• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, kebiasaan yang menjadi problem antara pemerintah penegak hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, kebiasaan yang menjadi problem antara pemerintah penegak hukum"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan memegang erat budaya atau kebiasaan hidup bermasyarakat, kebiasaan yang menjadi problem antara pemerintah penegak hukum dengan masyarakat yang dipandang dari kacamata hukum. Eigenrachting atau main hakim sendiri merupakan budaya yang tumbuh dalam masyarakat karena rasa kecewa dalam tindakan pelaku kejahatan maupun proses penegakan hukum yang kurang efektif.

Indonesia merupakan negara hukum dan setiap warga negaranya mendapatkan perlakuaan yang sama didalam melaksanakan kehidupan bermasyarakatan didepan hukum, sehingga jika terdapat perbuatan dari setiap warga negara yang tidak sesuai dengan dengan norma-norma dan kaidah hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara maka akan dikenakan sanksi dari negara berupa hukuman atau pemidanaan. Dengan banyak suku, ras dan agama yang didalam kehidupan dimasyarakat kerap kali terjadi suatu kultur budaya atau kebiasaan yang tidak dapat dihindari dan dihilangkan karena sudah mendarah daging didalam kehidupan bermasyarakat.

Didalam kehidupan bermasyarakat atau golongan pada umumnya haruslah mengehendaki norma-norma yang hidup didalamnya, akan tetapi dalam kenyataannya masyarakat atau golongan kerap melanggar atau tidak mematuhi norma-norma yang hidup dimasyarakat. Agar norma dapat dipatuhi maka haruslah adanya suatu sanksi

(2)

2

atau hukum.1 Dalam berbicara mengenai hukum maka tidak terlepas dari tindak kejahatan. Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu bentuk dari “perilaku menyimpang” yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk dalam masyarakat itu sendiri.

Perilaku menyimpang merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial, dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial, dan merupakan ancaman rill atau potensiil bagi berlangsungnya ketertiban sosial.2 Kemudian untuk mengetahui mengapa seseorang melakukan suatu perbuatan jahat atau perbuatan menyimpang maka dapat dilihat dari sisi kriminologi nya yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan menurut P.Topinard. Beberapa sarjana juga memberikan definisi mengenai kriminologi yaitu Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya, dan menurut Sutherland kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum, dan reaksi atas pelanggaran hukum.3

Salah satu penyimpangan norma atau tindakan kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah Main hakim sendiri (eigenrichting) yang dimana perbuatan tersebut dilakukan oleh sekumpulan atau golongan yang tinggal disuatu daerah yang erat sekali ikatan persaudaraannya jika terjadi suatu tindakan kejahatan dilingkungannya. Main hakim sendiri merupakan luapan emosi dan kekecewaan

1

Sudarto. 2009. Hukum Pidana I. Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. hlm. 5.

2

Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni. hlm. 148.

3

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2010. Kriminologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 9-11.

(3)

3

masyarakat terhadapat proses penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan sebuah kasus tindak pidana menurut Sutherland kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum, dan reaksi atas pelanggaran hukum.4

Salah satu upaya agar hukum dapat efektif berlaku di masyarakat adalah dengan adanya penegakan hukum. Yang dimaksud dengan penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku manusia dalam melakukan kontak sosial.5 Penegakan hukum di masyarakat sering kali tidak efektif, hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 telah disebutkan bahwa setiap warga Indonesia memiliki kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law). Dari Pasal tersebut tersirat bahwa penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari aparat penegak hukum, melainkan telah menjadi kewajiban serta komitmen seluruh komponen bangsa. Aparat penegak hukum yang memiliki peran penting dalam penegakan hukum, khususnya hukum acara pidana salah satunya adalah Penyidik.

Jika dilihat dalam hukum acara pidana yakni dalam Pasal 1 butir 1 KUHAP menyatakan bahwa “Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan”. Sedangkan dalam butir 4 Pasal 1 KUHAP mengatakan

4

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2010. Kriminologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 9-11.

5

(4)

4

bahwa penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.”

Realita hukum pidana yang ada di masyarakat saat ini banyak memunculkan permasalahan yang kompleks, diantaranya permasalahan tindak pidana yang semakin berkembang dan bervariasi seiring dengan perkembangan masyarakat menuju era modern. Tumbuh dan meningkatnya masalah kejahatan ini memunculkan anggapan dari masyarakat bahwa aparat penagak hukum gagal dalam menanggulangi masalah dan dianggap lambat dalam menjalankan tugasnya serta adanya ketidakpuasan masyarakat dalam penagakan hukum yang tidak berjalan sebagimana mestinya.

Hal ini akibat proses panjang dari sistem peradilan yang kurang mendidik dimana seringkali terjadi tersangka pelaku kejahatan dan merugikan masyarakat dilepas oleh penagak hukum dengan alasan kurang kuatnya bukti yang ada. Kalaupun diproses sampai pengadilan, hukum yang dijatuhkan tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Adanya anggapan yang demikian, memicu sebagian masyarakat yang merasa keamanan dan ketentramannya terganggu untuk melakukan perbuatan main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan tanpa mengikuti proses hukum yang berlaku. Pelaku melakukan perbuatan pidana, baik itu tindak pidana pencurian, pembunuhan, penganiayaan dan lain lain haruslah tetap diproses secara hukum. Namun dalam kenyataannya masyarakat terkadang melakukan perbuatan main hakim sendiri ketika mendapati pelaku tindak pidana, misalnya terhadap pelaku tindak pidana pencurian yang tertangkap tangan.

Perbuatan main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya dilarang oleh undang-undang, karena yang berwenang memproses dan menyelesaikan

(5)

5

permasalahan hukum yang terjadi di masyarakat adalah aparat penegak hukum menggunakan jalur hukum.

Perbuatan main hakim sendiri adalah perbuatan yang dilakukan untuk melaksanakan hak menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang-wenang. Perbuatan main hakim sendiri merupakan jenis konflik kekerasan yang cukup dominan dan sering ditemui pada masyarakat Indonesia. Ditempat keramaian seringkali menjadi tempat dimana sering ditemukan tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat. Sering didengar adanya berita seorang pencopet, seorang pencuri, penjambret atau perampok, luka-luka karena dihakimi massa, dan tragisnya tidak sedikit yang kehilangan nyawa akibat amukan massa yang melakukan pengeroyokan. Namun masyarakat yang melakukan perbuatan tersebut tidak diproses secara hukum, padahal perbuatan yang telah dilakukan melanggar ketentuan pidana. Maraknya aksi tindak pidana sudah sangat meresahkan, menimbulkan anggapan bahwa pelaku tindak pidana adalah musuh bersama yang harus dibasmi. Masyarakat sudah sangat geram dan dendam terhadap pelaku tindak pidana sehingga ketika ada pelaku tindak pidana yang tertangkap oleh warga, maka dengan mudah tersulut emosinya dan tanpa segan-segan warga langsung menghakimi pelaku tersebut sampai tidak berdaya.

Dalam kurun waktu lima tahun hanya terdapat dua kasus main hakim sendiri secara otentik yang tercatat di Kepolisan Resort Kota Batu yang dimana kasus terdapat pada unit Pidum dan Unit Pelayan Perempuan dan anak yang dimana pada kasus yang ditangani pada unit PPA merupakan pelimpahan oleh Polsek Kota Batu. Dimana penulis mendapatkan kronologi kasus yang ditangani oleh Unit Pidana

(6)

6

Umum dengan Nomer Perkara BP/35/VI/2019/Satreskrim. Kasus yang terjadi terletak di Kec. Pujon Kota Batu pada tahun 2019 adanya pengaduan dari pihak keluarga korban Main Hakim Sendiri yang mengakibatkan maut bagi korban yang kemudian kepolisian melakukan penyidikan dan penyidikan. Awal mula terjadinya main hakim sendiri adalah karena korban merupakan pelaku pencurian akibat dari pencurian tersebut masyarakat resah dan langsung menghakimi pelaku pencurian hingga mengakibatkan kematian. Kemudian kepolisian mengamankan 3 pelaku Main Hakim sendiri dengan bukti permulaan berupa saksi dan barang bukti berupa Tongkat dan batu serta baju yang dipergunakan untuk menghakimi pelaku pencurian. Dalam kasus ini pelaku dijerat dengan pasal 351 serta berkas lengkap P21 dan dinaikan kekejaksaan kemudian disidangkan.6

Melakukan main hakim sendiri terhadap para pelaku tindak pidana bukanlah merupakan cara yang tepat melainkan merupakan suatu pelanggaran hak asasi manusia dan telah memberikan kontribusi negatif terhadap proses penegakan hukum. Masyarakat lupa dan atau bahkan tidak tahu bahwa tidak hanya mereka yang memiliki hak asasi, para pelaku tindak pidana atau penjahat pun memiliki hak asasi yaitu hak untuk mendapatkan perlindungan hukum di muka pengadilan, tidak boleh dilupakan penderitaan yang dialami para pelaku tindak pidana karena walau bagaimanapun, mereka merupakan bagian dari umat manusia.

Rendahnya pengetahuan hukum masyarakat sering memicu kemarahan dan lebih suka melakukan penghukuman sendiri pada pelaku kejahatan karena bagi masyarakat penghukuman seperti itu lebih efektif. Hal seperti ini tentu menjadi

6

(7)

7

perhatian tersendiri bagi aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan menertibkan masyarakat dan mencegah agar tidak ada lagi perbuatan masyarakat yang bersifat sewenang-wenang dan tidak mengindahkan adanya aturan hukum. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul

PERANAN PENYIDIK TERHADAP PERBUATAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRECHTING) DI KEPOLISIAN RESORT KOTA BATU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di latar belakang diatas, sehingga rumasan masalah penulis ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Penyidik dalam Menangani Perbuatan Main Hakim Sendiri di Kepolisian Resort Kota Batu?

2. Apa Kendala penyidik dalam menangani Perbuatan Main Hakim Sendiri di Kepolisian Resort Kota Batu?

3. Apa upaya Kepolisian Resort Kota Batu untuk mencegah terjadinya perbuatan main hakim sendiri?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengetahuan yang lebih mengenai Peran Penyidik dalam Menangani Perbuatan Main Hakim Sendiri di Kepolisian Resort Kota Batu.

2. Mengetahui Kendala penyidik dalam menangani Perbuatan Main Hakim Sendiri di Kepolisian Resort Kota Batu.

(8)

8

3. Mengetahui pemenuhan dalam perlindungan rasa keadilan dalam upaya Kepolisian Resort Kota Batu untuk mencegah terjadinya perbuatan main hakim sendiri.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai:

1. Dapat dijadikan dasar bagi aparat penegak hukum kususnya penyidik (Polres Kota Batu) untuk melakukan penyembuhan (treatment) misalnya melakukan sosialisasi/penyuluhan hukum agar masyarakat memeiliki pemahamam dan kesadaran hukum bahwa perbuatan main hakim sendiri adalah perbuatan melawan hukum dan melanggar hak-hak yang dimiliki oleh pelaku yang menjadi korban untuk mendapatkan peradilan memadai; dan

2. Dapat dijadikan bahan koreksi dan konsolidasi aparat penegak hukum kususnya penyidik dari sisi kelembagaan. Perlu pemahaman lebih dalam lagi bahwa dalam upaya penegakan hukum memeang perlu adanya komitmen yang ulet dan kerja keras bagi aparat penegak hukum.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada peneleitian ini adalah penelitian yuridis-sosiologis. Yuridis-sosiologis adalah suatu penelitian yang dilakukan yang dilakukan terhadap suatu kehidupan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan sebuah fakta (fact-finding), yang kemudian menuju

(9)

9

pada identifikasi (problem-identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-solution).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kepolisian Resort Kota Batu pada Unit Satuan Resrse Kriminal yang beralamtkan Jalan A.P. III Katjoeng Permadi No. 16, Junrejo, Kec. Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur 65321 serta masyarakat teritorial yuridiksi Kepolisian Resort Kota Batu.

3. Pendekatan Penelitian

Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran seutuhnya tentang ide-ide, persepsi serta pendapat pada tindakan main hakim sendiri yang dimana semuanya tidak dapat diukur dengan angka-angka maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pada fakta.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui observasi ke Kantor Polisi Resort Kota Batu, yaitu hasil wawancara langsung dengan Penyidik Satreskrim Unit Pidana Umum terkait dengan judul penelitian ini, serta melalui studi dokumen. Dan data primer kedua adalah data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner kepada responden terpilih. b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu menggunakan bahan pustaka, meliputi dokumen-dokumen tertulis berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan

(10)

10

dengan penelitian dalam bentuk jurnal dan peraturan perundang undangan yang terkait.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara ini berupa proses tanya jawab secara langsung dengan Penyidik Satreskrim Unit Pidana Umum secara sistematis didasarkan pada tujuan penelitian.

b. Penyebaran Angket (Kuisioner)

Data yang digunakan dalam penelitian ini juga didapat dari penyebaran angket (kuisioner) kepada responden terpilih kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tebuka responden diberikan kebebasan menjawab dan tidak disediakan pilihan jawaban. Angket ialah “daftar pernyataan dan pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pos atau perantara)”(Usman &Akbar, 2009: 55). Pada pemberian kuisioner terdapat 10 responden terpilih kemudian didalam pernyataan /pertanyaan disajikan pertanyaan yang mengharuskan responden menjawab/memberikan pendapatnya terkait peran penyidik terhadap perbuatan main hakim sendiri.

c. Studi Dokumen

Teknik pengumpulan data dengan cara studi dokumen ini merupakan jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.

(11)

11 6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data bertujuan menguraikan data dan memecahkan masalah yang berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, artinya berusaha memaparkan data dengan menguraikan dan menganalisis secara jelas dan apa adanya mengenai obyek yang diteliti. Data yang diperoleh dari obyek penelitian dikaji dan dianalisis, dikaitkan dengan teori dan peraturan yang berlaku untuk memecahkan permasalahan yang dikaji.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan terdiri dari IV Bab, yakni : Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisi latar belakang yang menjadi dasar maupun alasan pemikirian penulis untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan persoalan yang sedang dibahas, serta dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA.

Dalam bab II ini penulis menguraikan mengenai tinjauan umum secara teoritis.

Bab III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab III ini penulis akan menjelaskan tahapan penyelesaian dari permasalahan yang muncul, dalam hal ini disajikan pembahasan mengenai jawaban atas perumusan masalah yang diungkapkan.

(12)

12 Bab IV : PENUTUP

Dalam Bab IV ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari pembahasan serta saran-saraan yang disampaikan oleh peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

Dampak positif media Kartu gambar angka terhadap peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan, karena media kartu ini dapat merangsang anak lebih cepat mengenal

Analisis data dilakukan secara kualitatif empirik yakni analisis yang dipakai tanpa menggunakan angka maupun rumusan statistik dan matematika artinya disajikan dalam

Inspektorat BMKG menetapkan IKU Persentase Realisasi Pelaksanaan Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit Dari Satker/ Unit Kerja Di Lingkungan BMKG sebagai amanat dari

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa atau yang disebut

Tesis ini memuat pokok-pokok bahasan yang meliputi bagaimana peran notaris dalam perubahan anggaran dasar yayasan, tanggung jawab hukum notaris terhadap akta yang

14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031, kawasan Simongan harus di tata dan dirubah menjadi daerah permukiman saja (bukan zona

Pengaruh langsung terjadi pada impor bawang merah, di mana peningkatan harga yang cukup tajam pada pertengahan tahun 2014 akibat kelangkaan barang, ditindaklanjuti

Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu prasyarat untuk memenuhi persyaratan akademis dalam rangka meraih gelar kesarjanaan di Jurusan Sistem Informasi,