• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI KAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI KAJIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

III

.

METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi suatu wilayah yang berkelanjutan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan kesenjangan antar kelompok masyarakat, antar sektor dan antar wilayah (Bappenas, 2006).

Kabupaten Kepulauan Aru merupakan salah satu Daerah Tertinggal di Maluku, yang perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, sarana-prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristik daerah masih terbelakang dan mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah luar.

Perekonomian Kabupaten Kepulauan Aru yang bertumpu pada sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan masih belum dapat mensejahterakan masyarakat lokal, karena belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan ekonomi daerah. Diharapkan upaya pengembangan ekonomi lokal yang berbasis pada agribisnis perikanan dapat meningkatkan ekonomi wilayah Kabupaten Kepulauan Aru secara berkelanjutan, sehingga kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat pula.

Untuk mengembangkan ekonomi wilayah yang berkelanjutan diperlukan alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan mengukur kondisi PEL. Alat analisis tersebut adalah Heksagonal PEL, yang dapat membantu stakeholder untuk memahami kompleksitas PEL serta mempertimbangkan trade-off dan kemungkinan konflik yang ada dalam PEL (Bappenas, 2006).

Dalam pengembangan ekonomi lokal, diperlukan langkah untuk memetakan status PEL dan mengidentifikasi faktor pengungkit PEL, sehingga dapat diketahui kondisi PEL dan faktor yang berpengaruh besar terhadap pengembangan PEL, serta dapat dirumuskan strategi dan program pengembangan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik, kekhasan dan potensi Kabupaten Kepulauan Aru. Dengan demikian, lingkup kajian difokuskan pada tahap II (kajian cepat status PEL) dari konsep tahapan revitalisasi PEL sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Kerangka pemikiran kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji dalam Gambar 3.

(2)

PENGEMBANGAN EKONOMI

WILAYAH

BERKELANJUTAN

ANALISIS RALED DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HEKSAGONAL PEL

• Kelompok Sasaran • Faktor Lokasi

• Kesinergian dan Fokus Kebijakan • Pembangunan Berkelanjutan

• Tata Pemerintahan • Proses Manajemen

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS PERIKANAN

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Kajian STAT BER

US & FAKTOR PENGUNGKIT PEL BASIS AGRIBISNIS PERIKANAN

PERUMUSAN STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM PEL BERBASIS AGRIBISNIS

(3)

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Aru, dengan penentuan lokasi sample dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini mempunyai potensi sub sektor perikanan yang dapat menggerakkan ekonomi lokal. Lokasi kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji dalam Gambar 4.

Kajian ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari 2010, dan khusus untuk pengumpulan data primer dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari minggu ketiga bulan November 2009 sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2009.

Gambar 4 Lokasi Kajian 3.3 Metode Kajian 3.3.1 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive yang

masing-masing dianggap mewakili pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan daerah, yang terdiri dari kelompok Pemerintahan Daerah yaitu DPRD, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, dan Camat; kelompok Usahawan atau Pelaku Usaha yaitu Kamar Dagang dan Industri Daerah, Pedagang Besar, Pedagang Pengumpul, Nelayan, Pembudi daya dan Perbankan; kelompok Masyarakat Lokal yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Keagamaan dan Tokoh Masyarakat serta Media Massa. Distribusi responden secara rinci tersaji dalam Tabel 1.

(4)

Tabel 1 Distribusi Responden Kajian

No Kelompok Jenis Responden Jumlah

DPRD 1 Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah 1

Dinas Kelautan dan Perikanan 1 Dinas Koperasi Perindustrian dan

Perdagangan 1

1 Pemerintahan Daerah

Camat 7 Kamar Dagang dan Industri

Daerah 1

Pedagang Besar 4

Pedagang Pengumpul 7

Nelayan 7

Pembudi daya 7

2 Usahawan/ Pelaku Usaha

Perbankan 1 Lembaga Swadaya Masyarakat 1

Organisasi Keagamaan 3 Tokoh Masyarakat 2 3 Masyarakat Lokal Media Massa 1 Total 45

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan untuk kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu untuk mengetahui status PEL dan faktor pengungkit PEL. Data primer juga diperoleh melalui observasi untuk mendapatkan gambaran dan informasi kualitatif tentang pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dengan melakukan penelaahan terhadap referensi yang relevan dengan pengembangan ekonomi lokal. Sumber data sekunder meliputi Data Statistik Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008, Kepulauan Aru Dalam Angka 2008, PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008, PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Per Kecamatan Tahun 2008, RPJP Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2006-2026 dan RPJM Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2006-2011.

3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam kajian ini digunakan metode analisis kualitatif dalam pengolahan dan analisis data, yaitu memetakan status PEL dan mengidentifikasi faktor pengungkit PEL menggunakan Metode RALED. Metode Rapid Assessment for Local Economic Development (RALED)

Pemetaan Status dan Faktor Pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) menggunakan program kemasan yang dirancang oleh Dr. Ir. Sugeng Budi Harsono. Program kemasan yang digunakan adalah

(5)

Program RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic

Development) dan Program Penentuan Bobot untuk Aspek PEL dengan

menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Program RALED merupakan modifikasi dari Program RAPFISH (Rapid Appraisal

Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center,

University of British Columbia, Kanada. Modifikasi dilakukan hanya pada dimensi maupun indikatornya saja. Indikator RALED ini mengacu kepada indikator yang telah dikembangkan oleh Direktorat Perekonomian Daerah, BAPPENAS khusus untuk PEL. Indikator tersebut dikembangkan berdasarkan konsep Heksagonal PEL, yang terdiri dari enam aspek yaitu: Kelompok Sasaran, Faktor Lokasi, Kesinergian dan Fokus Kebijakan, Pembangunan Berkelanjutan, Tata Pemerintahan dan Proses Manajemen. Sementara itu Heksagonal PEL merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan kondisi ekonomi lokal pada suatu wilayah. Keunggulan analisis ini adalah bahwa indikator pengembangan ekonomi lokal yang digunakan, yang berjumlah 77 indikator merupakan penjabaran dari keenam aspek tersebut, termasuk aspek lokasi maupun ruang sehingga mampu menggambarkan kondisi ekonomi lokal secara komprehensif. Namun demikian, keterbatasan analisis ini adalah karena data yang digunakan merupakan data persepsi dari masing-masing stakeholder sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menterjemahkannya (interpretasi). Berdasarkan hasil pemetaan dari kondisi PEL tersebut kemudian dapat diidentifikasi komponen Heksagonal PEL yang berperan sebagai faktor pengungkit, yaitu faktor yang berpengaruh besar terhadap pengembangan PEL. (Bappenas, 2006). Status PEL suatu wilayah perlu diketahui posisinya untuk dapat diketahui pula cara pengembangan PEL pada saat ini atau pada masa mendatang. Langkah-langkah pemetaan status PEL (Bappenas, 2006) adalah:

1. Memetakan setiap aspek PEL dengan menggunakan Multi

Dimensional Scaling untuk diketahui indeks dari masing-masing aspek

Heksagonal PEL. Kategorisasi baik buruknya masing-masing aspek PEL tersebut sebagai berikut:

a. Apabila nilai indeks < 50, berarti status aspek PEL buruk b. Apabila nilai indeks 50 – 75, berarti status aspek PEL baik c. Apabila nilai indeks > 75, berarti status aspek PEL sangat baik.

2. Memetakan status PEL suatu wilayah, dilakukan pembobotan dengan Program Penentuan Bobot Untuk Aspek PEL yang menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Faktor pengungkit (leverage factor) dari setiap aspek Heksagonal PEL merupakan faktor yang sangat penting untuk memperbaiki status dari setiap aspek PEL maupun status PEL secara keseluruhan. Dalam kajian ini faktor pengungkit untuk setiap aspek Heksagonal PEL dibatasi

(6)

maksimal tiga faktor pengungkit dan setiap faktor pengungkit hanya dijabarkan dalam satu strategi, serta satu strategi dapat dijabarkan dalam satu atau lebih program.

Langkah-langkah identifikasi faktor pengngkit PEL (Bappenas, 2006) adalah:

1. Urutkan dan susunlah daftar faktor pengungkit dari setiap aspek Heksagonal PEL hasil dari analisis sensitifitas yang diperoleh;

2. Urutkan faktor pengungkit dari masing-masing aspek Heksagonal PEL dari yang terbesar sampai yang terkecil; dan

3. Faktor pengungkit yang terbesar merupakan faktor prioritas yang apabila ditangani akan menyebabkan peningkatan status PEL dari setiap aspek maupun status PEL secara keseluruhan akan menjadi lebih baik.

Dalam analisis ini, data yang dipakai adalah persepsi dari semua

stakeholder yang terkait pengembangan ekonomi lokal dan data sekunder

sebagai data penunjang. Data ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Rapid Assessment Techniques for Local Economic

Development (RALED) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis dengan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) 2. Analisis Sensitivitas

3. Analisis Montecarlo

Analisis dengan Metode Multidimensional Scaling (MDS)

Metode Multidimensional Scaling dapat mencakup secara luas

dimensi-dimensi yang berhubungan terhadap aspek-aspek dalam Heksagonal PEL dengan menentukan dua titik yang menjadi dasar acuan yaitu baik (good) dan tidak baik (bad) (Bappenas, 2008).

MDS dapat menganalisis secara lengkap tentang keenam aspek dalam Heksagonal PEL. Metode ini pada dasarnya adalah metode

multivariate yang dapat menangani data non-metric dan juga dikenal

sebagai salah satu ordinasi dalam ruang (dimensi) yang diperkecil (ordination in reduced space). Ordinasi sendiri merupakan proses yang berupa “plotting“ titik objek (posisi) disepanjang sumbu-sumbu yang disusun menurut hubungan tertentu (ordered relationship) atau dalam suatu sistem grafik yang terdiri dari dua atau lebih. Kelebihan lainnya dalam metode ini dapat merangkum data yang multidispliner yang didapat dilapangan sehingga menghasilkan banyak informasi secara kuantitatif dan proyeksi. Pendekatan dengan metode ini telah banyak dikembangkan untuk menganalisis lingkungan (Bappenas, 2008).

Analisis dengan mengunakan MDS secara garis besar (Bappenas, 2008) sebagai berikut:

a. Hasil data lapangan (primer dan sekunder) dari semua dimensi dilakukan skoring.

(7)

b. Ditentukan acuan utama baik (good) dan buruk (bad) dengan melakukan skor baik dan buruk pada semua atribut

c. Membuat dua titik utama lainnya yaitu ”titik tengah“ (mean) yang merupakan titik buruk dan titik baik. Dua titik acuan utama tambahan ini menjadi acuan arahan vertikal (up dan down).

d. Membuat titik acuan tambahan yang disebut sebagai jangkar (anchors) yang dapat digunakan untuk membantu hasil ordinasi. Titik tersebut sebagai titik-titik bertindak sebagai stabilizer yang membentuk semacam “amplop“. Titik-titik ini juga berguna dalam melakukan analisis regresi untuk menghitung “stress“ yang merupakan bagian dari MDS

e. Melakukan standarisasi nilai skor untuk stiap atribut dengan metode: Xiksd= k k ik s x x − Keterangan:

XikSd = nilai skor standar lokasi penelitian (termasuk tititk-titik acuannya)

ke i = 1, 2,...n, pada setiap atribut ke k = 1,2, .... p;

Xik = nilai skor awal lokasi penelitian (termasuk titik acuannya)

ke i = 1,2,...n pada setiap atribut ke k = 1, 2, ...p; Xk = nilai tengah skor pada setiap atribut ke k = 1, 2,....p;

Sk = simpangan baku skor pada setiap atribut ke k = 1, ...2,... p. f. Menghitung jarak antar lokasi dengan metode pada Euclidean distance

berdimensi n ditulis sebagai berikut. D2(ij) =Σ(X

ik – Xik)2

g. Membuat ordinasi untuk seluruh atribut untuk setiap dimensi berdasarkan aspek algoritme analisis multidimensional scaling. Dalam analisis MDS dimensi atribut yang semula banyak menjadi hanya tinggal dua dimensi yang akan menjadi sumbu – X dan – Y. Hasil dari ordinasi adalah matrik V (n x 2) dimana n adalah jumlah lokasi yang diteliti.

h. Jarak antar objek dihitung dengan melakukan regresi jarak Euclidean (dij) dengan titik asal (Dij) dapat ditulis persamaannya yaitu:

dij = α + βδij + ε

Analisis regresi dalam MDS mencakup penilaian stress dengan melakukan Goodness of fit didalam MDS menjadi sangat penting, sebab

(8)

mengacu dalam RAPFISH tingkat nilai S (stress > 0.25) (Bappenas, 2008).

Untuk pembuatan skala berkelanjutan dari “Buruk“ ke “Baik“ (0 ke 100) pada sumbu x titik atas adalah +50 pada skala sumbu –y dan titik bawah adalah -50 pada skala sumbu –y (Susilo 2003, diacu dalam Bappenas 2008) adalah: Untuk i = 1, 2,....n; Vf (i,1) = 100 ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − ) 2 , ( ) 2 , ( ) 1 , ( ) 1 , ( down I V up I V bad I V i V Vf(i,2) = 100 50 ) 2 , ( ) 2 , ( ) 2 , ( ) 2 , ( − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − Idown V up I V down I V i V

Didapat : Vf (i,2) = Vf (i,2)- Vf(I good,2)

Apabila nilai indeks > 50 maka aspek atau dimensi dari Heksagonal PEL tersebut baik dan sebaliknya apabila nilai indeks < 50, maka aspek atau dimensi dalam Heksagonal PEL tersebut jelek.

Analisis Sensivititas

Setelah analisis MDS didapat indeks baik buruknya aspek atau dimensi dalam Heksagonal PEL, selanjutnya perlu dilakukan analisis sensitivitas dari atribut-atribut tersebut. Kegunaannya untuk mengetahui atribut-atribut mana yang berpengaruh atau berperan yang memberikan kontribusi terhadap nilai keberkelanjutan sumberdaya tersebut (Bappenas, 2008).

Analisis sensitivitas ini (Bappenas, 2008) mengunakan “attribute

leveraging“ untuk melihat perubahan dari hasil analisis MDS. Pengaruh

setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan root mean square (RMS), khususnya pada sumbu x terutama pada skala keberkelanjutan sumberdaya dan perubahaan sumbu y tidak diperhitungkan. Hal ini dikarenakan hanya untuk melihat perubahan RMS. Rumus RMS tersebut adalah : RMS =

{

}

⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛

= n Vf i Vf n i 1 2 ) 1 (., ) 1 , (

Vf (i1) = Nilai hasil MDS (setelah rotasi dan flifing) Vf (,1) = Nilai tengah hasil MDS pada Kolom ke 1 Analisis Montecarlo

Analisis Montecarlo (Bappenas, 2008) dilakukan dalam rangka mengevaluasi pengaruh dari galat (error) dengan menduga suatu nilai statistik tertentu. Analisis dengan metode Montecarlo berguna untuk mempelajari yaitu:

a. Pengaruh kesalahan dalam skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi PEL;

(9)

b. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh penelitian yang berbeda;

c. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi) dan juga melihat kualitas stabilitas titik-titik acuan metode yang dilakukan;

d. Kesalahan memasukan data atau data yang hilang; dan e. Tingginya nilai stress hasil analisis.

Selanjutnya berdasarkan faktor pengungkit dirumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal yang merupakan cara untuk menangani masalah yang menyebabkan munculnya faktor pengungkit tersebut, dan kemudian strategi tersebut dijabarkan ke dalam program yang merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan konkrit yang memiliki tujuan yang sama.

Gambar

Gambar 3  Kerangka Pemikiran Kajian  STAT
Gambar 4  Lokasi Kajian  3.3  Metode Kajian  3.3.1    Teknik Sampling
Tabel 1  Distribusi Responden Kajian

Referensi

Dokumen terkait

Unsur-unsur gizi tersebut tidak dapat disediakan secara lengkap dalam satu jenis makanan, maka untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia perlu mengkonsumsi beberapa

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan waktu ekstraksi menggunakan bantuan microwave ( Microwave Assisted Extraction = MAE ) selama 5 dan 20 menit

Tanpa kepiawaian komunikasi dan dukungan team komunikasi yang baik, transformasi nilai-nilai tidak dapat komunikasi yang baik, transformasi nilai-nilai tidak dapat mencapai

Penelitian ini bertujuan untuk menguji (1) Apakah terdapat per- bedaan nilai perusahaan antara perusahaan yang menerapkan Internet Financial Report- ing dengan perusahaan

Penilaian terhadap rumah singgah dioperasionalkan sebagai tingkat kepuasan anak jalanan mengenai fungsi (pelayanan) rumah singgah yang diterima oleh anak

decentralized judicial review model, such as for instance the United States, the judicial review authority is disseminated in the sense that it is given to all judicial organs

Kemampuan Koneksi Matematis siswa dalam menyelesaikan soal faktorisasi suku aljabar kelas VIII- A MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung subjek dengan prestasi belajar matematika

Dalam penelitian ini untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dan diujikan dari. karyawan maka dilakukan kepada pemimpin karyawan tersebut, orang yang