• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Program

2.1.1. Pengertian Implementasi Program

Dalam proses pembangunan, ada sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai kehidupan yang layak, sehingga mencerminkan usaha dan prakarsa masyarakat sendiri/kegiatan organisasi/kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, budaya dan mengubah keterbelakangan akibat kemiskinan. Pembangunan masyarakat bertujuan mengatasi permasalahan seperti adanya kemiskinan, keterbelakangan, dan sebagainya. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari program-program peningkatan kesejahteraan keluarga, yang sampai saat ini masih dinaungi oleh program-program pemerintah, namun demikian lembaga-lembaga/organisasi-organisasi pun telah banyak mengambil peran, seperti pada sektor pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya, sehingga untuk mewujudkan program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan.

Program kerajinan tangan adalah salah satu implementasi dari suatu pemberdayaan demi perubahan masyarakat dan merupakan langkah yang dilakukan Cordia Caritas Medan untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Program ini bertujuan dalam meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang miskin. Bisa dikatakan bahwa pelaksanaan atau implementasi program awal dari suatu kegiatan pembangunan masyarakat miskin.

(2)

Proses implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Horn, dalam Wahab, 1990:49), selanjutnya defenisi implementasi yaitu implementasi penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara sebuah perangkat tujuan atau tindakan yang mampu untuk meraihnya (Wildavsky, dalam Wahab, 1990:50). Pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana to implementasi (mengimplementasikan) berarti to provide means for carrying out, to give practical effect to (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan, menimbulkan dampak/berakibat sesuatu). Implementasi merupakan suatu proses pelaksanaan suatu kebijakan organisasi dalam bentuk program. Sebelum adanya suatu implementasi maka diadakan terlebih dahulu suatu kebijakan (Webster, dalam Wahab, 1990:64).

(3)

Tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut: Identifikasi program

Pengembangan program

Proses pengambilan keputusan

Hasil-hasil program

Implementasi

Evaluasi (Jones, 1996: 67)

Program adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraanya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana.

Dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur utama yang harus ada agar tercapainya kegiatan implementasi program akan menunjang implementasi atau pelaksanaannya, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan dan sasaran-sasaran tersebut.

(4)

3. Adanya aturan dan prosedur yang harus dilalui. 4. Adanya perkiraan anggaran yang akan dibutuhkan. 5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Tambunan, 2007: 3).

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dengan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksananya. Unsur yang melaksanakannya adalah unsur ketiga, artinya pelaksana penting karena pelaksana baik organisasi maupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Dalam mencapai tujuan implementasi program secara efektif, Cordia Caritas Medan melakukan aksi atau tindakan yaitu:

1. Pemberian ketrampilan dan modal.

2. Pengolahan sumber daya alam dan manusia.

Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input program, sementara aksi kedua disebut sebagai proses implementasi program.

Kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksanaan program adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan haruslah tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika kebijakan dalam bentuk keputusan-keputusan ingin dilaksanakan dengan tepat maka arahan serta petunjuk pelaksanaan harus jelas, dan jika hal ini

(5)

tidak jelas maka para pelaksana program akan bingung tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan akhirnya mereka akan mempunyai keputusan tersendiri dalam memandang, melaksanakan dan serta menerapkan program tersebut.

2.1.2. Model Efektivitas Program

Model efektivitas implementasi program yang ditawarkan oleh Charles O. Jones, menyebutkan bahwa program efektif atau tidak efektif maka standar penilaian dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, dan penerapan (Jones, 1996: 296).

1. Organisasi

Organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana didukung dengan legalitas organisasi tersebut.

2. Interpretasi

Maksudnya agar program kerajinan tangan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan keputusan yang berlaku di Cordia Caritas Medan, harus dilihat apakah pelaksanaannya dalam memberikan pelatihan dan modal sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh Cordia Caritas Medan.

3. Penerapan

Maksudnya disini kebijakan dan keputusan Cordia Caritas Medan yang berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk melihat hal ini harus pula

(6)

dilengkapi dengan adanya prosedur kerja, program kerja, serta jadwal kegiatan.

2.1.3 Pengertian Kemiskinan dan Ciri- Ciri Fakir Miskin

Badan pusat statistik ( BPS) mencatat jumlah presentase penduduk miskin pada periode 1997-2007 meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 1996-1999 jumlah peduduk miskin meningkat 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada 1996 menjadi 47,97 juta pada 1999. Presentase jumlah penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 23,43% pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga penurunan presentase jumlah penduduk miskin dari 19,14% pada tahun 2000 menjadi 15,97% pada tahun 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta orang (15,97%) pada bulan februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75%) pada maret 2006. Peningkatan jumlah dan presentase penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM. Pada Maret 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang (15,42%). Dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang, dan angka terakhir perhitungan BPS pada maret 2009 jumlah penduduk miskin 32,53 juta jiwa (14,15%) yang artinya jumlah penduduk miskin menurun. Merujuk data dari lembaga multilateral tersebut, dengan kriteria miskin yaitu orang dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari

(7)

(makmur,2008.http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5C Makmun-2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

Pengertian Kemiskinan, meliputi:

a. Menurut Gunawan Sumodiningrat, masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan/ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal:

1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan (basic need deprivation). 2. Melakukan kegiatan usaha produktif (unproductiveness).

3. Menjangkau sumber daya sosial dan ekonomi (inacceribility).

4. Menentukan nasibnya diri sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik (vulnerability).

5. Membebaskan diri dari mental budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah (no freedom for poor). Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan tersebut menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha dan menikmati kesejahteraan secara bermartabat (Makmun, 2008: 5, http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5C Makmun-2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

b. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002: 3).

c. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang

(8)

disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002: 4).

d. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

e. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.

f. Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan keterampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman, dalam Suharto, et.all, 2004: 6). g.

(9)

2.2. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan Sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 1, adalah: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar tetap hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli : 1. Arthur Dunham

Kesejahteraan Sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan Kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas, pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan (Nurdin, 1989:28).

2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang

(10)

memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Nurdin, 1989:28). 3. Walter A.Friendlander

Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat (Nurdin, 1989:28).

4. Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kesejahteraan Sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timabal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, seta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial (Nurdin, 1989:28).

(11)

2.3. Pekerjaan Sosial

2.3.1. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial adalah suatu pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perseorangan maupun didalam kelompok, untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi dan sosial (Friedlander, dalam Muhidin, 1992:7)

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang bukan hanya merupakan kegiatan akdemis, tetapi juga mempunyai tujuan yang praktis.

2. Seorang pekerja sosial profesional mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku manusia serta lingkungan sosial atau kondisi sosial dimana manusia itu hidup.

3. Kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial adalah dua hal yang tidak sama, walaupun lembaga-lembaga sosial dan bidang praktek dimana keahlian pekerjaan sosial dilaksanakan.

4. Pekerjaan sosial memiliki proses, metoda, dan tehnik tersendiri.

5. Pekerjaan sosial sesuai dengan sifat kegiatannya dan keragaman bidang prakteknya mempunyai atau melaksanakan bentuk pelayanan yang berbeda-beda.

6. Pekerja sosial harus dapat memahami kebutuhan individu dan lingkungannya sendiri yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial (Muhidin, 1992:7).

(12)

2.3.2. Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial :

Prinsip-prinsip pekerjaan sosial bersumber pada nilai-nilai masyarakat, prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar bagi praktek pekerjaan sosial serta menjadi pedoman untuk mencapai tujuan pekerjaan sosial.

Prinsip-prinsip umum pekerjaan sosial tersebut adalah : 1. Keyakinan akan integritas dan harga diri dari setiap individu.

2. Hak untuk menentukan diri sendiri atau hak untuk menentukan kebutuhannya sendiri dan cara bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. 3. Keyakinan akan kesempatan yang sama bagi setiap orang yang hanya

dibatasi oleh kemampuannya.

4. Tanggungjawab sosial terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat (Muhidin, 1992:13).

2.3.3. Masalah-masalah Kesejahteraan Sosial

Masalah sosial adalah suatu cara bertingkahlaku yang menentang satu atau beberapa norma yang telah diterima dan berlaku didalam masyarakat, sedangkan masalah sosial adalah terbatas pada masalah-masalah yang timbul dalam keluarga, kelompok atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya (Davis, dalam Nurdin,1989:53).

Masalah-masalah sosial dapat berupa : 1. masalah kemiskinan.

2. kejahatan.

(13)

4. masalah generasi mudah.

5. masalah-masalah sebagai akibat peperangan.

6. pelanggaran norma-norma masyarakat seperti pelacuran, kenakalan anak, pencurian.

7. masalah kependudukan.

8. masalah lingkungan hidup (Nurdin, 1989:55).

Dalam perkembangan sosiologi, masalah-masalah sosial menjadi 5 yaitu: 1. Masalah sosial sebagai patologi organik individual.

2. Masalah sosial sebagai patologi sosial.

3. Masalah sosial sebagai disorganisasi personal dan sosial.

4. Masalah sosial sebagai konflik-konflik nilai (Burgess, dalam Nurdin, 1989:56).

2.4. Pengembangan Masyarakat ( Community Development)

Dari berbagai macam definisi dapat dilihat bahwa definisi pengembangan masyarakat sangat bervariasi, akan tetapi banyak persamaan, yaitu:

1. Adanya campur tangan dari pihak luar masyarakat.

2. Adanya usaha agar masyarakat dapat beradaptasi terhadap perubahan sosial.

3. Adanya unsur partisipasi masyarakat terhadap usaha-usaha yang diberikan atau dilakukan (Suriadi, 2005: 31).

Dalam menjalankan metode pengembangan masyarakat yang harus diingat oleh lembaga/organisasi yaitu:

(14)

2. Metode pengembangan masyarakat dapat dilengkapi dengan cara memberikan kepentingan-kepentingan yang tujuannya agar masyarakat melalui kepentingan-kepentingan tersebut beradaptasi dengan perubahan sosial.

3. Metode pengembangan masyarakat dapat dijalankan dengan cara memberikan pendidikan non-formal bagi orang dewasa (Suriadi, 2005:32). Berdasarkan tiga hal di atas maka haruslah diingat kemungkinan kegagalan dalam menjalankan program-program pengembangan masyarakat. Kegagalan ini sering terjadi misalnya karena pekerja sosial/pelaksana program yang bertugas membangun masyarakat kurang mengerti maupun kurang mengenal di lingkungannya, jadi agar mengurangi kegagalan pelaksana program harus menyesuaikan diri dengan lapangan/lingkungannya.

Beberapa prinsip pengembangan masyarakat menurut PBB yang berhubungan dengan kesuksesan program kerajinan tangan yaitu:

1. Program pengembangan masyarakat sebaiknya juga mengikut sertakan partisipasi wanita dan pemuda, hal ini disebabkan kaum wanita dalam masyarakat pada umumnya merupakan mayoritas penduduk, sehingga mereka merupakan potensi yang besar. Pemuda juga bisa dianggap sebagai suatu potensi yang besar karena mereka adalah golongan yang mempunyai keinginan untuk bergerak secara dinamis oleh karena itu program-program yang ada dalam masyarakat harus memberikan bantuan yang intensif agar wanita dan pemuda dapat berkembang secara maksimal.

(15)

2. Adanya pemanfaatan sumber daya dan dana secara efesien baik berupa sumber-sumber dari pemerintah maupun swasta dalam program-program ditingkat lokal, nasional dan internasional (Suriadi, 2005: 36).

Melihat dari beberapa hal di atas, maka ada hubungan antara program yang dilaksanakan Cordia dengan konsep pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat yang potensial diberdayakan Cordia Caritas Medan adalah kaum wanita.

2.5. Pelaksanaan Program Yang Dilakukan Oleh Lembaga Yang Berada Di Luar Masyarakat

Lembaga sosial adalah sebagai wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan, sasaran, dan misi yang sesuai dengan bidang kegiatannya. Demikian pula dengan organisasi-organisasi sosial, baik formal maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial (Nurdin, 1989:41).

Pada prinsipnya dikatakan bahwa jika pelaksanaan program dilakukan oleh lembaga dari luar masyarakat, misal: program pertanian, perikanan, dan segala macam program harus mengutamakan keuntungan masyarakat.

Kemudian lembaga yang datang dari luar masyarakat harus mengingat beberapa hal, yaitu (Suriadi, 2005: 2):

1. Lembaga harus dapat mendiagnosa kebutuhan masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(16)

2. Lembaga jika akan menerapkan program tidak boleh sikapnya memberikan perintah, tetapi harus menawarkan program kepada masyarakat, program mana yang akan dipilih.

3. Jika suatu lembaga akan masuk kedalam masyarakat, pada awalnya dapat menggunakan cara-cara bujukan misalnya dengan cara memberikan penerangan, ceramah dan memberikan bahan bacaan, agar masyarakat mempunyai waktu untuk memikirkan program yang akan diterapkan kepada masyarakat.

Lembaga sebagai proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap, yaitu:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004, http//www.damandiri.or.id/ file/dasminsiduipbbab2.pdf, diakses 15 September 2009 pukul 20.00 wib).

Program kerajinan tangan yang dijalankan Cordia Caritas Medan bisa dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat yang dirancang oleh pihak luar. Terkadang saja kelihatannya program ini meyakinkan tetapi bisa saja

(17)

menyesatkan, ataupun merugikan komunitas masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala/biasan pemberdayaan, sebagai berikut:

1. Anggapan bahwa pendekatan pembangunan masyarakat yang berasal dari lembaga/pemerintah lebih sempurna daripada pengalaman dan aspirasi pembangunan masyarakat dari tingkat bawah (grass-root), akibatnya banyak kebijaksanaan menjadi kurang efektif karena mempertimbangkan kondisi nyata dan kehidupan masyarakat.

2. Orang miskin dapat miskin karena bodoh dan malas, dengan demikan cara menanganinya harus dengan cara paternalistik seperti melakukan orang yang bodoh dan miskin. Dengan anggapan demikian, masalah kemiskinan dipandang sebagai usaha sosial (chariti) dan bukan usaha penguatan ekonomi.

3. Bahwa ukuran efesiensi pembangunan masyarakat yang kadang salah diterapkan, misalnya dalam investasi harus selalu diarahkan pada tahap segera menghasilkan bagi pertumbuhannya. Padahal upaya pemberdayaan masyarakat akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih lestari (suistainable) dalam kerangka waktu yang panjang (Kartasasmita, dalam Suriadi, 2005: 59).

2.6. Pelaksanaan Program Kerajinan Tangan

Pelaksanaan program kerajinan tangan bersifat berkelanjutan/jangka panjang (sustainable) dan fleksibel dalam penerapannya dengan melalui beberapa pendekatan antara lain:

(18)

Pendekatan program menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan. Fokus pada masyarakat ini sama pentingnya baik pada tingkat yang lebih tinggi (ketika membahas pencapaian tujuan-tujuan seperti pengentasan kemiskinan, pembaruan ekonomi atau pembangunan yang berkelanjutan) maupun pada tingkat mikro atau masyarakat.

2. Dinamis

Sebagaimana program masyarakat dan faktor kelembagaan dan struktur yang membentuk/mengkondisikannya adalah sangat dinamis, demikian pula halnya dengan pendekatan ini. Pendekatan ini berusaha memahami dan belajar dari perubahan sehingga bisa mendukung pola-pola perubahan yang positif dan membantu menghilangkan pola-pola yang negatif. Secara nyata pendekatan ini melihat adanya efek-efek yang berasal dari kejadian-kejadian yang mengejutkan di luar masyarakat dan perubahan perubahan yang lebih bisa diramalkan, meskipun terkadang bersifat merusak.

3. Keswadayaan

Menitikberatkan pada kegiatan usaha berdasarkan ketrampilan kerajinan tangan yang dikembangkan Cordia Caritas Medan untuk masyarakat sehingga dapat menunjang keberhasilan dan diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih mandiri.

4. Membangun kekuatan dan kapasitas lokal

Prinsip penting dari pendekatan ini adalah ia mulai dengan analisis kekuatan dan kapasitas lokal, bukannya kebutuhan yang perlu disuplai dari luar. Ini tidak berarti bahwa pendekatan ini meletakkan fokus yang tidak semestinya pada anggota masyarakat yang bernasib lebih baik. Sebaliknya,

(19)

pendekatan ini menyiratkan pengakuan akan potensi yang melekat pada semua orang, apakah potensi itu berasal dari jaringan kerja sosial mereka yang kuat, akses mereka pada sumberdaya dan prasarana fisik, kemampuan mereka untuk mempengaruhi lembaga-lembaga kunci maupun faktor lain yang berpotensi mengurangi kemiskinan. Dalam upaya pembangunan yang menitikberatkan peningkatan masyarakat, tujuan kuncinya adalah menghilangkan hambatan-hambatan untuk mewujudkan potensi tersebut. Jadi masyarakat akan dibantu agar mereka menjadi lebih berdaya, lebih kuat, dan lebih mampu untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

5. Dimensi Keberlanjutan Ekonomi

Meskipun kita sering mendengar dan menggunakan istilah keberlanjutan adalah kunci bagi pendekatan ini. Ide ini tidak boleh diabaikan atau dikesampingkan. Keberlanjutan ekonomi dicapai ketika tingkat satuan ekonomi tertentu (rumah tangga) mempertahankan tingkat pengeluaran tertentu secara stabil (pengeluaran sering menjadi indikator utama dalam menilai kesejahteraan rumah tangga, ketimbang pemasukan karena lebih mudah diukur). Keberlanjutan ekonomi kaum miskin tercapai jika tingkat dasar kesejahteraan ekonomi bisa dicapai dan dipertahankan.

6. Pembangunan partisipatif

Pendekatan program ini hanya akan efektif jika dilaksanakan dengan cara partisipatif. Pendekatan ini memasukkan, dan dibangun di atas, metodologi partisipatif yang sudah ada. Pendekatan ini mendorong tercapainya tujuan-tujuan penghidupan masyarakat oleh masyarakat sendiri. Pendekatan ini

(20)

dibangun di atas kekuatan dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Sekali lagi, hal ini hanya mungkin jika metode/pendekatan partisipatif digunakan untuk menentukan siapa yang mempunyai akses pada jenis pendapatan (capital) mana dan bagaimana akses ini dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan, sosial dan organisasi (Saragih&Ramli,2007:2329,http://www.zef.de/module/register/media/239 0_SL-Chapter1.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

Dilihat dari sudut organisasinya maka program kerajinan tangan adalah program pemberdayaan masyarakat miskin yang dilaksanakan Cordia Caritas Medan. Dalam pelaksanaanya, Cordia Caritas Medan mendapatkan dana untuk mendukung realisasi program dari proposal berbagai Caritas seperti Caritas Germany, Caritas Austria, Trocaire Caritas Ireland, Catholic Relief Service (CRS), Caritas Czech Republic, Caritas Italy.

Akan tetapi penulis tidak bisa mengetahui lebih rinci karena adanya prinsip kerahasiaan pada lembaga, tetapi menurut proposal program yang telah disetujui oleh Caritas Czech Republic, total target pembelanjaan program ini sebesar Rp. 588.604.500.00 (Eur 50.000,-). Anggaran ini ditujukan untuk program kerajinan tangan yang direncanakan dalam bentuk pelatihan dan pemberian modal selama tujuh bulan (Tambunan, 2007: 7)

Pelatihan kerajinan tangan dan pemberian modal diharapkan dapat mengembangkan usaha kerajinan tangan sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri. Selain itu, selain prosesnya akan ada hasil yang dihasilkan yaitu adanya peningkatan pendapatan keluarga (house hold income).

(21)

Keberhasilan program kerajinan tangan sangat tergantung pada peranan Cordia Caritas Medan dan partisipasi aktif masyarakat binaan tersebut.

Mengingat dalam tiap-tiap program pemberdayaan masyarakat seperti program kerajinan tangan terdapat permasalahan yang berbeda, sistem evaluasi perlu dilakukan dan penelitian tentang program kerajinan tangan ini sangat membantu upaya perbaikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan lainnya di masa yang akan datang. Dari sistem evaluasi dan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dilakukan penilaian secara tepat dan sistematis mengenai perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh kelompok masyarakat binaan dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Untuk mengetahui pelaksanaan dan perkembangan program kerajinan tangan dengan tujuan memberdayakan kaum miskin dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan melalui diskusi dan komunikasi terbuka, pertemuan tersebut berada di ruangan rapat Yayasan Cordia Caritas Medan. Setiap pertemuan harus dihadiri oleh pimpinan Cordia, koordinator program kerajinan tangan, beserta staff-staffnya, pelatih ketrampilan kerajinan tangan, dan koordinator lapangan sebagai pengawas lapangan yang memberikan laporan harian dan bulanan pada koordinator program kerajinan tangan.

Dalam menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan program kerajinan tangan, sistem evaluasi telah dikembangkan oleh kebijakan Cordia Caritas Medan.

Beberapa indikator keberhasilan yang dipakai dalam evaluasi antara lain: 1. Masyarakat tidak lagi digolongkan sebagai masyarakat yang marginal/miskin. 2. Masyarakat ini dapat trampil dalam kerajinan tangan.

(22)

4. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha mikro yang produktif pada anggota kelompok, makin kuatnya permodalan dan administrasi kelompok, serta makin luas interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

5. Peningkatan kesejahteraan keluarga miskin/marginal di lingkungan tersebut (Tambunan, 2007:8).

2.6.1. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kerajinan Tangan

Keberhasilan suatu program sangat bergantung pada partisipasi masyarakat bahwa tanpa ada partisipasi dari masyarakat maka program yang akan diterapkan akan mengalami kegagalan. Demikian halnya dalam program kerajinan tangan yang direaliasikan oleh Cordia Caritas Medan, maka sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat yang berusaha mengurangi masalah kemiskinan dalam pelaksanaan memerlukan partisipasi yang aktif kepada masyarakat itu sendiri.

Menurut kamus bahasa Indonesia kata partisipasi berarti setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.

Partisipasi masyarakat dapat dibangkitkan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Menggunakan prinsip pertukaran dasar, yaitu melalui pendekatan timbal balik manfaat yang diterima langsung oleh masyarakat. Menurut teori Peter. M. Diah, semakin banyak manfaat yang diduga maka semakin kuat pihak itu terlibat dalam kegiatan.

(23)

2. Memberikan bimbingan/pelatihan dan kepercayaan kepada masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial sehingga motivasi masyarakat untuk berpatisipasi semakin kuat.

3. Kegiatan harus bersifat sebagai stimulan/rangsangan yang mampu meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat.

4. Rancangan kegiatan harus sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk berpartisipasi.

5. Menyelaraskan segala program dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.

6. Melibatkan masyarakat dalam membuat suatu rencana dan keputusan. Dalam konteks pengentasan kemiskinan melalui program kerajinan tangan yang dikemukakan sebelumnya, maka pendekatan partisipasi merupakan pendekatan langsung menyentuh masyarakat binaan. Strategi ini merupakan salah satu pendekatan pembangunan dari dalam sesuai dengan asumsi bahwa penanggulangan masalah ekonomi lemah atau masyarakat miskin hanya dapat dilakukan melalui kelompok masyarakat itu sendiri yaitu dengan pengembangan potensi nonformal berupa ketrampilan kerajinan tangan dan kemampuan masyarakat binaan itu sendiri dalam meningkatkan pendapatan mereka. Sebab pada dasarnya setiap anggota masyarakat binaan memiliki keahlian dan modal sebagai potensi untuk berkembang dan mandiri.

(24)

2.7.1 Kerangka Pemikiran

Masalah kemiskinan merupakan sumber muncul dan berkembangnya permasalah-permasalahan sosial lainnya, seperti anak terlantar, pengemis, gelandangan, keluarga berumah tak layak huni, tuna susila, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masalah kemiskinan yang harus ditangani secara serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat, kemudian harus diakui bahwa saat ini kesejahteraan masyarakat masih belum maksimal.

Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari program-program peningkatan kesejahteraan keluarga, yang sampai saat ini masih dinaungi oleh program-program pemerintah. Namun demikian lembaga-lembaga/organisasi-organisasi pun telah banyak mengambil peran, seperti pada sektor pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Dan untuk mewujudkan program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan.

Cordia Caritas Medan adalah organisasi nirlaba yang memiliki misi memberdayakan kaum miskin, oleh karena itu langkah yang dilakukan Cordia Caritas Medan dalam mengentaskan masalah kemiskinan perkotaan terutama di daerah Brayan Bengkel dengan menciptakan program yang memberdayakan masyarakat yang miskin, yaitu program kerajinan tangan. Implementasi program kerajinan tangan ini bertujuan dalam meningkatkan kesejahteraan terutama pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang miskin. Untuk lebih jelasnya penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

(25)

2.7.2. Bagan alur kerangka pemikiran.

Cordia Caritas Medan

Program Handicraft (kerajinan tangan) a. Pelatihan ketrampilan.

b. Pemberian modal.

c. Pengolahan sumber daya alam dan manusia. Implementasi a. Pencapaian tujuan. - Pelaksanaan -Partisipasi. b. Durasi waktu.

- Jangka waktu pelatihan. - Pemberian modal usaha. c. Manfaat program. - Meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Binaan Brayan Bengkel .

(26)

2.8. Defenisi konsep dan defenisi operasional. 2.8.1. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, untuk menghindari kesalapahaman dalam penelitian ini maka terlebih dahulu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan :

a. Implementasi adalah pelaksanaan dari suatu kebijakan dan strategi organisasi yang dilakukan oleh individu atau anggota organisasi.

b. Program kerajinan tangan merupakan pemberdayaan masyarakat miskin demi menanggulangi kemiskinan masyarakat binaan dengan tujuan untuk meningkatkan keahlian nonformal dan peningkatan pendapatan masyarakat tersebut.

c. Yayasan Cordia Caritas Medan adalah suatu organisasi sosial kemanusiaan atau organisasi nirlaba sesuai dengan visi dan misinya sangat ingin menempatkan rasa pedulinya dengan memberdayakan masyarakat miskin.

2.8.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variable atau semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variable (Singarimbun, 1992: 46). Dengan membaca definisi operasional suatu variable, seorang peneliti akan mengetahui baik buruknya pengukuran sehingga dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel tersebut.

(27)

Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah Implementasi program, yaitu pencapaian tujuan, durasi waktu, manfaat program. Indikator-indikator yang ada dalam penelitian ini, yaitu:

A. Pencapaian tujuan yaitu tercapainya tujuan/sasaran/target yang ditentukan sebelumnya dalam program kerajinan tangan, yakni:

1. Pelaksanaan, yaitu program dilaksanakan menurut kebijakan dan strategi Cordia Caritas Medan sebagai lembaga yang melaksanakan usaha-usaha kesejahteraan sosial, dimana terdapat kelompok masyarakat binaan dengan memberikan pelatihan dan pemberian modal. 2. Partisipasi, artinya dalam proses pelaksanaan program diupayakan agar masyarakat binaan dapat berperan aktif dalam pelatihan ketrampilan sehingga hasil yang dihasilkan dapat optimal sesuai dengan target-target program yang telah ditentukan sebelumnya.

B. Durasi waktu, proses waktu yang diperlukan dalam pencapaian tujuan/sasaran/target program sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya, meliputi:

1. Jangka waktu pelatihan ketrampilan kerajinan tangan. 2. Pemberian modal usaha.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu  perusahaan  baru  yaitu  perusahaan  lemari  membutuhkan  SDA  berupa  kayu  jati.  Untuk  mendapatkan  kualitas  lemari  yang  bagus,  tentunya 

Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) uji perbedaan dua rata-rata untuk melihat (a) perbedaan self-efficacy terhadap matematika pada mahasiswa yang

Tidak ada pengobatan spesifik pada japanese enselofalitis. Namun, terapi suportif dan perawatan dengan cepat dapat mengurangi kasus yang fatal. Oleh karena

Dirgaputra Ekapratama sebagai Pengusaha Kena Pajak secara administrasi sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 85/PMK.03/2012, namun dalam perhitungan

Apakah memang penggunaan media sosial di kalangan para pemuda tani dapat menjadi subsitusi atau hanya komplementer bagi saluran komunikasi politik berbasis

Hasilnya didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka polutan asap yang menyebar juga semakin banyak, demikian juga pengaruh bahan bakar yang digunakan,

18 Fischer menyebutkan bahwa “rasa takut merupakan emosi yang timbul pada situasi stress dan tidak menentu (uncertainty) sehingga orang merasa dirinya terancam atau tidak berdaya

Penerapan sanksi Aparatur Sipil Negara ditegaskan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 yang mengatur tentang hak dan kewajiban PNS dan Peraturan tentang disiplin