada masalah tersebut.
Pada Peneitian sebelumnya didapatkan bahwa Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan resiko terjadinya kandidiasis (Akpan et al., 2011).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan Umum tentang Fluor
Albus
1. Batasan Fluor Albus
Fluor albus merupakan keluarnya
cairan dari organ genetalia atau vagina yang berjumlah berlebihan dan bukan darah (Mokodongan, Wantania and Wagey, 2015).
Fluor albus dibedakan menjadi:
a. Fluor Albus fisiologis yaitu cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah dan jumlahnya tidak berlebihan, berwarna jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Fluor
albus fisiologis dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada kehamilan dan juga pada saat mendapatkan rangsangan seksual.
b. Fluor albus patologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah namun jumlahnya berlebihan, berwarna putih, kuning, atau hijau,berbau busuk, amis serta menimbulkan rasa gatal bahkan panas(Setyorini, 2014). Fluor albus patologis terjadi karena adanya infeksi bakteri, jamur, parasit ataupun virus (Monalisa, Bubakar and Amiruddin, 2012).
2. Patomekanisme
a. Patomekanisme Fluor Albus Fisiologis
Vagina normal mengandung beberapa mikroorganisme dengan flora normal yang kebanyakan aerobik seperti
Lactobacilli yang merupakan spesies penghasil hidrogen peroksida yang menjadikan pH
vagina asam dan dapat mencegah mikroorganisme vaginal lain untuk berkembang dan menimbulkan penyakit (Pribadi, Mose and Anwar, 2015; Cuningham et al., 2011). Faktor– faktor yang mempengaruhi kemampuan bakteri untuk hidup antara lain pH dan ketersediaan glukosa untuk metabolisme bakteri. pH vagina normal <4.5, dimana konsisi asam ini dipertahankan oleh produksi asam laktat berdasar mekanisme berikut :
Sel epitel vagina terstimulasi oleh hormon estrogen sehingga kaya
glikogen yang kemudian akan dipecah menjadi monosakarida oleh sel epitel dan diubah menjadi asam laktat oleh sel epitel maupun oleh lactobacilli yang merupakan flora normal vagina. Lactobacillus pada
kondisi normal juga
menghasilkan anti bakteri yaitu
acidolin dan lactatin B disamping H2O2 (Hidroperoksida) yang terjadi karena adanya ion halide dari pemecahan H2O2 oleh enzim
peroksidase atau
myeloperoksidase yang dihasilkan
oleh neutrofil atau monosit (Pribadi, Mose and Anwar, 2015). b. Patomekanisme Fluor Albus
Patologis
Pada kondisi patologis atau dalam kehamilan dalam kehamilan
laktobacillus menjadi menurun
jumlahnya dan asam laktat juga menurun konsentrasinya sehingga terjadi peningkatan pH menjadi > 4,5 menjadi sekitar 6 atau 7 (Pribadi, Mose and Anwar, 2015). Biofisik vagina berubah disebabkan meningkatnya jumlah bakteri sehingga menyebabkan meningkatnya konsentrasi cairan
diamines, polyamines, asam organik, berbagai enzim seperti
mucinase, sialidase, dan lain lain.
sehingga menyebabkan
bertambahnya virulensi bakteri. Enzim-enzim memudahkan penempelan bakteri pada mukosa dan menginfeksi submukosa
karena permukaan mukosa kehilangan musin dan mucus
serviks sebagai barier protektif
sehingga memudahkan invasi bakteri (Pribadi, Mose and Anwar, 2015).
3. Dampak Fluor albus terhadap kehamilan
Fluor Albus yang terjadi akibat
infeksi jamur Candida yang terjadi sewaktu hamil, maka bayi yang dilahirkan secara pervaginam akan tertular. Jika tidak diberi pengobatan, jamur akan menyebar ke organ lain. Ibu hamil yang terinfeksi Candida Sp. dapat menyebabkan Berat bayi lahir Rendah dan prematur (Momper et
al., 2016).
B. Tinjauan Umum tentang
Kandidiasis
1. Pengertian Kandidiasis
Vulvovaginal candidiasis (VVC)
atau Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh ragi yang termasuk dalam genus
Candida dan yang paling banyak
disebabkan oleh pertumbuhan jamur Candida albicans yang
berlebihan sehingga
menyebabkan peradangan pada vagina (Omisi and Gladys, 2016) 2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadnya kandidiasis diantaranya : Kehamilan, penggunaan kortiosteroid, diabetes millitus, penggunaan anibiotika dan penggunaan KB hormonal (Na
et al., 2014; Anggraeni, 2013;
Locke and Keat, 2013).
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kandidiasis Faktor-faktor yang berhubungan dengan diantaranya :
Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan (Gustafsson et
al., 2011; Anggraeni, 2013;
Guaschino et.al, 2008).
4. Manifestasi Klinik Kandidiasis vagina
Gambaran Klinis diantaranya adanya cairan vagina berwarna putih, kental seperti dadih, rasa gatal, pruritus vulva dispareunia, disuria, vulva
kemerahan (Mtibaa et al., 2017).
C. Tinjauan Umum tentang Celana Ketat
1. Batasan Celana ketat
Celana ketat merupakan celana yang dipakai yang berbahan seperti nilon atau sintetik seperti celana Legging, Jeans ataupun celana dalam berbahan nilon atau sintetik (Akpan, U.P., et. al, 2011). Celana yang dimaksud memiliki serat-serat kain yang sangat rapat sehingga memperkecil kemungkinan sirkulasi udara pada daerah yang ditutupi
(bokong termasuk
genetalia)terjadi.
2. Dampak pemakaian Celana
Ketat
Celana yang ketat dapat membuat vagina menjadi lembab sehingga meangsang pertumbuhan jamur dan pathogen lainnya sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada vagina salah satunya Kandidiasis (infeksi Candida Sp.) (Akpan, U.P., et. al, 2011).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif observasional dengan menggunakan
cross sectional design. Sampel swab
vagina diambildandipeiksa dilaboratorium dengan menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction Mix (PCR Mix). Kemudian Hasil dianalisis menggunakan Uji Chi- Square.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Bantimala Pangkep pada bulan Februari sampai Mei tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu hamil di Puskesmas Bantimala Pangkep diperoleh 60 sampel untuk dilakukan analisis data.
1. Analisa Univariat
Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik sampel
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa Karakteristik sampel penelitian ini homogen berdasarkan umur ibu, pendidikan dan pekerjaan. Homogenitas ini berarti bahwa sampel penelitian berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna.
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.2
Hubungan antara penggunaan Celana ketat dengan infeksi Candida Sp. pada ibu hamil dengan fluor albus
Karakteristik
Identifikasi Candida Sp.
p OR
Candida Sp. (-) Candida Sp(+)
(n) % (n) %
Pemakaian celana ketat
0,000* 9,520
Pakai 5 8,3 17 28,3
Tidak pakai 28 46,7 10 16,7
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui dari 60 responden menunjukkan bahwa Ibu hamil yang memakai Celana ketat lebih banyak yang terinfeksi Candida Sp dan ibu hamil yang memakai celana ketat beresiko terinfeksi Candida Sp. 9,5 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memakai celana ketat.
Karakteristik Kelompok Penelitian P Candida Sp.(-) (n=33) Candida Sp.() (n=27) n % n %
Umur Ibu (tahun)
Resiko tinggi 5 8,3 3 5 0,719 Resiko rendah 28 46,7 24 40 Pendidikan Rendah 11 18,3 10 16,7 0,765 Tinggi 22 36,7 17 28,3 Pekerjaan IRT 25 41,7 23 38,3 0,364 Bekerja 8 13,3 4 6,7
B. Pembahasan
Karakteristik umur ibu dalam penelitian ini homogen, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna padaumur ibu terhadap infeksi Candida Sp.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa umur ibu wanita diusia reproduktif sehat yaitu 20-35 banyak yang mengalami kandidiasis dikarenakan pada umur tersebut aktivitas seksual meningkat sehingga meningkatkan kerentanan terinfeksi Candida Sp.(Guaschino, Benvenuti and Group SOPHY Study, 2008)
Karakteristik Pendidikan dalam penelitian ini homogen, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada pendidikan ibu terhadap kejadian infeksi Candida
Sp. Ibu hamil baik pada ibu yang
ber pendidikan tinggi maupun ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan walupun ibu berpendidikan tinggi belum tentu memiliki pengetahuan yang baik tentang menjaga kesehatan organ
reproduksi sehingga
mempengaruhi dalam perilaku
hygienenya. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kejadian Kandidiasis yang artinya semakin tinggi pendidikan ibu
maka pengetahuan ibu tentang perilaku kesehatan semakin baik sehingga mempengaruhi perilaku kesehatan ibu (Guaschino, Benvenuti and Group SOPHY Study, 2008; Huang, Peng and Luo, 2016).
Karakteristik Pekerjaan dalam penelitian ini homogen, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada Pekerjaan ibu terhadap kejadian infeksi
Candida Sp.baik pada ibu yang
bekerja maupun ibu yang tidak bekerja.
Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa Kandidiasis banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan yang diduga karena pekerjaanya dalam rumah tangga yang sering kontak dengan air, kehamilan, dan sering memakai pakaian ketat sehingga menyebabkan keringat dan lembab (Omisi and Gladys, 2016).
Penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwa Ibu yang memiliki perkerjaan dapat mengakibatkan kelelahan sehingga mempengaruhi imunitas ibu sehingga rentan untuk terinfeksi Candida Sp(Getas et al., 2013) Ibu hamil
yang memiliki kebiasaan menggunakan Celana ketat pada penelitian ini lebih banyak yang mengalami infeksi Candida Sp.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan resiko infeksi
Candida Sp. 5 kali lebih besar
pada ibu yang memiliki kebiasaan menggunakan celana ketat dibanding dengan yang tidak memiliki kebiasaan memakai celana ketat.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa wanita yang memiliki kebiasaan memakai celana ketat memiliki resiko lebih besar untuk mengalami Candidiasis
vulvovaginal (VVC). Hal ini
disebabkan karena pada pemakaian celana ketat seperti celana legging, celana atau rok berbahan jeans, celana berbahan nilon dan sintetik lainnya membuat suasana sekitar vagina menjadi lebih lembab karena bahannya yang tidak menyerap keringat, ditambah lagi kondisiIklim tropis Indonesia yang panas akan menyebabkan banyak keringat sehingga sifat
Candida Sp yang tadinya komensial dapat berubah menjadi patogen dan mengubah kondisi vagina diantaranya mengubah dan menaikkan pH vagina menjadi lebih basa dan memicu perkembangan dan pertumbuhan jamur Candida Sp. menjadi lebih cepat dan mengalahkan flora normal vagina dalam kompetisinya
sehingga terjadilah fluor albus
patologis akibat infeksi Candida Sp. atau kandidiasis (Na et al.,
2014).
Wanita yang memakai celana ketat seperti celana dalam yang berbahan nilon ketat atau berbahan sintetis memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami Vulvo Vaginal Candidiasis (VVC) dibanding dengan wanita yang memakai celana dalam berbahan katun. Celana dalam jenis nilon mempunyai serat-serat yang halus dan tidak menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tidak berlangsung dengan baik, berbeda dengan celana dalam yang terbuat dari kapas akibatnya, area genital cenderunglebih sering terpapar keringat, kondisi dan suhu disekitar vagina menjadi lembab dan panassehingga mendorong pertumbuhan bakteri dan jamur. Adanya jamur berlebihan menyebabkan vagina menjadi bau dan gatal. Pakaian dalam yang ketat juga bisa mencegah penguapan pada fluor albus
fisiologis sehinggaterjadi kelembaban yang terus menerus pada daerah vulva dan perineum dan menimbulkan kemerahan dan nyeri(Akpan et al., 2011; Na
et al., 2014).Faktor resiko kandidiasis diantaranya
kehamilan, antibiotik dan kebiasaan sering memakai celana ketat, jenis pakaian dalam, Jenis perumahan dan riwayat pribadi pasien dengan kandidiasis
vulvovaginal(Hounto et al.,
2014; Konate et al., 2014). Pengetahuan tentang personal
hygiene yang benar, Kebersihan
alat kelamin, pemakaian jenis celana dalam dari bahan satin ataupun bahan sintetik yang mempengaruhi vagina menjadi lembab sehingga mempengaruhi derajat keasaman di daerah vagina menjadi mudah terinfeksi
Candida albicans (Anggraeni,
2013). Oleh Karena itu pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku hygiene wanita sehingga pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya wanita sangatlah penting untuk menghindari faktor penyebab Kandidiasis termasuk pemakaian celana ketat seperti legging, jeans serta celana dalam yang berbahan nilon atau sintesis lainnya. Hal ini karena Fluor Albus
patologis baik karena jamur
maupun bakteri patogen lainnya dapat meningkatkan resiko kehamilan seperti KPD, preterm, dan Korioamnitis (Pribadi, Mose and Anwar, 2015).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari pemeriksaan 60 sampel dengan menggunakan teknik Polymerase
Chain Reaction Mix (PCR Mix)
hasil swab vagina ibu hamil dengan
fluor albus diidentifikasi ibu hamil
yang terinfeksi Candida Sp.
sebanyak 45% dan terdapat peningkatan resiko infeksi Candida
Sp. pada ibu hamil yang menggunakan celana ketat Resiko terkena Infeksi Candida Sp. pada Ibu hamil yang menggunakan celana ketat 9,5 kali lebih besar dibanding yang tidak menggunakan.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan pelayanan kesehatan khususnya kebidanan Di Puskesmas atau Rumah sakit dapat lebih meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang pencegahan
fluor albus akibat infeksi jamur
atau lainnya seperti kebersihan ibu hamil termasuk tentang pemakaian celana ketat dan penggunaan WC umum agar terhindar dari resiko fluor albus akibat infeksi Candida Sp. maupun lainnya sehingga resiko kehamilan akibat fluor
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan lebih peduli dan sadar akan Personal hygiene yang baik untu dirinya
serta dapat
memperhatikan/mengurangi pemakaian celana ketat khususnya agara terhidar dari infeksi Jamur atau pathogen lainnya yang menyebabkan terjadinya fluor albus patologis.
3. Bagi Peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mendeteksi Agen penyebab fluor albus
patologis lainnyadan
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya fluor albus pada wanita hamil.
REFERENSI
Akpan, U. P., Ekpenyong, C. E., Ibu, J. E. and Ibu, J. O. (2011) ‘Incidence of vulvovaginal candidiasis among Nigeria women in tight fitting underwears : The need for counseling and health education’,
Journal of Public Health and Epidemiology, 3(10), pp. 478–481.
Anggraeni (2013) ‘Hubungan antara faktor umur, pendidikan, jenis pekerjaan , personal hygiene, peng gunaan pembersih vagina , penggunaan alat kontrasepsi dan pH vagina dengan kejadian
kandidiasis’, pp. 1–6.
Cuningham, F. G., Gant, N. F., J.Leveno, K., Gilstrap, L. C., Hauth, J. C. and Wenstrom, K. D. (2014) Obstetri
Williams. 23rd edn. Jakarta: EGC.
Cuningham, F. G., Gant, N. F., J.Leveno, K., Gilstrap, L. C. and Wenstrom, K. D. (2011) Obstetri William. Jakarta: EGC.
Getas, I. W., Ayu, I. G., Danuyanti, N., Ayu, I. and Widiartini, W. (2013) ‘Hubungan Perilaku Hygiene dan Sanitasi Terhadap Tingkat Kandidiasis dari Hasil Pemeriksaan Urine Wanita Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Narmada Kecamatan Narmada, Lombok Barat’, Media Bina Ilmiah, 7(1978), pp. 5–10.
Guaschino, S., Benvenuti, C. and Group SOPHY Study (2008) ‘an observational study of vaginal pH and lifestyle in women of different ages and in different physiopathological conditions. Part I’, Indexed for MEDLINE, 60(2), pp. 105–14. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/?term=educational+women+wi th+healthy+behavior+candidiasis. Gustafsson, R. J., Ahrné, S., Jeppsson, B.,
Benoni, C., Olsson, C., Stjernquist, M. and Ohlsson, B. (2011) ‘The Lactobacillus flora in vagina and rectum of fertile and postmenopausal healthy Swedish women.’, BMC women’s health, 11(1), p. 17. doi: 10.1186/1472-6874-11-17.
Hounto, A., Adisso, S., Djamal, J., Sanni, R., Amangbegnon, R., Bankole, B. B., Kinde, D. G. and Massougbodji, A. (2014) ‘Place of vulvovaginal candidiasis in the lower genital tract infections and associated risk factors among women in Benin’,
Indexed for MEDLINE, 24(2).
Huang, P., Peng, W. and Luo, B. (2016) ‘A Survey and Analysis of Exercise
Among Pregnant Women
Conducted Using the Theory of Reasoned Action’, Indexed for
MEDLINE, 63(4), pp. 50–9. Available at:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmed/?term=relationship+of+educa tional+women+with+healthy+beha vior.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) Jakarta : Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Konate, A., Yavo, W., Kassi, F. K., Djohan, V., Angora PC, Barro, K., H Bosson Vanga, Soro, F. and Menan, E. (2014) ‘Aetiologies and contributing factors of vulvovaginal candidiasis in Abidjan (Cote d’Ivoire’, NCBI, 24(2), pp. 9–93. Locke, T. and Keat, S. (2013)
Microbiology and Infectious Disease on the move. Jakarta: PT.
Index Permata Puri.
Mokodongan, M. H., Wantania, J. and Wagey, F. (2015) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan’, 3(April), pp. 1–5.
Momper, J., Capparelli, E., Wade, K., Kantak, A., Dhanireddy, R., Cummings, J., Nedrelow, J., Hudak, M., GT, M., Natarajan, G., J1, G., M, L., PB, S. and Jr, B. D. (2016) ‘Population Pharmacokinetics of Fluconazole in Premature Infants with Birth Weights Less than 750 Grams’, NCBI. Available at:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmed/27401564.
Monalisa, Bubakar, A. and Amiruddin, M. (2012) ‘Clinical Aspects Fluor Albus of Female and Treatment’,
Indonesian Journal of …, pp. 19–
29. Available at:
http://www.blog.unhas.ac.id/index. php/ijdv/article/view/255.
Monteon, A. L., Figueroa, F. S. G., Poceros, G. R., Gómez, D. G. and Ligonio, A. R. (2013) ‘Codetection of Trichomonas vaginalis and Candida albicans by PCR in Urine Samples in a Low-Risk Population Attended in a Clinic First Level in Central Veracruz, Mexico’, BioMed
Research International, 2013, p. 7.
Mtibaa, L., Fakhfakh, N., Kallel, A., Belhadj, S., Salah, N. B., Bada, N. and Kallel, K. (2017) ‘Vulvovaginal candidiasis: Etiology, symptomatology and risk factors’, NCBI, 27(2), pp. 153–158. Mustika et al. (2012). Penggunaan Air
Rebusan Daun Sirih terhadap Keputihan Fisiologis dikalangan Remaja Putri Mahasiswa Poltekkes Denpasar, Skala Husada. 101-106 Na, D., Weiping, L., Enfeng, Z., Chan,
W., Zhaozhao, X. and Honghui, Z. (2014) ‘Risk factors for Candida infection of the genital tract in the tropics’, African Health Sciences, 14(4), pp. 835–839. doi: 10.4314/ahs.v14i4.10.
Nirwati, H., Praseno and Mustofa, M. (2011) ‘Isolasi Candida Sp dan Pola Kepekaannya terhadap berbagai Antijamur di Laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM’, pp. 1–6.
Omisi and Gladys, I. momodu (2016) ‘Impact of shared Sanitation Toilets on Candidiasis Infections among females in Auchi Community, Edo State, Nigeria’, Kwame Nkurumah
University of Science and technology,Kumasi, Ghana.
Pamaruntuan, A. T. C., Ratag, B. T., Rattu, J. A. M., Kesehatan, F., Universitas, M. and Ratulangi, S. (2014) ‘Perorangan Dengan Kejadian Keputihan Patologis Pada Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Manado’, pp. 11–16. Pribadi, A., Mose, J. . and Anwar, A. .
(2015) Kehamilan Resiko Tinggi. Jakarta: CV. Agung Seto.
Setyorini, A. (2014) Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: IN