• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO Tifany Crismarita Lokra*, A. J. M. Rattu*, Jootje M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO Tifany Crismarita Lokra*, A. J. M. Rattu*, Jootje M."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

Tifany Crismarita Lokra* , A. J. M. Rattu*, Jootje M. L Umboh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK

Promosi kesehatan merupakan penunjang dari program-program kesehatan lainnya. Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010” (PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan nasional (2004) menunjukan bahwa pencapaian rumah yang telah melaksanakan PHBS secara nasional yang di ukur melalui 10 indikator masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65% pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator Pencapaian target Program Promosi Kesehatan di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum mencapai target yang ditetapkan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210 rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang berperilaku sehat (Tobing, 2009). Berdasarkan survei awal di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan wawancara singkat dengan petugas promosi kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan meliputi penyuluhan kesehatan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi kasus penyakit di daerah tersebut. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat ini belum direalisasikan karena belum adanya dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Manado. Menyadari akan pentingnya program promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan pada penelitian ini terdiri dari 3 informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf Penanggung Jawab Program Promosi Kesehata, dan 2 informan pendukung yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang, Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, penelusuran dokumen dan observasi (triangulasi teknik). Kemudian langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Pemegang Program Promosi Kesehatan Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah dan Tokoh Agama dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sama (triangulasi sumber), dengan waktu yang berbeda-beda (triangulasi waktu). Teknik analisis data melalui tiga alur yaitu: Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kata kunci : Promosi Kesehatan, Puskesmas

ABSTRACT

Health promotion is the support of other health programs. National policy of health promotion to support efforts to improve healthy behaviors in establishing the National Vision of Health Promotion in accordance with the Minister of Health Decree. No. 1193 / MENKES / SK / X / 2004 is "Clean and healthy life behavior 2010" (PHBS) (Dinkes 2010). National health surveys (2004) show that the achievement of houses that have implemented PHBS nationally measured through 10 indicators is still far from the government's target of 65% in 2010 (Sembiring, 2009). Indicator The achievement of Health Promotion Program target in Pematangsiantar Municipality in 2007 has not reached the target set. Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in the Household arrangement indicates that of 210 houses monitored only 52 (25%) are in good health (Tobing, 2009). Based on the preliminary survey at Wenang District Wenang City of Manado. on 17 April 2017 and a short interview with health promotion officer at Wenang Public Health Center showed health promotion activities which included health education where the activity was conducted in case of disease in the area. The Clean and Healthy Behavior Survey on the household order at Wenang Public Health Center is not currently realized due to lack of funds and further guidance from the Manado City Health Office. Realizing the importance of the health promotion program at the puskesmas, the researcher is interested in conducting research on the Health Promotion Program Map in Wenang District Health Center Wenang City of Manado.The type of research is qualitative research. Informants in this study consisted of 3 key informants namely Head of Promotion and Community Empowerment Department of Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Responsible Staff of Health Promotion Progra and 2 supporting

(2)

informants ie Government figure in Kecamatan Wenang, Religious Leader at GMIM Eben Haezer Banyan Earth.

The type of research is qualitative research. Informants in this study consisted of 3 key informants namely Head of Promotion and Community Empowerment Department of Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Responsible Staff of Health Promotion Program and 2 supporting informants ie Government Leader in Wenang Subdistrict, Religious Leader at GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instruments in the research is the researcher himself then assisted with additional instruments in the form of recording devices, writing aids, cameras and a list of interview questions. Researchers use data collection techniques that are in-depth interviews, document tracking and observation (technical triangulation). Then the second step is the researchers looking for data from different sources consisting of several sources, namely Section Head of Promotion and Community Empowerment Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Health Promotion Program Holder Wenang Puskesmas, Government and Religious Figure by using data collection techniques the same (source triangulation), with different time (triangulation time). Data analysis techniques through three paths are: data reduction, data presentation and conclusion drawing.

(3)

PENDAHULUAN

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2011).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang

menjelaskan bahwa salah satu fungsi

Puskesmas adalah sebagai pusat

pemberdayaan keluarga dan masyarakat, fungsi yang lain yaitu pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dengan demikian promosi kesehatan adalah

salah satu upaya wajib yang harus

dilaksanakan oleh semua puskesmas

(Kepmenkes RI, 2007).

Program kesehatan dasar Puskesmas yang dikembangkan di era desentralisasi ini meliputi program: Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dan Keluarga Berencana (KB), Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan, Penyuluhan, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan

Kesehatan Masyarakat, Peningkatan

Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi Dan Mulut,

Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata,

Laboratorium Kesehatan, Pencatatan Dan Pelaporan, Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Dan Pembinaan Pengobatan Tradisional

(Triwibowo dan Pusphandani, 2015).

Promosi kesehatan merupakan penunjang dari program-program kesehatan lainnya. Artinya setiap program kesehatan, misalnya

pemberantasan penyakit, perbaikan gizi

masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut

penyuluhan kesehatan). Masing-masing

program tersebut mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi

Kesehatan sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010” (PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan

nasional (2004) menunjukan bahwa

pencapaian rumah yang telah melaksanakan PHBS secara nasional yang di ukur melalui 10 indikator masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65% pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator Pencapaian target Program Promosi Kesehatan di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum mencapai target yang ditetapkan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210 rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang berperilaku sehat (Tobing, 2009).

Berdasarkan survei awal di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan wawancara singkat dengan petugas

(4)

promosi kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan meliputi penyuluhan kesehatan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi kasus penyakit di daerah tersebut. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat ini belum direalisasikan karena belum adanya dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Manado.

Menyadari akan pentingnya program promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Gambaran Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan pada penelitian ini terdiri dari 3 informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Kesehatan Kota Manado (R1), Kepala

Puskesmas Wenang (R2), Staf Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan (R3) dan 2 informan pendukung yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang (R4), Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer Bumi Beringin (R5). Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu wawancara

mendalam, penelusuran dokumen dan

observasi (triangulasi teknik). Kemudian langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari

sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas

Wenang, Pemegang Program Promosi

Kesehatan Puskesmas Wenang, Tokoh

Pemerintah dan Tokoh Agama dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sama (triangulasi sumber), dengan waktu yang berbeda-beda (triangulasi waktu). Teknik analisis data melalui tiga alur yaitu: Reduksi

data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Wenang mencakup sebagian

kelurahan yang termasuk dalam wilayah

Kecamatan Wenang dengan batas-batas

sebagai berikut:

- Sebelah Utara: Kelurahan Tuminting

Kecamatan Singkil

- Sebelah Timur: Kecamatan Tikala

- Sebelah Selatan: Kecamatan Sario dan Kecamatan Wanea

Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang mempunyai 12 wilayah kerja yang terdiri dari: Kelurahan Teling Bawah, Kelurahan Tikala

Kumaraka, Kelurahan Bumi Beringin,

Kelurahan Mahakeret Timur, Kelurahan

Mahakeret Barat, Kelurahan Wenang Utara, Kelurahan Wenang Selatan, Kelurahan Calaca,

Kelurahan Istiqlal, Kelurahan Pinaesan,

Kelurahan Lawangirung dan Kelurahan Komo Luar.

(5)

1.2 Luas Wilayah

Secara administrative luas kecamatan Wenang

adalah 313,9 km2 umumnya terdiri atas

dataran rendah, dengan transport antar kelurahan dapat dicapai melalui jalan darat dan luas per kelurahan.

1.3 Keadaan Demografi

Berdasarkan data pusdatin 2016, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wenang Kota Manado tahun 2016 tercatat sebesar 34.637 jiwa terdiri dari 17.641 laki-laki dan 16.996 perempuan, dan rumah tangga sebesar 9.427 dengan rata-rata per rumah tangga 3-4 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk sesuai dengan luas wilayah adalah 117/km2.

Untuk komposisi penduduk di wilayah Puskesmas Wenang Kota Manado tahun 2015 menurut golongan umur, menunjukan bahwa penduduk di wilayah kerja puskesmas wenang yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 9.835, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 23.378, dan yang berusia tua (≥65 tahun) sebesar 1.424, hal ini sesuai dengan tabel berikut. No Umur (Tahun) Laki-laki Perem puan Jumlah Penduduk 1 2 3 0-14 15-64 ≥65 5.282 11.639 720 4.553 11.739 704 9.835 23.378 1.424 JUMLAH 17.641 16.996 34.637 (Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)

1.4 Keadaan Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu

aspek yang diukur dalam menentukan

keberhasilan pembangunan suatu daerah. Di wilayah puskesmas wenang masih banyak

keluarga yang masuk dalam kategori keluarga miskin terdapat 3.969 jumlah jiwa yang mendapat jaminan kesehatan masyarakat. program pemerintah Kota Manado dengan Universal Coveragenya telah mengcover pelayanan kesehatan bagi seluruh warga Kota Manado.

1.5 Tenaga Kesehatan Puskesmas Wenang Tenaga kesehatan yamg ada di Puskesmas Wenang berjumlah 31 orang dengan rincian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dokter Umum Sarjana Keperawatan Bidan Lulusan SPK Lulusan SPRG Sanitasi Nutrisionist Administrasi 7 6 7 3 3 1 2 2 Jumlah 31

(Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)

Karakteristik Informan

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Manado, Puskesmas Wenang, Kantor Kecamatan Wenang dan GMIM Eben Haezer Bumi Beringin, yang menjadi informan adalah

Kepala Seksi Bidang Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang dan Tokoh

Agama. Informan dalam penelitian ini

memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

(6)

Tabel 2. Karakteristik Informan No Kode Inform an Jabatan Umu r Instansi PT 1 R1 Kepala Seksi Bidang Promosi dan Pemberdayaa n Masyarakat 51 Dinas Kesehatan Kota Manado M.Kes 2 R2 Kepala Puskesmas 38 Puskesmas Wenang S1 Dokter Umum 3 R3 Penanggung Jawab Promkes di Puskesmas 48 Puskesmas Wenang SPRG 4 R4 Sekretaris Camat 51 Kantor Kecamatan Wenang SE 5 R5 Pendeta 48 GMIM Eben Haezer Bumi Beringin S.Th

Pernyataan masing-masing Informan diberi kode R1 untuk Kepala Seksi Bidang Promosi

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Kesehatan Kota Manado, R2 untuk Kepala Puskesmas Wenang, R3 untuk Penanggung

Jawab Program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Wenang, R4 untuk Tokoh

Pemerintah Kecamatan Wenang dan R5 untuk Tokoh Agama GMIM Eben Haezer Bumi Beringin.

Hasil Wawancara, Penelusuran Dokumen dan Observasi

1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat berkaitan

dengan kegiatan pelaksanaan didalam dan di

luar gedung puskesmas. Promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, di ruang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan keluarga berencana (KB), di ruang perawatan inap, laboratorium, di kamar obat, di tempat pembayaran, di klinik khusus, dan di halaman puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2007).

Kegiatan promosi kesehatan untuk

Puskesmas Wenang di dalam gedung telah dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang ada dipuskesmas, bukan hanya oleh

pemegang program promosi kesehatan.

Promosi kesehatan juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain baik dari program kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, gizi, serta Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga berencana (KB).

Kegiatan promosi kesehatan yang

dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas wenang antara lain yaitu melakukan kegiatan penyuluhan di posyandu dengan materi penyuluhan seperti kesehatan gigi dan mulut, penyakit menular, kesehatan lingkungan,

imunisasi dan gizi. Kegiatan promosi

kesehatan lainnya yang di lakukan di dalam gedung juga yaitu pemasangan poster yang berisi informasi berbagai penyakit serta pencegahannya seperti JKN KIS (Dengan Gotong Royong Semua Tertolong), Keluarga Sehat Keluarga Bahagia (Kemenkes RI), Stop TB minum obat dengan teratur anda sembuh,

berantas DBD dengan 3M (Menutup,

(7)

Promosi kesehatan diluar gedung adalah promosi kesehatan yang dilakukan petugas puskesmas diluar gedung puskesmas. Artinya promosi kesehatan yang dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan

diluar puskesmas yang dilakukan oleh

puskesmas sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui kunjungan rumah,

pemberdayaan berjenjang, dan

penggorganisasian masyarakat (Kementrian RI, 2007).

Kegiatan promosi kesehatan yang

dilakukan tidak hanya berupa penyuluhan di posyandu dan pemasangan poster saja tetapi juga kegiatan promosi kesehatan yang di lakukan di luar gedung puskesmas wenang yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan massal seperti peyuluhan ke sekolah-sekolah, institusi-institusi masyarakat, pemberdayaan kader-kader posyandu, Gereja dan PKK serta kegiatan prolandis untuk lansia. Penyuluhan yang dilakukan di luar gedung adalah

serangkaian kegiatan untuk mencakup

masyarakat secara kelompok maupun massal mengenai kesehatan.

Kunjungan rumah dilakukan petugas kesehatan sebagai tindak lanjut dan upaya promosi kesehatan didalam gedung puskesmas yang telah dilakukan kepada pasien/keluarga. Terutama pasien/keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang cukup berat dan atau mereka yang sepakat untuk melaksanakan langkah-langkah lanjut dirumah tangganya (Kementrian Kesehatan RI, 2007), Kegiatan- kegiatan penyuluhan yang dilakukan diluar

gedung Puskesmas menurut kepala seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat dinas kesehatan kota manado, kegiatan yang dilakukan berupa kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat telah dilakukan yaitu salah satunya adalah survey keluarga sehat. Survey ini dilakukan untuk pendataan atau pemetaan untuk keluarga yang termasuk keluarga sehat yang di nilai dengan 10 indikator PHBS rumah tangga. Perkunjungan rumah oleh puskesmas wenang untuk triwulan satu belum di laksanakan karena belum ada program dari promkes ke dinas kesehatan yang ditentukan karena perlu waktu dan tim untuk turun a hari pada 12 kelurahan selama satu bulan, tetapi jika ada kasus puskesmas tetap turun melakukan kunjungan rumah.

Pengorganisasian masyarakat merupakan suatu proses pengerakan dan pemberdayaan yang meliputi pelaksanaan, pencatatan, dan penelitian dalam pembangunan masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi masalahnya

sendiri secara swadaya sesuai dengan

kemampuannya, khususnya yang berkaitan dengan PHBS (Kementrian Kesehatan RI, 2007). Kelompok masyarakat yang sudah digarap dengan pengorganisasian masyarakat di puskesmas belum ada artinya kelompok mandiri sejauh ini hanya sebatas kegiatan

posyandu balita, posyandu lansia dan

pendidikan anak usia dini (PAUD).

Persentase jumlah rumah tangga yang telah melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) di Puskesmas Wenang dalam

memenuhi 10 indikator PHBS dari hasil wawancara dengan staf penanggung jawab program promosi kesehatan mengatakan masih

(8)

kurang sekali jumlah rumah tangga yang

berperilaku hidup bersih dan sehat,

penelusuran dokumen format pemantauan PHBS rumah tangga di puskesmas juga belum ada data tentang rumah tangga yang ber-(PHBS). Menurut kepala seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat dinas kesehatan kota manado mengatakan bahwa untuk triwulan satu kemarin cakupan sementara rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di kota manado yaitu 37,5% Karena dari 16 jumlah puskesmas yang ada di kota manado, hanya 6 puskesmas yang memasukan laporannya sedangkan 10 puskesmas lainnya termasuk salah satunya adalah Puskesmas Wenang belum memasukan datanya.

2. Pengembangan Kemintraan

Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antar individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2012). Kemitraaan dikembangkan karena

kesadaran bahwa untuk meningkatkan

efektivitas promosi kesehatan, petugas

kesehatan puskesmas harus bekerjasama

dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, lembaga sosial masyarakat (LSM), media massa dan lain-lain. Kemitraan harus berdasarkan pada 3 prinsip dasar, yaitu kesetaraa, keterbukaan dan

saling menguntungkan (Kementerian

Kesehatan, 2007).

Menurut penelitian Penelitian Sari dan

Sulistyowati (2015), tentang “Analisis

Promosi Kesehatan di Puskesmas Kalijudan Terhadap PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil”

mengatakan bahwa Berdasarkan pedoman pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas beberapa lembaga yang harus dibentuk kemitraannya bukan hanya organisasi wanita

melainkan organisasi lainnya. Beberapa

organisasi tersebut adalah Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), organisasi profesi,

organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Namun, Puskesmas Kalijudan belum bermitra dengan lembaga tersebut. Pembentukan mitra harus diawali dengan identifikasi para pemuka masyarakat agar terlaksana kemitraan secara berjenjang. Kemitraan merupakan salah satu strategi promosi kesehatan yang penting untuk dilaksanakan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang

pedoman promosi kesehatan daerah

menyatakan bahwa salah satu strategi dasar utama promosi kesehatan adalah kemitraan. Kemitraan penting dilakukan oleh pihak

puskesmas agar dapat meningkatkan

efektivitas promosi kesehatan. Begitu besar

dan luasnya masyarakat yang menjadi

tanggung jawab pihak puskesmas, serta begitu banyak tatanan yang harus ditangani oleh puskesmas mengharuskan petugas puskesmas untuk bekerjasama dengan pihak lain agar promosi kesehatan secara menyeluruh dapat dilaksanakan. Panduan promosi kesehatan puskesmas menyebutkan pada tatanan rumah

tangga untuk membentuk kemitraan,

puskesmas harus mengidentifikasi para

pemuka masyarakat. Para pemuka masyarakat di tatanan rumah tangga meliputi kepala

(9)

desa/lurah, pengurus RW/RT, pemuka agama, dan tim penggerak PKK (Kepmenkes, 2007).

Kegiatan di bidang kesehatan khususnya untuk program/kegiatan promosi kesehatan tidak lepas dari berbagai kerjasama, baik kerjasama lintas program maupun kerjasama lintas sektor. Puskesmas wenang melakukan kerjasama lintas program antara lain kerjasama dengan program-program yang ada di dinas kesehatan kota manado seperti program kesehatan ibu dan anak (KIA), program upaya pelayanan kesehatan, program peningkatan

sumber daya manusia dan program

pemberantasan penyakit menular. Untuk kejasama lintas sektor berupa kerjasama dengan dinas pendidikan untuk program upaya

kesehatan sekolah (UKS) atau upaya

kesehatan gigi, penyuluhan, imunisasi serta kerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader-kader. Kejasama lintas sektor lainnya juga terjalin dengan media promosi seperti radio mitra kawanua dan media masa TV baik milik pemerintah maupun swasta untuk membantu mempromosikan kesehatan dan juga kerjasama dengan pt konimex untuk

penyuluhan dan mempromosikan obat

termorex.

3. Upaya Advokasi

Advokasi diartikan sebagai upaya

pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

suatu program atau kegiatan yang

dilaksanakan. oleh karena itu yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta,

serta organisasi kemasyarakatan

(Notoatmodjo, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Budiyono (2010) mengenai “Posisi Stakeholder dan Strategi Advokasi Kibbla Kabupaten/Kota di Jawa Tengah” meneyebutkan bahwa Posisi

stakeholder memiliki pengaruh kuat dan

keterkaitan yang tinggi dengan advokasi KIBBLA di Jawa Tengah adalah DPRD, Bupati/Walikota, BAPPEDA, DKK, dan RS. Pengaruh dan keterkaitan stakeholders tersebut bisa berposisi sebagai sasaran advokasi maupun tim advokasi KIBBLA. Menurut penelitian Rachmat (2003) untuk mengurangi kematian ibu dan bayi di beberapa Kabupaten di Jawa Tengah menunjukan bahwa untuk

mewujudkan pelayanan yang mampu

memberikan rasa puas pada masyarakat perlu didukung komitmen yang tinggi oleh para

Bupati. Hal inilah yang mendorong

dilaksanakannya kegiatan advokasi di

beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti di Jepara dan Rembang. Peran penentu kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh komitmen yang kuat.

Di wilayah kerja puskesmas wenang, untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak guna menciptakan lingkungan dan perilaku sehat, puskesmas melakukan upaya advokasi ke dinas kesehatan kota manado setelah itu dari dinas kesehatan kota manado

melakukan pendekatan advokasi kepada

pemerintah kota manado dalam rangka

membuat peraturan walikota supaya

pemerintah kota bisa mengusulkan ke

DPR/DPRD untuk mengeluarkan suatu

(10)

HIV dan AIDS, pemberantasan demam berdarah dan ASI Eksklusif. Puskesmas juga melakukan upaya advokasi melalui lintas sektor yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, kepala lingkungan dan pemuda.

4. Pembinaan Suasana

Bina suasana adalah kegiatan membuat

suasana atau iklim yang mendukung

terwujudnya perilaku sehat dengan

mengembangkan opini publik yang positif melalui media massa, tokoh masyarakat, dan figur publik. Kegiatan ditunjukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, camat dan petugas kesehatan) maupun informal (tokoh agama dan tokoh masyarakat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat (Maulana, 2009).

Pembinaan suasana berupa pelatihan, lokakarya, dan penyuluhan bagi tokoh agama

dan tokoh masyarakat dari puskesmas

mengatakan bahwa ada pertemuan dan pelatihan dari dinas kesehatan seperti pelatihan mengenai keluarga sehat yang di lakukan setiap satu tahun dua kali bagi petugas promkes, tokoh masyarakat, tokoh agama dan PKK.

Pelaksanaan program promosi kesehatan juga memerlukan faktor penguat (reinforcing) yang mendorong terjadinya perilaku di masyarakat. Tokoh agama, tokoh masyarakat,

undamg-undang undang-undang atau

peraturan merupakan contoh faktor penguat terjadinya perilaku, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakuukan oleh suryani

(2009) tentang “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pelaksanaan Program Promosi

Kesehatan di Rumah Tangga yang Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan Kecamatan Medan Kota” menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara tindakan pelaksanaan promosi kesehatan rumah tangga yang sehat dengan faktor penguat. Sebagai contoh, sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat menimbang berat badan balita dan telah tersedia fasilitas posyandu, tetapi Ibu RT dan Ibu Kepala

Lingkungan belum mengikuti program

tersebut, sehingga masyarakat juga tidak menimbang balitanya ke posyandu. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada penguat tersebut adalah berupa pelatihan-pelatihan kepada tokoh masyarakat dan tokoh

agama. Pelatihan-pelatihan ini dapat

memberikan 2 tujuan. Pertama agar para tokoh masyarakat dan para tokoh agama tersebut dapat memberikan contoh bagi masyarakat sekitarnya. Kedua, para tokoh masyarakat dan

tokoh agama tersebut dapat

mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan tentang kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan ketokohan mereka.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa unsur

manusia dalam suatu organisasi dapat

memberikan keunggulan bersaing. Mereka membuat sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling vital bagi organisasi.

(11)

Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumberdaya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi. Sumber daya manusia merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan

produk, mengalokasikan sumber daya

finansial, serta menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya

manusia merupakan pengeluaran utama

organisasi dalam menjalankan bisnis

(Rachmawati, 2008).

Mengenai ada/tidaknya tenaga dan jumlah

penyuluh kesehatan masyarakat (PKM)

Puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar Sumber Daya Manusia (SDM). Promosi kesehatan puskesmas menunjukan bahwa hanya beberapa Puskesmas yang memiliki tenaga penyuluh. Diantaranya Puskesmas Bunaken Kepulauan, Puskesmas Minanga, Puskesmas Ranomuut, Puskesmas Paniki, Puskesmas Teling, Puskesmas Tikala Baru, Puskesmas Wawonasa. Tenaga penyuluh tersebut adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan memiliki jabatan fungsional penyuluh kesehatan.

Menurut kepala Puskesmas dan Staf

Penanggung Jawab Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Wenang mengatakan bahwa belum ada tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) karena standarnya harus SKM, jadi tenaga Penyuluh di Puskesmas yang

merangkap sebagai pemegang program

promosi kesehatan, juga merangkap sebagai perawat gigi dan Bendahara di puskesmas Wenang adalah lulusan sekolah pengatur rawat gigi (SPRG), ini jelas tidak sesuai dengan

standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk puskesmas.

Penelitian Sari dan Sulistyowati (2015), tentang “Analisis Promosi Kesehatan di Puskesmas Kalijudan Terhadap PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil” mengatakan bahwa Pendukung promosi kesehatan yang utama adalah sumber daya manusia. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa petugas

promosi kesehatan adalah lulusan D3

Keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kalijudan tidak memiliki tenaga khusus promosi kesehatan.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 menyebutkan bahwa standar tenaga khusus promosi kesehatan puskesmas adalah D3 Kesehatan dengan minat dan bakat di bidang promosi kesehatan. Berdasarkan pedoman promosi kesehatan puskesmas memang tidak

dilarang seorang perawat atau tenaga

kesehatan lain memegang program promosi kesehatan apabila tidak terdapat tenaga khusus. Namun, tidak semua tenaga kesehatan bisa serta merta memegang program promosi kesehatan. Tenaga kesehatan yang bukan tenaga khusus promosi kesehatan harus memiliki kemampuan berupa pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan informasi maupun konseling serta harus mengikuti pelatihan atau kursus di bidang promosi kesehatan. Hal ini penting karena tenaga promosi kesehatan harus memiliki kapasitas di bidang promosi kesehatan. Sehingga petugas

dapat melaksanakan program promosi

kesehatan sesuai dengan prinsip promosi kesehatan puskesmas.

(12)

Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan promosi kesehatan promosi

kesehatan memegang peran penting.

Pengetahuan yang dimiliki petugas promosi kesehatan mempengaruhi pelaksanaan promosi kesehatan dipuskesmas, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani

(2009) tentang “factor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan dirumah tangga sehat di wilayah kerja puskesmas teladan medan kecamatan medan kota “ menunjukan bahwa variabel

yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

program promosi rumah tangga sehat adalah factor pengetahuan (OR=17), Sikap (OR=6) , dan tindakan (OR=3) . Variabel yang paling dominal pengaruhnya adalah pengetahuan .

Begitu juga penelitian yang dilakukan

Timisela (2007) “tentang perilaku PHBS karyawan dinas kesehatan propinsi papua, dengan hasil bahwa pengetahuan sikap karyawan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) memiliki keterkaitan dengan tindakan karyawan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) .

Pengembangan sember daya manusia (SDM) adalah upaya ini meliputi kegiatan pendidikan, penelitian dan pertemuan . Untuk meningkatkan wawasan , kemauan dan keterampilan, baik petugas kesehatan maupun

kelompok-kelompok potensi masyarakat

(Rahmawati, 2008). Semua tenaga kerja yang

ada dipuskesmas hendanya memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberi informasi atau konseling. Jika keterampilan ini ternyata belum dimiliki , maka harus

diselenggarakan program pelatihan/kursus

(kementerian kesehatanRI,2007).

Hasil wawancara dengan kepala

puskesmas dan staf penanggung jawab program promosi kesehatan di puskesmas

wenang menunjukan bahwa pelatihan

mengenai promosi kesehatan bagi tenaga penyuluh kesehatan masyarakat (PKM) dan tenaga kesehatan lainnya yang sudah di latih di puskesmas wenang sudah ada tetapi hanya pertemuan dan pelatihan biasa saja yang dilaksanakan dari dinas kesehatan dengan waktu satu sampai dua hari, sedangkan pelatihan khusus untuk petugas promosi kesehatan belum ada.

Kegiatan penyuluhan kesehatan

masyarakat (PKM) dilaksanakan secara

integrative untuk mendukung semua kegiatan

program puskesmas. Semua program

memerlukan komponen penyuluh untuk

kelompok-kelompok sasaran program, semua staf puskesmas harus mampu melaksanakan

penyuluhan kesehatan, baik sasarannya

individu pasien maumpun

kelompok-kelompok masyarakat sasaran program

(muninjaya,2004). Di Puskesmas Wenang semua tenaga kerja telah melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dalam program masing-masing.

6. Pengembangan media dan sarana

Media promosi kesehatan merupakan

peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan untuk

mempermudah penerima pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat atau klien . Media promosi kesehatan dapat dibagi menjadi 3,

(13)

yaitu media cetak , media elektronik atau media papan. Media cetak dapat berupa booklet , leaflet , flyer , flif chart , rubik , poster , dan foto . Media elektronik berupa televise , radio , video, slide dan film strip . Sedangkan media papan berupa papan (billboard yabg di pasang ditempat-tempat umum (Notoadmodjo, 2010).

Mengenai kondisi media komunikasi yang ada di Puskesmas Wenang seperti poster, leaflet, spanduk berdasarkan hasil observasi seperti poster, leaflet dan spanduk ada, namun jumlahnya sedikit yang ditempel di dinding puskesmas, sementara leaflet lain ada pada

tenaga-tenaga kesehatan. Kondisi media

seperti poster, leaflet dan spanduk masih dalam keadaan bagus dan mudah dibaca . Poster dan leaflet tersebut diberikan oleh dinas kesehatan kota manado dan tidak selalu ada karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang diperlukan oleh Puskesmas.

Media dan sarana merupakan alat yang efektif dalam membantu mempromosikan kesehatan. Ketersediaan media dan sarana promosi kesehatan yang memadai dapat

mendukung tercapainya tujuan promosi

kesehatan untuk terciptannya perubahan. Penambahan media yang sesuai dengan kebutuhan sangat diharapkan, melihat jumlah

media di puskesmas Wenang sangat

membutuhkan penambahan.

Sarana dan peralatan promosi kesehatan puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar

sarana/peralatan promosi kesehatan

puskesmas, seperti Flipcharts, over head projector (OHP), amplifayer dan wireless

microphone, kamera foto, megaphone,

portable generator, tape cassette recorder. Sarana dan peralatan yang sebaiknya ada antara lain screen, televisi dan antenna, vcd-dvd player, computer dan printer, gadget kelengkapan leptop untuk presentasi, lcd projector dan leptop, kendaraan roda dua untuk penyuluhan (Kementerian Kesehatan RI, 2006).

Ketersediaan Sarana dan Peralatan

Promosi Kesehatan di Puskesmas Wenang berdasarkan hasil penelusuran dokumen dan

wawancara dengan ketiga informan

mengatakan ada tapi belum lengkap. Sarana yang ada di puskesmas Wenang hanya berupa Televisi, Wireless, LCD Mega Layout dan Mobil Unit Promosi Kesehatan.

KESIMPULAN

1. Pemberdayaan masyarakat belum optimal

karena masih kurangnya data untuk keluarga yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pemberdayaan masyarakat hanya sebatas penyuluhan, posyandu dan pemasangan poster.

2. Pengembangan kemitraan lintas program

telah dilaksanakan dengan program-program lain di dinas kesehatan dan puskesmas, sedangkan kerjasama lintas

sektor dengan pihak kecamatan,

kelurahan, tokoh masyarakat, kader-kader, Dinas Pendidikan, pihak sekolah, media massa tv, pt konimex dan radio.

3. Upaya advokasi untuk memperoleh

kebijakan yang mendukung kegiatan promosi kesehatan sudah ada, salah satunya yaitu puskesmas melakukan pendekatan advokasi ke dinas kesehatan

(14)

kota manado setelah itu dari dinas

kesehatan kota manado melakukan

pendekatan advokasi kepada pemerintah kota manado. Puskesmas juga melakukan upaya advokasi melalui lintas sektor yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, kepala lingkungan dan pemuda

4. Pembinaan suasana dalam bentuk

pelatihan khusus, lokakarya dan

penyuluhan bagi tokoh agama dan tokoh

masyarakat sudah dilakukan dan

pendekatannya ke kader, tokoh

masyarakat dan PKK.

5. Sumber daya manusia untuk promosi

kesehatan di puskesmas wenang belum ada tenaga-tenaga yang sesuai dengan standar acuan promosi kesehatan di puskesmas.

6. Ketersediaan media komunikasi dan

sarana promosi kesehatan di puskesmas wenang masih dikatakan kurang atau belum lengkap.

SARAN

1. Mengadakan program kunjungan ke

rumah masyarakat dan lebih

memaksimalkan pemberdayaan

masyarakat

2. Penempatan tenaga yang sesuai standar

sumber daya manusia (SDM) promosi kesehatan pada bidang promosi kesehatan di puskesmas

3. Melakukan pengadaan kembali media

komunikasi dan sarana yang sudah tidak layak di gunakan

4. Tetap mempertahankan kerjasama yang

baik antara lintas program dan lintas

sektor di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Jati S, Dan Musthofa S, 2010,

Posisi Stakeholder Dan Strategi

Advokasi Kibbla Kabupaten/Kota Di

Jawa Tengah. Jurnal Manajemen

Pelayanan Kesehatan. Volume 13, Nomor 03, September 2010 Halaman 126. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (http://id.portalgaruda.org/?ref=browse &mod=viewarticle&article=131771) Departemen Kesehatan, RI. 2007. Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor

585/MENKES/SK/V/2007 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat

Promosi Kesehatan Depkes RI.

Departemen Kesehatan, RI. 2011. Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 Tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan, RI. 2011. Tentang

Promosi Kesehatan di Daerah

Bermasalah Kesehatan. Jakarta: Pusat

Promosi Kesehatan.

Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

(15)

Puskesmas Wenang. 2016. Profil Puskesmas

Wenang. Manado.

Rachmat, K. 2003. Advokasi Marketing Public

Relations untuk Mengurangi Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Beberapa

Kab. di Jawa Tengah. (online)

(http://www.promosikesehatan.com/?act =article&id=144).

Sari I, Dan Sulistyowati M, 2015, Analisis

Promosi Kesehatan di Puskesmas

Kalijudan Terhadap PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil. Jurnal Promkes.

volume 3, No 2, Desember 2015

Halaman 159. Surabaya: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas

Airlangga Surabaya

(http://e-journal.unair.ac.id/index.php/PROMKE S/article/view/4428/3015)

Suryani. 2009. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan di rumah tangga yang sehat di wilayah kerja puskesmas teladan medan kecamatan medan kota tahun 2009. Tesis S-2 Pascasarjana

IKM USU. Medan: Universitas

Sumatera Utara

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sembiring, S. E. M. 2009. Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Peningkatan PHBS Individu Pada

Masyarakat Pantai di Wilayah

Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Tesis S-2

Pascasarjana IKM USU. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Tobing, H. P. I. 2009. Pengaruh kompetensi

terhadap kinerja petugas promosi

kesehatan puskesmas di wilayah kerja dinas kesehatan kota pematang siantar tahun 2009. Tesis S-2 Pascasrajana

IKM USU. Medan: Universitas Sumetra Utara.

Triwibowo, C, dan Pusphandani, M. E., 2015.

Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara dan

Anestesia blok saraf perifer ekstremitas atas adalah tindakan anestesia dengan menyuntikkan obat anestesia lokal (dengan atau tanpa adjuvan) ke sekitar saraf (hingga perineural

menyatakan bahwa pada pasien-pasien dengan pemeriksaan USG yang menunjukkan hasil negatif dan memiliki kadar D-Dimer yang normal, pemeriksaan USG ulangan ataupun pemeriksaan

argumentasinya, majelis hakim dalam perkara ini, malah ‚terjebak‛ kepada memunculkan (baca: memperluas) norma hukum baru yang belum atau tidak diatur dalam aturan hukum Islam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstick cair yang mengandung kombinasi ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma longa

[r]

İ bn-i Abbas’tan (r.a.) gelen bir rivâyete göre Alâk sûresinden sonra Müzzemmil, daha sonra Müddessir, sonra da Kalem sûresi nâzil olmu ş tur. 41 Müddessir ve

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,