• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskusi Tim Audit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diskusi Tim Audit"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DISKUSI TIM AUDIT

Bab ini akan membahas tujuan dan sifat diskusi di antara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material.

ISAs yang menjadi acuan dalam pembahasan di bab ini ialah ISAs nomor 240, 300, dan 315. Berikut ini terjemahan dari beberapa alinea dalam ISA 240 dan ISA 315.

ISA 240.15

ISA 315 mewajibkan diskusi di antara anggota tim penugasan dan keputusan partner (yang memimpin) penugasan mengenai hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi. Diskusi ini harus memberi penekanan mengenai bagaimana dan dimana laporan keuangan entitas rentan terhadap salah saji yang material karena kecurangan, termasuk bagaimana kecurangan bisa terjadi. Diskusi ini harus dilakukan, dengan menyenyampingkan pendapat anggota tim tentang kejujuran dan integritas manajemen dan TCWG (those charged with governance). (lihat alinea A10-A11).

ISA 240.44

Auditor wajib memasukan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit mengenai pemahaman auditor, mengenai entitas dan lingkungannya, dan penilaian mengenai risiko salah saji yang material sebagaimana diharuskan ISA 315.

 Keputusan penting yang diambil dalam diskusi di antara anggota tim penugasan mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material karena kecurangan.

 Salah saji yang material karena kecurangan, yang diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.

ISA 315.10

Partner (yang memimpin) penugasan dan anggota kunci tim penugasan wajib membahas kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material, dan penerapan FRF yang berlaku terhadap fakta dan situasi entitas. Partner (yang memimpin) penugasa wajib menentukan hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi. (lihat alinea A14-16)

Tinjauan Umum

Komunikasi dimulai dengan menugaskan anggota tim, mengatur pertemuan tim untuk merencanakan penugasan dan kemudian berlanjut sepanjang penugasan. Manfaat komunikasi yang baik disajikan dalam kotak 18-1.

(2)

Komunikasi berkelanjutan yang efektif memerlukan:

Keterlibatan penuh dari partner (yang memimpin) penugasan dan anggota tim inti lainnya; dan

Kesediaan personel senior (partner penugasan dan anggota tim inti) untuk mendengar “suara” personel yang lebih junior. Termasuk, memahami penugasan dari perspektif staf junior, mendorong mereka untuk bertanya dan memberi saran-saran, dan kemudian memberikan mereka umpan balik.

Gambar 18-1 meringkaskan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan dibahas dalam komunikasi tim audit.

Gambar 18-1

Manfaat komunikasi berkelanjutan di antara anggota tim, bagi: Produktivitas audit

 Setiap anggota tim akan dan dapat memahami entitas yang diaudit, FRF (financial reporting framework atau kerangka pelaporan keuangan) yang digunakan, apa peran masing-masing anggota dalam audit tersebut, dan ekspektasi mengenai bagaimana dan kapan pekerjaan akan dilaksanakan.

 Potensi untuk audit berlebihan atau sebaliknya (over-and under-auditing) dapat ditekan secara signifikan.

Efektivitas audit

 Staf mendapatkan insights mengenai klien dan ekspektasi mengenai audit yang akan dilaksanakan, langsung dari partner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti/kunci dalam tim audit.

 Dikskusi di antara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material akan membantu penanganan risiko bisnis dan risiko kecurangan.

 Pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya penilaian risiko dan prosedur audit selanjutnya.

 Komunikasi secara terbuka memungkinkan reaksi yang cepat-tanggap terhadap informasi baru mengenai hal-hal seperti transaksi dan peristiwa luar biasa (ususual transactions/events), hubungan istimewa (related parties), dan masalah pelaporan (reporting issues).

Pengembangan staf

 Best practices (praktik-praktik terbaik) dalam auditing dapat dibagi dan terbagi antara partner dan staf.

 Staf terdorong untuk bertanya dan mempertimbangan kembali efektivitas tanggapan terhadap risiko yang dinilai (assessed risks) dalam audit tahun lalu.

(3)

Komunikasi Tim Audit.

Pertemuan Perencanaan Tim Audit

Dalam penugasan yang lebih besar, pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh sebelum dimulainya pekerjaan lapangan. Penjadwalan dini memberikan cukup waktu untuk membuat perubahan, jika diperlukan dalam rencana audit terinci. Untuk penugasan yang sangat kecil, perencanaan justru akan baik sekali melalui diskusi-diskusi singkat pada awal penugasan dan selama audit berjalan.

Anggota tim didorong untuk datang kepertemuan dengan (banyak) pertanyaan dan sikap mempertanyakan (questioning mind) dan siap untuk berpartisipasi dan berbagi informasi dengan sikap skeptisisme professional (attitude of professional skepticism).

Tiga hal yang akan dibahas selanjutnya yaitu sebagai berikut:  Berbagai insights tentang entitas

 Bertukar pikiran (brainstorm)  Perencanaan audit.

Berbagi insights tentang Entitas

Pertemuan tim audit memberikan kesempatan kepada partner penugasan dan anggota tim untuk berbagi insights mengenai entitas, misalnya tentang menusia kegiatan dan tujuan entitas. Tujuannya ialah untuk membahas secara terbuka hal-hal berikut.

Entitas

 Sejarah dan tujuan bisnis  Budaya perusahaan/ korporasi

 Perubahan dalam kegiatan/ operasi bisnis, personalia, atau system.

 Penerapan FRF yang berlaku terhadap fakta dan situasi yang dihadapi entitas. Manajemen

 Sifat/ struktur entitas dan manajemen Membagi tugas dan peran

kepada anggota tim

Pertimbangkan: Keterampilan dan

pengalaman

Kebutuhan akan keahlian tertentu

Kebutuhan pereviu kendali mutu

Pertemuan mengenai perencanaan dalam tim

Bahas : Materialitas

Insights berdasarkan pengetahuan mengenai entitas

Potensi risiko bisnis dan risiko kecurangan

Dimana/ bagaimana laporan keuangan rentang salah saji yang material. Rencana audit yang

mencakup: siapa, apa, dimana, kapan. Supervise dan reviu

Selama dan sesudah audit

Bahas:

Hasil kemajuan/ perkembangan dan masalah audit

Perubahan dalam rencana audit

Informasi baru

Transaksi/ peristiwa luar biasa

Saran untuk audit yang akan datang.

(4)

 Sikap terhadap pengendalian intern  Insentif untuk melakukan kecurangan

 Perubahan yang tidak bisa dijelaskan mengenai perilaku atau gaya hidup pimpinan.  Adanya indikasi bias dalam keputusan/ sikap manajemen.

Factor risiko yang diketahui

 Pengalaman dari penugasan audit yang lalu  Factor risiko bisnis yang signifikan

 Peluang dilakukanna kecurangan Bertukar Pikiran

Pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah bertukar pikiran (brainstorming) mengenai gagasan-gagasan dan pendekatan audit yang mungkin diterapkan seperti berikut:

Potensi untuk kesalahan (error) dan kecurangan (fraud)

 Area mana dalam laporan keuangan yang rentan terhadap salah saji yang material (fraud dan error)? Langkah ini merupakan keharusan dalam semua audit.

 Bagaimana manajemen bisa melakukan dan menyembunyikan pelaporan keuangan yang curang (fraudulent financial reporting)?

 Akan bermanfaat untuk mengembangkan berbagai scenario kecurangan (fraund scenarios) atau, jika mungkin gunakan jasa akuntan forensic. Amati journal entries, yang dapat mengindikasikan bias manajemen mengenai estimasi/ penyisihan, perubahan kebijakan akuntansi dan lain-lain.

 Bagaimana asset perusahaan bisa dijarah atau digunakan untuk kepentingan pribadi?  Apakah ada kegiatan nirlaba dengan kedok CSR (corporate social responsibility) yang

sesungguhnya merupakan sarana korupsi dan manipulasi laporan keuangan. Tanggapan terhadap risiko

 Apa pendekatan/ prosedur audit yang mungkin dilakukan untuk menanggapi risiko yang diidentifikasi?

 Pertimbangkan untuk memasukan unsure pendadakan (element of unpredictablility) ke dalam sifat, penetapan waktu, dan luasnya prosedur audit yang akan dilaksanakan. Perencanaan audit

Pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah memberikan pengarahan. Ada area-area khusus yang perlu diperhatikan. Auditor harus memastikan bahwa semua kewajiban dan persyaratan yang ditetapkan ISAs yang relevan dengan audit tersebut dimasukan dalam rencana audit.

ISAs meliputi prosedur tertentu yang harus dilaksanakan antara lain:

 ISA 240 The Audito’s Responsibilities Relating to Fraund in an Audit of Financial Statements.

 ISA 402 Audit Considerations Relating to an Entity Using a Service Organization  ISA 540 Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value Accouting Estimates,

And Related Disclosures  ISA 550 Related Parties

(5)

Berikan pengarahan kepada tim Audit mengenai berikut ini:  Menentukan tingkat materialitas.

 Memberikan peran dan tanggung jawab

 Memberikan pengarahan umum kepada staf mengenai bagian-bagian audit yang menjadi kewajiban mereka untuk menyelesaikan. Informasikan pendekatan audit yang digunakan, pertimbangan khusus, penjadwalan waktu untuk prosedur/ proses audit, dokumentasi yang harus dipenuhi, luasnya supervise, penelaahan berkas-berkas audit, dan ekspektasi lainnya.

 Tekankan pentingnya mempertahankan skeptisisme professional selama audit berlangsung.

Komunikasi selama dan pada Akhir Audit

Setiap anggota tim audit mempunyai sedikit perbedaan dalam perspektif mereka mengenai entitas. Bahkan, beberapa informasi yang dikumpulkan oleh beberapa anggota tim yang ditunjuk, mungkin “tidak masuk akal” sampai akhirnya informasi itu digabungkan dengan informasi yang dikumpulkan anggota yang lain.

Hal ini misalnya terlihat dalam kasus kecurangan, dimana identifikasi pola-pola kecil, keanehan-keanehan, dan penyimpangan berfungsi sebagai potongan-potongan dalam jigsaw puzzle, yang membawa auditor kepada pengungkapan kecurangan. Hanya dengan berbagai informasi di antara anggota tim, “gambar besar” dari jigsaw puzzle itu terungkap.

Diskusi tim janganlah dibatasi dalam pertemuan-pertemuan mengenai perencanaan audit. Tim audit perlu didorong untuk berkomunikasi dan berbagi informasi yang mereka peroleh, dengan berbagai relevansinya, khususnya ketika informasi itu berdampak pada penilaian risiko dan prosedur audit yang direncanakan.

BAB 19

MENGIDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN

Ada dua bab yang membahas risiko bawaan (inherent risks). Bab ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan proses mengidentifikasi risiko bawaan, sedangkan bab berikut, menilai

(6)

risiko bawaan. Risiko yang dimaksudkan ialah risiko salah saji yang material (risks of material misstatement) dalam laporan keuangan.

ISAs yang menjadi acuan bab ini adalah ISA 240 315. Berikut ini terjemahan dari ISA 240 alinea 10 dan ISA 315 alinea 3 tentang tujuan auditor pada tahap ini.

ISA 240.10

Tujuan Auditor adalah:

a) Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

b) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko salah saji material yang dinilai, yang disebabkan oleh kecurangan, dengan merancang dan mengimplementasi tanggapan yang tepat; dan

c) Menanggapi dengan tepat kecurangan atau dugaan mengenai kecurangan yang diidentifikasi selama audit (berlangsung)

ISA 315.3

Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menalai risiko salah saji yang material, yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi, melalui permahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internnya, yang akan memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasi tanggapan risiko salah saji material yang dinilai.

Berikut ini terjemahan alinea tertentu dari ISA 200, ISA 240, dan ISA 315 yang relevan dengan pembahasan dalam bab ini.

ISA 200.13

Untuk tujuan ISAs, istilah-istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan dibawah: (n) Risk of material misstatement (risiko salah saji yang material)- Risiko di mana laporan keuangan disalahsajikan secara material, sebelum audit dilakukan. Risiko ini terdiri atas dua komponen, yang dijelaskan sebagai berikut pada tingkat asersi.

i. Inherent risk (risiko bawaan) – kerentanan asersi mengenai jenis transaksi, saldo akun atau pengungkapan (disclosure) terhadap salah saji yang dapat (Bersifat) material, secara terpisah/ sendiri-sendiri atau secara tergabung/ agregat dengan salah saji lainnya, sebelum memperhitungkan pengendalian terkait (atau pengendalian yang dimaksud untuk mengatasi atua memitigasi risiko bawaan)

ii. Control risk (risiko pengenalian)- risiko dimana salah saji dapat terjadi dalam asersi mengenai jenis transaksi, saldo akun atua pengungkapan (disclosure) dan bisa (bersifat) material, secara terpisah/ sendiri-sendiri atau secara tergabung/ agregat dengan salah saji lainnya, yang tidak dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas.

ISA 240.1 1

Untuk tujuan ISAs, istilah-istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan di bawah: (a) Fraud (kecurangan)-perbuatan yang disengaja oleh seseorang atau beberapa orang

diantara manejemen, TCWG (those charged with governance), pegawai atau pihak ketiga, dengan menipu untuk memperoleh keuntungan yang tidak dapat dibenarkan atau keuntungan yang tidak sah/ melawan hukum.

(7)

(b) Fraud risk factors (factor-faktor risiko kecurangan) – peristiwa atau kondisi yang mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk melakukan kecurangan.

ISA 240.14

Sesuai dengan ISA 200, auditor wajib mempertahankan skeptisisme professional sepanjang audit, menyadari kemungkinan terjadinya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan a material, sekalipun pengalaman masa lalu mengenai kejujuran dan integritas manajemen dan TCWG. (lihat alinea A7-A8)

ISA 240.13

Kecuali jika auditor mempunyai alasan untuk berfikir sebaliknya, auditor boleh menganggap catatan dan dokumen itu sebagi asli. Jika ditemukan kondisi (selama audit) yang menyebabkan auditor percaya bahwa dokumen itu tidak autentik atau syarat-syarat dalam dokumen itu sudah diubah tetapi tidak diungkapkan kepada auditor, auditor wajib menginvestigasi (hal ini) lebih lanjut. (lihat alinea A9)

ISA 240.15

ISA 315 mengharuskan pembahasan di antara anggota tim (audit) dan dengan keputusan partner penugasan mengeni hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam pembahasan. Pembahasan ini harus menekankan bagaimana dan dimana laporan keuangan rentan terhadap salah saji yang material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan, termasuk bagaimana kecurangan bisa terjadi. Pembahasan harus dilakukan dengan mengenyampingkan pandangan anggota tim bahwa manajemen dan TCWG jujur dan mempunyai integritas. (lihat alinea A10-A11)

Selanjutnya disajikan terjemahan beberapa alinea dari ISA 240 dan ISA 315 mengenai proses manajemen khususnya dan entitas pada umumnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penilaian risiko. Penting bagi auditor menentukan bagaimana manajemen melaksanakan kewajibannya dalam menilai risiko, termasuk risiko kecurangan. Kemudian, kewajiban auditor dalam menilai risiko sebagai bagian dari proses auditnya.

ISA 240.17

Auditor wajib bertanya kepada manajemen tentang:

(a) Penilaian manajemen terhadap risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan, termasuk sifat, luas dan frekuensi (manajemen melakukan) penilaian; (lihat alinea A12-A13)

(b) Proses manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas, termasuk risiko yang spesifik mengenai kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen atau yang telah dilaporkan kepadanya, atau jenis transaksi, saldo akun atua pengungkapan (disclosure) dimana risiko kecurangan sangat mungkin ada ; (lihat alinea A14)

(c) Komunikasi manajemen, jika ada dengan TCWG (those charged with governance) mengenai proses manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas; dan

(d) Komunikasi manajemen, jika ada, dengan pegawai mengenai pandangan manajemen tentang praktik bisnis dan perilaku etis.

Referensi

Dokumen terkait

audit guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material. terhadap

o Diskusi antara tim audit mengenai kerentanan laporn keuangan perusahan terhadap adanya salah saji yang material karena kesalahan (error) dan fraud. o Pemahaman yang

(AU 316.27), consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang

Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara

47, juga menjelaskan bahwa risiko salah saji (misstatement) yang material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh penipuan merupakan bagian dari risiko audit

Tujuan utama dari perencanaan Audit adalah utk memahami bisnis dan industri klien yg akan digunakan utk menilai risiko audit yg dpt diterima, risiko bisnis klien, dan risiko

Apakah anggota staf senior audit internal, atau anggota tim manajemen audit internal, secara profesional harus memiliki pemahaman yang memadai untuk menilai risiko

Pedoman yang dapat digunakan, berkaitan dengan risiko kecurangan, adalah bahwa audit hendaknya fokus pada risiko kecurangan pada kategori/sub kategori dengan skor