• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH OLEH : BAHYUNI ADHAENI D1A013053

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH OLEH : BAHYUNI ADHAENI D1A013053"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BONGKAR MUAT PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT (STUDI KASUS PT.ASDP INDONESIA FERRY CABANG LEMBAR DENGAN PT.BAHTERA

ABADI MANDIRI). OLEH : BAHYUNI ADHAENI D1A013053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2017

(2)
(3)

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BONGKAR MUAT PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT (STUDI KASUS PT.ASDP INDONESIA FERRY CABANG LEMBAR DENGAN PT.BAHTERA

ABADI MANDIRI). BAHYUNI ADHAENI NIM. D1A013053 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSRTAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab para pihak dalam pelaksanakan perjanjian bongkar muat pengiriman barang dalam angkutan laut serta upaya-upaya penyelesaian yang dilakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dan apabila terjadi sengketa. Penelitian ini menggunakan metode normatif. Hambatan yang terjadi di dalam pelaksanaan perjanjian pengiriman barang PT. ASDP Indonesia ferry cabang lembar dengan PT.Bahtera Abadi Mandiri. berupa faktor alam, peralatan bongkar muat, SDM, angkutan darat ( truk ) kondisi barang, dan juga dari segi keamanan, pertanggung jawaban pengangkut sesuai dengan apa yang di perjanjikan kedua belah. Penyelesaian apabila terjadi sengketa yaitu dengan cara negosiasi, arbitrase, maupun litigasi.

Kata kunci : perusahaan, bongkar muat, pengiriman barang,tanggung jawab.

This study aims to find out how the responsibilities of the parties in the implementation of the loading and unloading agreements on the delivery of goods in sea transport and settlement efforts are made in case of obstacles and in case of dispute. This research uses normative method. Barriers that occur in the implementation of goods delivery agreement PT. ASDP Indonesia ferry branch sheet with PT.Bahtera Abadi Mandiri. in the form of natural factors, loading and unloading equipment, human resources, land transportation (truck) condition of goods, and also in terms of security, responsibility of the carrier in accordance with what is in the agreement both. Settlement in case of dispute is by way of negotiation, arbitration, and litigation.

(4)

I. PENDAHULUAN

Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan penting dalam perekonomian negara untuk menciptakan pertumbuhan ekonominya. Menurut Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Untuk memperlancar arus barang dan jasa guna menjunjung kegiatan perdagangan dipelabuhan, maka diperlukan adanya sarana pengangkutan yang memadai, yaitu pengangkutan melalui laut.

Menurut H.M.N Purwosutjipto, pengangkutan adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.1 Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, terdapat beberapa kegiatan usaha jasa di pelabuhan sebagai penunjang kegiatan angkutan laut salah satunya yaitu kegiatan bongkar muat barang. Menurut Pasal 1 angka (14) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan, kegiatan bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring,

cargodoring, dan receiving/delivery. Dalam menyelenggaraan kegiatan bongkar muat barang

melalui angkutan laut, perusahaan bongkar muat memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan kegiatannya. Perusahaan bongkar muat barang dari dan ke kapal bertanggung

(5)

jawab terhadap fasilitas yang digunakan, peralatan bongkar muat kapal yang digunakan dalam kegiatan opersional bongkar muat barang. Disamping itu, perusahaan bongkar muat juga bertanggung jawab atas keselamatan barang yang di muatnya sampai penyerahan kepada penerima, terjaminnya keselamatan dari tenaga kerja bongkar muat selama pelaksanaan kegiatan, menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang yang memadai. 2

Dalam praktek di lapangan kerusakan barang dalam proses bongkar muat barang masih sering terjadi dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Pemilik barang yang tidak mau terima dengan kejadian tersebut melakukan claim dan meminta ganti kerugian atas kerusakan barang-barang tersebut.

Ada aturan yang dapat digunakan mengenai pertanggungjawaban dan perselisihan pengangkutan laut dalam kegiatan bongkar muat pengiriman barang yaitu KUHPerdata, KUHD, UU NO. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan sumber hukum internasional United

Nation Convention The Carriage of Goods by Sea (The 1978 Hamburg Rules) sedangkan

Indonesia belum meratifikasi Konvensi Hamburg 1978 hingga saat ini.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat barang pengangkutan laut antara PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri? 2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat barang pengangkutan laut melalui PT.ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar Dan bagaimana upaya penyelesaiannya?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab para pihak dalam pelaksanakan perjanjian bongkar muat pengiriman barang dalam angkutan laut serta upaya-upaya penyelesaian yang dilakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dan apabila

2 Martono Dan Eko Tjahjono, 2001,Transportasi Di Perairan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

(6)

terjadi sengketa. Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis. 1.Manfaat secara teoritis,dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu hukum, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram. 2. Untuk menambah wawasan dan informasi baik kepada pembaca maupun masyarakat luas menyangkut tanggung jawab para pihak bongkar muat pengiriman barang terhadap kerusakan barang dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat pengiriman barang dari dan ke kapal.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif. Metode yang digunakan yaitu :Pendekatan perauturan perundang-undangan, merupakan pendekatan yang mengkaji tentang asas-asas hukum, norma-norma hukum dan peraturan perundang-undangan baik yang berasal dari undang-undang, dokumen, buku-buku, dan sumber-sumber resmi yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini. Pendekatan konseptual (conceptual approach) beranjak dari pandangan-pandangan dan dokrin-dokrin yang berkembang didalam perundang-undangan dan ilmu hukum. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen. peneliti menggunakan metode analisa kualitatif dan deskriptif menguraikan dan membahas hasil penelitian yang dihubumgkan dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan aspek yang diteliti dan mengambil kesimpulan guna menjawab permasalahan yang diangkat.

(7)

II. PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perjanjian bongkar muat Pengiriman Barang PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar Dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri.

PT. Bahtera Abadi Mandiri melakukan perjanjian pengiriman muatan dengan pihak pengirim muatan berdasar kepastian dari pihak PT. ASDP Indonesia Ferry, selaku pihak jasa penyeberangan melalui laut (Kapal), karena jadwal keberangkatan pihak PT. Indonesia Ferry yang menentukan dan kepastian bisa atau tidaknya PT.Bahtera Abadi Mandiri menyeberangkan truk yang berisikan muatan yang akan dikirim ke arah tujuan pengiriman, sesuai dengan perjanjian PT. Bahtera Abadi Mandiri dengan pihak pemilik muatan, dan PT. Bahtera Abadi Mandiri menerima pengiriman barang atau muatan berupa :Sayur (Kol,lombok, kentang dan bawang merah), Meubel / Pindahan rumah (Meja, kursi,pigura,dll), Buah – buahan (Mangga,semangka,dll), Mobil (Kijang,Sedan,pick up,minibus,dll), Motor, Perlengkapan proyek (Crane, forklift,besi,dll).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pengangkutan barang melalui laut, pelaksanaannya didasarkan pada suatu perjanjian pengangkutan, di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang melalui laut atau dengan memakai kapal laut dari satu pelabuhan ke pelabuhan tujuan dengan selamat (aman dan utuh). Hal ini diatur sesuai dengan Surat Perjanjian lisan pengiriman barang Antara PT. ASDP Indonesia Ferry (Pihak I) dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri (Pihak II),dan isi perjanjian perjanjian tersebut adalah : 1. PIHAK I sebagai pemilik kapal menunjuk PIHAK II untuk melaksanakan pemuatan (Stevedoring) barang, 2. PIHAK II menyediakan sarana muatan ke tempat tujuan, 3.PIHAK II menjamin kelancaran muatan sampai ke tempat tujuan.

(8)

Berdasarkan ke tiga pasal tersebut diatas jelas bahwa perjanjian pengiriman barang antara PT. ASDP Indonesia Ferry dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri dilaksanakan atas kesepakatan bersama sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata. Selain itu perjanjiann tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu : (1). Sepakat mereka yang mengikat dirinya.Sesuai dengan pasal-pasal tersebut dibuktikan oleh pihak I dengan kesepakatan keberangkatan yang diberikan kepada pihak II untuk mengirim,dan pihak I juga harus bertanggung jawab atas suatu perjanjian yang sudah di sepakati. (2).Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, Untuk kecakapan dalam pembuatan perjanjian dapat dibuktikan dengan adanya perjanjian yang diwakili oleh masing-masing pemilik yaitu Anton Murdianto sebagai General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar ,dan sekaligus menurut anggaran dasar pemilik perusahaan PT. Bahtera Abadi Mandiri atas nama Okha Christian Ade,berhak mewakili sebagai pengirim muatan yang akan dikirim sesuai dengan perjanjian. (3). Suatu hal tertentu. Dalam hal bukti untuk hal tertentu dapat dibuktikan oleh pihak I (PT.ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar) dengan menyediakan alat penyeberangannya yaitu kapal beserta kepastian jadwal keberangkatannya. (4). Suatu sebab yang halal.3 Dalam hal untuk sebab yang halal dibuktikan dengan adanya perjanjian tersebut yang tidak melanggar Undang-Undang, ketertiban umum, dan asas-asas kepatutan dan kesusilaan. Pada prinsipnya perjanjian pengiriman barang bersifat konsensual, perjanjian bongkar muat pengiriman barang tidak disyaratkan harus bentuk tertulis, melainkan cukup dengan kata sepakat antara pihak.

Dalam Pasal 466 KUHD juga terdapat kata menyelenggarakan yang berarti pihak pengangkut adalah pihak yang melakukan pengiriman barang. Misalnya PT.

3

(9)

ASDP Indonesia Ferry sebagai perusahaan penyebarangan pemilik kapal berjanji untuk melakukan pengangkutan barang milik perusahaan PT. Bahtera Abadi Mandiri yang berisi muatan barang dari Pemilik Muatan (X).Hal ini berarti terjadinya suatu perjanjian diawali adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak. Pihak PT. ASDP Indonesia Ferry menawarkan jasanya kepada PT.Bahtera Abadi Mandiri untuk mengangkut barang dari pengirim sampai ke tempat tujuan pengiriman sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh pengirim.

Pelaksanaan perjanjian ini diawali dari surat perintah pengapalan yang dikeluarkan oleh PT. ASDP Indonesia ferry, yang berisikan tentang nama pengirim barang, nama perusahaan EMKL (PT.Bahtera Abadi Mandiri), jadwal keberangkatan kapal, nama kapal yang akan digunakan, tanggal masuk ke tempat tujuan (pelabuhan yang dituju). Sedangkan PT.Bahtera Abadi Mandiri, membuat surat jalan, nama barang dan jenis barang yang akan dikirim. PT. ASDP Indonesia Ferry sebagai jasa penyebarangan kapal laut, Memberikan kerja sama terhadap PT.Abadi Bahtera Mandiri untuk pengangkutan barang melalui laut. Dalam hal ini kegiatan pemindahan barang yang dimuat dengan jasa truk yang akan diseberangkan dengan jasa kapal laut dari PT. ASDP Indonesia ferry. Adanya perjanjian tersebut PT. Bahtera Abadi Mandiri menyanggupi mengisi truk muatan ke dalam kapal yang dijanjikan oleh pihak PT. ASDP Indonesia ferry dan apabila pihak PT.Bahtera Abadi Mandiri tidak menyanggupi mengisi muatan ke dalam kapal laut yang sudah disediakan PT. ASDP Indonesia ferry, maka perjanjian dibatalkan tanpa adanya masalah / claim dari PT. ASDP Indonesia ferry.

(10)

B. Tanggung Jawab PT. ASDP Indonesia ferry Terhadap Perjanjian Bongkar Muat Pengiriman Barang PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar Dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri.

Kegiatan pengiriman barang yang dilakukan oleh Perusahaan pengiriman barang dari dan ke kapal pada dasarnya mengandung resiko yang cukup tinggi seperti timbulnya kerusakan, kekurangan, dan kehilangan atas barang muatan sehingga menimbulkan kerugian bagi PT.Bahtera Abadi Mandiri (pengguna jasa penyeberangan), dan begitu juga dengan Perusahaan PT. ASDP Indonesia ferry juga harus membayar ganti rugi atas klaim yang diajukan oleh pengguna jasa (pemilik muatan), kerusakan barang dapat terjadi akibat kesalahan atau kelalaian dari

stevedore, yaitu orang yang ahli memuat dan membongkar barang dari dan ke kapal.

Kerugian juga dapat terjadi karena berkurang atau hilangnya barang muatan. Hal ini terjadi karena adanya kelalaian pihak PT.ASDP Indonesia ferry dalam keamanan atau menjaga muatan milik PT.Bahtera Abadi Mandiri pada kapal, yaitu pegawai yang bertugas kurang menjaga keamanan barang atau muatan pada saat di dalam kapal PT.Bahtera Abadi Mandiri dan kerugian akibat hilangnya barang muatan juga sering terjadi, seperti barang muatan yang dicuri pada saat kondisi barang berada pada kapal saat pengiriman. PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat kerusakan, kekurangan dan kehilangan barang muatan pada saat pelaksanaan pengiriman muatan.

Akibat kesalahan atau kelalaian dari pihak PT.ASDP Indonesia Ferry dalam batas-batas dan syarat-syarat tertentu dan tidak bertanggung jawab atas kerugian akibat hal-hal diluar batas tanggung jawabnya sebagai perusahan pengirim yakni kerugian yang terjadi bukan dalam proses pengiriman. Adapun tanggung jawab yang dibebankan kepada PT. ASDP Indonesia ferry sebagai perusahaan pelayaran adalah sebagai berikut : 1. Wajib menjaga keselamatan barang-barang yang dibongkar/dimuat dari dan ke kapal. Untuk menjamin keselamatan barang yang

(11)

dibongkar/muat maka harus diperhatikan tentang seluk beluk barang tersebut diantaranya mengenai jenis barang , berat satuan dan volume barang, pembungkus barang dan lain-lain. 2. Wajib mengganti kerugian yang disebabkan karena rusak, berkurang dan hilangnya barang muatan kecuali PT. ASDP Indonesia ferry dapat membuktikan bahwa hal tersebut terjadi pada saat barang masih di luar kapal. 3. PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas perbuatan negatif dari pegawainya dan alat-alat operasional yang dipergunakan dalam proses pengiriman barang merugikan.

Melihat tanggung jawab yang disebabkan kepada Perusahaan pengiriman barang cukup berat, maka diperlukan adanya pembatasan untuk pelaksanaan tanggung jawab tersebut, yaitu : 1. Perusahaan PT.ASDP Indonesia ferry hanya membatasi keselamatan barang dalam proses pengiriman yakni mulai dari keberangkatan hingga sampai tujuan. Apabila barang-barang tersebut telah diserahkan ke tempat penimbunan/gudang, maka bukan merupakan tanggung jawab dari Perusahaan PT.ASDP Indonesia ferry. 2. Apabila ada kerusakan, kekurangan dan kehilangan barang muatan akibat kesalahan atau kelalaian dari pihak perusahaan PT.ASDP Indonesia ferry, maka perusahaan bertanggung jawab mengganti kerugian yang besarnya ditentukan atas kesepakatan pihak perusahaan dengan pengguna jasa.

Untuk mengurangi timbulnya kerugian akibat kerusakan,kekurangan, dan kehilangan barang muatan pada saat proses pengiriman barang oleh PT. ASDP Indonesia ferry menambahkan dari segi keamanan untuk menghindari timbulnya kerusakan,dan kehilangan atas barang atau muatan yang menimbulkan kerugian pada pihak pengirim. PT. ASDP Indonesia ferry dapat mengantisipasi atau memperkecil factor yang dapat menimbulkan kerugian pada saat proses pengiriman. Tanggung jawab PT. ASDP Indonesia ferry terhadap kerugian yang timbul atas barang muatan akibat proses bongkar muat dalam pengiriman sesuai dengan ketentuan yang terdapat

(12)

di dalam Pasal 468 ayat (2) KUHD, yakni perusahaan hanya bertanggung jawab atas semua kerugian pada saat proses pengiriman barang, tetapi apabila perusahaan dapat membuktikan tidak bersalah, misalnya dapat membuktikan bahwa kerusakan terjadi pada saat barang masih berada di luar kapal atau sebelum masuk ke kapal,maka perusahaan akan dibebaskan dari tanggung jawab mengganti kerugian.

Dalam hal ini prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab praduga atau presumption liability. Apabila pihak PT. ASDP Indonesia ferry sudah ada perjanjian dengan PT. Bahtera Abadi Mandiri, maka PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas kepastian keberangkatan truk muatan dari PT.Bahtera Abadi Mandiri, sesuai dengan tanggal keberangkatan yang sudah ditentukan,dan Pihak PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas keutuhan, keamanan dan menjaga barang angkutan selama dalam penyebarangan (dalam kapal), hingga sampai tujuan pelabuhan pembongkarannya.

C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perjanjian bongkar muat pengiriman barang PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar dengan PT.Bahtera Abadi Mandiri serta usaha-usaha untuk mengatasinya.

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses bongkar muat pengiriman barang hambatan-hambatan yang dihadapi oleh PT. ASDP Indonesia ferry dalam melaksanakan kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut :1. Hambatan berupa faktor alam seperti cuaca yang buruk atau hujan. Dalam keadaan hujan maka kegiatan pengiriman ditunda dengan tujuan untuk menjaga keselamatan barang, penumpang dan buruh, tidak menutup kemungkinan barang yang terkena hujan akan mengalami kerusakan atau jumlahnya berkurang sehingga mengakibatkan timbulnya kerugian.2.Hambatan berupa Kurangnya kepastian atas jadwal keberangkatan yang di berikan dari pihak PT.ASDP Indonesia ferry kepada pihak PT.Bahtera Abadi Mandiri. 3. Hambatan berupa terjadi kendala dari pihak PT.ASDP Indonesia ferry atas kerusakan kapal yang tidak diduga dan terjadi kemunduran jadwal keberangkatan.

(13)

4.Hambatan dari segi kepastian pemberian tiket keberangkatan sesuai perjanjian yang diberikan PT.ASDP Indonesia ferry kepada PT. Bahtera Abadi Mandiri. 5. Hambatan berupa faktor peralatan bongkar muat. Peralatan bongkar muat seperti forklift, sling, crane kapal kadang-kadang mengalami kemacetan akibat kurangnya perawatan sehingga akan menghambat pelaksanaan bongkar muat pengiriman barang. 6.Hambatan berupa kondisi barang, seperti barang yang bobotnya sangat besar sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan peralatan yang khusus. 7.Hambatan dari segi keamanan, seperti terjadinya pencurian barang muatan pada saat barang dibongkar di pelabuhan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul dalam proses bongkar muat pengiriman barang.Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pengiriman, PT. ASDP Indonesia ferry mengambil langkah-langkah sebagai berikut : 1. Terhadap hambatan berupa faktor alam maka yang dilakukan adalah menghentikan kegiatan pengiriman sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar akibat kerusakan barang muatan.2. Terhadap hambatan yang berupa kepastian jadwal maka pihak PT.ASDP Indonesia ferry harus bisa lebih memberikan kepastian jadwal keberangkatan yang sudah di publikasikan atau diberitahukan kepada PT.Bahtera Abadi Mandiri. 3.Terhadap hambatan kerusakan pada kapal PT.ASDP Indonesia ferry dan terjadi kemunduran jadwal keberangkatan maka pihak PT.ASDP Indonesia ferry harus lebih waspada terhadap kondisi kapal dan lebih sering melakukan pengecekan pada mesin kapal.4.Terhadap hambatan dari segi kepastian pemberian tiket keberangkatan pihak PT.ASDP Indonesia ferry harus bisa menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi,dan seharusnya kantor-kantor (PT.Bahtera Abadi Mandiri) yang resmi diberikan kepastian atas tiket untuk keberangkatan.5. Terhadap hambatan yang berupa peralatan bongkar

(14)

muat maka untuk menghindari terjadinya kemacetan peralatan pada saat pembongkaran, perusahaan harus melakukan perawatan yang lebih intensif dan terhadap peralatan yang sudah rusak seharusnya diganti dan tidak dipergunakan lagi. 6. Terhadap hambatan berupa kondisi barang yang bobotnya lebih besar maka pihak Perusahaan Bongkar Muat harus menambah tenaga kerjanya / TKBM yang melakukan kegiatan pembongkaran sehingga proses pembongkaran dapat berjalan lancar dan tidak memakan waktu yang lama. 7.Terhadap hambatan dari segi keamanan, seperti pencurian maka Perusahaan harus lebih meningkatkan keamanan pada saat kegiatan pembongkaran berlangsung, biasanya pihak perusahaan membayar beberapa orang untuk menjaga keamanan pada saat proses pembongkaran berlangsung di pelabuhan ketika barang akan dinaikan di atas kapal.

D. Penyelesainya apabila terjadi suatu Sengketa

Penyelesaian sengketa yaitu dengan Pilihan Hukum. Hal-hal yang menyangkut penyelesaian suatu sengketa dalam pengangkutan barang melalui laut pada umumnya telah diatur di dalam konosemen atau Bill of Lading sebagai suatu persyaratan pengangkutan. Pilihan hukum adalah hal mengenai hukum apa yang berlaku dalam melaksanakan perjanjian yang bersangkutan termasuk dalam penyelesaian sengketa. Sedangkan yurisdiksi pada hakekatnya mengenai masalah pilihan pengadilan mana yang dikehendaki untuk menyelesaikan sengketa. Termasuk pula adanya kemungkinan untuk menyelesaikan sengketa melalui negosiasi maupun arbitrase.

(15)

III. PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai tanggung jawab atas perjanjian bongkar muat pengiriman barang- barang yang dilakukan PT. ASDP Indonesia ferry cabang lembar yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka pada bab yang terakhir ini penulis merumuskan kesimpulan pembahasan sebagai berikut :1. PT. ASDP Indonesia ferry sebagai jasa penyebarangan kapal laut, bertanggung jawab atas kepastian keberangkatan truk muatan dari PT.Bahtera Abadi Mandiri, sesuai dengan tanggal keberangkatan yang sudah ditentukan. Dan pihak PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas keutuhan, keamanan dan menjaga barang angkutan selama dalam penyebarangan (dalam kapal), hingga sampai tujuan pelabuhan pembongkarannya. 2.Hambatan yang terjadi di dalam pelaksanaan pelaksanaan perjanjian pengiriman barang PT. ASDP Indonesia ferry cabang lembar dengan PT.Bahtera Abadi Mandiri adalah berupa faktor alam, peralatan pengiriman barang,sumber daya manusia (SDM), angkutan darat (truk) kondisi barang, dan juga dari segi keamanan. Apabila terjadi sengketa maka Penyelesaian sengketa yaitu dengan Pilihan Hukum, baik secara negosiasi,arbitrase maupun secara litigasi.

A. Saran

Dari hasil pembahasan diatas maka penuilis menyarankan sebagai berikut: 1.Pelaksanaan Perjanjian bongkar muat Pengiriman barang sebaiknya dirumuskan demi untuk memberikan perlindungan kepastian hukum bagi para pihak tersebut. PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas kepastian keberangkatan truk muatan dari PT.Bahtera Abadi Mandiri, sesuai dengan tanggal keberangkatan yang sudah ditentukan. Dan Pihak PT. ASDP Indonesia ferry bertanggung jawab atas keutuhan, keamanan dan menjaga barang angkutan selama dalam penyebarangan (dalam kapal), hingga sampai

(16)

secara intensif terhadap tenaga kerjanya, sesuai tujuan pelabuhan pembongkarannya. 2. Untuk menjaga kelancaran proses bongkar muat pengiriman barang dan mengurangi hambatan-hambatan yang timbul selama kegiatan pengiriman barang-barang di pelabuhan, maka PT. ASDP Indonesia ferry harus menyediakan dan menambah peralatan pengiriman barang serta melakukan pembinaan dan pelatihan-pelatihan serta memperketat keamanan. Apabila terjadi sengketa yang tidak di inginkan sebaiknya negosiasi terlebih dahulu sebelum dilakukannya ke jalur arbitrase maupun litigasi.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Skripsi, Dan Artikel

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat Laut Dan Udara, Citra Aditya Bhakti, Bandung,1994.

Andi Hamzah, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, : Rineka Cipta, Jakarta 2005

Capt.R.P.Suyono, Shipping Pengangkutan Intermodal Elspor Impor Melalui Laut, Jakarta,PPM, 2003

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketujuh Edisi II, Balai Pustaka Jakarta, 1996.

Hmn Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 5, Djambatan, Jakarta, 2000.

Martono Dan Eka Tjahjono, Transportasi Diperairan Berdasarkan Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2008, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Ika Muryaningsih, Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Oleh Pt. Dharma Lautan Nusantara

Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Di Tinjauan Dari Aspek Yuridis, Jurusan Hokum Dan Kewarganegaraan, Fakultas Hukum Dan Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang, 2006

Siti Aminah, Pelaksanaan Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan

Barang Melalui Laut Di Pt. Barwil Unitor Ships Service Semarang, Skripsi, Jurusan

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press,Jakarta,2006.

Soerjatin, R, Drs., 1987, Hukum Dagang I dan II, Jakarta, Intermasa

Subekti, Prof , R ,SH, dan R.Tjitrosudibio, 1999, KUHD dan UU Kepailitan, Jakarta, Pradnya Paramita.

Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian,Bina Aksara, Jakarta, 1995

Peraturan-Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

(18)

Inpres No.4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi, Semarang, Aneka Ilmu, 1986.

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 13 Tahun 1991 Tentang Pembinaan Pengusahaan Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal.

Undang-undang nomor.19 tahun 2008 tentang pelayaran’

PM. Nomor. 60 tahun 2014 tentang peraturan menteri perhubungan. Peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2010 tentang angkutan di perairan.

Internet

http://eprints.undip.ac.id/18109/1/siti_aminah.pdf

http://scholar.unand.ac.id/23522/2/bab%201%20%28pendahuluan%29.pf http://lib.unnes.ac.id/1243/1/2131.pdf

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan IPTEKS dalam skala regional maupun internasional terjadi sedemikian pesat. Perguruan Tinggi sebagai bagian penggerak pengembangan IPTEKS yang dimaksud,

Koalisi di DPR RI ditentukan oleh pertama secara teoritis sistem kepartaian Indonesia adalah sistem multipartai dari 24 partai politik peserta pemilu tahun 2004

A seorang mahasiswa WNI yang sedang menuntut ilmu di Jepang telah dibunuh oleh B seorang warga negara Jepang. Untuk menghindarkan diri dari kemungkinan dituntut

Adapun cara untuk mengetahui atau memprediksi khasiat batu permata itu adalah dengan cara tertentu, yaitu datang kepada ahlinya untuk mengetahui khasiat

[r]

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperkirakan daerah- daerah yang akan terkena tsunami berdasarkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap bahaya

Selanjutnya, Nybakken (1992) menyatakan bahwa fitoplankton akan dapat menghasilkan energi dan molekul-molekul yang kompleks jika di dalam air tersedia nutrien dengan jumlah

Anak mampu menjelaskan fungsi sinar matahari dan air bagi tanaman mendapat kriteria sangat baik 10 orang anak (83,3%), kriteria baik 2 orang anak