• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend Perawatan Luka Terkini.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Trend Perawatan Luka Terkini.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Trend Perawatan Luka Terkini

Trend Perawatan Luka Terkini

Rabu, 19 Agustus 2015

Rabu, 19 Agustus 2015

Trend & Issue Modern Wound Care

Trend & Issue Modern Wound Care

PERAWATAN LUKA TERKINI PERAWATAN LUKA TERKINI I. Pendahuluan

I. Pendahuluan

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka. Penyembuhan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka. Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan  pasiennya

 pasiennya memanfaatkan memanfaatkan terapi terapi canggih canggih yang yang sesuai sesuai dengan dengan perkembangan, perkembangan, akanakan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi  jaringan

 jaringan yang yang baik baik dan dan suplai suplai darah darah yang yang adekuat., adekuat., hanya hanya cara cara tersebut tersebut yang yang membuatmembuat  penyembuhan luka b

 penyembuhan luka bisa sempurna.isa sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting  bagi

 bagi perawat, perawat, akibatnya akibatnya bila bila produksi produksi eksudat eksudat tidak tidak dikontrol dikontrol dapat dapat meningkatkan meningkatkan jumlahjumlah  bakteri

 bakteri pada pada luka, luka, kerusakan kerusakan kulit, kulit, bau bau pada pada luka luka dan dan pasti pasti akan akan meningkatkan meningkatkan biayabiaya  perawatan setiap kali mengganti balutan.

 perawatan setiap kali mengganti balutan.

Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada

(2)

luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan luka dengan cara mempertahankan isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound Healing. Metode ini secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan  proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi resiko

timbulnya jaringan parut dan lain-lain, disamping beberapa keunggulan metode ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering adalah meningkatkan epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka.

Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan  baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya  perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.

II. Konsep Penyembuhan Luka 1) Definisi

Penyembuhan luka adalah r espon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.

Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama  berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh

kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. 2) Etiologi

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai  perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

 Trauma

 Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia  Gigitan binatang atau serangga

 Tekanan

 Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena  Immunodefisiensi

 Malignansi

 Kerusakan jaringan ikat

 Penyakit metabolik, seperti diabetes  Defisiensi nutrisi

(3)

 Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.

3) Klasifikasi Luka a. Berdasarkan penyebab

1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan 2) Akut atau kronik

 b. Kedalaman jaringan yang terlibat

1) Superficial: Hanya jaringan epidermis

2) Partial thickness: Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

3) Full thickness: Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan  jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan st ruktur yang dibawahnya

seperti otot, tendon atau tulang.

2.4 Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan  perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif

dan eviden based yang kuat.

Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:

 Inflamasi

 Proliferasi atau granulasi  Remodeling atau maturasi 

(4)

I nflamasi 

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung  hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’ s ke sekitar  jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai  bagian dari pembersihan ini.

Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).

Proliferasi (proliferasi, gr anulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada  penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur

langsung terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.

(5)

Remodeling atau maturasi 

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka  jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh

fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.

Tabel 1. Fase penyembuhan luka Fase penyembuhan Waktu Sel-sel yang berperan Analogi membangun rumah Proliferation Granulation Contracture Remodeling Hari 4 –  21 Hari 21 –  2 tahun Macrophages Lymphocytes Angiocytes  Neurocytes Fibroblasts Keratinocytes Fibrocytes Supervisor Cell Specific laborers at the site: Plumber  Electrician Framers

Roofers and Siders Remodelers

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel-sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe  penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.

I ntension primer 

Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer : 1. Fase Inisial (3-5 hari)

2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel 3. Fase granulasi (5 hari –  4 minggu)

(6)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.

Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 –  5 hari.

4. Fase kontraktur scar ( 7 hari –  beberapa bulan )

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi

I ntension sekunder 

Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada  penyembuhan primer.

I ntension Tersier 

Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit  bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah

infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder

(7)

III. TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA

3.1 Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini

Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti metode  –   metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat  penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat dan  bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan  jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam

melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.

Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa ”wet -to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik  pada luka.

Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis  pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah mempertimbangkan  berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan

(8)

3.2 “Moist Wound Healing” Definisi

Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.

Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan  pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat menyebabkan maserasi  pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan  proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan  perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari  permukaan luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.

Tujuan Moist Wound Healing

Sesuai dengan pengertiannya, Moist Wound Healing bertujuan untuk mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.

Mempertahankan kelembaban luka dan balutan yang baik 

Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari fase inflamasi yang normal pada proses  penyembuhan luka. Peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein masuk ke rongga interstitial. Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang memfasilitasi pembersihan luka dari permukaan luka dan mempertahankan kelembaban lingkungan lokal yang maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan. Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka.

(9)

Keuntungan dari permukaan luka yang lembab

 Mengurangi pembentukan jaringan parut  Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan

 Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan

devitalisasi/yang mati

 Menambah pertahanan immun permukaan luka

 Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast

 Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang

tipis

  Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan kasa

konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya yang dibutuhkan.

Perbandingan permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka

 Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%

 Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %  Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat  Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka

Karakteristik penyembuhan luka dengan prinsip moist:

 Memfasilitasi pertumbuhan sel-sel epitel pada permukaan luka  Mengurangi pada inflamasi permukaan luka

Tanpa lapisan yang lembab/kering:

 Pergerakan pertumbuhan epitelial sebagai debridement enzym membentuk

(10)

 Menambah inflamasi pada luka (eksudat)

Nyeri 

 Nyeri adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang kering pada luka menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada dengan balutan yang lembab.

Hipergranulasi 

Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi dan jaringan granulasi  pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.

Teknik Mempertahankan Kelembaban Luka

Prinsip Dasar Perawatan Luka

Ada tiga prinsip dasar penyembuhan luka.

1. Identifikasi dan kontrol penyebab sebaik mungkin 2. Konsen dengan dukungan ”patient centered” 3. Optimalisasi perawatan pada luka

Optimalisasi perawatan pada luka

 Mengurangi dehidrasi dan kematian sel

. Seperti telah dijelaskan pada fase penyembuhan luka bahwa sel seperti neutropil dan magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak dapat berfungsi pada lingkungan yang kering.

 Meningkatkan angiogenesis

. Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen rendah, balutan ”occlusive” dapat merangsang proses angiogenesis ini.

 Meningkatkan debri dement autolisis

. Dengan mempertahankan lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang merangsang makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka.

 Meningkatkan re-epitelisasi 

. Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel epidermal harus menyebar diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus mendapatkan suplai darah dan

(11)

nutrisi. Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai tersebut dan memberikan  barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang lambat.

Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi 

. Balutan oklusif membalut dengan baik dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut dengan  pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang daripada kasa pembalut

konvensional tersebut.

 Mengurangi nyeri 

. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga mengurangi nyeri.

Memilih Balutan yang ideal

Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan karakteristik sebagai  berikut:

 Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin  Kelembaban tinggi pada permukaan luka

 Memungkinkan pertukaran gas  Memberikan insulasi termal

 Melindungi terhadap infeksi sekunder

 Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik

 Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan

Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi magis ”one-size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk memahami karakteristik dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari perawat itu sendiri.

Balutan Luka

Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan  yang tahan terhadap air yang membantu  pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan

(12)

Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.

Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.

Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai berikut:

 Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang

 Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka terinfeksi  Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan luka  Menambal bagian luka terutama bagian yang mati

Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut kasa yang  biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan tingkat kelembaban pada

luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses  penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing.”

Perlindungan untuk Luka

Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak dibuka/diganti dalam beberapa hari sangat membantu dalam proses penyembuhan awal karena luka tidak terganggu. Hal ini sangat penting karena situasi kelembaban lingkungan luka dapat dipertahankan dengan baik sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung penyembuhan luka. Untuk penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering mengakibatkan suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal ini akan mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka menjadi hangat kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu sering sudah sangat jelas dapat membantu proses penyembuhan.

Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyebrangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Pada lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus menyusup melalui terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian mengangkat keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan selanjutnya baru memulai  proses penyembuhan.

(13)

Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu mempertahankan kelembaban)

Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat direkomendasikan untuk dipakai merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini, kita perlu memahami tentang tipe balutan luka yang dapat kita pilih dan gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.

F oam/Busa

Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap awal masa  pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman

dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa perekat pada  permukaannya.

F oam silikon lunak/balutan yang menyerap

Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam melekap pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.

Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid 

Balutan hidrokoloid ”water -loving” dirancanga elastis, merekat, dan dari agen-agen gell (seperti pectin atau gelatin) dan bahan-bahan absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan  pada luka, drainase dari luka berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk

membentuk seperti gel yang menciptakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak biasa digunakan pada luka yang terinfeksi.

(14)

Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat baik menciptakan dan mempertahankan lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada jenis luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas  permukaan luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk

mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung penyembuhan luka.

H ydrofibers

Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau  banyak, dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga

digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.

 Alginates

Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate  juga digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan  pada luka yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan

dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.

Gauze

Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang, tergantung pada  benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti balutan  basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab normal saline, digunakan untuk debridement non selektif (mengangkat debris dan atau jaringan yang mati).

(15)

Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak, dan lebih menyerap. Beberapa  balutan, seperti kasa saline hipertonik kering digunakan untuk debridemen, berisi bahan- bahan yang mendukung penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen  penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe lukanya.

Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan yang tepat untuk digunakan saat merawat luka.

Pembersih L uka

Membersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk yang digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline untuk membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.

Penyembuhan luka membutuhkan pendekatan :

1. .Patient centered: ingat selalu bahwa apa yang menyebabkan sesorang menderita luka dan atau luka kronik. Kita dapat mengembangkan rencana penanganan yang baik tetapi bila pasien tidak melibatkan pasien akan berhasil.

2. Holistic: praktek yang baik membutuhkan pengkajian pasien ”whole”/secara menyeluruh, bukan ”lubang pada pasien”/”hole in the patient”. Semua kemungkinan faktor-faktor yang berkontribusi harus dieksplorasi.

3. Interdisciplinary: perawatan luka adalah bisnis yang komplek membutuhkan ketrampilan dari berbagai disiplin, ketrampilan perawatan, fisioterapis, terapi okupasi, dietisian, dan dokter umum dan spesialis (dermatologis, bedah plastik, dan bedah vaskular sesuai dengan yang dibutuhkan). Kadang-kadang memerlukan/melibatkan  pekerja sosial.

4. Evidence based: pada saat ini lingkungan penanganan harus berdasarkan pada kebaikan dan ”cost efekctive”.

(16)

Kesimpulan

Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.

Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan luka secara alami, karena dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh  pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka, untuk

menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.

Saran

Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan  baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya  perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.

Diposting oleh Jvrist YP di 23.20

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

http://jvrist.blogspot.co.id/2015/08/trend-issue-modern-wound-care.html

 Ns. Ikram bauk, S.Kep, WOC(ET)N,. WARNA DASAR LUKA FISIOLOGI

PENYEMBUHAN LUKA TIPE PENYEMBUHAN LUKA. A Wound is. An injury to the integument or underlying structures that may or may not result in a loss of skin integrity. Physiological function of the tissue is impaired (K. Carville)

(17)

Dehisensi luka adalah terbukanya kembali luka operasi yang telah dijahit secara primer. Dehisensi luka menimbulkan dampak negatif baik bagi penderita, keluarga, maupun ahli  bedah beserta tim. Dampak bagi penderita antara lain infeksi dan perluasan luka yang diikuti

oleh penyulit. Tidak jarang kematian dijumpai sehubungan dengan infeksi berat atau penyulit yang terjadi. Pada pasien yang bertahan hidup, kerap diperlukan operasi berulang, lama rawat yang berkepanjangan dampak psikologis serta biaya pengobatan. Tim ahli bedah tentunya  juga tidak menginginkan dehisensi luka ini terjadi karena merupakan efek samping yang  buruk.

Penyebab dehisensi luka operasi pada anak bersifat multifaktorial. Faktor tubuh anak, baik lokal (jenis sayatan, jenis simpul, operasi gawat darurat, operasi terinfeksi atau kebocoran usus) maupun sistemik dan faktor lingkungan. Faktor lainnya misalnya faktor gangguan oksigenisasi, gangguan kecukupan aliran vena, infeksi, adanya benda asing gizi (gizi buruk atau obesitas), diabetes, obat-obatan (steroid, antiinflamasi, nonsteroid, kemoterapi), kondisi imunokompromis atau rentan (keganasan, radiasi, AIDS) dan faktor usia. Setiap akan melakukan operasi, tim dokter telah mempersiapkan menghilangkan potensi risiko tersebut.  Namun, terkadang dehisensi masih tetap terjadi dan belum diketahui faktor penyebab lainnya.

GSTP1 I105V, sebuah enzim yang dikendalikan oleh gen, berfungsi sebagai salah satu antioksidan kuat dalam tubuh anak yang sedang menjalani operasi. Namun pada anak yang mengalami polimorfisme gen GSTP1, ia akan mengalami perubahan respon enzim yaitu tidak  berfungsinya antioksidan. Jika antioksidan tidak berfungsi akan berakibat pada reaksi  peradangan dalam tubuh yang menjadi tinggi, stress oksidatif yang meningkat sehingga luka

(18)

sulit sembuh dan menimbulkan risiko terjadinya dehisensi luka. Untuk itu, diperlukan sebuah  penelitian untuk melihat peran polimorfisme GSTP1 I105V terhadap terjadinya komplikasi

dehisensi luka operasi pada anak yang menjalani operasi ma yor.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Tinuk Agung Meilany, SpA(K) sebagai penelitian disertasinya dan didapatkan hasil penelitian bahwa polimorfisme GSTP1 I105V dapat memengaruhi peningkatan kejadian dehisensi luka pada keadaan hipoksia pasca operasi yang ditunjukkan dengan penurunan TcPO2 dan pada subjek dengan komplikasi hipoalbumin. Hasil penelitian tersebut dipaparkan oleh dr. Tinuk pada sidang promosi doktoralnya Kamis (14/7) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Polimorfisme GSTP1 I105V Sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kejadian Dehisensi Luka Pasca Bedah Abdomen Mayor pada Anak”  ini berhasil dipertahankan dihadapan tim  penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. rer. Nat. dr. Septelia Inawati Wanandi; Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH;  dan Prof. Dr. dr. David S. Perdanakusuma, SpBP-RE(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga). Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, PhD, SpMK(K), selaku ketua sidang, kemudian mengangkat dr. Tinuk Agung Meilany, SpA(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Prof. dr. Akmal Taher, SpU(K) dan ko promotor Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dan Prof. dr. Herawati Sudoyo, MS, PhD (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) berharap hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dasar terkait pembuatan rekomendasi tata laksana bedah mayor pada anak dalam upaya mencegah dehisensi luka. (Humas FKUI)

Gambar

Tabel 1. Fase penyembuhan luka Fase

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar perawat menggunakan bahan perawatan luka yang sesuai dengan karakteristik luka pasien.. Kata Kunci : Perawatan luka,

Mendukung lingkungan luka yang lembab: Karena aktifitas osmotik madu dengan menarik cairan dari jaringan sekitarnya maka akan terjadi kelembaban pada permukaan luka.. Menurunkan

Pembersihan Luka Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang

Luka-luka dengan kulit yang masih utuh atau tepi kulit yang dipertautkan mempunyai permukaan yang kering sehingga balutan tidak akan melekat, maka pada keadaan seperti ini

disiplin. 3) Peserta didik dapat menganalisis warna dasar luka dengan tepat dan cermat serta disiplin. 4) Peserta didik dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi proses

4 Perawat menggunakan povidone iodine (Betadin) sebagai larutan antiseptik pada perawatan luka bedah (akut) 5 Perawat menggunakan plester cokelat sebagai perekat.

Pencucian luka dibutuhkan untuk membersihkan luka dari mikroorganisme, benda asing, jaringan mati selain itu pencucian luka dapat memudahkan perawat dalam melakukan

Perawatan luka dengan memonitor karakteristik luka dan tanda-tanda infeksi lalu melepaskan balutan dan plester secara perlahan, membersihkan luka dengan cairan Nacl 0,9%, membersihkan