• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja Usia 13-18 Tahun 1. Pengertian Remaja

Sebelum mengetahui remaja dan masa remaja itu seperti apa, kebanyakan orang tua mengeluh karena anak-anak remajanya keras kepala, susah diatur, mudah tersinggung, sering melawan orang tua, dan sebagainya. Bahkan ada orang tua yang benar-benar panik memikirkan kelakuan anaknya yang telah remaja seperti sering bertengkar, melanggar peraturan nilai moral dan norma-norma agama, sehingga anak disebut oleh masyarakat anak yang nakal. Bahkan ada remaja yang merasa dirinya tidak dihargai, dihina, dicaci, tidak disayang oleh orang tua, tidak dihargai, dan tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa. Hal tersebut membuat remaja mencoba mencari jalan sendiri dan mereka ingin hidup bebas tanpa aturan, bebas dari segala macam ikatan. Dan karena itulah banyak remaja yang akhirnya memilih jalan tidak baik. Faktor yang menyebabkan remaja berprilaku seperti itu ada dua yaitu faktor lingkungan dan faktor agama.(Zakiyah Daradjat, 2002 : 81)

Menjelaskan siapa itu remaja adalah hal yang sulit, karena banyaknya perbedaan pendapat tentang umur permulaan dan akhir masa remaja itu berbeda dari seseorang kepada yang lain. Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. (Zakiyah Daradjat, 2002 : 85)

Remaja disebut dengan istilah Puber, menurut orang Barat. Remaja disebut dengan istilah adolesensi, menurut orang Amerika. Sedangkan di negara kita yakni negara Indonesia dapat disebut akil baligh, pubertas, dan yang paling sering didengar yaitu remaja. Kata adolesensi dapat diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah mengalami ketenangan. (Zulkifli, 1993 : 63-64) Dalam

(2)

bahasa latin, remaja disebut dengan istilah adolescere kata bendanya

adolescentia= remaja, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam

perkembangan menjadi dewasa. (Samsunuwiyati Mar‟at. 2013 : 189)

Dalam Islam, secara etimologi, remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirab (dekat). Secara terminologi, berarti mendekti kematangan secara fisik, akal, dan jiwa serta sosial. Permulaan

adolescence tidak berarti telah sempurnanya kematangan, karena dihadapan adolescence, dari 7-10 ada tahun-tahun untuk menyempurnakan kematangan.

Ada yang berpendapat bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa-biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok yang lain. Ada juga yang berpendapat bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang hidupnya selalu menyusahkan orang tua. Adapula yang berpendapat bahwa remaja merupakan potensi sekelompok orang yang perlu dimanfaatkan. Tapi apabila remaja itu dimintai persepsinya mengenai apa itu remaja, mereka ada yang menjawab bahwa remaja itu ketidakpedulian oran-orang dewasa terhadap kelompok mereka, bahkan ada yang beranggapan bahwa remaja adalah kelompok minoritas yang memiliki dunia sendiri yang sulit dijamah oleh orang tua. Dan ada juga yang beranggapan bahwa remaja itu sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan, bangsa dan negara. (Muhammad Al-Mighwar, 2006 : 57)

Shaw dan Costanzo (1985) menjelaskan bahwa remaja adalah individu yang sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010 : 9)Masa remaja adalah dimana seseorang akan menemukan jati dirinya masing-masing. Hal ini adalah dasar bagi remaja untuk menuju dewasa. Pada masa remaja ini, dapat dikatakan sebagai dasar bagi kepribadian dan akan mengetahui siapa saya, dan mampu mengetahui orang lain. Fase remaja ini sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Perubahan kepribadian akan sejalan dengan pengalaman baru yang diterimanya.

Menurut James Marcia & Waterman (Anita E. Woolfolk, 1995) identitas diri atau jati diri itu merujuk pada “pengorganisasian atau pengaturan

(3)

dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup.” (Syamsu Yusuf : 201)

Dari pendapat diatas, apabila remaja sudah dapat memahami jati dirinya, seperti fisik, kemampuan intelektual, emosi, sikap, dan nilai-nilai, maka dia akan siap untuk berfungsi dalam pergaulannya yang sehat baik dengan teman sebaya, keluarga, atau masyarakat dewasa tanpa dibebani oleh perasaan cemas atau frustasi.

Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa naak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial. Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira 18 sampai 22 tahun. (John W. Shantrock. 2003 : 31)Masa remaja adalah masa untuk menerima keadaan jasmani dan menggunakannya secara efektif, menerima peranan sosial berdasarkan jenis kelaminnya, mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, belajar bergaul dengan anak-anak perempuan dan laki-laki, mengembangkan skala nilai, mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat, mempersiapkan sikap mandiri secara ekonomi, memilih dan melatih jabatan, serta mempersiapkan pernikahan keluarga. (Bandi Delphie, 2009 : 52)

Masa remaja adalah masa yang membentang cukup lama, dan karena itu sering dibagi-bagi menjadi masa remaja dini, remaja, dan remaja lanjut. Suatu masa peralihan dari dunia anak ke dunia dewasa yang dimulai dengan terjadinya kematangan dari kelenjar-kelenjar kelamin, yakni haid yang pertama pada wanita dan keluarnya air mani pertama pada laki-laki. perubahan-perubahan fisik yang secara hebat dialami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk dan seringkali menimbulkan masalah-masalah bagi orang tua atau orang dewasa yang berhubungan dengan

(4)

kehidupan remaja, misalnya disekolah atau diperkumpulan-perkumpulan. (Singgih. D. Gunarsa, 1981 : 59-60)

Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, (Monks dkk. 1987) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa anak ke masa dewasa. Pieget (1980) mengatakan secara psikologis bahwa masa remaja adalah masa usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, anak tidak lagi merasa dibawah tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak. Melly (1987) mengatakan bahwa remaja adalah pemuda pemudi dalam masa perkembangan yang disebut dengan masa “adolensi” (masa remaja masa menuju kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang tidak dapat lagi disebut anak kecil tetapi juga belum dapat disebut sebagai orang dewasa. (Rifa Hidayah, 2009 : 42)

Menurut ahli psikologis (dalam Zulkifli, 2002), menganggap bahwa masa remaja itu adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, yaitu saat anak-anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi juga belum dapat disebut dewasa. Dan bila di lihat dari segi biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12-21 tahun. Soesilowindradini (1991), mengatakan bahwa masa remaja itu disebut dengan Sturm and Drang, artinya adalah suatu masa dimana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan berkerjanya kelenjar-kelenjar yang terjadi pada waktu ini. (Rifa Hidayah, 2009 : 43)

Umumnya, masa remaja dipandang sebagai suatu tahap perkembangan dimulai pada masa datangnya pubertas dan diakhiri pada masa datangnya kedewasaan. Istilah pubertas ini banyak dihubungkan dengan datangnya haid pertama (menorche) pada gadis remaja, dan datangnya keluar mani pertama (polusi) pada laki-laki. (Sudarsono, 1991 : 8-9)

Saat anak mengalami masa remaja, tidak sama waktunya disetiap negara, misalnya di daerah pedesaan yang agraris, anak usia 12 tahun sudah ikut

(5)

melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa seperti mengolah sawah dan ladang orang tuanya. Dalam hal ini, anak yang belum dewasa itu sudah dituntut oleh orang tuanya untuk bertanggung jawab. Sehingga masa remaja akan cepat berakhir di daerah pedesaan. Sedangkan di daerah perkotaan, masa remaja berlangsung lebih lama, dikarenakan kehidupan di kota lebih kompleks masyarakatnya karena pengaruh dari latar belakang kehidupan. (Zulkifli. L, 1993 : 63)

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah seseorang yang mengalami perubahan pada semua aspek dalam dirinya. Baik perubahan fisik, biologis, emosi, sosial, tingkah laku, kecerdasan, dan kejiwaan. Masa remaja adalah masa dimana peletak sebagai dasar untuk kedepannya, dan masa ini adalah masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa.

2. Remaja usia 13-18 Tahun

Masa remaja adalah masa yang dalam menentukan batasannya itu unik. Karena pemberian batasan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan remaja itu banyak terjadi perbedaan pendapat yang berbeda-beda.

Menurut versi Hurlock, batasan remaja adalah antara usia 13-21 tahun. Batasan itu dibagi menjadi dua bagian. Usia 13/14-17 tahun disebut dengan remaja awal, dan 17-21 tahun disebut dengan remaja akhir. Drs. M. A Priyatno, S.H seorang tokoh yang pernah membahas tentang kenakalan remaja dari segi agama Islam menyebutkan bahwa batasan usia remaja itu antara usia 13-21 tahun. Dra. Singgih Gunarsa, yang telah menemukan beberapa kesulitan dalam penentuan batasan remaja berpendapat bahwa batasan remaja itu antara usia 12-22 tahun. Drs. Susilo Winradini berpijak pada literatur Amerika dan menentukan batasan remaja yaitu usia 13-17 tahun sebagai remaja awal dan usia 17-21 tahun sebagai remaja akhir. Sedangkan Winarno Surachman menentukan batasan usia remaja kurang lebih 12-22 tahun. (Muhammad Al-Mighwar, 2006: 61)

Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa usia 12/13-17/18 tahun adalah batasan usia remaja awal. Dan 17/18-21/22 adalah batasan usia remaja akhir. Disini penulis hanya akan membahas tentang remaja awal yani usia 13-18 tahun. Remaja usia 13-18 tahun disebut dengan remaja

(6)

awal. Remaja awal ini adalah masa dimana seorang remaja mengalami perubahan yang hebat. Baik perubahan jasmani maupun rohani.

Pada masa remaja usia 13-18 tahun, akan terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Mungkin kepercayaan agama yang telah tumbuh sejak kecil akan mengalami kegoncangan. Kegoncangan ini muncul karena disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berkaitan dengan matangnya organ seks, dan sesuatu yang bersifat psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas, tidak mau terikat oleh aturan-aturan yang dibuat oleh keluarga (orang tua). Maka dari itu, setiap orang tua harus memahami dan banyak melakukan pendekatan kepada anaknya yang masih remaja. Apabila orang tua kurang memahami dan mendekatinya tidak baik, bahkan dengan sikap sikap yang keras, maka seorang remaja akan bertingkah laku negatif seperti menentang orang tua, bandel, dan acuh tak acuh. (Syamsu Yusuf : 205)

Remaja usia 13-18 tahun, akan mengalami pertumbuhan seksual. Akibatnya munculah dorongan seks yang belum begitu jelas. Namun apabila anak tersebut bergaul dengan anak-anak yang sudah mempunyai pengalaman dalam hal tersebut, atau anak tersebut melihat sesuatu yang mendorongnya kearah situ, maka anak akan terdorong untuk mencobanya. Remaja juga akan mengalami perkembangan kecerdasan. Remaja akan mampu memahami sesuatu yang abstrak dan mampu mengambil kesimpulan dari apa yang dilihat dan didengarnya. Remaja akan mengalami perkembangan jiwa seperti, memiliki teman akrab, saling bertukar pikiran dengan temannya itu, dan bercerita tentang berbagai pengalaman baru yang dialaminya. Keadaan jiwa remaja selalu goncang dan tidak stabil, maka dalam masalah perkembangan agama, remaja terkadang taat, jga kadang melanggar perintah Allah. (Nurcholish, 2001 : 20-22)

Melihat perkembangan zaman sekarang, banyak remaja yang terjerumus hal-hal yang berbau negatif, seperti berpacaran, berfoto tidak senonoh, menonton

(7)

film-film porno, meminum minuman keras, ganja, atau obat-obatan terlarang dan berkeliaan diluar rumah sampai larut malam. Padahal mereka tahu bahwa hal-hal semacam itu dilarang oleh agama. Semua itu terjadi akibat kurangnya bimbingan agama dan kurangnya penanaman aqidah akhlak kepada para remaja. Dan apabila remaja kurang bimbingan agama dari keluarganya bahkan keluarganya adalah keluarga yang tidak harmonis, kurangnya kasih sayang dari keluarga, berteman dengan kelompok teman yang tidak menghargai nilai-nilai agama, maka remaja tersebut akan memiliki sikap berprilaku tidak baik misalnya pergaulan bebas, minum-minuman keras, mengisap ganja dan pembuat keonaran dalam masyarakat.

3. Ciri-ciri Umum Remaja 13-18 Tahun

Lilik Susilowati dan Yulia Tania Vabelay (1992 : 33-35) menjelaskan ciri-ciri remaja awal, yakni usia 13-18 tahun, yaitu:

a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

Remaja akan mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Terkadang remaja sesekali sangat bergairah dalam bekerja, tetapi tiba-tiba berganti lesu dan tidak semangat, bahkan berubah menjadi sangat sedih. Tidak dapat menentukan cita-citanya dan tidak dapat merencanakan lanjutan pendidikan dan lapangan kerja.

b. Hal sikap dan moral, terutama menonjol diakhir remaja awal

Remaja akan mendekati lawan jenisnya. Hal ini dipengarui akibat organ-organ seks yang sudah matang. Remaja berani menunjukkan “sex appeal” dan berani dalam hal pergaulan, sampai menyerempet bahaya. Dan hal ini dapat menimbulkan masalah dengan orang tua.

(8)

Remaja mulai sempurna dalam hal berpikir dan kemampuan mentalnya. Remaja terkadang suka menolak hal yang tidak masuk akal. Jika remaja mendapat paksaan untuk menerima pendapat tanpa alasan rasional maka remaja cenderung akan menerima pemikiran orang dewasa. d. Hal status remaja awal yang sulit ditentukan

Remaja merasa mendapat perlakuan orang dewsa yang berbeda-beda. Terkadang orang dewasa tidak percaya untuk memberikan tanggung jawab kepada mereka karena alasan mereka masih anak-anak. tetapi terkadang juga remaja sering mendapat teguran dari orang dewasa karena mereka dianggap sudah besar.

e. Banyak masalah yang dihadapi pada remaja awal

Remaja mengalami banyak masalah disebabkan oleh sifat emosional yang dimilikinya. Sehingga menyebabkan pertentangan sosial. Kemudian masalah juga disebabkan kurangnya perhatian orang tua atau orang dewasa terhadap anaknya.

f. Masa remaja adalah masa yang kritis

Remaja dikatakan kritis karena remaja dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja yaitu memiliki ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi, dalam hal sikap dan moral, terutama menonjol diakhir remaja awal, yaitu remaja berani menunjukkan “sex appeal” dan berani dalam hal pergaulan, dalam hal kecerdasan atau kemampuan mental, remaja dapat mengetahui sesuatu hal yang abstrak, dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dalam hal status remaja awal sulit ditentukan, banyak masalah yang dihadapi pada remaja awal, dan masa remaja adalah masa yang kritis.

(9)

1. Pengertian Kegiatan Marhabanan

Kegiatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2014 : 450) adalah 1. aktivitas; usaha pekerjaan; 2. Kekuatan dan ketangkasan (dl berusaha); kegairahan. Marhabanan berasal dari kata marhaban artinya “selamat datang” atas kehadiran Nabi kita. (H. Munawir Abdul Fatah, 2011 : 303) Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2014: 879) Marhabanan adalah kata seru (afektif) untuk menyambut atau menghormati tamu (yg berarti selamat

datang); marhabanan adalah lagu puji-pujian (yg dinyanyikan pd perayaan

Maulid Nabi Muhammad saw., dengan diiringi rebana).

Marhabanan dikenal dengan sebutan Pembacaan Maulid Barzanji. Apabila kita melihat lirik syair maupun prosa yang terdapat didalam kitab al-Barzanji, seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup, dan kehidupan Rasulullah. Al-Barzanji sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, hajat menantu, khitanan, tingkeban, masalah yang sulit terpecahkan dan musibah yang berlarut-larut. Yang tidak ada maksud lain mohon berkah Rasulullah akan terkabul semua yang dihajatkan. Umumnya, acara Berzanji pada malam hari sehabis shalat Isya. Akan tetapi, banyak juga warga yang mempunyai tradisi kalau acara anak lahir di sore hari, habis shalat Ashar, dan bahkan ada yang berzanjen disiang bolong. (H. Munawir Abdul Fatah, 2011 : 301-302)

Marhabanan adalah pembacaan kitab yang didalamnya berisi kisah/sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam bait-bait prosa/syair-syair yang ditambah dengan pujian-pujian yang sangat berlebihan terhadap Nabi dan do‟a-do‟a. Marhabanan sudah menjadi tradisi bagi Masyarakat. Selain yang sudah disebutkan diatas, marhabanan biasa dilakukan setiap syukuran keluarga yang jadi TKI di Luar negeri yang baru kirim uang gajian, peresmian rumah baru yang akan ditempati dan acara lainnya yang bersifat syukuran. Lebih lagi dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad itu sendiri, sudah pasti marhabanan menjadi agenda yang wajib.Hari Senin, 12 Rabi‟ul Awal adalah hari memperingati hari lahir Nabi Muhammad (muludan). Muludan ini biasanya

(10)

hanya pembacaan barzanji atau diba‟ yang isinya tidak lain adalah biografi dan sejarah kehidupan Rasulullah. Bisa juga ditambah dengan kegiatan keagamaan, seperti menampilkan kesenian Hadroh dan pengumuman hasil berbagai lomba, sedang puncaknya ialah Mauizhah hasanah dari muballigh kondang. (H. Munawir Abdul Fatah, 2011 : 293)

Jadi, penulis menyimpulakan bahwa kegiatan marhabanan adalah kegiatan pembacaan kitab yang berisi bacaan sholawat dan riwayat hidup Nabi secara singkat yang ditulis oleh para ulama untuk menumbuhkan rasa kecintaan kepada Nabi yang disanjungnya, yang dilakukan setiap malam jumat atau malam minggu di lingkungan masyarakat dan dilakukan secara bersama-sama dengan suara lantang dan dengan kreasi nada yang beragam macam yang melahirkan semangat tinggi bagi kehidupan remaja, bertujuan mohon berkah Rasulullah dan biasa dilaksanakan untuk memperingati maulud Nabi atau syukuran-syukuran lainnya.

2. Sejarah Marhabanan

SejarahAl-Barzanji/Marhabanan tidak dapat dipisahkan dengan

momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad SAW untuk yang pertama kali yang digalakkan oleh Salahudin al-Ayyubi. Maulid Nabi Muhammad atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat pasukan dan umat Islam untuk merebut kembali wilayah Yerusalem yang diduduki pasukan salib Eropa. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Ada dua kondisi sosial politik yang melatar belakangi penulisan munculnya kitab maulid pada abad ke-15.

Pertama, bahwa pada abad- abad ke-14 hingga ke-16 M diberbagai belahan dunia

Islam sedang marak dan berada pada puncak penyebaran tradisi maulid yang perintisnya sejak awal abad ke-12M. Kegiatan maulid mencapai puncak popularitasnya dikalangan masyarakat, sehingga penguasa-penguasa pun kemudian mengakomodasinya sebagai kegiatan resmi negara, yang salah satu motifnya adalah kepentingan politik. Penelitian Nico Kaptein (1994) mengenai

(11)

maulid di Maghribi dan Spanyol menunjukkan bahwa budaya maulid telah menyebar ke hampir seluruh dunia muslim, baik sebagai bentuk budaya baru yang diilhami kaum sufi, maupun sebagai pelarian kekecewaan politik, akibat inovasi dunia barat modern ke berbagai belahan dunia Islam. Sehingga umat Islam memerlukan api pemantik, berupa dimunculkannya semangat kecintaan kepada Rasulullah, guna memompa semangat perjuangan umat Islam (Sholikin, 2010: 473).

Kondisi kedua adalah kemunduran dunia Islam, serta kekalahannya di medan perjuangan jihad dengan kaum Salib (dunia Barat), yang juga mengakibatkan kekalahan sosial kultural, semenjak jatuhnya Granada (Spanyol) dari pangkuan Islam pada tahun 1492 M. Akibatnya pada kurun waktu tersebut, dimana juga merupakan tahun-tahun kehidupan para penulis kitab maulid, termasuk al-Barzanji, dunia Islam dilanda kemunduran yang sangat drastis, serta kelemahan mentalitas perjuangan, akibat kekalahan bertubi-tubi perjuangan Islam, yang diakhiri dengan hancurnya pusat Islam di Eropa (Spanyol) Granada oleh kaum kristen pada tahun 1492 M, yang menandakan berakhirnya kejayaan imperium Islam (Sholikin, 2010: 62).

Tidak berapa lama kemudian, hampir seluruh dunia Islam mengalami kolonialisasi oleh kaum Kristen-Eropa, yang ditandai dengan pelayaran Vasco da

Gama pada tahun 1498 M sampai ke India. Kekalahan sektor politik ini, akhirnya

berimbas juga pada kekalahan penyebaran budaya, di mana kebudayaan Barat menjadi hegemoni baru di dunia muslim. Dalam kondisi seperti itu, umat Islam memerlukan semangat kejuangan tinggi yang bersumber pada ghirah jihad Rasulullah. Dengan pemikiran dasar untuk membangkitkan kecintaan kembali pada Rasulullah serta harapan untuk meneruskan perjuangan ini, maka muncullah karya-karya mengenai pribadi Rasulullah yang mengiringi kebudayaan maulidan. Sehingga akhirnya disebut sebagai karya-karya maulid, yang kemudian dijadikan bacaan pokok saat acara maulid digelar.

(12)

Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi lahir 1137 dan wafat 4 maret 1193 di Damaskus (William, 1984: 395, 399), dimasyhurkan oleh bangsa Eropa dengan nama “Saladin” pahlawan Perang Salib, dari kelurga Ayyubiyah suku Kurdi. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Maka, Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di Istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekedar perayaan ulang tahun biasa (Ahmadfillah, 2010: 2-3).

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijah 579H/ 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 H/ 1184 M tanggal 12 Rabi‟ul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, yang dalam perayaannya tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan esensi ajaran Islam, sehingga tidak dapat dikategorikan bid‟ah yang terlarang.

(13)

Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja‟far Al-Barzanji. Ternyata peringatan maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerussalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.

3. Tinjauan Pendidikan dalam Marhabanan

Abu Achmad Wajieh mepaparkan Beberapa tinjauan pendidikan dalam marhabanan, yaitu sebagai berikut:

a. Sabar

Menurut Wahid Ahmadi dalam bukunya Risalah Akhlak,kesabaran terdiri dari tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan kepadaAllah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabarmenghadapi ujian dari Allah (Abu Achmad Wajieh, 2004: 86, 88, 90).

Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah.

Merealisasikanketaatan kepada Allah membutuhkan kesabaran karena secara tabiatnya jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuatketaatan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Maryam ayat 65:





Artinya: “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa

yangada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahuiada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah).” (Al-Qur‟an dan terjemahnya,

(14)

Penggunaan kata Ishthabir dalam ayat di atas menunjukkan bahwa dalam beribadah diperlukan kesabaran yang berlipat ganda mengingat banyaknya rintangan baik dari dalam maupun dari luar diri. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar, yaitu malas, bakhil (kikir), karena keduanya (malas dan kikir), seperti haji dan jihad. Kemudian untuk dapat merealisasika kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal, yaitu:

1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu keikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi riya‟. 2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar tidak melupakan Allah di

tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak merasa malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.

3) Kondisi ketika telah selesai melakukan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

Kedua, Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan

kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah, dusta, memandang sesuatu yang haram dan sebagainya. Karena kecenderungan jiwa insan, suka pada hal- hal yang buruk dan menyenangkan. Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang menyenangkan.

Ketiga, sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah,

seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri, misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dan sebagainya. Aspek nilai kesabaran menghadapi cobaan dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab XIII halaman 88-89. Syair pada bab tersebut menjelaskan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, mengajak kaumnya memeluk Islam meskipun kaum musyrikin berusaha menghalang-halanginya. Selain itu, diceritakan pula kesabaran Nabi Muhammad ketika beliau ditinggal oleh dua orang yang begitu berarti dalam hidupnya, yaitu pada tanggal 15 Syawal tahun kesepuluh dari

(15)

kenabian , pamannya yang bernama Abu Thalib meninggal dunia. Tidak lama setelah kepergian pamannya, Khadijah merupakan istri beliau yang menjadi sumber ketenangan, hiburan, dan curahan kasih sayang, wafat. Dengan sepeninggalannya dua tokoh terpandang yaitu Abu Thalib dan Khadijahmaka kesempatan besar bagi kaum musyrikin untuk melakukan beraneka ragam penghinaan dan penganiayaan yang bertujuan menghalang-halangi dakwah Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, beliau tetap sabar dan tetap mendakwahkan Islam. Sabar adalah sikap mulia yang disukai oleh Allah SWT, dengan kesabaran seseorang tidak akan menjadi lemah jiwa. Semangatnya akan selalu kuat dan tidak mudah putus asa. Dan kesabaran merupakan bagian dari bukti taqwa serta iman seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Imran ayat 146:







Artinya: “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang

bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(Al-Qur‟an dan terjemahnya,2005:

54). b. Amanah

Aspek nilai amanah pada kitab Al-Barzanji terdapat pada bab X halaman 64-65. Menceritakan tentang amanat pendeta Nasthura kepada Maisarah agar menjaga dan melindungi Nabi Muhammad ketika mendampingi perjalanan Rasulullah ke negeri Busra (Syam) untuk memperdagangkan harta Khadijah. Pendeta Nasthura telah melihat adanya tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW ketika beliau beristirahat di bawah pohon kayu di dekat gereja Nasthura. Setelah kembali ke Mekkah, Maisarah melaporkan seluruhnya kepada Khadijah tentang peristiwa yang

(16)

terjadi selama dalam perjalanan dan melaporkan wasiat yang sebelumnya telah disampaikan oleh pendeta Nasthura.

ُبِىاَّرلا ُوَلاَق اَمِبَو ِوِّلُك ِرَفَّسلا يِف َكِلَذ ىَأَر ُوَّنَأِب ُةَرَسْيَم اَىَرَ بْخَأَو

ةَّيِصَوْلا َنِم ِوْيَدَل ُوَعَدْوَأَو

Artinya: “Akhirnya Maisarah melaporkan seluruhnya kepada

Khadijah tentang peristiwa yang terjadi selama dalam perjalanan, dan melaporkan wasiat yang telah disampaikan oleh pendeta Nasturah itu.”

(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 65)

Dari bait di atas dapat dipetik nilai pendidikan kepribadian yang berupa nilai amanah. Pribadi generasi muda muslim dapat dicirikan dengan sifat amanah. Pemuda yang terpercaya karena memegang amanah, mempunyai nurani yang hidup serta hati yang bersih. Dapat menjalin interaksi yang baik dengan semua manusia, menjaga kehormatan diri, kemuliaan, dan hak-hak orang lain. Bersikap teguh, menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan orang lain kepada dirinya, sehingga orang lain menaruh harapan dan kepercayaan kepadanya. Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 58:



Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya.: (Al-Qur‟an dan terjemahnya,

2005: 69). c. Tawadhu

Aspek nilai tawadhu‟ dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab XVIII halaman 119-120:

ُعَقْرَ يَو ُهَلْعَ ن ُفِصَْيَ ِعُضاَوَّ تلاَو ِءاَيَْلْا َدْيِدَش َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص َناَكَو

ةٍ َّيِرَس ةٍ َرْ يِ ِ ِهِلْ َ ِ َ ْدِ ِْ ُرْ يِ َيَو ُهَااَ ُ ُلَْ َو ُهَ ْوَ

Artinya: “Beliau saw. adalah seorang yang sangat pemalu dan

tawadlu’, mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau menambal pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya dan mau membantu

(17)

keperluan dalam rumah tangganya.” (Abu Achmad Wajieh, 2009 :

119-120)

Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tinggidalam masalah ketawadhu‟an. Aspek nilai ketawadhu‟an pada baitdi atas yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ialah beliaubersedia memperbaiki terompahnya sendiri, menambal pakaiannyayang sobek, bersedia memerah biri-biri, bersedia membantukeperluan dalam rumah tangganya. Tanda orang yang tawadhu‟ adalah di saat seseorangsemakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikaptawadhu‟ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnyamaka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Selain itu, jika bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakannafsunya, apabila bertambah hartanya maka bertambahlahkedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dansetiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya makasemakin dekat dengan manusia dan berusaha untuk menunaikanberbagai kebutuhan orang lain serta bersikap rendah hati kepadaorang lain. Allah telah menegaskan kepada manusia untuksenantiasa bersikap tawadhu‟ dan menjauhi sikap sombong.Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 63:





Artinya:“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang

itu(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi denganrendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapamereka, mereka mengucapkan kata-kata (yangmengandung) keselamatan.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya:

2005: 63).

Sikap tawadhu‟ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan ke-Maha Kuasaan Allah SWT atas segala hamba-Nya. Orang yang tawadhu‟ menyadari bahwa apa saja yang dimiliki merupakan karunia Allah SWT.

(18)

d. Kesederhanaan

Aspek nilai kesederhanaan dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 18 halaman 122:

ُهاَدْ َ ِهْيَلِإ ِكْوُلُمْلا ُضْعَ اًراَِحَِو َ َلْغَ ْلاَو َسَرَفْلاَو َرْ يِعَ ْلا ُبَكْرَ يَو

*

ُبِصْعَ يَو

ِ َّيِضْرَْاا ِ ِااَ َْاا َ ْيِااَفَ َ ِ ْوُ ْدَقَو ِ ْوُْاا َ ِ َرَ َْلْا ِهِ ْ َ ىَلَع

Artinya: “Mau berkendaraan unta, kudam bighol, dan keledai dari

hadiah sebagian raja-raja. Untuk menanggulangi rasa lapar, maka beliau acap kali membungkus batu dengan kain yang diikatkan pada perutnya.”

(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 122)

Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap, dan amal. Islam adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Konsep sederhana meliputi aqidah (keyakinan), aspek ibadah dan cara melaksanakannya, akhlak dan cara hidupnya, berinteraksi antar sesama dan segala sesuatu yang menyentuh persoalan kehidupan dunia. Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan olehRasulullah SAW. Budaya sederhana senantiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk para remaja begitu mantap dan berkualitas.

e. Pemaaf

Aspek nilai pemaaf dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 15 halaman 59:

هاَعَدَو َلَاَعَ ا ِللها َلَِإ ِهيِف َلَهَ تْ اَف ُ َقاَرُس ُهَل َضَّرَعَ اَو

*

ُمِااَوَ ق ْتَ اَ َف

َّيِوَقْلا ِ َ ْلُّصلا ِضْرَْاا ِ ِهِ وُ ْعَ ي

*

هاَّيِإ ُهَحَ َمَف َناَ َْااَُلََأَسَو

Artinya: “Beliau ditengah jalan dihadang oleh Suraqoh, maka

berdoalah Beliau kepada Allah memohon perlindingan-Nya. Tiba-tiba, keempat kaki kendaraan Suraqah kedalam bumi yang keras. Maka Suraqah minta ampun dan keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. lantas Beliau saw. mengampuninya.”(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 106)

(19)

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadapkesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginanuntuk membalas. Tindakan memberi maaf sebaiknya diikuti dengantindakan berlapang dada. Seperti yang diceritakan pada bait di atas,yaitu ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan hijrah keMadinah, beliau dihadang oleh Suraqah yang hendakmencelakainya, namun dengan izin Allah unta yang dinaikiSuraqah masuk kedalam tanah sebelum berhasil mencelakai NabiMuhammad, Suraqah kemudian meminta maaf kemudian beliaupun memaafkannya.

f. Bermusyawarah

Aspek nilai bermusywarah dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab X halaman 67:

هاَّيَرَ بْيِط ِوِب ِناَميِْلْا َنِم َّمَشَتِل ِةَّيِكَّزلا اَهِسْفَ نِل ُوْتَبَطَخَف

*

ىَّلَص َرَ بْخَأَف

ةَّيِقَّتلا ُةَّرَ بْلا ِهِذَى ِوْيَلِإ ُوْتَعَد اَمِب ُوَماَمْعَأ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها

Artinya: “Kemudian Khadijah melamar dirinya, dengan maksud

agar ia dapat merasakan bau iman dan kesegarannya. Maka Beliau saw. memberitahu maksud Khadijah itu kepada paman-pamannya untuk dimintai pertimbangan.” (Abu Achmad Wajieh, 67)

Bait di atas menjelaskan tentang pentingnya bermusyawarah. Bermusyawarah merupakan karakteristik dasar seorang muslim. Kepribadiannya seseorang tidak akan sempurna tanpa ada kemauan untuk mendengarkan pendapat orang lain. Dalam pandangan Islam, musyawarah memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai penting dari musyawarah antara lain: Pertama, salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam yang sangat ditekankan oleh Allah, karena hal ini merupakan bagian yang sangat penting dari ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah merupakan salah satu bukti dari iman. Kedua, prinsip jalan tengah dari segala perbedaan pendapat, yakni prinsip keseimbangan antara kehendak individu dengan kehendak bersama.

(20)

g. Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah.

Aspek nilai menyayangi dan mengasihi orang yang lemah dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab XVIII halaman 120:

ْمُ َ ِااَ َج ُعِّيَ ُيَو ْمُ اَضْرَ ُدْوُعَ يَو ْمُهَعَ ُسِلَْيََو َْيِْكاَ َمْلاَو َءاَرَقُفْلا ُّبُِ َو

ُهاَوْشَ َو ُرْقَفْلا ُهَعَ قْدَ اًرْ يِقَف ُرِقَْ َ َو

.

Artinya: “Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka

duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orang yang sakit diantara mereka, mau mengantar zenajah mereka, dan tidak mau menghina orang fakir, betapapun miskin dan melaratnya orang itu.” (Abu Achmad

Wajieh, 120)

Tanda terjelas dari kepribadian Muslim adalah kasih sayang dan mengasihi. Karena sifat tersebut termasuk sifat Allah SWT, yaitu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di dalam ajaran Islam, mengasihi sesama manusia adalah bagian terpenting dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Nilai kasih sayang pada bait di atas yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah beliau menyukai orang fakir miskin, suka duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orang-orang yang sakit di antara mereka, bersedia mengantar jenazah dan tidak mau mencemooh orang yang sangat fakir.

C. Pembentukan Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim

Manusia melakukan perbuatannya untuk memenuhi kebutuhan

jasmaninya. Kumpulan perbuatan disebut tingkah laku manusia. Tingkah laku menunjukkan kepribadian manusia. Kepribadian dibentuk, tujuannya untuk memperbaiki kepribadian manusia yang buruk menjadi baik.

Kepribadian adalah belajar menggunakan cara-cara baru dalam mendiskusikan tegangan yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal, yang dapat menjadi sumber ketegangan sedangkan sumber ketegangan ini dibagi menjadi empat pokok, yaitu proses pertumbuhan, fisiologis, frustasi, konflik, dan ancaman. (Ujam Jaenudin, 2012:22)Kepribadian adalah gambaran cara seseorang

(21)

dalam bertingkah laku terhadap lingkungan sekitarnya, yang terlihat dari kebiasaan berpikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya yang khas untuk mempunyai keajegan. William James mengemukakan pendapatnya, bahwa kepribadian adalah unsur kesatuan yang berlapis-lapis, terdiri atas the material

self, atau diri materi, the social self atau diri sosial, dan the spiritual self atau diri

rohani, serta pure age atau ego murni. (Ujam Jaenudin, 2012 : 29-30)

Menurut Pikunas (1976), kepribadian adalah sistem yang dinamis dari sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai. (Syamsu Yusuf : 200)Kepribadian adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang didapat dari lingkungan keluarga dan bawaan sejak lahir. Sesuatu itu berbentuk ciri khas, karakteristik, gaya dan sifat. (Sjarkawi : 11)

Menurut Koswara, kepribadian berdasarkan pengertian sehari-hari adalah sesuatu yang diterima oleh seseorang dari kelompok atau masyarakatnya yang diharapkan agar seseorang itu dapat bertingkah laku berdasarkan apa yang diterima dari kelompok atau masyarakatnya tersebut. Sedangkan menurut teori psikologi antara lain dikemukakan oleh George Kelly bahwa kepribadian adalah seseorang yang mengartikan hidupnya dengan cara yang unik. Sedangkan Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan struktur yang terdiri dari tiga sistem, yaitu id, ego, dan super-ego. Dan tingkah laku sendiri adalah hasil dari ketiga sistem tersebut. Id adalah sistem yang menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sistem tersebut untuk kegiatan yang dilakukannya. Ego adalah sistem yang bertindak sebagai pengarah seseorang kepada dunia kenyataan.

Super-ego adalah sistem yang berisi nilai baik buruknya seseorang. (Sjarkawi:17)

Gordon Allport berpendapat bahwa kepribadian merupakan susunan yang dinamis dalam diri individu baik jasmani maupun rohani yang menentukan prilaku dan pikirannya yang bercirikan khas. (Sumadi Suryabrata, 1988 : 240 ) Sedangkan dalam buku Yedi Kurniawan (1993 : 77) menjelaskan tentang

(22)

kepribadian menurut Gordon, yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri dari yang unik (khusus) tersebut terhadap lingkungan.

Kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya sehingga tingkah lakunya itu merupakan suatu yang khas bagi individu tersebut. Dengan kata lain, kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya. (Sunaryo, 2004 : 103)

Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal dengan syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi, kata ini kemudian diberi ya‟ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti kepribadian. Abdul Mujib (1999 : 133) menjelaskan bahwa kepribadian merupakan integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 212)Kepribadian atau yang biasa disebut syakhsiyah adalah kepribadian dimana pola pikir („aqliyah) dan pola jiwa (nafsiyah) mempunyai karakter yang satu jenis, yaitu berasaskan kepada pandangan hidup Aqidah Islam yang mendasari seluruh aspek kehidupan. (Yadi Purwanto, 2007 : 262)

Pengertian diatas sekurang kurangnya memberikan gambaran kepada kita bahwa tiap pribadi manusia itu memiliki corak prilaku lahiriyah dan rohaniyah berbeda dari yang lain. Hal itu terjadi akibat dari pengalaman dan bakat yang dimilikinya. Perpaduan antara pengalaman dan bakat itulah sebenarnya yang mempengaruhi terbentuknya corak kekhususan dari kepribadian seseorang. Dan dari beberapa pendapat tentang pengertian kepribadian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian itu merupakan pola dasar kehidupan psiko fisik yang berkaitan satu sama lain dimana sifat dan watak pribadi seseorang dapat dibentuk untuk menjadi pribadi yang baik.

(23)

Hubungan dengan pendidikan Islam, pengembangan kepribadian seseorang merupakan perwujudan nilai-nilai dan norma-norma Islami. Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril yang disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup di dunia dan di akhirat. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 217)Manusia yang secara konsekuen beramal dan bersikap hidup sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya itu disebut dengan “Muslim”. (Toto Tasmara, 2004 : 42)

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa Muslim adalah orang Islam yang menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam dan berdasar pada Al-Qur‟an dan Hadits.Manusia diciptakan oleh Allah dari unsur jasmaniah dan rohaniah. Dilihat dari jasmaniah, manusia memiliki kesamaan dengan hewan, seperti makan, minum, bernafas, istirahat, dan seks. Sedangkan dilihat dari segi rohaniahnya, manusia berbeda dengan hewan. Manusia memiliki akal, sedangkan hewan tidak mempunyai akal.

Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti setan. Hal ini tergantung kepada manusia itu sendiri, apakah manusia itu akan mengisi jiwanya dengan ketakwaan atau fujur. Apabila yang dipilihnya itu ketakwaan, maka qolbu (fungsi rohaniah sebagai perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakannya untuk berperilaku yang bermakna (beramal shaleh), dan berpribadi mulia. Tetapi apabila yang dipilihnya itu fujur, maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran di muka bumi), biang kemaksiatan. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 213)

Fadhil Al-Damaly dalam M. Arifin (1993: 170-173) menggambarkan kepribadian Muslim sebagai Muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tiap langkah hidupnya. Dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas kedalamannya, dan tanpa akhir ketinggiannya.Kepribadian Muslim adalah kepribadian yang didalamnya tertanam nilai-nilai Islam sehingga segala perilakunya sesuai dengan nilai- nilai Islam. jika nilai Islam ini telah tertanam dengan baiak maka peserta didik akan mampu meraih derajat Insan Kamil, yakni

(24)

manusia paripurna-manusia ideal. (Moh. Rokib, 2009 : 20) selaras dengan itu, Yadi Purwanto (2007 : 264) menyatakan kepribadian Muslim adalah kepribadian yang khas, pola pikir dan pola jiwanya terdiri dari satu jenis, keduanya bersandar pada satu standar yaitu Aqidah Islam.

Dari beberapa pengertian tentang kepribadian Muslim diatas, kiranya penulis dapat menyimpulkan bahwa kepribadian Muslim adalah pribadi yang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan nalurinya berdasarkan aqidah Islam dan memiliki nilai-nilai Islam dalam pribadinya.

2. Ciri-ciri Kepribadian Muslim

Kepribadian merupakan “keniscayaan” suatu bagian dalam diri manusia yang perlu digali dan ditingkatkan serta ditemukan agar sampai pada suatu keyakinan siapa diri kita yang sebenarnya. Pribadi Muslim yang dikehendaki oleh Al-Quran dan sunnah adalah pribadi yang saleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Ada sepuluh ciri-ciri kepribadian Muslim, diantaranya yaitu:

a. Salimul Aqidah (Akidah yang bersih)

Dengan Akidah yang bersih maka seorang Muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. dengan ikatan yang kuat, manusia tidak mungkin menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah.

b. Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar)

Ibadah merupakan salah satu perintah Rasul yang penting. Dan ibadah itu harus merujuk pada Sunnah-sunnah Rasulullah. Tidak boleh ada penambahan dan pengurangan.

c. Matinul Khuluq (Akhlak yang kukuh)

Akhlak mulia harus dimiliki oleh setiap manusia baik hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

(25)

d. Qawiyyul Jismi (Kekuatan jasmani)

Seorang Muslim harus memiliki pribadi yang tubuhnya kuat, supaya dapat melaksanakan kegiatan ibadah secara maksimal dengan fisik yang kuat. Seperti, shalat, puasa, zakat, dan haji.

e. Mutsaqaful fikri (Intelek dalam berpikir)

Merupakan sisi pribadi Muslim yang penting. Oleh karena itu harus dimiliki oleh setiap manusia. Salah satu sifat Nabi Muhammad yaitu cerdas (fatanah). Dan kita harus mencontoh sifat Rasulullah.

f. Mujahadatun linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)

Merupakan salah satu kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan melakukan hal yang baik dan buruk.

g. Haritsun „ala waqtihi (Pandai menjaga waktu)

Merupakan faktor yang penting bagi manusia. Allah dan Rasul banyak bersumpah dalam Al-Quran dengan menyebut nama waktu seperti wal

fajri, wad dhuha, wal asri, wallahi, dan sebagainya. Allah memberikan

waktu kepada manusia 24 jam sehari semalam. Dan selama 24 jam itu ada manusia yang beruntung dan ada juga manusia yang rugi.

h. Munazhzhamun fi syu‟unihi (Teratur dalam suatu urusan)

Merupakan kepribadian yang ditekankan oleh Al-Quran dan Sunnah. Jika mengalami suatu urusan, maka harus diselesaikan dengan baik.

i. Qadirun „alal kasbi (Mandiri, atau memiliki usaha sendiri)

Merupakan kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan saat seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi.

j. Nafi‟un lighirihi (Bermanfaat bagi orang lain)

Merupakan tuntunan bagi setiap Muslim sehingga dimanapun berada, orang disekitarnya dapat merasakan manfaat atas keberadaannya. (Ujam Jaenudin, 2012 : 92-95)

(26)

Jadi, seseorang akan disebut pribadi yang Islami apabila memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang kukuh, jasmani yang kuat, pintar dalam berfikir, bisa melawan hawa nafsu, pandai menjaga waktu, tidak tergesa gesa dalam menghadapi suatu masalah, tidak bergantung pada orang lain, dan bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain.

Ciri-ciri kepribadian muslim menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan diantaranya sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan aqidah: Beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir, Qada dan Qadar.

b. Berhubungan dengan ibadah: Melaksanakan rukun Islam. Sedangkan rukun Islam ada lima, yaitu membaca dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa, naik haji bila mampu.

c. Berhubungan dengan kehidupan sosial: Bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran, dan suka memaafkan kesalahan orang lain.

d. Berhubungan dengan kehidupan keluarga: Berbuat baik kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada saudara, bergaul dengan baik antara suami, istri dan anak, memelihara dan menafkahi keluarga.

e. Berhubungan dengan moral: Memiliki jiwa yang jujur, sabar, adil, qona‟ah, amanah, tawadhu, istiqomah, dan mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu.

f. Berhubungan dengan emosi: Cinta kepada Allah, takut azab Allah, tidak putus asa dalam mencari rahmat dan ridho Allah, senang berbuat kebaikan kepada sesama manusia, menahan amarah, tidak sombong, tidak angkuh, tidak iri, dan selalu berani membela kebenaran.

g. Berhubungan dengan intelektual: Memikirkan alam semesta dan ciptaan lainnya, selalu menuntut ilmu dijalan yang benar, menggunakan pikirannya untuk sesuatu yang bermakna dan bermanfaat.

h. Berhubungan dengan pekerjaan: Tulus dalam bekerja, selalu tepat waktu dalam bekerja, tidak setengah-setengah dalam bekerja, selalu

(27)

menyelesaikan dan menyempurnakan pekerjaan, selalu berusaha dengan giat dan sekuat tenaga dalam mendapatkan rizki yang halal.

i. Berhubungan dengan fisik: berbadan sehat, kuat, suci/bersih. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 215-216)

Dari ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia yang memiliki kepribadian Muslim akan tertanam jiwa seperti yang tertera diatas. Manusia yang berkepribadian Muslim, akan menggunakan hidupnya dengan bermanfaat, yakni dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

3. Struktur Kepribadian Muslim

Dalam psikologi Islam mengenai struktur dan kepribadian,

pembahasannya berkaitan dengan substansi manusia. Substansi jiwa menurut para filsuf atau psikolog Islam terdiri atas tiga bagian, yaitu jasmani, rohani, dan nafsani atau nafsu. Substansi jasmani yaitu berupa organisme fisik manusia yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, bersifat lahiriah yang memiliki unsur-unsur tanah, udara, api, dan air. Ia akan hidup jika diberi daya hidup atau al bayah, substansi roh adalah substansi yang merupakan kesempurnaan awal. Roh sudah ada ketika tubuh belum ada dan tetap ada meskipun jasadnya telah mati. Fathur Rahman menyatakan bahwa roh adalah amanah maka ia memiliki keunikan dibanding dengan makhluk lain. Dengan amanah inilah, ia menjadi khalifah di muka bumi. Sebagaimana terdapat dalam ayat Al-Quran surat AL- Baqarah ayat 30: (Ujam Jaenudin, 2012 :85)





Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

(28)

berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S Al- Baqarah: 30) (Ujam Jaenudin, 2012 :86)

Menurut Ujam Jaenudin, (2012 : 87-88) menjelaskan bahwa: Substansi nafsahi berarti jiwa, nyawa, atau roh. Konotasinya adalah kepribadian dan substansi psikofisik manusia. Nafs merupakan gabungan dari jasad dan rohani. Ia berupa potensi aktualisasinya yang akan membentuk kepribadian muslim, yaitu perpaduan harmonis antara kalbu, akal, dan nafsahi.

a. Al- Qalbatau kalbu

Kalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Al- Ghazali menyatakan bahwa kalbu memiliki insting yang disebut an nur al ilahy dan al bashirah al batinah (mata batin). Kalbu dalam arti jasmani adalah jantung (heart), bukan hati (lever), kalbu dalam arti rohani adalah menunjukan pada hati rohani dan roh. Kalbu berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali struktur nafs yang lain. Menurut Huzaifah, hati terbagi menjadi empat, yaitu: (1) hati yang bersih, yaitu hati orang berimandan mendapat sinar; (2) hati yang tertutup, yaitu hati orang kafir, hati yang buta, dan tidak melihat kebenaran; (3) hati yang terjungkir, yaitu hati orang munafik, yaitu melihat kebenaran, tetapi kemudian mengingkarinya; (4) hati yang memiliki dua bekal, yaitu bekal iman dan kemunafikan, ia bergantung pada yang paling dominan. Orang yang kalbunya disinari Tuhan akan memiliki kepribadian yang kuat, teguh, dan tidak mudah putus asa. Apabila memiliki nafsu muthmainah, ia akan tenang dan optimis karena ia yakin rahmat Tuhan pasti diberikan.

b. Akal secara estimologi memiliki arti 1) al-imsak (menahan) ar-ribath (ikatan)

(29)

2) al-bajr (menahan) an-naby (melarang) 3) manin (mencegah)

Berdasarkan makna ini, orang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya, dan orang yang dapat menahan hawa nafsunya maka akan memiliki kepribadian yang baik. Plato, Az Zukhaily berpendapat bahwa jiwa rasional bertempat dikepala, yang berpikir adalah akal, bukan kalbu. Akal dan kalbu sama-sama memperoleh daya kognisi, tetapi cara dan hasilnya berbeda. Akal mampu mencapai pengetahuan rasional, tetapi tidak yang suprarasional, sehingga ia mampu mencapai kebenaran, tetapi tidak mampu merasakan hakikatnya.

c. Nafsani

Nafsu merupakan daya nafsani, merupakan struktur dibawah sadar dalam kepribadian manusia. Nafsu memiliki dua kekuatan yaitu

al-ghadabiyah dan asy syahwaniyah. Ghadab dalam psikoanalisis disebut defensi (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan)yaitu tindakan yang

melindungi egonya terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu atas perbuatannya sendiri, sedangkan dalam psikologi disebut appetite, yaitu hasrat atau keinginan atau hawa nafsu, yang prinsipnya adalah kenikmatan. Apabila keinginannya tidak terpenuhi maka terjadi ketegangan. Prinsip kerjanya sama seperti prinsip kerja binatang, baik binatang buas yang suka menyerang maupun binatang jinak yang cenderung pada nafsu seksual.

Apabila nafsu tersebut dikuasai oleh cahaya Ilahi, yang muncul adalah sifat-sifat kebaikan. Akan tetapi jika nafsu itu dikuasai oleh setan, yang muncul adalah sifat-sifat setaniyah dan ini disebut hati yang sakit. Hati yang sakit bisa sembuh apabila kembali pada cahaya Ilahi, tetapi akan lebih sakit apabila dikuasai oleh nafsu setan.

D. Urgensi Pembentukan Kepribadian Muslim Remaja Usia 13-18 Tahun Melalui Kegiatan Marhabanan

(30)

Masa remaja adalah masa dimana seorang anak sedang di landa kegoncangan. masa remaja adalah masa dimana seorang anak mudah terpengaruh oleh lingkungan. Pada masa ini kepribadian anak harus dibentuk agar menjadi pribadi Muslim yang baik, yang berbudi luhur dan taat pada aturan Allah swt. Kepribadian seseorang itu berbeda-beda. Kepribadian banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Apabila lingkungan masyarakat tidak baik, maka seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut juga bisa terbawa tidak baik. Begitupula sebaliknya. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dapat menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan dapat menjaga tatanan kehidupan.

Masa remaja adalah masa dimana banyak sekali masalah yang datang menghampirinya. Masalah yang terjadi pada remaja dewasa ini, banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja itu tinggal. Dalam hal ini agama memegang peranan yang sangat penting. Agama dapat menentukan kehidupan remaja terutama dalam menghadapi dan mengatasi berbagai macam persoalan hidup yang dihadapinya.

Kegiatan marhabanan adalah salah satu cara yang dilakukan untuk membentuk kepribadian seorang Muslim. Orang yang beragama Islam belum tentu memiliki berkepribadian yang Muslim. Kepribadian Muslim adalah seperti digambarkan oleh Al-qur‟an tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad saw kepada umatnya, yaitu menjadi rahmat bagi sekalian alam.Maka, seseorang yang telah mengaku Muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapa dan apapun di lingkunagnnya. Taat dalam menjalankan ajaran agama, tawadhu, suka membantu, memiliki sifat kasih sayang tidak suka menipu, tidak suka mengambil hak orang lain, tidak suka mengganggu dan tidak suka menyakiti orang lain.

Kegiatan marhabanan dapat berperan terhadap problem remaja, penanggulangan kenakalan remaja dan pergaulan bebas, salah satu penyebab kenakalan remaja adalah kurang terbentuknya kepribadian seorang Muslim.

(31)

Disamping itu bagi para remaja, agama mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, salah satunya yaitu sebagai penenang jiwa. Dapatlah ditegaskan bahwa kegiatan marhabanan merupakan salah satu kebutuhan bagi remaja, karena dengan kegiatan marhabanan seorang remaja dapat mengetahui arti dari kebersamaan, berkumpul membahas tentang keagaam, dan dapat mengetahui sejarah Nabi serta dapat mengikuti kepribadian Nabi..

Rasulullah adalah manusia luar biasa yang memiliki pribadi sangat baik. Beliau menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Tindak tanduk dan tingkah lakunya menjadi contoh bagi seluruh umat Muslim. Tetapi, bagaimana kita bisa mencontoh Nabi Muhammad saw, bila kita tidak mengenalnya. Oleh karena itu salah satu cara agar kita mengenal sosok sang pembawa zaman jahiliyah ke zaman terang benderang ini yaitu dengan cara mengikuti kegiatan marhabanan. Kita dapat mengetahui sejarah Nabi Muhammad secara singkat karena isi dari al-barzanji itu sendiri yaitu bacaan sholawat dan riwayat/sejarah Nabi secara singkat. Adapun tujuan mengikuti kegiatan marhabanan yaitu untuk menumbuhkan rasa kecintaan para remaja kepada Nabi Muhammad saw. Dengan demikian remaja zaman sekarang dapat mengetahui dan mencontoh pribadi Nabi Muhammad saw dan dapat memiliki Kepribadian yang baik seperti NabiMuhammad saw.

Oleh karena itu, penting sekali membentuk kepribadian Muslim pada seorang remaja. Karena, dengan memiliki pribadi Muslim yang baik, seorang remaja dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dan salah satu cara untuk membentuk kepribadian Muslim adalah dengan melakukan dan mengerjakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat salah satunya adalah mengikuti kegiatan marhabanan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temu kembali dari masing-masing ukuran koefisien kesamaan akan dibandingkan berdasarkan 3 hal yaitu recall dan average precision, waktu komputasi dan

Skripsi dengan judul “Penerapan Metode Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Hubungan antara Keadaan Awan dan Cuaca pada Siswa Kelas III SDN

Oleh karena itu untuk meningkatkan persepsi petani terhadap kegiatan pembangunan hutan rakyat perlu dilakukan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluhan, sehingga

Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan harga terhadap kepuasan konsumen Restoran Coto Paraikatte, dibuktikan dengan nilai koefisien

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

Sedangkan data (10) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai pararelisme sebab gagasan yang ingin disampaikan dibungkus dengan pola yang mirip, yang mana memakai

37' Surat Persetujuan Pemenuhan Komitmen yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas diberi. nomor surat oleh