• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KELAS IBU BALITA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN IBU BALITA DALAM MERAWAT BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUKARASA KOTA BANDUNG

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH

26 ABSTRAK

Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan balita yaitu pengasuh balita (ibu balita). Ibu balita memiliki peranan yang sangat penting dalam merawat balita. Kelas ibu balita meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu dalam merawat balita. Tujuan penelitian ini untuk mengukur pengaruh pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di rumah.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu eksperimen semu dengan design pre dan post test. Sampel adalah ibu balita yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun dengan besar sampel 153 yang terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol yang diambil secara proporsional random sampling di 8 p osyandu wilayah kerja puskesmas Sukarasa kota Bandung. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney dan Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun 6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%, tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001).

Simpulan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol sedangkan pada sikap kelompok kontrol lebih tinggi p eningkatannya, p elaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita.

(2)

sampling. Pengukuran pengetahuan, sikap dan

keterampilan ibu menggunakan kuesioner dan

ceklist observasi. Analisis data menggunakan uji statistik Chi- Kuadrat, analisis perbedaan rata–rata peningkatan pada pre dan post pada kelompok perlakuan dan kontrol dengan uji Mann-Whitney, analisis pengaruh perlakuan kelas balita terhadap peningkatan pengatahuan, sikap dan keterampilan pada k elompok perlakuan dengan uji statistik W ilcoxon.

HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian 168 terbagi menjadi 2 kelompok 84 subjek dimasukkan ke dalam k elompok yang mendapatkan perlakuan kelas ibu balita dan 84 lainnya dalam kelompok yang mendapatkan asuhan standar tanpa kelas ibu balita. Jumlah kelas pada kelompok perlakuan yaitu 6 kelas. Pada saat posyandu subjek penelitian diminta mengisi kuesioner pengetahuan dan sikap serta diobservasi k eterampilannya kemudian pada kelompok perlakuan dilakukan kelas ibu balita dengan 6 modul dalam 3 kali pertemuan. Setelah selesai kelas ibu balita maka subjek baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan diminta mengisi kuesioner yang sama serta diobservasi k eterampilannya. Subjek penelitian yang tidak mengikuti hingga akhir penelitian pada kelompok kontrol sebanyak 8 orang dan pada kelompok perlakuan sebanyak 9 orang sehingga sampai dengan akhir penelitian pada kelompok kontrol s ebanyak 77 orang dan kelompok perlakuan 76 orang. Karakteristik subjek yang amati terdiri atas: usia, pendidikan dan paritas, berdasarkan pengamatan untuk ketiga k arakteristik pada subjek penelitian diperoleh hasil seperti di bawah ini:

PENDAHULUAN

Berdasarkan kesepakatan global MDG’s pada tahun 2015 diharapkan angka kematian bayi balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun 2010-2015.1 Berdasarkan hal tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Di puskesmas Sukarasa dalam 2 tahun terakhir ini terjadi penurunan cakupan kunjungan bayi dan balita. Di puskesmas Sukarasa program kelas ibu balita belum pernah dilaksanakan walaupun memiliki fasilitator yang sudah dilatih oleh Dinas kesehatan. , Belum dilaksanakannya kelas ibu balita dikarenakan terbatasnya sumberdaya manusia

di puskesmas sehingga fokus utamanya adalah

kelas ibu. Program kelas ibu balita ini bukanlah program yang baru, program ini bersamaan dengan dilaksanakannya kelas ibu untuk ibu hamil dan kelas ibu balita adalah kelanjutan dari kelas ibu hamil. Program kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun bersama sama berdiskusi, tukar pendapat, pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi tumbuh kembang, penyakit yang di bimbing oleh fasilitator (tenaga kesehatan) dengan menggunakan buku KIA.3

Melihat pentingnya kelas ibu balita dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ibu balita melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawatan balita . Untuk meningkatkan kemampuan ibu balita dalam merawat balita yang baik maka diselenggarakan kelas ibu balita dalam

rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan

k eterampilan ibu tentang perawatan balita. Dampak dari pemberdayaan ini adalah meningkatnya status kesehatan balita.

METODA PENELITIAN

Desain penelitian ekperimental semu, design pre test and post test. Penelitian Subjek penelitian yaitu ibu yang memiliki balita di wilayah puskesmas Sukarasa dengan usia balita 2-5 tahun. Tehnik

(3)

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-74 28 Tabel 1

Karakteristik Ibu Balita Karakteristik Ibu Kelompok Penelitian Nilai p Perlakuan Kontrol (n=76) % (n=77) % Usia (tahun) 0,686 20-29 37 48,7 40 51,9 30-40 39 51,3 37 48,1 Pendidikan 0,089 Dasar 32 42,1 43 55,8 Menengah 44 57,9 34 51,0 Paritas 0,119 1 34 44,7 21 27,3 2 27 35,5 43 55,8 3 11 14,5 8 10,4 4 3 3,9 4 5,2 5 1 1,3 1 1,3 Keterangan: Berdasarkan uji Chi kudrat

Tabel 2

Perbandingan Skor Pengetahuan pada Kelompok yang Mengikuti Kelas Ibu Balita dengan tidak Mengikuti Kelas

Ibu Balita Pe n g e t a -huan (Skor) Kelompok Penelitian Z M-W Nilai p Kelas Ibu Balita (n=76) Tidak Ke-las Ibu Balita(n=77) Pre test Pe n g e t a -huan 2,994 0,003 X (SD) 29,4 (3,4) 27,9 (43) Median 30 27 Rentang 20-43 20-38 Post test Pe n g e t a -huan 7,056 0,001 X (SD) 31,8 (2,3) 26,1 (5,5) Median 3,2 26 Rentang 26-36 15-38 Persentase Peningka-tan (Rata- rata) 9,8 -6,1 5,314 0,001

Keterangan *): Z M-W uji Mann-Whitney

Tabel 3

Perbandingan Skor Sikap pada Kelompok yang Mengikuti Kelas Ibu Balita dengan tidak Mengikuti Kelas Ibu Balita

Sikap (Skor) Kelompok Penelitian Z M-W Ni l a i p Kelas Ibu Balita (n=76) T i d a k Kelas Ibu Balita (n=77) Pre test

Si-kap 1,570 0,116

SD 137,3 (15,5) 1 4 1 , 2 (13,1)

Median 138,5 142,00

Rentang 82-165 110-167 Post test

Si-kap 1,103 0,273 SD 148,1(2,3) 1 5 6 , 8 (26,774) Median 148,5 150 Rentang 126-176 111-219 Pe r s e t a s e peningka-tan (rata rata) 9,1 12,2 0,763 0,446

Keterangan *): uji Mann-Whitney Tabel 4

Perbandingan Keterampilan pada Kelompok yang Mengikuti Kelas Ibu Balita dengan Tidak Mengikuti

Kelas Ibu Balita

Keterampilan (Skor) Kelompok Penelitian Z M-W Nilai p Kelas ibu b a l i t a (n=76) Tidak Ke-las ibu

bal-ita (n=77) Pre test

Keter-ampilan 0,360 0,719

SD 21,8 (4,7) 21,6 (5,2) Median 21 21,00 Rentang 28-Dec 28-Nov Post test

Keter-ampilan 4,523 0,001

SD 23,9 (3.2) 21,8 (3,95) Median 24 21 Rentang 15-28 28-Oct Persetase

Pening-katan (rata- rata) 13,4 2,5 3,006 0,003 Keterangan *): Uji Mann-Whitney

(4)

Tabel 5

Perbandingan Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Ibu Balita Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perbandingan Kelompok Penelitian Mengikuti kelas ibu balita p Tidak Mengikuti kelas ibu balita

p Pengetahuan pre

dan post 0,001 0,002

Sikap pre dan

post 0,001 0,002

Keterampilan

pre dan post 0,001 0,416

Keterangan: berdasarkan Uji Wilcoxon PEMBAHASAN

1. Perbandingan Peningkatan Pengetahuan antara Kelompok Kelas Ibu Balita dan Kelompok Kontrol

Pada saat pre test skor pengetahuan pada kelompok kelas ibu balita lebih tinggi hal ini

menunjukan adanya perbedaan pengetahuan

pada awalnya. Adanya perbedaan ini disebabkan keinginan memanfaatkan buku KIA dan penyuluhan posyandu antara ibu balita tidak sama sehingga pelaksanan kelas ibu balita merupakan penekanan

dan pengulangan dalam rangka meningkatkan

pengetahuan yang sudah dimiliki. Adanya informasi atau pengetahuan yang sering dan berulang- ulang dapat meningkatkan retensi pengetahuan seseorang. Kelas ibu balita diselenggarakan dengan metode partisipatif artinya para ibu balita tidak diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif cenderung tidak efektif untuk merubah perilaku. Kelas ibu dirancang dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam praktiknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah pada pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas dapat sebagai sumber belajar.

Hasil uji beda rata-rata peningkatan lebih tinggi pada kelas ibu balita. Hal ini menunjukkan bahwa metode promosi kesehatan dengan kelas ibu balita dapat meningkatan pengetahuan yang cukup tinggi,

karena pada hasil post test pada kelompok bukan kelas balita terjadi penurun skor pengetahuan. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya pengaruh bermakna proses belajar menggunakan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita.

Pelaksaan kelas ibu balita dilaksanakan setiap

bulan secara berturut turut selama 3 bulan.

Pendidikan kesehatan dalam jangka waktu pendek dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan individu, kelompok dan masyarakat. Dari penelitian ini proses belajar dengan kelas ibu balita mengandalkan sumber belajar dari pengalaman peserta kelas ibu balita dan peran

fasilitator dalam mengungkapkan pengalaman

sebagai sumber belajar merupakan metode

yang efektif. Belajar berdasarkan masalah atau pengalaman adalah suatu metode pembelajaran di mana peserta sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered learning. Seperti pada kelas ibu balita kurikulum atau modul pembelajaran disusun derdasarkan kebutuhan peserta dengan menggunakan 6 modul yang terdiri dari modul tumbuh kembang, gizi seimbang, pencegahan kecelakaan, penanganan balita sakit, perilaku hidup sehat, dimana modul tersebut sesuai dengan kebutuhan ibu balita dalam melaksanakan perawatan balita di rumah. Adanya pengaruh kelas ibu balita terhadap peningkatan nilai pengetahuan ibu balita dikarenakan pelaksaan kelas ibu balita dilaksanakan setiap bulan berturut turut berdasarkan grafik retensi pengetahuan bahwa pengetahuan akan menurun setelah 1 bulan sehingga diperlukan penekanan atau pengulangan pada pengetahuan.

Selain itu, frekuensi atau intensitas pertemuan yang lebih intensif dapat memotivasi lebih pada ibu balita untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh.

Peningkatan pengetahuan ibu balita melalui kelas ibu balita sangat diperlukan untuk pemberdayaan ibu dan keluarga dalam perawatan balita dirumah sesuai dengan kemampuannya, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan tindakan seseorang.

(5)

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-74 30

Hasil penelitian ini pada kelompok kontrol yang tidak mengikuti kelas balita skor pengetahuan mengalami penurunan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat pengetahuan,

retensi pengetahuan akan menurun jika tidak

mendapatkan pengulangan atau penekanan.

2. Perbandingan Peningkatan Sikap pada Kelompok Kelas Ibu Balita dan Tanpa Kelas Ibu Balita

Hasil analisis statistik rata-rata peningkatan skor sikap pada kelompok kelas ibu balita lebih rendah dari pada kelompok yang mengikuti kelas balita perbedaan ini tidak bermakna. Walaupun berdasarkan persentase peningkatan skor sikap pada kedua kelompok terjadi peningkatan. Berdasarkan teori perubahan sikap menurut Kelman m enekankan proses sosial yang sangat berperan dalam perubahan sikap adalah pengaruh sosial. Terdapat 3 proses sosial yang berperan dalam perubahan sikap yaitu kesediaan, identifikasi dan internalisasi.

Kesediaan dalam hal ini adalah kesediaan individu atau ibu balita dalam menerima pengaruh dari orang lain yaitu fasilitator dan kelompoknya, kesediaan ini biasanya tidak muncul dari hati nurani hanya sekedar untuk memperoleh reaksi positif apalagi f asilitator dalam kelas ibu balita ini adalah orang yang belum dikenal sebelumnya. H ubungan saling percaya akan timbul ketika kedua orang sudah memiliki kedekatan secara emosional. P roses id entifikasi akan terjadi jika individu dalam hal ini adalah ibu balita meniru sikap yang diharapkan oleh kelompok jika individu percaya bahwa perubahan yang terjadi akan memberikan dampak yang lebih baik sesuai dengan harapan individu.

Proses ini memerlukan waktu yang cukup panjang Pelaksanaan kelas ibu balita hanya selama 3 bulan dan pertemuanya dilakukan setiap bulan sehingga belum cukup untuk membuat proses kesediaan dan identifikasi dapat terlaksana. I nternalisasi adalah proses individu menerima pengaruh dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan hati nurani dan sistem nilai yang dianutnya. Interaksi ketiga proses di atas merupakan mekanisme perubahan sikap yang sangat tergantung dari sumber kekuatan pihak yang

mempengaruhinya serta berbagai kondisi yang mengendalikan proses terjadinya pengaruh dan implikasinya terhadap perubahan sikap.

Seperti pada hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan sikap diantaranya adalah lingkungan atau budaya. Ibu balita baik yang mengikuti kelas ataupun tidak pada awalnya mereka sudah memiliki sikap awal tentang perawatan balita yang telah mereka yakini, sikap tersebut terbentuk karena adanya interaksi dari ketiga faktor di atas adanya kelas balita merupakan upaya dalam meningkatkan sikap ibu terhadap perawatan balita.10 Dalam proses kelas ibu balita terdapat interaksi antara pesan, komunikator dan komunikan. Komunikator pada kelas ibu adalah fasilitator dimana fasilitator berasal dari pembina posyandu yang lain artinya bahwa ibu belum mengenal lebih dalam fasilitator tersebut dan hanya bertemu pada saat pelaksanaan kelas balita saja.

3. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Ibu balita yang mengikuti kelas balita dan tidak mengikuti

Pelaksanaan kelas ibu balita setiap bulan sekali meningkatkan keterampilan ibu balita cukup tinggi yaitu sekitar 13,4%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa promosi kesehatan dengan k elas balita meningkatkan secara bermakna nilai skor keterampilan ibu balita dalam parawatan

balita di rumah yang meliputi pemantauan

tumbuh kembang, penyediaan makanan dengan menu seimbang, penatalaksanaan balita sakit serta penyediaan obat sederhana di rumah. Sama dengan hasil penelitian Virgilio metode partisipatif meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya.11 Sedangkan hasil penelitian yang lain menyebutkan bahwa metode partisipatif berpengaruh terhadap keterampilan

kader dalam monitoring tekanan darah pada

usila. Diperkuat temuan Kurrachman bahwa pelatihan dengan metode ceramah yang disertai diskusi, simulasi dan praktik akan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan pengukuran status gizi balita di P osyandu.

(6)

4. Pengaruh Pelaksanaan Kelas Ibu Balita terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian bahawa kelas

ibu balita berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan hal ini sesuai dengan tujuan kelas ibu balita yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam merawat balita. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan saling berhubungan. Banyak faktor yang berpengaruh t erhadap keberhasilan suatu pelatihan atau pendidikan kesehatan. Sesuai pendapat Siagian, bahwa bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Meskipun promosi kesehatan dengan metode kelas ibu balita lebih meningkatkan penyerapan materi, serta dimungkinkan pengembangan materi semaksimal mungkin sesuai dengan bahan ajaran yang tersedia dan dapat dilaksanakan bersamaan dengan posyandu.

Pelaksanaan kelas balita mempunyai kelemahan apabila fasilitator tidak mampu mampu untuk mengembangkan pengalaman dan p engetahuan peserta menjadi bahan ajaran, maka proses belajar akan menjadi tidak menarik. kelas ibu balita mempunyai kelemahan yaitu peserta dapat terbawa ke dalam situasi penyuluhan konvensional dan f asilitator berubah fungsi menjadi pemberi ceramah sebagaimana di kelas yang lebih besar. Kelemahan lain adalah memerlukan fasilitator yang cakap, pengajar yang banyak, biaya pelaksanaan yang t inggi dan apabila bahan ajaran yang tersedia terbatas, maka peserta kurang dapat mengembangkan materi pelatihan.

SIMPULAN

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok kelas ibu balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa kelas ibu balita. Peningkatan Sikap pada kelompok tanpa kelas balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kelas ibu balita. Kelas ibu balita berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita

SARAN

Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan meneliti tentang faktor-faktor yang m emengaruhi p eningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam parawatan balita di rumah serta pengembangan metode partisipasif sebagai metode promosi kesehatan.

Ibu balita agar menyediakan waktu mengikuti kelas balita karena kelas balita dapat meningkatkan pengetahuan dan kerampilan ibu balita dalam merawat balita. Pelaksanaan Kelas ibu balita dapat dilaksanakan secara kontinyu di posyandu dengan fasilitator adalah pembina posyandu dan kelas ibu balita hendaknya dapat diterapkan pada k elompok usia 0-1 tahun dan 1-2 tahun sebagai program l anjutan promosi kesehatan bayi dan balita.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta: 2010.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Deteksi dini tumbuh kembang balita, Jakarta: 2009. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu balita; 2009; hlm.1-17

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Deteksi

dini tumbuh kembang balita, Jakarta: 2009 Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta, 2007; hlm. 139 – 147 Dinas Kesehatan Jawa barat, Profil Kesehatan Jawa

Barat 2011.

Friedman M M. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktis. Edisi 3. EGC; Jakarta. 1998.

Sarbini sriwianti A, Hubungan Sikap dan P engetahuan Terhadap Pemanfataan Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Studi Eksploratif Ibu Balita di Kelurahan Sukarasa Kota Bandung; Universitas Padjajaran; 2012

Azwar S. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; hal. 3 -22.

(7)

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-74

Virgilio, DG. 1993. Problem Based Learning for Training Health Care

Managers in Developing Countries, Med Educ, 27, 266 – 273.

Kurrachman, T. 2003. Pelatihan Pengukuran

Status Gizi dan Palpasi Gondok T erhadap Pengetahuan dan Keterampilan pada Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Semarang, Tesis

Virgilio, DG. 1993. Problem Based Learning for Training Health Care Managers in Developing Countries, Med Educ, 27, 266 – 273.

Inayati D., et al. 2012. Combined intensive nutrition education and micronutrient powder supplementation improved nutritional status of mildly wasted children on Nias Island, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr 2012;21 (3):361-373

Gambar

Tabel 1  Karakteristik Ibu Balita Karakteristik  Ibu Kelompok Penelitian Nilai pPerlakuanKontrol (n=76)    % (n=77)     % Usia (tahun) 0,686     20-29 37          48,7 40             51,9     30-40 39          51,3 37             48,1 Pendidikan 0,089 Dasa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah, masalah koordinasi pemerintahan dan hal yang berpengaruh terhadap terlaksananya koordinasi adalah kesiapan sumber

Faktor lain yang berhubungan dengan keikutsertaan KB yaitu tingkat ekonomi atau pengeluaran sehingga dapat kita simpulkan bahwa Tingkat pengetahuan tidak sangat menentukan

389 Stempel Stop Map Bahan Kertas

Skripsi dengan judul ‘’Penerapan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini di PAUD Az-Zahra Desa Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek‘’ yang di tulis

 Ja  jälleen  kerran  porvaristo   muistutti  siitä,  että  kaupungin  ympärillä  oli  useita  muitakin  sahoja,  jos   Fagerö  saisi  mainitun

Multi Jaya Samudera ini adalah gaya kepemimpinan yang hanya mengacu pada pemimpin tidak mempertimbangkan masalah kecil atau masalah besar dalam memberikan sangsi,

Dalam pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran beerbasis komputer, sistem pembelajaran individu, serta kaset atau video pembelajaran. Banyak yang

Pada tahapan pertama dalam WBS ini adalah product backlog pada tahapan ini mempunyai aktivitas membuat proses bisnis, yang diperoleh dari dokumen, hasil wawancara,