III. METODOLOGI KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian
Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak bumi dan gas (migas) dengan kurang lebih 20 persen dari total produksi migas nasional, selain itu merupakan daerah andalan pertanian penghasil padi di Jawa Barat. Kedua potensi ini memiliki kontribusi ekonomi yang relatif tinggi terhadap pembentukan PDRB Propinsi Jawa Barat sebesar 6,93 persen (2002), 6,58 persen (2003), 6,59 persen (2004) 6,46 persen (2005) dan 7,35 persen (2006) (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2007). Namun pengaruh industri pengolahan Migas Balongan dan ekplorasi Karangampel terhadap Indramayu kontribusinya secara langsung relatif kecil terhadap perekonomian daerah, mengingat industri Balongan bukan termasuk andalan pendapatan daerah meskipun demikian dampak yang dirasakan adalah adanya aktivitas perekonomian daerah dari industri hilir lainnya yang berkaitan dengan industri hulu terus tumbuh dan berkembang. Untuk itu karena ketersediaan sumber daya migas akan habis dan Indramayu hanya sebagai industri pengolahan maka dibutuhkan perencanaan strategi transisi dari sektor migas ke sektor unggulan lainnya. Sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan. Maka kajian strategi peningkatan investasi di Indramayu sangat menarik dijadikan sebagai objek kajian.
Waktu kajian ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan September 2007 hingga Januari 2008. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pembuatan proposal, pengumpulan data, survey dan wawancara serta pembuatan laporan akhir.
3.2 Jenis Dan Sumber Data
Kajian Pembangunan Daerah ini berdasarkan data primer dan data sekunder.
1. Data primer : Data mengenai daya saing investasi serta penentuan prioritas strategi peningkatan investasi di Indramayu diperoleh melalui mekanisme survey, wawancara dan Focus Grouf Discution yang melibatkan beberapa informan/expert dibidangnya masing-masing. Para informan terdiri dari Asisten Daerah Bidang Pemerintahan, Kasubid pengembangan dunia usaha Badan Perencanaan Daerah, Kepala Dinas dan Seksi Perizinan Dinas Perizinan dan Penanaman Modal, Kepala Seksi neraca dan analisis statistik BPS, Direktur Teknik PT Greenworld Energy Nusantara, dan Direktur Pengembangan PT Bakti Mingas Utama.
2. Data sekunder : berupa data kualitatif terdiri atas perkembangan investasi, potensi ekonomi, keuangan daerah, dan sumber daya manusia dan peraturan daerah. Data ini diperoleh dari Kantor Perijinan dan Penanaman Modal, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, BPS dan instansi lainnya.
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data yang terkait dengan kajian diperoleh maka data tersebut diolah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan strategi
peningkatan investasi Kabupaten Indramayu. Alat analisa yang digunakan pada kajian ini dengan menggunakan analisa daya saing dan analisa SWOT dan AHP sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Kajian, Jenis Data, Sumber Data dan Metode Analisis.
Tujuan Jenis Data Sumber Data Metode Analisis
Menganalisis inves- tasi di Kabupaten Indramayu
Jumlah proyek, nilai investasi, bidang usaha dan pelaku PMDN dan PMA
Kantor Perizinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu
- Deskriptif
Identifikasi dan analisa faktor daya saing investasi Indramayu
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
Wawancara Expertis
- SWOT - AHP
Menentukan strategi dan program
peningkatan investasi
Hasil analisis SWOT – AHP
Responden - Focus Group Discussion Sumber: Hasil Analisis, 2007
3.3.1 Analisis Daya Saing
Dalam era desentralisasi dan globalisasi, peningkatan daya saing yang berbasis pada pengetahuan, teknologi, dan inovasi menjadi kian penting dalam pengembangan ekonomi daerah. Dalam globalisasi, tatanan sistem ekonomi baru yang dihadapi memiliki ciri yang cukup berbeda dengan tatanan ekonomi lama.
Perbedaan tersebut terlihat baik dari karakteristiknya maupun peranan dari para pelakunya. Dalam tatanan ekonomi baru, persaingan yang terjadi adalah persaingan global, persaingan antar daerah tinggi, dan sumber keunggulan daya saing berasal dari inovasi, kualitas, waktu penyampaian ke pasar dan biaya.
Daya saing daerah menurut definisi UK-DTI adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan
tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional. Sementara itu CURDS mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.
Berdasarkan kedua definisi diatas Menurut Boediono, et.al ( 2004).
konsep daya saing daerah diartikan sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam meningkatkan kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (Boediono, 2004). Dengan mengacu pada pengertian tersebut, pengukuran daya saing daerah menggunakan sembilan indikator utama, yaitu 1) perekonomian daerah, 2) keterbukaan, 3) sistem keuangan, 4) infrastruktur dan sumberdaya alam, 5) ilmu pengetahuan dan teknologi, 6) sumberdaya manusia, 7) kelembagaan, 8) governance dan kebijakan pemerintah, dan 9) manajemen dan ekonomi mikro.
3.3.2 Analisis SWOT dan AHP
Dalam kajian ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis daya saing adalah dengan menggunakan analisis SWOT (strength – weakness- opportunity- threat). Penentuan komponen SWOT dieliminir dari
faktor faktor daya saing daerah menurut Boediono dan hasil wawancara dengan responden. Analisis SWOT terdiri atas analisis kondisi internal dilakukan dengan melakukan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan- kelemahan (weaknesses) sedangkan analisis kondisi eksternal adalah mengidentifikasi peluang-peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang terkait daya saing investasi di Kabupaten Indramayu.
Dari analisis kondisi lingkungan internal dan ekternal dihasilkan empat jenis strategi, yakni strategi S-O merupakan gabungan antara kekuatan dan peluang, dikenal juga sebagai strategi agresif, strategi S-T merupakan gabungan kekuatan dan ancaman dinamakan juga dengan strategi diversifikasi , strategi W-T merupakan gabungan antara kelemahan dan ancaman disebut ebagai strategi defensif serta strategi W-O merupakan gabungan antara kelemahan dan peluang dinamakan stratagei orientasi putar balik (Soesilo,2002).
Karena SWOT juga menyediakan frame dasar yang menghasilkan rekomendasi keputusan investasi di Indramayu untuk selanjutnya dibuat prioritas keputusan strategi alternatif peningkatan investasi dilakukan melalui AHP (Analitycal Hierarchi Process). Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program computer “Expert Choice version 2000” yang merupakan program yang disusun oleh Asian Institute of Technology and Microsoft Co. Hasil pengolahan ini kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara kualitatif berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden.
Langkah-langkah kerja utama AHP (Saaty, 1993), adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Sistem.
Identifikasi sistem diakukan dengan mendefinisikan persoalan penurunan investasi dan merinci persolan masalah secara mendalam, perhatian ditujukan pada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Tidak terdapat prosedur pasti dalam mengidentifikasi komponen- komponen sistem (tujuan, kriteria, aktifitas) yang akan dilibatkan dalam sistem hirarki. Komponen sistem dapat diidentifikasikan berdasarkan
kemampuan pada analisis untuk menentukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang Stakeholders secara menyeluruh.
Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya kealternatif strategi, pilihan, dan skenario.
Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.
3. Menyusun matriks banding berpasangan.
Matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat di atasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua (F1, F2, F3, ..., Fn) terhadap fokus G yang ada di puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atau suatu elemen di puncak matriks.
4. Menghitung matrik pendapat individu
Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap pada variabel pada kolom ke-j dengan setiap variabel pada baris ke-i yang berhububungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan “Seberapa kuat variabel baris ke-i didominasi oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j ” Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas
Pentingnya Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen
menyumbangkan sama besar pada sifat itu 3 Elemen satu sedikit lebih
penting daripada elemen yang lainya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen yang lainya
Pengalaman dan
pertimbangan dengat kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih
penting daripada elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlibat dalam
praktek 9 Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atau lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan 2,4,6,8 -Nilai-nilai antara dua
pertimbangan yang berdekatan
-Jika untuk aktivitas ke-I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
aktivitas ke-j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Kebalikan Jika untuk aktifitasi mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty, 1993.
5. Menghitung matrik pendapat gabungan
Pada langkah ini adalah memasukan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi.
Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya, Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Untuk tahap 6-8, dapat diolah menggunakan komputer dengan program komputer Expert Choice Version 2000.
6. Pengolahan horizontal
Pada langkah ini adalah melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hiererki, berkenaan dengan kriteria elemen diatas.
7 Revisi Pendapat
Revisi pendapat dilakukan apabila nilai CR cukup tinggi, yaitu lebih dari 0,1 dengan mencari Root Mean Square (RMS) dan merevisi pendapat pada baris yang memiliki nilai terbesar. Pengumpulan pendapat responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Expert Choice 2000.
8. Sintesis yang memperhatikan konsistensi
Menurut Saaty (1993) penentuan perangkat komponen sistem hierarki AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti yang telah disebutkan diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen –komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hierarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsusr tersebut tergantung dari penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan
Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dalam penelitian ini diolah secara tabulasi. Selanjutnya dianalisis dengan dua alat analisis yaitu analisis kualitatif dan kuantitataif. Dalam menjawab permasalahan pada penelitian maka akan dilakukan pengolahan data dengan metode AHP. Untuk melakukan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem-sistem hierarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan abstraksi.
Abstraksi sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, dengan ketentuan sebagai berikut :
- Level 1 yaitu suatu struktur hirarki keputusan yang merupakan strategi yang akan dicapai. Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah mengenai peningkatan investasi di Kabupaten Indramayu.
- Level 2 merupakan level prioritas aspek komponen faktor SWOT sebagai acuan dalam penentuan prioritas strategi peningkatan investasi di
Kabupaten Indramayu. Komponen SWOT ini terdiri atas aspek kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.
- Level 3 menunjukkan elemen tiap-tiap komponen SWOT yang diperoleh melalui wawancara terlebih dahulu dengan stakeholders sebelum kuesioner AHP disebarkan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang aktual dan sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
- Level 4 menunjukkan prioritas strategi peningkatan investasi untuk
memberikan solusi permasalahan penelitian yang dilakukan. Level keempat diperoleh dengan penekanan pada prioritas komponen SWOT yang diperoleh pada level kedua dan memperhatikan setiap elemen tiap-tiap komponen SWOT pada level tiga. Untuk lebih jelasnya sebagaimana terlihat dalam
Gambar 3. Struktur Hirarki Pembuatan Strategis Peningkatan Investasi Kabupaten Indramayu
PEMBUATAN RENCANA STRATEGIS Peningkatan Investasi Kabupaten
Threats T Opportunities
O Weaknesses
W Strengths
S
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Strategi 4 Strategi
3 Strategi
2 Strategi
1 Level
1
Level 2 Komponen SWOT
Level 3 Faktor
Level 4 Strategi
Gambar 4.
3.4 Metode Perancangan Program
Tahapan rancangan program penentuan strategi Peningkatan Investasi secara garis besar melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan pendekatan dan komunikasi kepada instansi/lembaga terkait selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa stakeholder lainya untuk menentukan prioritas alternatif strategi peningkatan investasi Kabupaten Indramayu (Tonny, 2003). Adapun stakeholdernya adalah dari unsur pemerintah dan investor.
2. Menganalisis informasi yang didapat dari stakholder tersebut, kemudian disusun suatu draf rancangan program yang bisa didukung oleh pemerintah Kabupaten Indramayu
3. Mensosialisasikan melalui forum rapat koordinasi pembangunan Kabupaten Indramayu agar rancangan program dapat dilaksanakan.