• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI PELAKSANAAN PROGRAM PRIMA TANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI PELAKSANAAN PROGRAM PRIMA TANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TA 2008

PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI

PELAKSANAAN PROGRAM PRIMA TANI

Oleh :

Tahlim Sudaryanto

Rudy S. Rivai

Edi Basuno

Syahyuti

Herman Supriadi

Hendiarto

Budi Wiryono

Endang L. Hastuti

Sri Wahyuni

amiruddin Syam

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN

(2)

Ringkasan Eksekutif

Pendahuluan

1. Program Primatani telah dijalankan di Badan Litbang Pertanian, semenjak tahun 2005, yang dilatarbelakangi oleh lambatnya proses difusi hasil inovasi dan teknologi dari lembaga penelitian ke petani pengguna. Dari pelaksanaan selama selamai ini telah diperoleh berbagai perkembangan yang positif. Meskipun demikian, BPTP sebagai motor pelaksana di lapangan menghadapi berbagai hambatan yang perlu didukung dan didampingi oleh institusi yang kompeten, khususnya permasalahan yang berkaitan dengan bidang sosial ekonomi pertanian. Permasalahan tersebut selain disebabkan oleh kelemahan internal BPTP, adalah karena Prima Tani merupakan pendekatan baru, dan bahkan merupakan paradigma baru di Badan Litbang Pertanian, sehingga pemahaman pelaksana dalam pelaksanaannya tidak berjalan memuaskan. Pembinaan dan pendampingan sangat dibutuhkan untuk mengawal petugas di lapangan sehingga kegiatan dapat berjalan secara tepat, efisien, dan sistematis.

2. Sebagai sebuah konsep baru terbukti banyak menghadapi kendala dan tantangan ketika diimplementasikan pada kondisi riel yang memiliki keragaman yang tinggi mulai dari karakteristik agroekosistemnya, sosial ekonomi masyarakatnya, kelembagaan birokrasi pelaksananya, serta ketersediaan sarana dan prasarana wilayahnya. Alasan inilah yang mendasari kegiatan ini. Alasan lainnya adalah karena permasalahan kelembagaan, sebagai bagian pokok dari permasalahan aspek sosial ekonomi, merupakan kendala yang banyak dihadapi selama ini. Karena itulah dibutuhkan pendampingan mulai dari bagaimana mengenali permasalahan kelembagaan, menyusuan rancang bangun untuk inovasi kelembagaan, serta mengimplementasikan penumbuhan dan penguatan kelembagaan di lokasi Prima Tani.

Tujuan dan Keluaran

3. Tujuan kegiatan ini adalah: (1) Membantu BPTP DI Yogyakarta, Sulut, dan NTB menyempurnakan dan mengaplikasikan dalam menumbuhkembangkan rancang bangun agroindustrial pedesaan; (2) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Primatani di propvinsi DI Yogyakarta, Sulut, dan NTB; (3) Menyempurnakan tahapan kegiatan implementasi Primatani di tingkat lapangan; dan (4) Melakukan analisa sosial ekonomi dan kelembagaan agribisnis industrial pedesaan di lokasi Primatani.

4. Adapun keluaran dari kegiatan ini adalah: (1) Penyempurnaan dan aplikasi rancang bangun agro industrial pedesaan dalam rangka menumbuhkembangkan kelembagaan AIP; (2) Diperolehnya informasi dan permasalahan melalui kegiatan monioring dan evaluasi pelaksanaan Prima Tani di Propinsi DI Yogjakarta, Sulut dan NTB; (3) Terselenggaranya perbaikan tahapan kegiatan implementasi Prima Tani ditingkat lapangan; dan (4) Diperolehnya berbagai bentuk analisis sosial ekonomi dan kelembagaan agribisnis industrial pedesaan dilokasi Prima Tani.

(3)

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran

5. Pengembangan komunitas (community development) adalah suatu konsep yang luas, yang mencakup berbagai bentuk upaya dengan mengaplikasikan teori dan praktek berupa kepemimpinan lokal (civic leaders), activists, dan melibatkan warga dan kalangan profesional untuk meningkatkan berbagai sisi kehidupan dari komunitas lokal. Dalam prakteknya, para pelaksana melakukan identifikasi permasalahan, mempelajari sumberdaya setempat, menganalisa struktur kekuasaan lokal, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, dan berbagai hal lain di masyarakat tersebut.

6. Faktor waktu merupakan satu faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan pendampingan. Untuk mewujudkan perubahan yang otonom di masyarakat membutuhkan waktu pendampingan yang lebih panjang, mengingat degradasi paradigma lama yang dianut sekelopok orang hanya akan terjadi secara gradual pula, yakni berubah sedikit demi sedikit.

7. Dukungan pendampingan tidak dapat diabaikan. Dari pengalaman, ketika kegiatan dilakukan dalam skala kecil dengan support dana dan pendampingan cukup, ternyata bisa berhasil. Namun, ketika kegiatan dimasalkan, dan kegiatan pendampingan menjadi kurang intensif, hasilnya lebih banyak yang gagal. Pada prinsipnya, pendampingan juga merupakan aktifitas pokok dalam konteks Community Development. Tujuan utama CD adalah kemandirian, dengan titik berat pada proses (process goals). Ini bertolak dari asumsinya bahwa ada kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokrastis, dan bertolak dari keyakinan bahwa komunitas berbentuk tradisional statis.

8. Lembaga-lembaga petani merupakan wadah yang paling banyak dipakai dalam kegiatan pembangunan dan pemberdayaan di desa. Selama ini, pemerintah telah mengintroduksikan berbagai lembaga ke desa-desa untuk menjalankan sistem agribisnis. Satu lembaga dapat menjalankan berbagai fungsi agribisnis, dan sebaliknya satu fungsi juga dapat dijalankan oleh lembaga yang berbeda. 9. Primatani menggunakan pendekatan sumberdaya alam dan manusia setempat.

Ini sejalan dengan konsep Community-Based Resource Management (CBRM). CBRM adalah suatu pendekatan pembangunan yang menekankan kepada kesalinghubungan antara manusia dengan segala hal di lingkungannya.

10. Dari pengalaman kegiatan Prima Tani, masih banyak dijumpai kelemahan-kelemahan, khususnya dari aspek sosial ekonomi pertanian. Pada intinya, Prima Tani berupaya membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif yang memadukan sistem inovasi dan sistem agribisnis, sehingga mampu meujudkan suatu model terpadu Penelitian – Penyuluhan – Agribsinis – Pelayanan Pendukung (Research – Extention – Agribusiness – Supporting Service Linkages). Dalam kegiatan Prima Tani, dilakukan rekayasa kelembagaan dengan segala aspeknya.

11. Kompleksitas permasalahan dan kebutuhan teknologi yang bersifat spesifik lokasi serta perlunya koordinasi dan integrasi antar institusi terkait, mendorong perlunya pendampingan teknologi dari sumber teknologi itu sendiri (Puslit/Balit) terhadap BPTP sebagai pelaksana utama program Prima Tani di daerah. Kegiatan Prima Tani yang pelaksanaannya langsung dilakukan oleh staf BPTP

(4)

sebagai pendamping kegiatan, membutuhkan bimbingan dan arahan dari lembaga-lembaga lain di atasnya.

12. Pendampingan dari sosial ekonomi, khususnya tentang inovasi kelembagaan, merupakan hal yang esensial dalam Prima Tani. Pengalaman 2 tahun Prima Tani (2005-2006) menunjukkan bahwa hal ini masih merupakan titik lemah yang belum digarap dengan tegas dan sistematis. Pengembangan kelembagaan baru dimaknai sebatas pembentukan lembaga-lembaga petani, seperti kelompok tani dan koperasi. Demikian pula untuk kegiatan pemenuhan informasi yang mengandalkan hanya kepada Klinik Agribisnis.

13. Pendampingan dilakukan dalam beberapa bentuk dan tahapan. Pelaksana lapangan pada hakekatnya adalah staf BPTP dan stakeholders setempat, sehingga kepada level inilah pendampingan dari PSE-KP akan dilakukan. Namun, pada kondisi tertentu keterlibatan langsung di lapangan juga dimungkinkan, khususnya untuk permasalahan yang berkenaan langsung dengan kapasitas Tim Penyelia atau Pendamping.

Pendekatan kegiatan

14. Kegiatan pendampingan ini dilakukan di atas prinsip-prinsip partisipatif dengan pelaksana kegiatan di lapangan. Dalam kegiatan mengumpulkan data dan kondisi kegiatan dan lapangan secara umum, diterapkan prinsip-prinsip triangulasi untuk memperoleh kehandalan informasi yang dikumpulkan. Informasi yang terkumpul merupakan langkah pertama dalam kegiatan pendampingan. Sumber informasi sangat beragam berupa interview, diskusi, dan observasi. Seluruh tahapan proses akan dipelajari, dengan penekanan kepada partisipasi seluruh pelaku, berpedoman kepada panduan program yang telah disusun dan didistribusikan. Juga koordinasi antar instansi terkait sangat diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Program yang dikembangkan oleh Prima Tani hendaknya sudah terintegrasi dengan Program Pembangunan Daerah.

15. Dalam kegiatan pendampingan, Tim akan terlibat secara penuh dalam seluruh tahapan kegiatan. Pendampingan akan difokuskan kepada pengembangan kelembagaan ekonomi pedesaan, khususnya kelembagaan-kelembagaan yang tercakup dalam Laboratorium Agribisnis di lokasi kegiatan Prima Tani.

Ruang Lingkup Kegiatan

16. Pada pokoknya yang menjadi objek utama kegiatan ini adalah seluruh komponen kelembagaan yang terlibat, serta seluruh tahapan pelaksanaan dan aspek manajemen pelaksanaan. Khusus dalam tahap implementasi, pendampingan dilakukan terhadap manajemen pelaksanaan, termasuk memberikan dukungan informasi dan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait.

17. Sebagai data dasar untuk merumuskan upaya-upaya penyempurnaan di lapangan dipelajari kinerja seluruh bentuk teknologi dan kelembagaan yang diimplementasikan di lokasi kegiatan. Pemahaman terhadap kinerja tersebut, dikaitkan dengan proses pelaksanaannya, serta perbandingan dengan konsep rancang bangun yang telah dibuat yang merupakan pedoman pengembangan Laboratorium Agribisnis Pedesaan di lokasi studi tersebut. Dalam hal ini

(5)

dipelajari kinerja teknologi, mulai dari jumlah pengadopsi di lokasi, kelengkapan komponen yang diadopsi, nilai tambah yang diperoleh dari penerapan teknologi, serta proses difusi inovasi, dan permasalahan yang dihadapi dalam implementasinya. Sedangkan untuk kelembagaan agribisnis dipelajari mulai dari organisasi formal yang tumbuh dan berkembang dan termasuk berbagai bentuk relasi-relasi sosial terkait agribisnis meskipun tidak dalam wujud organisasi formal.

18. Khusus untuk metode Monitoring dan Evaluasi (Monev) dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap input, proses dan kinerja pelaksanaan Prima Tani sesuai dengan perencanaan dan indikator yang telah ditetapkan. Hasil monev harus dapat digunakan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan informasi penting yang dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan keberlanjutan, modifikasi/penyempurnaan ataupun penghentian kegiatan Prima Tani.

Metoda Analisis

19. Dalam kegiatan ini dilakukan analisis data secara kualitatif yang diarahkan pada tiga komponen pokok, yaitu input, proses dan output dari empat aspek utama yang dikaji (penciptaan teknologi, diseminasi dan adopsi teknologi, pengembangan agribisnis, serta dampak pengembangan inovasi/teknologi). Dalam analisis kualitatif ini dilihat keragaan, kendala/hambatan dan persepsi yang dimiliki oleh penerima manfaat Prima Tani.

20. Dalam analisa kelembagaan, terdapat empat aspek utama yang harus di lihat secara integratif dan rekuensial dalam mengevaluasi kinerja kelembagaan agribisnis Prima Tani yaitu: 1) Kinerja pengembangan kelembagaan, baik ditingkat pelaksana & stakeholders maupun di ditingkat beneficiaries. 2) Kinerja diseminasi dan adopsi teknologi yang dimulai dari perencanaan dengan pendekatan PRA, penyusunan Rancang Bangun 3) Kinerja pengembangan sistem agribisnis industrial pedesaan dalam bentuk implementasi dari Rancang Bangun Prima Tani, yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran/target Road Map Prima Tani, dan 4) Kinerja dampak pengembangan program Prima Tani yang berbasis inovasi teknologi.

21. Dalam mempalajari kelembagaan digunakan analisis kelembagaan (Institutional Analisys) dengan metode Rapid Organizational Assessment (ROA). Dari informasi ini akan dapat dianalisa apakah kelembagaan-kelembagaan yang saat ini ada dapat berjalan secara kontinyu dan mandiri di masa mendatang. Pelaksanaan Pendampingan Prima Tani

22. Dalam kegiatan pendampingan dilakukan diskusi dengan pelaksana dan stakeholders lain, penelaahan dokumen, serta tinjauan ke lapang. Dari kegiatan ini berhasil disepakati dan dirumuskan berbagai perbaikan, misalnya pemfokusan kegiatan, penyusunan target-target baru, penyusunan rencana kerja yang lebih sesuai, dan lain-lain. Dari pelaksanaan pendampingan dirumuskan berbagai saran tindak lanjut yang akan menjadi pedoman bagi pelaksana di lapangan.

23. Diperlukan internalisasi Prima Tani di dalam setiap individu yang terlibat, sehingga semua aktivitas Prima Tani dikaitkan dengan pencapaian tujuan utama

(6)

Prima Tani yaitu mempercepat desiminasi dan adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang. Internalisasi Primatani sangat ditekankan agar kegiatan yang dilakukan dapat diukur secara kuantitatif, sehingga memudahkan untuk melakukan monitoring, sejauh mana progress atau kemajuan yang telah dicapai dari kegiatan yang telah direncanakan di dalam rancang bangun. Dengan demikian dapat dibandingkan antara kondisi awal dan kondisi akhir dari berbagai kegiatan yang dilakukan.

24. Diperlukan adanya pelaporan rutin yang dapat memberikan gambaran jelas secara kuantitatif sejauh mana inovasi yang diberikan telah diadopsi. Misalnya, jumlah petani yang mengadopsi suatu inovasi (varietas, sistem tanam, pemanfaatan biogas, asosiasi, dsb), luas lahan yang ditanami, jumlah kelompok tani, keaktifan kegiatan Gapoktan dan sebagainya. Sementara, dalam hal inovasi kelembagaan diperlukan pembinaan yang lebih intensif terhadap lembaga - lembaga yang dibentuk dan diperkenalkan untuk dapat lebih melembaga, baik secara vertikal maupun horisontal

25. Dilakukan pula sosialisasi integrasi progam Prima Tani dengan PUAP dan penyerahan kegiatan Prima Tani kepada Pemda. Tujuan sosialisasi adalah agar BPTP bisa menyiapkan sebaik-baiknya bersama stake holder lainnya (Dinas terkait dan Pemda) pengembangan PUAP yang segera akan dilaksanakan menggantikan Prima Tani yang sedang berjalan. Selain itu karena Primatani dianggap sebagai show window bagi pelaksanaan PUAP, maka BPTP diharapkan bekerja lebih keras lagi mewujudkan keberhasilan Prima Tani seperti yang dicanangkan dalam rancang bangun, sebelum diserahkan kepada Pemda kabupaten masing-masing. Dalam rangka penyerahan progam Prima Tani ke Pemda nanti, BPTP hendaknya segera mengevaluasi pelaksanaan Prima Tani disetiap desa binaan, sejauh mana Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) dan Agro Industrial Pedesaan (AIP) dapat dicapai dan sesuai dengan rancang bangun yang sudah dibuat.

Monitoring dan Evaluasi

26. Hasil penilaian terhadap dokumen perencaan menunjukkan bahwa dokumen perencanaan yang diperlihatkan terdiri atas RDHP PRIMA TANI T.A. 2008 dan RODHP sudah cukup. Sasaran seperti yang diperlihatkan pada RDOHP juga sudah cukup jelas dimana sasaran yang akan dicapai pada TA 2008 yang berupa fisik, lembaga dan sistem sudah direncanakan. Khusus untuk DIY, pelaksanaan terhadap kegiatan Prima tani dapat dikatkan baik, hal ini dapat dilihat dari ketepatan dalam pemilihan lokasi, pemilihan komoditas dan perumusan inovasi teknologi yang ditawarkan.

27. Hasil penilaian kinerja pelaksanaan Prima Tani di DI Yogyakarta dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari keberadaannya di lapang baik laboratorium, klinik Agribisnis, dan keberadaan kelembagaannya, dapat terlihat nyata dari semangatnya petani untuk sebagai peserta program Prima Tani. Disamping itu keikutsertaan penda juga dapat terlihat seperti ditunjukkan di Kabupaten Kulon Progo dengan memberi dana untuk malakukan studi yang sama di daerah sepanjang pantai selatan daerah tersebut.

28. Dari tiga lokasi Prima Tani yang dikunjungi, salah satu lokasi tersebut kurang terlihat secara nyata pelaksanaan kegiatan di lapangannya. Disamping itu,

(7)

pemahaman terhadap keberadaan program Prima Tani nampaknya hanya dipahami oleh sebagain patáni dan aparat desa saja.

29. Khusus untuk Sulut, hasil penilaian terhadap perencanaan kegiatan Prima Tani pada tahun anggaran 2008 secara umum dinilai cukup baik. Kelengkapan dan mutu dokumen perencanaan yang meliputi penyusunan RDHP dan RODHP sudah baik, tetapi dalam pemaparan prosedur yang dijabarkan dalam tahapan dan petunjuk pelaksanaan masih dinilai kurang baik. Secara umum pelaksanaan Prima Tani di Sulawesi Utara cukup baik, tetapi masih kurang baik dalam kelengkapan dokumen. Laporan Periodik tidak disusun secara rutin. Demikian juga dalam usaha mendokumentasikan kegiatan (berupa photo), belum dilakukan secara optimal.

30. Pelaksanaan kegiatan Prima Tani terkendala oleh adanya pemotongan anggaran yang disediakan dalam DIPA. Dengan adanya pemotongan ini, maka seluruh kegiatan Prima Tani termasuk kelengkapan/mutu dokumen dan kinerja kegiatan Prima Tani menjadi rendah.

31. Di seluruh lokasi program Prima Tani di Sulawesi Utara telah dibuat Rancang Bangun yang disusun berdasarkan hasil kegiatan PRA. Berdasarkan penilaian yang dilakukan saat dilakukan evaluasi, secara umum Rancang Bangun yang disusun telah lengkap, meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam perincian/penjelasan rencana kegiatan pada setiap bulannya serta adanya sedikit ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan Rancang Bangun yang telah disusun.

32. Di NTB, substansi yang disajikan dalam laporan akhir tahun cukup lengkap, dimana sebagian besar hasil kegiatan yang tercantum dalam laporan sudah konsisten dengan kegiatan yang tercantum dalam RODHP, hanya sebagian kecil kegiatan yang kurang lengkap dan kurang konsisten. Hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya peningkatan kedisiplinan dalam menyusun/merencanakan dan menjalankan kegiatan.

33. Hal lain yang masih perlu dipertajam adalah tentang kerjasama dan pengembangannya. Dalam pertemuan dengan Pemda dan internal BPTP terungkap bahwa SK. Pelaksana PRIMA TANI belum berfungsi sebagai instrumen untuk melakukan koordinasi. Kerjasama yang berjalan lebih banyak masih bersifat bilateral sehingga sinergi belum berjalan optimal. Selain itu terungkap pula bahwa kerjasama internal Badan Litbang (BPTP dan Balit) yang belum optimal tidak dituntaskan penyelesaiannya.

34. Secara umum, SUID-AIP yang dibangun belum lengkap karena masih terfokus pada peningkatan produksi atau budidaya. Kelembagaan agribisnis juga masih terbatas pada kelembagaan produksi sehingga tujuan terbentuknya agribisnis padi terpadu masih belum jelas pencapaiannya.

Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

35. Dalam kegiatan tahun 2008 telah dilakukan kegiatan pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta analisis adopsi teknologi dan kelembagaan pada kegiatan Primatani di tiga propinsi yaitu propinsi DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Kegiatan pendampingan dan monev pelaksanaan Prima Tani dilakukan dengan pertemuan dan diskusi di tingkat pelaksana untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan Prima Tani dan hambatannya. Selain itu juga

(8)

dilakukan kunjungan ke lapang untuk melihat secara lebih mendalam aktifitas pelaksanaan dan hambatannya di lapangan.

36. Tim Penyelia PSEKP telah memberikan berbagai arahan dan perbaikan dalam manajemen kegiatan di lapangan. Berbagai kelemahan dan kendala yang dihadapi telah diupayakan diperbaiki, terutama dalam manajemen di lapangan. Di beberapa lokasi diupayakan perbaikan dalam komunikasi internal di BPTP, perbaikan rencana kerja (rancang bangun) yang lebih aplikatif dan lebih fokus, serta perbaikan dalam upaya penguatan kelembagaan petani. Dalam setiap pendampingan selalu dilakukan diskusi secara terbuka dan lengkap sebelum dan setelah kunjungan lapang di tingkat BPTP, yang dihadiri oleh seluruh peneliti, penyuluh, tenaga lain serta staf struktural. Kegiatan ini sangat berarti sebagai wadah saling belajar antar petugas dan auto kritik untuk perbaikan di masa mendatang.

37. Dari ketiga lokasi propinsi, inovasi teknologi yang diadopsi sesuai dengan rancang bangun yang telah disusun, namun skala adopsinya belum meluas. Namun demikian, keberadaan Prima Tani dapat berperan sebagai media atau forum bagi peneliti-penyuluh-pertani.

38. Dari pelaksanaan monev, secara umum hasil kegiatan Prima Tani dapat dikatakan baik, meskipun masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Pada sisi perencanaan, kekurangan yang teridentifikasi adalah pemaparan prosedur yang dijabarkan dalam tahapan dan petunjuk pelaksanaan dinilai masih kurang baik/lengkap. Dari sisi kelengkapan dokumen juga belum memuaskan, misalnya lemahnya penyusunan dan kualitas laporan periodik. Demikian juga dalam usaha mendokumentasikan kegiatan (berupa photo), belum dilakukan secara optimal. BPTP sebagai organisasi pelaksana, umumnya belum menjalankan kegiatan monev internal, sehingga pelaksanaan Prima Tani kurang terkontrol dan terarah jika terjadi penyimpangan baik yang disengaja maupun tidak.

39. Komoditas dan teknologi unggulan yang terpilih sudah cukup baik yang disesuaikan dengan kondisi agroekosistem, minat dan kemampuan petani, serta pasar. Namun demikian, integrasi antar teknologi yang diterapkan belum memberi dampak yang optimal. Untuk teknologi pasca panen dan pengolahan, sudah saatnya digarap dengan baik, karena adopsi teknologi umumnya masih terbatas pada kegiatan di hulu dan budidaya.

40. Kontribusi pemerintah daerah, swasta, lembaga keuangan dan stakeholders lain masih perlu ditingkatkan perwujudannya dengan komitmen dan realisasi program. Kontribusi ini dapat digali dan dikembangkan lebih lanjut jika kegiatan koordinasi melalui pertemuan dan komunikasi lainnya untuk mengembangkan jaringan kerja senantiasa dilakukan dan menghasilkan komitmen lisan dan tertulis. Aspek legal misalnya berupa Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah dapat dijadikan instrumen untuk menembus eselonisasi dalam rangka pengembangan jaringan kerja. Prinsip yang sama dapat dikembangkan untuk mengembangkan jaringan kerja dengan swasta dan lembaga finansial.

41. Inovasi kelembagaan masih mengalami berbagai masalah, antara lain kesadaraan petani dalam berkelompok masih rendah, kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok masih kurang, kelompok belum mempunyai peraturan baik secara normatif maupun formal, belum ada perencanaan kegiatan kelompok dan kaderisasi dalam kelompok juga masih rendah. Aspek kelembagaan yang telah disentuh adalah revitalisasi kelompok dan peningkatan

(9)

intensitas penyuluhan pertanian. Secara umum, keberadaan dan berfungsinya laboratorium agibisnis masih perlu mendapatkan perhatian. Penguatan kelembagaan tingkat pedesaan termasuk proses operaisonalnya masih perlu dukungan yang intensif. Berbagai perbaikan dalam rancang bangun yang telah disusun bersama antara Tim penyelia dan pelaksana lapang diharapkan akan lebih operasional yang disesuaikan dengan berbagai kendala baru dan perubahan dalam manajemen misalnya pemotongan anggaran.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode practice-rehearsal pairs dapat meningkatkanketerampilan siswa dalam berbicara serta mampu mendorong minat siswa untuk

*ntuk bengkel mobil, bank dapat memberikan kredit in(estasi untuk  membangun bengkel beserta peralatannya. #al ini penting mengingat industri  bengkel termasuk

Marker yang dideteksi oleh webcam akan menampilkan objek anatomi yang akan digunakan oleh Pengajar, sehingga pelajar dapat mengamati bagaimana bentuk organ-organ yang terdapat

Facebook membuat orang menjadi merasa tidak aman (insecure). Facebook secara tidak langsung menciptakan masyarakat yang penuh kecemasan karena Kurangnya pengetahuan

Menurut Bass (1997) dalam Yukl (2007 - 304), kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau budaya apa pun. Dengan kepemimpinan ini para pengikut

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa bentuk perlindungan hukum terhadap investor adalah perlindungan secara tidak langsung dengan menerapkan prinsip

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tebu pada perlakuan tanpa pupuk organik lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang diberi pupuk organik.. Hal ini diduga tanaman