• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT: KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN JURNAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT: KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN JURNAL SKRIPSI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT:

KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Penyelesaian Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh Ayu Hartini E1C012011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS MATARAM 2016

(2)
(3)

ANALISIS TEKS PEPAOSAN JATISWARA DALAM ACARA NYUNATAN DI DESA PARAMPUAN KECAMATAN LABUAPI LOMBOK BARAT:

KAJIAN HERMENEUTIKA GADAMERIAN Ayu Hartini, Cedin Atmaja, Muh.Sahrul Qodri

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

e-mail: ayu_chitronela@yahoo.com ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dalam acara nyunatan di Desa Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat yang dianalisis menggunakan teori hermeneutika Gadamerian dan bagaimana keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan prosesi acara nyunatan. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data terdiri atas teknik catat dan wawancara. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah yang terdiri atas pemeriksaan/ validasi data lapangan, pengkodean, pemasukan data dan pengolahan data dengan teori hermeneutika Gadamerian. Hasil yang diperoleh menunjukkan ada beberapa nilai dan pesan yang terdapat dalam teks pepaosan Jatiswara dalam acara nyunatan yang ditanamkan pada anak yang akan disunat, terdiri atas nilai agama yang menekankan tentang pentingnya mengingat Tuhan dalam setiap kegiatan, nilai kesopanan melalui pakaian yang sopan berimbas pada ranah kesopanan yang lain, nilai kejujuran dalam meraih sesuatu tanpa menambah atau mengurangi kenyataan yang sesungguhnya, nilai kebersamaan untuk membantu proses berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, nilai pencarian jati diri untuk lebih mengenal diri sendiri agar menegenal Tuhan dengan lebih baik, nilai historis yang menghubungkan masa lalu, kini dan masa depan serta nilai pendidikan yang menekankan tentang kesungguhan dan semangat menuntut ilmu dalam keadaan apapun. Sedangkan penjabaran mengenai keterkaitan teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan dalam hal kandungan nilai dan pesan di dalamnya menggambarkan beberapa poin penting, yaitu keterkaitan dari segi nilai hakikat utama tentang awal mula masuknya Islam di tanah Jawa dan pengikraran diri seorang anak untuk memasuki Islam dengan prosesi nyunatan. Terdapat juga keterkaitan lainnya dalam segi kandungan nilai agama, kebersamaan dan kekeluargaan, nilai budaya dan tradisi, serta nilai pendidikan yang sama-sama terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan.

(4)

ANALYSIS OF PEPAOSAN TEXT OF JATISWARA IN NYUNATAN RITUALS AT PERAMPUAN VILLAGE, LABUAPI DISTRICT OF WEST

LOMBOK: GADAMERIAN PERSPECTIVE

Ayu Hartini, Cedin Atmaja, Muh.Sahrul Qodri

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PPENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

e-mail: ayu_chitronela@yahoo.com ABSTRACT

The Problem examined in this research is how to value and the message contained in the text of pepaosan Jatiswara in the nyunatan in the village of Parampuan West Lombok Labuapi Subdistrict were analyzed using the theory of Gadamerian hermeneutics and how the interconnectedness between the text pepaosan Jatiswara with a procession of events nyunatan. Methods used in collecting data consists of the technique note and interview. This research data is analyzed using measures of inspection/field data validation, coding, data entry and processing of data by theory Gadamerian hermeneutics. The results obtained showed there is some value and the message contained in the text of the pepaosan Jatiswara in the nyunatan that is embedded in the child to be circumcised, composed of religious values that emphasize on the importance of remembering God in every activity, the value of civility through clothes that politely imposes the realm of politeness of the other, value honesty in reaching for something without adding or subtracting actual reality , the value of togetherness to help process interact in life of society, the search value identity to better know yourself in order to understand God better, the historical value of linking the past, present and future as well as the value of education that stressed about the seriousness and vigor study under any circumstances. Whereas the elaboration regarding the relatedness of the text pepaosan Jatiswara and nyunatan in terms of value and the content of the message in it illustrates several important points. linkages in terms of the value of the main fact about the early years of Islam in Java and promise yourself a child to enter Islam with the procession of the nyunatan. There are also other linkages in terms of the content of religious values, togetherness and family, cultural values and traditions, as well as educational value that is contained in the text of pepaosan Jatiswara and nyunatan events.

(5)

A. PENDAHULUAN

Khitan atau sunat merupakan tradisi yang bersumber dari ajaran syariat Islam. Setiap daerah di Indonesia memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut istilah sunat. Suku Sasak di Lombok NTB menyebut khitan atau sunat dengan istilah besunat atau beselam, istilah ini digunakan karena secara awam yang membedakan antara yang Islam dan yang bukan adalah disunat atau tidaknya. Acara sunatan di Lombok dirangkum dalam satu prosesi acara yang disebut nyunatan. Di desa

Parampuan Kecamatan Labuapi

Lombok Barat, nyunatan biasa

dilakukan dibulan rabiul awal

penanggalan Islam. Tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk

mengadakan acara nyunatan di waktu yang lain. Prosesi nyunatan memuat berbagai macam prosesi adat atau tradisi, salah satunya adalah

pembacaan teks pepaosan atau

memace.

Menurut Amaq Budi (dalam wawancara tanggal 12 April 2016), teks pepaosan adalah teks asli masyarakat Sasak berbentuk karya sastra yang diturunkan oleh nenek

moyang, berisi pengajaran dan

pembelajaran melalui isi yang

menceritakan atau meriwayatkan

cerita masa lalu yang berkaitan

dengan acara yang sedang

dilangsungkan. Selain dibacakan

dalam acara nyunatan, teks pepaosan juga di bacakan dalam acara lain seperti ngurisan (mencukur rambut bayi yang baru lahir), bisoq tian (7

bulananan kehamilan), nyiwaq

(peringatan meninggalnya seseorang

pada hari ke-9), merarik

(pernikahan) dan acara lainnya.

Teks pepaosan yang biasa

dibacakan dalam acara nyunatan di

(6)

pepaosan Jatiswara. Teks ini memuat berbagai ajaran tentang syariat Islam, Bagian teks yang di baca saat acara nyunatan dimulai dari lembaran lontar pertama sampai ketiga, menceritakan tentang awal mula datangnya seorang pendakwah membawa ajaran agama Islam masuk ke tanah Jawa. Isi teks ini sangat berkitan dengan acara nyunatan karena isi teks yang mencerminkan awal mula penyebaran agama Islam di tanah Jawa persis seperti seorang anak yang beselam atau memasuki agama Islam dengan melewati proses

khitan. Selain berkaitan teks

pepaosan Jatiswara juga

mengandung berbagai macam nilai dan pesan yang berguna untuk anak yang akan disunat. Kedua hal ini membuat peneliti tertarik untuk menemukan pesan dan nilai-nilai

yang terkandung dalam teks

pepaosan Jatiswara, dan

mengungkapkan keterkaitan yang lebih dalam antara teks tersebut dengan acara nyunatan.

Teori yang digunakan untuk menemukan nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan serta keterkaitan keduanya adalah teori

hermeneutika Gadamerian.

Hermeneutika Gadamerian

merupakan aliran hermeneutika yang dikembangkan oleh Hans Georg Gademer yang lahir di kota Malburg Jerman pada 11 Februari 1900. Ia

belajar filsafat pada senior

universitas di kota asalnya, antara lain pada Nikolai Hartmann dan Martin Heidegger dan juga pernah

mengikuti kuliah pada Rudolf

Bultmann, seorang teolog protestan. Tahun 1922, ia meraih gelar doctor filsafat dan tahun 1929 menjadi dosen privat di Marburg dan menjadi professor pada tahun 1937. Sejak

(7)

tahun 1939 ia pindah ke Leipzig dan kemudian ke Frankfurt am Main di tahun 1947. Terhitung dari tahun 1949 ia mengajar di Heidelberg sampai pensiun (Mulyono,dkk. 2012: 142-143).

Secara garis besar rumusan

pemahaman teks melalui

hermeneutika Gadamer terdiri dari

beberapa poin, yaitu teks,

perandaian, realitas historis,

produksi dan subyektif (Mulyono dkk. 2012:154). Maksud dari poin-poin ini adalah sebuah teks mulai didekati atau ditafsirka nmelalui

perandaian-perandaian yang

dilakukan oleh penafsir. Faktor realitas historis atau tradisi dari penafsir memproduksi makna baru sesuai masa kekinian penafsir, semua

makna yang tercipta ini

kemungkinan bersifat subyektif.

Teori hermeneutika Gadamerian

dipilih untuk menginterpretasikan

teks Jatiswara karena teori ini sangat mengagungkan tradisi. Teori ini memberi tempat yang istimewa untuk sebuah tradisi dan pembacaan teks pepaosan merupakan salah satu tradisi di Lombok khususnya desa Parampuan. Selain itu hermeneutika Gadamer membuka kesempatan

untuk peneliti mengembangkan

perandaian-perandaian tentang

makna yang terkandung di dalam teks sesuai masa kekinian peneliti yang disampaikan melalui bahasa sebagai media perantara sehingga

teori ini dirasa cocok untuk

digunakan dalam penelitian ini. B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunaka

nuntuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas metode catat dan wawancara. Metode catat

dalam penelitian ini dilakukan

dengan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan teks Jatiswara

(8)

dalam acara nyunatan dan proses pelaksanaan acara nyunatan itu

sendiri. Sedangkan metode

wawancara merupakan kegiatan

memperoleh informasi melalui

informan dengan cara

menyampaikan pertanyaan.

Wawancara dalam penelitian ini

dilakukan terhadap tokoh yang

bertugas membacakan teks pepaosan yang biasa disebut dengan istilah pemaos (dalang pepaosan). Selain pemaos, narasumber juga berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan

orang yang dituakan serta

mengetahui seluk beluk pembacaan teks pepaosan dalam acara adat tradisi masyarakat Sasak.

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif. Adapun langkah-langkah analisis data menggunakan metode kualitatif menurut Merlita Futriana (2015)sebagai berikut:

1. Pemeriksaan/ Validasi Data

Lapangan

Observasi langsung yang

dilakuakan di lapangan untuk

mendapatkan data mengenai teks pepaosan Jatiswara serta proses pembacaan teks pepaosan tersebut dalam acara nyunatan.

2. Pengkodean

Mengambil data mengenai nilai dan pesan yang terkandung dalam

pembacaan teks pepaosan

Jatiswaraserta keterkaitan teks ini dengan acara nyunatan di desa

Parampuan Kecamatan Labuapi

Lombok Barat.

3. Pemasukan Data

Menganalisis data tentang nilai dan pesan yang terkandung dalam

pembacaan teks pepaosan

Jatiswaraserta keterkaitan teks ini dengan acara nyunatan di desa

Parampuan Kecamatan Labuapi

(9)

4. Pengolahan Data

Hasil data yang didapat

kemudian diolah dan ditafsirkan mengenai nilai dan pesan serta keterkaitan teks dengan prosesi acara menggunakan metode hermeneutika Gadamerian. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu (1) menyalin teks Jatiswara dari aksara sasak jejawan

dengan huruf latin kemudian

mengartikannya dari bahasa kawi kunoke dalam bahasa Indonesia, (2) menafsirkan dan menemukan nilai-nilai serta pesan yang terkandung

dalam teks pepaosa Jatiswara

tersebut dalam acara nyunatan

dengan menggunakan teori

hermeneutika Gadamer. Penafsiran

dilakukan dengan melakukan

perandaian-perandaian yang akan dipengaruhi oleh realitas historis penafsir yang akan menciptakan atau

memproduksi makna baru dan

kemungikinan makna baru ini

bersifat subyektif. Dari makna inilah akan terungkap nilai dan pesan yang dicari dari sebuah teks, (3) mencari keterkaitan teks Jatiswara dengan acara nyunatan dari nilai-nilai dan pesan yang telah didapatkan.

5. Hasil Pengolahan Data

Tahap akhir adalah pemberian pendapat atau kesimpulan mengenai nilai dan pesan teks pepaosan

Jatiswara serta keterkaitannya

dengan acara nyunatan di Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat sebagai jawaban atas permaslahan dalam penelitian.

C. PEMBAHASAN

a. Nilai dan Pesan dalam Teks

Pepaosan Jatiswara

Nilai dan pesan yang terkandung

dalam tek pepaosan Jatiswara

sebagian besar tersirat melalui setiap bait, baris, penggalan kata atau kalimat di dalamnya. Nilai dan pesan yang ada di dalam teks pepaosan

(10)

Jatiswara ini terdiri dari beberapa nilai, antara lain;

1. Nilai Agama

Nilai agama dalam teks pepaosan Jatiswara bertujuan agar sebelum anak melakukan sesuatu hal dia akan terlebih dahulu mengingat Tuhan, sehingga apapun kegiatan yang dia

lakukukan diharapkan kegiatan

tersebut bersifat positif nantinya dan menjauhi perbuatan negatif karena

sadar bahwa Tuhan selalu

mengawasinya.

2. Nilai Kesopanan

Selain nilai agama terdapat nilai lain yang juga terkandung dalam teks

pepaosan Jatiswara yaitu nilai

kesopanan yang di awali melalui anjuran menggunakan pakaian yang sopan. Nilai kesopanan melalui pakaian yang sopan dan baik

diharapkan dapat membentuk

kepribadian anak yang akan disunat untuk menghargai dirinya. Setelah

penanaman nilai kesopanan melalui pakaian yang baik untuk menghargai dirinya, maka selanjutnya akan mempengaruhi nilai kesopanan dalam tutur kata dan tingkah laku anak untuk menghargai orang lain dalam berinteraksi dengan sesama. 3. Nilai Kejujuran

Nilai dan pesan selanjutnya yang tidak kalah penting adalah nilai kejujuran dan pesan di dalamnya. Nilai kejujuran yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara bertujuan untuk membentuk pribadi jujur dalam diri anak yang akan disunat. Anak yang akan disunat diharapkan akan menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam kehidupannya. Menyampaikan sesuatu dengan apa

adanya tanpa dikurangi atau

ditambahi sedikitpun, lebih baik lagi

bila nilai kejujuran ini tetap

(11)

selalu dipraktikkan dalam keadaan apapun.

4. Nilai Kebersamaan

Nilai selanjutnya yang

terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara adalah nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan di dalam teks pepaosan Jatiswara diharapkan akan memberikan nilai dan pesan yang dapat diambil untuk memupuk rasa kebersamaan dalam melakukan hal yang baik. Nilai ini ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat agar anak senang membagi ilmu

serta menimba ilmu maupun

melakukan hal positif lainnya secara

bersama. Menjadikannya pandai

dalam bergaul atau berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak mementingkan diri sendiri. 5. Nilai Pencarian Jatidiri dan Nilai

Historis

Nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara yang

lain adalah nilai pencarian jati diri dan nilai historis di dalamnya. Pencarian Jati diri sendiri tercermin dari bagaimana proses pengembaraan seorang ulama untuk membagi ilmu dan pengalamannya sampai beliau

menemukan tujuan akhir dari

perjalanannya. Nilai pencarian jati diri yang ditanamkan pada anak yang

akan disunat diharapkan akan

membuat anak ini kelak berani berpetualang mencari petualangan

baru yang bersifat positif.

Petualangan akan mendorong anak menemukan berbagai hal baru yang akan membantuk anak tersebut dalam menentukan jati dirinya. Sedangkan nilai historis dalam teks pepaosan Jatiswara tercermin dari pengaruh penyebaran agam Islam di tanah Jawa dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

(12)

6. Nilai Pendidikan

Terdapat satu lagi nilai penting

yang terkandung dalam teks

pepaosan Jatiswara. Nilai ini

merupakan nilai yang paling penting dalam kehidupan anak yang akan disunat. Nilai ini adalah nilai pendidikan. Makna nilai pendidikan yang terdapat dalam teks pepaosan Jatiswara akan ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat, agar anak yang disunat mau berjuang mengejar pendidikan tanpa rasa malas. Menghargai usaha orang tua yang telah bersusah payah mencari

rizki untuk menyekolahkannya.

Membuat anak yang akan disunat menyadari pentingnya pendidikan untuk mengangkat derajatnya dan keluarganya di masa depan.

b. Keterkaitan Antara Teks

Pepaosan Jatiswara dan Acara Nyunatan

Masalah selanjutnya yang

dibahas adalah keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan pelaksanaan prosesi nyunatan di Desa Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat. Keterkaitan paling pokok yang mengaitkan antara teks pepaosan Jatiswara dengan acara nyunatan terfokus pada hakikat intisari kedua hal tersebut. Bila teks pepaosan Jatiswara menggambarkan proses masuknya Islam di tanah Jawa

sedangkan prosesi nyunatan

merupakan pintu awal perjalanan seorang anak memasuki dunia Islam. Selain keterkaitan pokok tersebut terdapat juga keterkaitan lain yang menghubungkan prosesi nyunatan dengan teks pepaosan Jatiswara dalam hal nilai dan pesan yang terkandung di dalamnya, antara lain:

1. Kandungan Nilai Agama Kandungan pertama yang sama-sama dimiliki oleh teks pepaosan

(13)

Jatiswara maupun prosesi nyunatan adalah kandungan nilai agama. Nilai

agama cukup mendominasi

keterkaitan antara teks pepaosan Jatiswara dengan prosesi nyunatan. Teks pepaosan Jatiswara sendiri mengandung nilai kesopanan dan nilai kejujuran yang merupakan cabang dari nilai agama, karena dalam agama khususnya agama Islam nilai kesopanan dan nilai kejujuran adalah sebagian dari iman. Nilai agama dalam konsep

berbeda-beda ini ditanamkan melalui

penggalan-penggalan teks Jatiswara yang diaplikasikan oleh orang tua sebagai media pengasuhan anak yang akan disunat dengan berbagai aspek yang berguna bagi kehidupan.

Sedangkan dalam rangkaian

prosesi nyunatan nilai agama

terdapat dalam beberapa acara, antara lain: acara rowah. yang

terlihat dari doa dan zikir

didalamnya, pembacaan teks

pepaosan khusus dalam teks

pepaosan Jatiswara dengan nilai agama Islam yang kental, teseraupan yang mengandung nilai kebersihan yang merupakan sebagian dari iman dan acara terakhir yang mengandung nilai agama dalam prosesi nyunatan adalah acara selakaran sebagai

bentuk doa keselamatan untuk

kelancaran acara sunatan.

2. Nilai Kebersamaan dan Nilai Kekeluargaan

Selain nilai agama terdapat juga

nilai kebersamaan dan nilai

kekeluargaan dalam teks pepaosan Jatiswara terlihat dari kebersamaan dan kekeluargaan bertujuan untuk meraih keselamatan bersama menuju surga Allah SWT bersama-sama, memikirkan orang lain agar bukan hanya diri sendiri yang mendapat berkah. Sedangkan dalam prosesi acara nyunatan, nilai kebersamaan

(14)

dan nilai kekeluargaan tercermin dari

beberapa prosesi seperti nilai

kebersamaan dan kekeluargaan yang tercermin dalam acara rowah yang terlihat dari gotong-royok persiapan pelaksanaan sampai prosesi acaranya dan ajang berkumpul keluarga.

Terdapat juga dalam acara

tesongkolan yang terlihat dari

banyaknya masyarakat yang turut berbahagia bersama menyaksikan

praje. Acara terakhir adalah

selakaran yang terlihat nilai

kebersamaan dan nilai

kekeluargaannnya dari proses

pembacaan bacaan selakaran itu sendiri yang melibatkan banyak orang.

3. Nilai Budaya dan Tradisi

Keterkaitan lain yang

menghubungkan teks pepaosan

Jatiswara dengan prosesi acara nyunatan adalah kandungan nilai budaya dan tradisi di dalam kedua

hal ini. Nilai kesopanan yang

terdapat dalam penggalan teks

pepaosan Jatiswara mencerminkan nilai tradisi dan budaya ketimuran yang Indonesia anut. Adat ketimuran inilah yang merupakan budaya dan tradisi yang harus kita jaga dan lestarikan.

Sedangkan nilai budaya dan

tradisi yang terkandung dalam

prosesi nyunatan terdapat dalam

beberapa prosesi acara seperti

pembacaan teks pepaosan Jatiswara yang memang merupakan budaya dan tradisi asli masyarakat Sasak. Acara lain yang mengandung nilai tradisi dan budaya terlihat dari prosesi tesongkolan, Popot dan sembek serta bebukak pakean yang menjadi tradisi yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan asli

(15)

4. Nilai Pendidikan

Keterkaitan terakhir yang

menghubungkan teks pepaosan

Jatiswara dan prosesi acara nyunatan adalah kandungan nilai pendidikan yang dapat dilihat dari keseluruhan penggalan teks Jatiswara dan seluruh rangkaian prosesi acara nyunatan.

Nilai pendidikan merupakan

keterkaitan yang paling penting untuk masa depan anak dalam kedua hal ini.

Nilai pendidikan dalam teks

pepaosan Jatiswara mencakup

semuanya. Teks ini mengandung nilai pendidikan dalam segi agama, kesopanan, kejujuran dan lainnya.

Menekankan tentang penanaman

nilai pendidikan untuk memupuk

semangat mengejar pendidikan

dalam situasi apapun. Menghargai usaha orang tua dalam memberikan pendidikan untuk dirinya. Pendidikan berperan dalam mengubah nasib kita

menjadi lebih baik dimasa depan. Sedangkan dalam prosesi acara nyunatan nilai pendidikan dapat ditemui dalam semua acara prosesi

yang mengandung pendidikan

agama, kesopanan , kehidupan dan lainnya.

D. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis

terhadap data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan yang terdiri atas dua pokok pembahasan, yaitu:

1. Pesan dan Nilai yang

Terkandung dalam Teks Pepaosan Jatiswara.

Pesan dan nilai yang

terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara pada acara nyunatan yang ditanamkan dalam diri anak yang akan disunat terdiri atas beberapa kandungan nilai dan pesan antara lain:

(16)

a. Nilai agama yang menekankan tentang pentingnya mengingat Tuhan dalam setiap kegiatan. b. Nilai kesopanan yang diawali

melalui peraturan tentang

pakaian yang sopan dan

diharapkan berimbas pada

ranah kesopanan dalam berkata dan bertingkah laku.

c. Nilai kejujuran untuk meraih

apapun yang dicita-citakan

tanpa menambah atau

mengurangi kenyataan yang sesungguhnya.

d. Nilai kebersamaan untuk

mempererat kebersamaan

dalammembantu proses

bergaul dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan anak untuk tidak mementingkan diri sendiri. e. Nilai pencarian jati diri untuk

menemukan diri yang

sesungguhnya melalui

pengalaman dan petualangan.

Bertujuan untuk menuntun

mengenal diri sendiri dengan lebih baik, sehingga dapat mengenal Tuhan dengan lebih baik juga.

f. Nilai historis untuk

menanamkan pemahaman

tentang rangkaian sejarah yang

menunjukkan bahwa masa

sekarang merupakan imbas dari masa lalu dan masa sekarang

akan mempengaruhi masa

depan.

g. Nilai pendidikan yang

menekankan tentang

kesungguhan dan semangat dalam mengejar cita-cita untuk masa depan yang lebih cerah, baik dalam keadaan kurang atau lebih.

2. Keterkaitan Antara Teks

Pepaosan Jatiswara dengan

(17)

Parampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat.

Penjabaran mengenai keterkaitan teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan dapat dilihat melalui nilai dan pesan yang terkandung dalam teks pepaosan Jatiswara dan acara nyunatan. Keterkaitan paling pokok tergambar dari segi nilai hakikat

utama mengenai awal mula

masuknya Islam di tanah Jawa dan

pengikraran diri seorang anak untuk memasuki Islam dengan prosesi nyunatan. Terdapat juga keterkaitan lainnya dalam segi kandungan nilai

agama, kebersamaan dan

kekeluargaan, nilai budaya dan tradisi, serta nilai pendidikan yang sama-sama terkandung dalam teks

pepaosan Jatiswara dan acara

(18)

E. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Merlita Futriana. METODOLOGI PENELITIAN.

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/tahapan-mengelola-data-html. (diakses pada tanggal 05 April 2016).

Mulyono, Edi. Dkk. 2012. Belajar Hermeneutika. Yogyakarta: IRCiSoD. NN. Teks lontar pepaosan Jatiswar.

Taufikurahman. Hermeneutika Gadamer

file:///C:/Users/gooners/Documents/Hermeneutika%20Gadamerian%20dan%2 0Tradisi%20yang%20Diagungkan.htm (diakses pada tanggal 08 Mei 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti pengaruh moderasi kepercayaan organisasi dan pemimpin terhadap hubungan antara keadilan organisasi dengan perlakuan

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa fatwa MUI yang mengatakan membuang sampah sembarang dan atau/membuang barang yang masih bisa dimanfaatkan untuk

Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al- qur’an dan

Sistem pengukuran kinerja BSC yang menggunakan beragam ukuran baik keuangan maupun non keuangan menunjukkan adanya target dan sasaran khusus yang lebih jelas untuk dicapai

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyintesis metil selulosa dari limbah kulit jagung, serta karakterisasi hasil sintesisnya menggunakan beberapa metode,

Lima subyek (20%) merasa kurang puas terhadap penampilan penis pasca operasi hipospadia, yang terutama disebabkan oleh ukuran penis

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan pengumpulan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumensi sehingga peneliti mengetahui bagaimana Analisis

Dengan adanya masalah yang ditimbulkan, penyusun mencoba merencanakan Proposal Tugas Akhir dengan judul METODE PELAKSANAAN, WAKTU, DAN BIAYA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALIPEPE JALUR