ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT:
KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Penyelesaian Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh Ayu Hartini E1C012011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MATARAM 2016
ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT:
KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN Ayu Hartini, Cedin Atmaja, Muh.Sahrul Qodri
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
e-mail: ayu_chitronela@yahoo.com ABSTRAK
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dalam acara nyunatan di Desa Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat yang dianalisis menggunakan teori hermeneutika Gadamerian dan bagaimana keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan prosesi acara nyunatan. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data terdiri atas teknik catat dan wawancara. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah yang terdiri atas pemeriksaan/ validasi data lapangan, pengkodean, pemasukan data dan pengolahan data dengan teori hermeneutika Gadamerian. Hasil yang diperoleh menunjukkan ada beberapa nilai dan pesan yang terdapat dalam teks pepaosan Jatiswara dalam acara nyunatan yang ditanamkan pada anak yang akan disunat, terdiri atas nilai agama yang menekankan tentang pentingnya mengingat Tuhan dalam setiap kegiatan, nilai kesopanan melalui pakaian yang sopan berimbas pada ranah kesopanan yang lain, nilai kejujuran dalam meraih sesuatu tanpa menambah atau mengurangi kenyataan yang sesungguhnya, nilai kebersamaan untuk membantu proses berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, nilai pencarian jati diri untuk lebih mengenal diri sendiri agar menegenal Tuhan dengan lebih baik, nilai historis yang menghubungkan masa lalu, kini dan masa depan serta nilai pendidikan yang menekankan tentang kesungguhan dan semangat menuntut ilmu dalam keadaan apapun. Sedangkan penjabaran mengenai keterkaitan teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan dalam hal kandungan nilai dan pesan di dalamnya menggambarkan beberapa poin penting, yaitu keterkaitan dari segi nilai hakikat utama tentang awal mula masuknya Islam di tanah Jawa dan pengikraran diri seorang anak untuk memasuki Islam dengan prosesi nyunatan. Terdapat juga keterkaitan lainnya dalam segi kandungan nilai agama, kebersamaan dan kekeluargaan, nilai budaya dan tradisi, serta nilai pendidikan yang sama-sama terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan.
ANALYSIS OF PEPAOSAN TEXT OF JATISWARA IN NYUNATAN RITUALS AT PERAMPUAN VILLAGE, LABUAPI DISTRICT OF WEST
LOMBOK: GADAMERIAN PERSPECTIVE
Ayu Hartini, Cedin Atmaja, Muh.Sahrul Qodri
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
e-mail: ayu_chitronela@yahoo.com ABSTRACT
The Problem examined in this research is how to value and the message contained in the text of pepaosan Jatiswara in the nyunatan in the village of Parampuan West Lombok Labuapi Subdistrict were analyzed using the theory of Gadamerian hermeneutics and how the interconnectedness between the text pepaosan Jatiswara with a procession of events nyunatan. Methods used in collecting data consists of the technique note and interview. This research data is analyzed using measures of inspection/field data validation, coding, data entry and processing of data by theory Gadamerian hermeneutics. The results obtained showed there is some value and the message contained in the text of the pepaosan Jatiswara in the nyunatan that is embedded in the child to be circumcised, composed of religious values that emphasize on the importance of remembering God in every activity, the value of civility through clothes that politely imposes the realm of politeness of the other, value honesty in reaching for something without adding or subtracting actual reality , the value of togetherness to help process interact in life of society, the search value identity to better know yourself in order to understand God better, the historical value of linking the past, present and future as well as the value of education that stressed about the seriousness and vigor study under any circumstances. Whereas the elaboration regarding the relatedness of the text pepaosan Jatiswara and nyunatan in terms of value and the content of the message in it illustrates several important points. linkages in terms of the value of the main fact about the early years of Islam in Java and promise yourself a child to enter Islam with the procession of the nyunatan. There are also other linkages in terms of the content of religious values, togetherness and family, cultural values and traditions, as well as educational value that is contained in the text of pepaosan Jatiswara and nyunatan events.
A. PENDAHULUAN
Khitan atau sunat merupakan tradisi yang bersumber dari ajaran syariat Islam. Setiap daerah di Indonesia memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut istilah sunat. Suku Sasak di Lombok NTB menyebut khitan atau sunat dengan istilah besunat atau beselam, istilah ini digunakan karena secara awam yang membedakan antara yang Islam dan yang bukan adalah disunat atau tidaknya. Acara sunatan di Lombok dirangkum dalam satu prosesi acara yang disebut nyunatan. Di desa
Parampuan Kecamatan Labuapi
Lombok Barat, nyunatan biasa
dilakukan dibulan rabiul awal
penanggalan Islam. Tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk
mengadakan acara nyunatan di waktu yang lain. Prosesi nyunatan memuat berbagai macam prosesi adat atau tradisi, salah satunya adalah
pembacaan teks pepaosan atau
memace.
Menurut Amaq Budi (dalam wawancara tanggal 12 April 2016), teks pepaosan adalah teks asli masyarakat Sasak berbentuk karya sastra yang diturunkan oleh nenek
moyang, berisi pengajaran dan
pembelajaran melalui isi yang
menceritakan atau meriwayatkan
cerita masa lalu yang berkaitan
dengan acara yang sedang
dilangsungkan. Selain dibacakan
dalam acara nyunatan, teks pepaosan juga di bacakan dalam acara lain seperti ngurisan (mencukur rambut bayi yang baru lahir), bisoq tian (7
bulananan kehamilan), nyiwaq
(peringatan meninggalnya seseorang
pada hari ke-9), merarik
(pernikahan) dan acara lainnya.
Teks pepaosan yang biasa
dibacakan dalam acara nyunatan di
pepaosan Jatiswara. Teks ini memuat berbagai ajaran tentang syariat Islam, Bagian teks yang di baca saat acara nyunatan dimulai dari lembaran lontar pertama sampai ketiga, menceritakan tentang awal mula datangnya seorang pendakwah membawa ajaran agama Islam masuk ke tanah Jawa. Isi teks ini sangat berkitan dengan acara nyunatan karena isi teks yang mencerminkan awal mula penyebaran agama Islam di tanah Jawa persis seperti seorang anak yang beselam atau memasuki agama Islam dengan melewati proses
khitan. Selain berkaitan teks
pepaosan Jatiswara juga
mengandung berbagai macam nilai dan pesan yang berguna untuk anak yang akan disunat. Kedua hal ini membuat peneliti tertarik untuk menemukan pesan dan nilai-nilai
yang terkandung dalam teks
pepaosan Jatiswara, dan
mengungkapkan keterkaitan yang lebih dalam antara teks tersebut dengan acara nyunatan.
Teori yang digunakan untuk menemukan nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan serta keterkaitan keduanya adalah teori
hermeneutika Gadamerian.
Hermeneutika Gadamerian
merupakan aliran hermeneutika yang dikembangkan oleh Hans Georg Gademer yang lahir di kota Malburg Jerman pada 11 Februari 1900. Ia
belajar filsafat pada senior
universitas di kota asalnya, antara lain pada Nikolai Hartmann dan Martin Heidegger dan juga pernah
mengikuti kuliah pada Rudolf
Bultmann, seorang teolog protestan. Tahun 1922, ia meraih gelar doctor filsafat dan tahun 1929 menjadi dosen privat di Marburg dan menjadi professor pada tahun 1937. Sejak
tahun 1939 ia pindah ke Leipzig dan kemudian ke Frankfurt am Main di tahun 1947. Terhitung dari tahun 1949 ia mengajar di Heidelberg sampai pensiun (Mulyono,dkk. 2012: 142-143).
Secara garis besar rumusan
pemahaman teks melalui
hermeneutika Gadamer terdiri dari
beberapa poin, yaitu teks,
perandaian, realitas historis,
produksi dan subyektif (Mulyono dkk. 2012:154). Maksud dari poin-poin ini adalah sebuah teks mulai didekati atau ditafsirka nmelalui
perandaian-perandaian yang
dilakukan oleh penafsir. Faktor realitas historis atau tradisi dari penafsir memproduksi makna baru sesuai masa kekinian penafsir, semua
makna yang tercipta ini
kemungkinan bersifat subyektif.
Teori hermeneutika Gadamerian
dipilih untuk menginterpretasikan
teks Jatiswara karena teori ini sangat mengagungkan tradisi. Teori ini memberi tempat yang istimewa untuk sebuah tradisi dan pembacaan teks pepaosan merupakan salah satu tradisi di Lombok khususnya desa Parampuan. Selain itu hermeneutika Gadamer membuka kesempatan
untuk peneliti mengembangkan
perandaian-perandaian tentang
makna yang terkandung di dalam teks sesuai masa kekinian peneliti yang disampaikan melalui bahasa sebagai media perantara sehingga
teori ini dirasa cocok untuk
digunakan dalam penelitian ini. B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunaka
nuntuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas metode catat dan wawancara. Metode catat
dalam penelitian ini dilakukan
dengan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan teks Jatiswara
dalam acara nyunatan dan proses pelaksanaan acara nyunatan itu
sendiri. Sedangkan metode
wawancara merupakan kegiatan
memperoleh informasi melalui
informan dengan cara
menyampaikan pertanyaan.
Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan terhadap tokoh yang
bertugas membacakan teks pepaosan yang biasa disebut dengan istilah pemaos (dalang pepaosan). Selain pemaos, narasumber juga berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan
orang yang dituakan serta
mengetahui seluk beluk pembacaan teks pepaosan dalam acara adat tradisi masyarakat Sasak.
Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif. Adapun langkah-langkah analisis data menggunakan metode kualitatif menurut Merlita Futriana (2015)sebagai berikut:
1. Pemeriksaan/ Validasi Data
Lapangan
Observasi langsung yang
dilakuakan di lapangan untuk
mendapatkan data mengenai teks pepaosan Jatiswara serta proses pembacaan teks pepaosan tersebut dalam acara nyunatan.
2. Pengkodean
Mengambil data mengenai nilai dan pesan yang terkandung dalam
pembacaan teks pepaosan
Jatiswaraserta keterkaitan teks ini dengan acara nyunatan di desa
Parampuan Kecamatan Labuapi
Lombok Barat.
3. Pemasukan Data
Menganalisis data tentang nilai dan pesan yang terkandung dalam
pembacaan teks pepaosan
Jatiswaraserta keterkaitan teks ini dengan acara nyunatan di desa
Parampuan Kecamatan Labuapi
4. Pengolahan Data
Hasil data yang didapat
kemudian diolah dan ditafsirkan mengenai nilai dan pesan serta keterkaitan teks dengan prosesi acara menggunakan metode hermeneutika Gadamerian. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu (1) menyalin teks Jatiswara dari aksara sasak jejawan
dengan huruf latin kemudian
mengartikannya dari bahasa kawi kunoke dalam bahasa Indonesia, (2) menafsirkan dan menemukan nilai-nilai serta pesan yang terkandung
dalam teks pepaosa Jatiswara
tersebut dalam acara nyunatan
dengan menggunakan teori
hermeneutika Gadamer. Penafsiran
dilakukan dengan melakukan
perandaian-perandaian yang akan dipengaruhi oleh realitas historis penafsir yang akan menciptakan atau
memproduksi makna baru dan
kemungikinan makna baru ini
bersifat subyektif. Dari makna inilah akan terungkap nilai dan pesan yang dicari dari sebuah teks, (3) mencari keterkaitan teks Jatiswara dengan acara nyunatan dari nilai-nilai dan pesan yang telah didapatkan.
5. Hasil Pengolahan Data
Tahap akhir adalah pemberian pendapat atau kesimpulan mengenai nilai dan pesan teks pepaosan
Jatiswara serta keterkaitannya
dengan acara nyunatan di Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat sebagai jawaban atas permaslahan dalam penelitian.
C. PEMBAHASAN
a. Nilai dan Pesan dalam Teks
Pepaosan Jatiswara
Nilai dan pesan yang terkandung
dalam tek pepaosan Jatiswara
sebagian besar tersirat melalui setiap bait, baris, penggalan kata atau kalimat di dalamnya. Nilai dan pesan yang ada di dalam teks pepaosan
Jatiswara ini terdiri dari beberapa nilai, antara lain;
1. Nilai Agama
Nilai agama dalam teks pepaosan Jatiswara bertujuan agar sebelum anak melakukan sesuatu hal dia akan terlebih dahulu mengingat Tuhan, sehingga apapun kegiatan yang dia
lakukukan diharapkan kegiatan
tersebut bersifat positif nantinya dan menjauhi perbuatan negatif karena
sadar bahwa Tuhan selalu
mengawasinya.
2. Nilai Kesopanan
Selain nilai agama terdapat nilai lain yang juga terkandung dalam teks
pepaosan Jatiswara yaitu nilai
kesopanan yang di awali melalui anjuran menggunakan pakaian yang sopan. Nilai kesopanan melalui pakaian yang sopan dan baik
diharapkan dapat membentuk
kepribadian anak yang akan disunat untuk menghargai dirinya. Setelah
penanaman nilai kesopanan melalui pakaian yang baik untuk menghargai dirinya, maka selanjutnya akan mempengaruhi nilai kesopanan dalam tutur kata dan tingkah laku anak untuk menghargai orang lain dalam berinteraksi dengan sesama. 3. Nilai Kejujuran
Nilai dan pesan selanjutnya yang tidak kalah penting adalah nilai kejujuran dan pesan di dalamnya. Nilai kejujuran yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara bertujuan untuk membentuk pribadi jujur dalam diri anak yang akan disunat. Anak yang akan disunat diharapkan akan menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam kehidupannya. Menyampaikan sesuatu dengan apa
adanya tanpa dikurangi atau
ditambahi sedikitpun, lebih baik lagi
bila nilai kejujuran ini tetap
selalu dipraktikkan dalam keadaan apapun.
4. Nilai Kebersamaan
Nilai selanjutnya yang
terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara adalah nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan di dalam teks pepaosan Jatiswara diharapkan akan memberikan nilai dan pesan yang dapat diambil untuk memupuk rasa kebersamaan dalam melakukan hal yang baik. Nilai ini ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat agar anak senang membagi ilmu
serta menimba ilmu maupun
melakukan hal positif lainnya secara
bersama. Menjadikannya pandai
dalam bergaul atau berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak mementingkan diri sendiri. 5. Nilai Pencarian Jatidiri dan Nilai
Historis
Nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara yang
lain adalah nilai pencarian jati diri dan nilai historis di dalamnya. Pencarian Jati diri sendiri tercermin dari bagaimana proses pengembaraan seorang ulama untuk membagi ilmu dan pengalamannya sampai beliau
menemukan tujuan akhir dari
perjalanannya. Nilai pencarian jati diri yang ditanamkan pada anak yang
akan disunat diharapkan akan
membuat anak ini kelak berani berpetualang mencari petualangan
baru yang bersifat positif.
Petualangan akan mendorong anak menemukan berbagai hal baru yang akan membantuk anak tersebut dalam menentukan jati dirinya. Sedangkan nilai historis dalam teks pepaosan Jatiswara tercermin dari pengaruh penyebaran agam Islam di tanah Jawa dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
6. Nilai Pendidikan
Terdapat satu lagi nilai penting
yang terkandung dalam teks
pepaosan Jatiswara. Nilai ini
merupakan nilai yang paling penting dalam kehidupan anak yang akan disunat. Nilai ini adalah nilai pendidikan. Makna nilai pendidikan yang terdapat dalam teks pepaosan Jatiswara akan ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat, agar anak yang disunat mau berjuang mengejar pendidikan tanpa rasa malas. Menghargai usaha orang tua yang telah bersusah payah mencari
rizki untuk menyekolahkannya.
Membuat anak yang akan disunat menyadari pentingnya pendidikan untuk mengangkat derajatnya dan keluarganya di masa depan.
b. Keterkaitan Antara Teks
Pepaosan Jatiswara dan Acara Nyunatan
Masalah selanjutnya yang
dibahas adalah keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan pelaksanaan prosesi nyunatan di Desa Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat. Keterkaitan paling pokok yang mengaitkan antara teks pepaosan Jatiswara dengan acara nyunatan terfokus pada hakikat intisari kedua hal tersebut. Bila teks pepaosan Jatiswara menggambarkan proses masuknya Islam di tanah Jawa
sedangkan prosesi nyunatan
merupakan pintu awal perjalanan seorang anak memasuki dunia Islam. Selain keterkaitan pokok tersebut terdapat juga keterkaitan lain yang menghubungkan prosesi nyunatan dengan teks pepaosan Jatiswara dalam hal nilai dan pesan yang terkandung di dalamnya, antara lain:
1. Kandungan Nilai Agama Kandungan pertama yang sama-sama dimiliki oleh teks pepaosan
Jatiswara maupun prosesi nyunatan adalah kandungan nilai agama. Nilai
agama cukup mendominasi
keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan prosesi nyunatan. Teks pepaosan Jatiswara sendiri mengandung nilai kesopanan dan nilai kejujuran yang merupakan cabang dari nilai agama, karena dalam agama khususnya agama Islam nilai kesopanan dan nilai kejujuran adalah sebagian dari iman. Nilai agama dalam konsep
berbeda-beda ini ditanamkan melalui
penggalan-penggalan teks Jatiswara yang diaplikasikan oleh orang tua sebagai media pengasuhan anak yang akan disunat dengan berbagai aspek yang berguna bagi kehidupan.
Sedangkan dalam rangkaian
prosesi nyunatan nilai agama
terdapat dalam beberapa acara, antara lain: acara rowah. yang
terlihat dari doa dan zikir
didalamnya, pembacaan teks
pepaosan khusus dalam teks
pepaosan Jatiswara dengan nilai agama Islam yang kental, teseraupan yang mengandung nilai kebersihan yang merupakan sebagian dari iman dan acara terakhir yang mengandung nilai agama dalam prosesi nyunatan adalah acara selakaran sebagai
bentuk doa keselamatan untuk
kelancaran acara sunatan.
2. Nilai Kebersamaan dan Nilai Kekeluargaan
Selain nilai agama terdapat juga
nilai kebersamaan dan nilai
kekeluargaan dalam teks pepaosan Jatiswara terlihat dari kebersamaan dan kekeluargaan bertujuan untuk meraih keselamatan bersama menuju surga Allah SWT bersama-sama, memikirkan orang lain agar bukan hanya diri sendiri yang mendapat berkah. Sedangkan dalam prosesi acara nyunatan, nilai kebersamaan
dan nilai kekeluargaan tercermin dari
beberapa prosesi seperti nilai
kebersamaan dan kekeluargaan yang tercermin dalam acara rowah yang terlihat dari gotong-royok persiapan pelaksanaan sampai prosesi acaranya dan ajang berkumpul keluarga.
Terdapat juga dalam acara
tesongkolan yang terlihat dari
banyaknya masyarakat yang turut berbahagia bersama menyaksikan
praje. Acara terakhir adalah
selakaran yang terlihat nilai
kebersamaan dan nilai
kekeluargaannnya dari proses
pembacaan bacaan selakaran itu sendiri yang melibatkan banyak orang.
3. Nilai Budaya dan Tradisi
Keterkaitan lain yang
menghubungkan teks pepaosan
Jatiswara dengan prosesi acara nyunatan adalah kandungan nilai budaya dan tradisi di dalam kedua
hal ini. Nilai kesopanan yang
terdapat dalam penggalan teks
pepaosan Jatiswara mencerminkan nilai tradisi dan budaya ketimuran yang Indonesia anut. Adat ketimuran inilah yang merupakan budaya dan tradisi yang harus kita jaga dan lestarikan.
Sedangkan nilai budaya dan
tradisi yang terkandung dalam
prosesi nyunatan terdapat dalam
beberapa prosesi acara seperti
pembacaan teks pepaosan Jatiswara yang memang merupakan budaya dan tradisi asli masyarakat Sasak. Acara lain yang mengandung nilai tradisi dan budaya terlihat dari prosesi tesongkolan, Popot dan sembek serta bebukak pakean yang menjadi tradisi yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan asli
4. Nilai Pendidikan
Keterkaitan terakhir yang
menghubungkan teks pepaosan
Jatiswara dan prosesi acara nyunatan adalah kandungan nilai pendidikan yang dapat dilihat dari keseluruhan penggalan teks Jatiswara dan seluruh rangkaian prosesi acara nyunatan.
Nilai pendidikan merupakan
keterkaitan yang paling penting untuk masa depan anak dalam kedua hal ini.
Nilai pendidikan dalam teks
pepaosan Jatiswara mencakup
semuanya. Teks ini mengandung nilai pendidikan dalam segi agama, kesopanan, kejujuran dan lainnya.
Menekankan tentang penanaman
nilai pendidikan untuk memupuk
semangat mengejar pendidikan
dalam situasi apapun. Menghargai usaha orang tua dalam memberikan pendidikan untuk dirinya. Pendidikan berperan dalam mengubah nasib kita
menjadi lebih baik dimasa depan. Sedangkan dalam prosesi acara nyunatan nilai pendidikan dapat ditemui dalam semua acara prosesi
yang mengandung pendidikan
agama, kesopanan , kehidupan dan lainnya.
D. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis
terhadap data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan yang terdiri atas dua pokok pembahasan, yaitu:
1. Pesan dan Nilai yang
Terkandung dalam Teks Pepaosan Jatiswara.
Pesan dan nilai yang
terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara pada acara nyunatan yang ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat terdiri atas beberapa kandungan nilai dan pesan antara lain:
a. Nilai agama yang menekankan tentang pentingnya mengingat Tuhan dalam setiap kegiatan. b. Nilai kesopanan yang diawali
melalui peraturan tentang
pakaian yang sopan dan
diharapkan berimbas pada
ranah kesopanan dalam berkata dan bertingkah laku.
c. Nilai kejujuran untuk meraih
apapun yang dicita-citakan
tanpa menambah atau
mengurangi kenyataan yang sesungguhnya.
d. Nilai kebersamaan untuk
mempererat kebersamaan
dalammembantu proses
bergaul dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan anak untuk tidak mementingkan diri sendiri. e. Nilai pencarian jati diri untuk
menemukan diri yang
sesungguhnya melalui
pengalaman dan petualangan.
Bertujuan untuk menuntun
mengenal diri sendiri dengan lebih baik, sehingga dapat mengenal Tuhan dengan lebih baik juga.
f. Nilai historis untuk
menanamkan pemahaman
tentang rangkaian sejarah yang
menunjukkan bahwa masa
sekarang merupakan imbas dari masa lalu dan masa sekarang
akan mempengaruhi masa
depan.
g. Nilai pendidikan yang
menekankan tentang
kesungguhan dan semangat dalam mengejar cita-cita untuk masa depan yang lebih cerah, baik dalam keadaan kurang atau lebih.
2. Keterkaitan Antara Teks
Pepaosan Jatiswara dengan
Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat.
Penjabaran mengenai keterkaitan teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan dapat dilihat melalui nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan. Keterkaitan paling pokok tergambar dari segi nilai hakikat
utama mengenai awal mula
masuknya Islam di tanah Jawa dan
pengikraran diri seorang anak untuk memasuki Islam dengan prosesi nyunatan. Terdapat juga keterkaitan lainnya dalam segi kandungan nilai
agama, kebersamaan dan
kekeluargaan, nilai budaya dan tradisi, serta nilai pendidikan yang sama-sama terkandung dalam teks
pepaosan Jatiswara dan acara
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Merlita Futriana. METODOLOGI PENELITIAN.
http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/tahapan-mengelola-data-html. (diakses pada tanggal 05 April 2016).
Mulyono, Edi. Dkk. 2012. Belajar Hermeneutika. Yogyakarta: IRCiSoD. NN. Teks lontar pepaosan Jatiswar.
Taufikurahman. Hermeneutika Gadamer
file:///C:/Users/gooners/Documents/Hermeneutika%20Gadamerian%20dan%2 0Tradisi%20yang%20Diagungkan.htm (diakses pada tanggal 08 Mei 2016).