BAB Ill
KOMUNITAS LABA-LABA Dl EKOSlSTEM PERTANAMAN PAD1
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk memahami struktur kornunitas laba-laba pada empat tipe ekosistem pertanaman padi. Percobaan dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan berlangsung selama musim gadu dan m u s h rendengan (Agustus 1997 - April 1998). Pengamatan laba-laba dilakukan dengan perangkap jebakan dan pengisap D-vac. Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa di pertanaman padi terkoleksi 46 spesies laba-laba yang tergolong ke dalam -I7 famili, dan 16 spesies di antaranya sudah ada sejak persemaian. Jenis laba-laba yang paling dominan baik di persemaian maupun pertanaman adalah laba-laba serigala, Pardosa
pseudoannulafa
(Boes. & Str.). Keragaman spesies laba-laba pada berbagai ekosistem pad! berkaitan dengan pola tanam, vegetasi sekitar persawahan, dan penggunaan pestisida.Pendahuluan
Serangga dan laba-laba adalah kelompok artropoda yang mendominasi ekosistem pertanaman padi. Laba-[aba merupakan kelornpok predator yang terbesar (60 %) dari
guild
predator (Cheng 1995). Umumnya bersifat predator terhadap serangga dan dapat menekan populasi berbagai spesies serangga hama, namun perannya tidak diteliti dengan baik (Horn 1988). Untuk pemanfaatan yang optimal terhadap laba-laba sebagai agens yang potensial menekan populasi serangga hama, maka perlu pemahaman yang lebih detil tentang keragaman spesies dan kelimpahannya pada berbagai ekosistem (Altieri & Schmidt 1986, Turnbull 1973).Hasil penelitian tentang laba-laba pada ekosistem pertanaman padi di beberapa negeri telah dilaporkan antara lain dari Filipina (Barrion 1980), Korea (Okuma, Lee & Hokyo 1978). Jepang (Kobayashi & Shibata 1973) dan Cina (Cheng 1995). Barrion & Litsinger (1995) telah mengidentifikasi 342 spesies yang tergolong dalam 132 genus pada 26 famili yang tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Beberapa contoh laba-laba yang diperoleh dari lndonesia terbatas dari beberapa daerah persawahan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta (Barrion & Litsinger 1995).
Keragaman spesies dan kelirnpahannya datam suatu ekosistem tergantung pada lingkungannya. lndonesia dikenal sangat kaya keanekaragaman flora dan faunanya karena terletak di daerah khatulistiwa yang terdiri dari kepulauan. Kondisi ini juga turut mempengaruhi komunitas laba-laba sebagai bagian dari fauna. Menurut laporan di Filipina terdapat perbedaan keragaman spesies laba-laba antara lahan sawah rendah beririgasi, lahan sawah yang agak tinggi beririgasi dan sawah tadah hujan (Barrion & Litsinger 1995).
Pada pertanaman padi terdapat beberapa spesies laba-laba sangat potensiat sebagai agens pengendalian hayati karena rnernangsa berbagai spesies serangga hama penting pada pertanaman padi (Shepard et
a/.
1987), tetapi informasi tentang spesies-spesies laba-laba terutama yang potensial di sentra pertanaman padi lndonesia sangat terbatas.Daerah persawahan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi yang penting di Jawa Barat, dengan keragaman lingkungan sekitar persawahan serta cara pengelolaan yang berbeda. Keragaman jenis dan struktur vegetasi di sekitar persawahan dan cara pengelolaan persawahan
terlihat pada berbagai tipe ekosistem padi yang dijadikan tempat percobaan dan diduga turut berpengaruh pada keadaan ekosistem pertanaman padi. Oleh karena itu perlu penelitian yang dapat memberikan informasi lebih banyak tentang keberadaan laba-laba dalam ekosistem padi untuk mengoptimalkan peranan laba-laba dalam ekosistem itu serta penyempurnaan teknik pengendalian harna terpadu (PHT) pada tanaman padi.
Penelitian bertujuan memahami (1) komunitas laba-laba di persemaian dan pertanaman, (2) dominasi spesies laba-laba, dan (3) keragaman spesies laba-laba pada empat tipe ekosistem pertanaman padi.
Bahan dan Metode
Percobaan dilakukan pada empat lokasi persawahan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. ldentifikasi laba-laba dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 1997 hingga Agustus 1998.
Empat lokasi persawahan yang digunakan masing-masing mewakili persawahan dengan pola tanam padi
-
padi-
padi beririgasi teknis dengan pengelolaan sawah secara teknis (tipe A) di Desa Hegarmanah Kecamatan Bojong Picung, pola tanam padi-
padi-
padi beririgasi lokal dengan cara pengelolaan tradisional (tipe 3) di Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat, pola tanam padi-
padi-
kedelai beririgasi teknis dengan cara pengelolaan teknis (tipe C) di Desa Mekarwangj Kecamatan Ciranjang, dan pola tanam padi-
padi-
bera beririgasi teknis dengan pengelolaan teknis (tipe D) diDesa Kertamukti Kecamatan Ciranjang. Luas persawahan pada masing- masing lokasi adalah 0.4 ha. Varietas padi yang digunakan adalah IR-64. Cara-cara bercocok tanam disesuaikan dengan yang dilakukan oleh petani setempat.
Komunitas laba-laba di persemaian
Pengamatan laba-laba dilakukan dengan pengisap D-vac. pada persemaian padi musim gadu di ernpat tipe ekosistem padi seperti yang disebutkan di atas (April
-
Mei 1998). Petak pengarnatan berukuran 6 x 1m
yang terdiri dari dua bedengan. Subpetak contoh ditetapkan 12 unit per petak pengamatan yang tiap unitnya berukuran 30 x 30 cm. Unit tersebut ditentukan secara sistematis, mewakili bagian tengah dan bagian tepi petak persemaian. Sebelum pengisapan laba-laba, pada unit contoh ditempatkan kurungan pembatas berukuran 30 x 30 x 40 cm, kemudian laba-laba diisap dengan pengisap D-vac. Selang waktu pengarnatan adalah 3 hari dimulai pada 5 hari setelah sebar (hss) sampai bibit akan dipindahkan.
Kornunitas laba-laba di pertanaman
Pengamatan komunitas laba-laba dilakukan di pertanaman padi musim gadu dan musim rendengan. Pengamatan dilakukan dengan perangkap jebakan dan pengisap D-vac. Perangkap jebakan mengamati spesies laba- laba yang aktif di pematang, sedangkan D-vac mengamati spesies yang berada di bagian tajuk padi. Perangkap jebakan berupa gelas akua (isi 240 ml) berisi larutan formaiin 4 % sebanyak 25 ml. Untuk menghindari hujan, perangkap itu diberi penutup. Perangkap jebakan diternpatkan di sawah secara sistematis di pematang dengan jarak
+
8 m. Perangkapdipertahankan terpasang selama 3 x 24 jam. Selang waktu pengamatan 2 minggu, dimulai sejak 2 mst hingga menjelang panen. Jumlah perangkap pada masing-masing lokasi persawahan adalah 45 buah.
Pengamatan dengan pengisap D-vac. di pertanaman padi musim gadu dilakukan pada 144 rumpun padi yang terdiri dari 12 unit contoh terdiri dari 12 rumpun per unit contoh. Dalam musim tanam ini dilakukan enam kali pengamatan (pada umur 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 mst). Pengamatan dengan cara yang sama dilanjutkan pada pertanaman padi musim rendengan di empat tipe ekosistem. Penetapan unit contoh dilakukan secara sistematis yaitu yang mewakili bagian tepi dan bagian tengah petak sawah. Pengamatan dilakukan dengan selang waktu satu minggu terhitung sejak tanaman berumur I mst hingga menjelang panen (12 mst).
Laba-laba yang diperoleh dikoleksi dalam alkohol 70 % dan diidentifikasi di laboratorium. ldentifikasi berdasarkan ciri morfologi bagian tubuh laba-laba antara lain susunan dan letak mata, rambut-rambut pada tarsus, duri pada femur dan tarsus, bentuk dan ukuran palpus, bentuk dan ukuran abdomen. ldentifikasi diupayakan sampai spesies atau setidaknya sampai genus menurut kunci yang tersedia (Barrion & Litsinger 1994, 1995). Dominansi famili dan spesies ditetapkan berdasarkan proporsinya dari hasil yang diperoleh dengan pengisap D-vac. pada musim rendengan.
Keanekaragaman spesies
Keragaman dan indeks kemerataan spesies di empat tipe ekosistem padi ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari pengambilan contoh dengan pengisap D-vac. musim rendengan bersamaan dengan pengamatan
komunitas laba-Iaba di persemaian dan pertanaman. Penentuan penetapan tingkatan keragaman spesies laba-laba di empat tipe ekosistem didasarkan pada formula indeks keragaman (H) menurut Shannon & Weaner. Untuk menentukan tingkat kemerataan spesies laba-laba pada tiap tipe ekosistem, maka juga ditentukan indeks kemerataan (E) (Begon, Harper & Townsend 1986. Magurran 1987) sebagai berikut :
(1 ) lndeks keragaman spesies (H) s
H
=
-
C
pi
/npi
i = lPi
=
proporsi tiap spesies s=
spesies(2) lndeks kemerataan spesies (E)
E = H / I n S
S
=
jumlah spesiesHasil dan Pembahasan
Persemaian
Hasil pengamatan dengan pengisap D-vac. di persemaian terkoleksi 16 spesies yang !ergolong ke dalam 8 famili. Persemaian merupakan suatu ekosistem yang sederhana dan terbentuk dalam waktu yang relatif singkat. Walaupun demikian telah ditemukan sejumlah spesies laba-laba (Tabel
3.?).
Beberapa spesies yang sering ditemukan dan populasinya relatif lebih tinggi yaitu Pardosa pseudoannulafa (Boes.& Str.), Afypena. adelinae (Barr.& Lit.), dan Dishiriognatha hawigtenera Barr.& Lit. Hal ini disebabkan oleh kemampuan yang baik laba-laba tersebut dalam pemencaran yaitu
3 9
pemencaran secara aktif dengan berjalan di perrnukaan tanah, serta pemencaran secara pasif dengan terbawa melalui udara (Bishop 1990, Bishop & Riechert 1990, Plagens 1986). Laba-laba serigala, P. pseudoannulata dapat secara aktif bergerak di atas permukaan tanah dan terbawa melalui udara. A. adelinae dan D. hawigtenera biasanya tergolong dalam laba-laba pembuat jaring yang menginvasi persemaian melalui udara dan memerlukan ruang untuk membuat jaring.
Pematang
Pengamatan dengan perangkap jebakan rnenunjukkan bahwa pada pematang terdapat 16 spesies Iaba-laba yang tergolong dalam 7 famili (Tabel 3.1). Secara umum laba-laba yang terperangkap pada perangkap jebakan adalah kelompok laba-laba pernburu yang aktif di atas permukaan tanah seperti P. pseudoannulata dan Pardosa birrnanica Simon. Hasil ini sejalan dengan pernyataan dari ahli lainnya yakni pengamatan dengan perangkap jebakan terbatas pada artropoda yang aktif bergerak di permukaan tanah (Southwood 1978, Whitcomb 1980). Laba-laba . serigala termasuk kelompok laba-laba yang aktif bergerak di permukaan tanah dan pemburu mangsa yang sangat aktif (NyfFeler et al. q994). Di samping itu juga diternukan kelompok laba-laba pembuat jaring seperti A. adelinae dan Erigone bifurca Locket. Kedua spesies itu dapat membuat jaring di rumput liar yang ada di pematang dan celah tanah.
Tabel 3.1 Rataan kelimpahan relatif (%) dari berbagai spesies laba- laba pada persemaian dan pertanaman padi di Cianjur (Desember 1997 - Mei 1998)
Famili dan Spesies Lycosidaae
Pardosa pseudoannulata (Boes & Str.) Pardosa birmanica Simon
Pardosa sp.
P h t a blabackensis Barr & Lit. Arctosa sp.
Hippassa holmerae Thorel l Araneidae
Araneus inustus C. L. Koch Araneus sp.
Argiope cafenulata (Doleschall) Hyposinga pygmae (Sundevall) Neocosoma sp.
Lanhia sp. Tetragnathidae
Tetragnatha virescens 0 kuma Tetragnatha javana (Thorell) Tetragnatha nitens Aundouin Tetragntaha mandibulata Walkener Tetragnatha maxillosa Thorell Tetragnatha vetmiforms Emerton Dyshiriognatha hawigtenera Bar.& Lit. Lyniphiidae
Atypena adelinae Barr. 8 Lit. Bathyphanfes sp.
Enigone bifurca Locket Coelosoma sp. Oxyopidae
Oxyopes javanus Thorell Oxyopes lineatipes C . L. Koch Theriidae
Theridion kambalum Barr. & Lit. Theridion lumabani Barr. & Lit. Theridion otsospotum Barr. 8 Lit. Theridion punongpalayum Barr. & Lit Salticidae
Bianor sp. Plexippus sp. Phidippus sp. Telamonia sp.
Myrmarachne caliraya Barr. Lit. Phintella sp.
Clubionidae
Clubiona japonicola Boes & Str. Cheiracanthium sp.
Kelimpahan relatif ( O h )
Lanjutan Tabel 3.1
Kelimpahan relatif (%)
Famili dan Spesies Persemaian Pematang Pertanaman Gnaphosidae
Micrania sp 0.1
Eupamssidae
Heferopoda sp. 0.2
Metidae
Leucage celebensiana (Wal kener) 0.5
Thomisidae
Runcinia albosin'ata Boes. & Str. 0.1
Pisauridae
malassius botreli Barr & Lit. < 0.t
Pholcidae Pbolcus sp. < 0 , l Barychelidae ldioctis sp. < 0 , l Theridiosomathidae Wendilgarda sp. < 0 , l Uloboridae Myagramrnopes sp. < 0,l Total 100 100 100 Pertanaman
Pengamatan dengan pengisap D-vac. di pertanaman berhasil rnendapatkan 45 spesies laba-laba yang tergolong dalam 16 farnili. Beberapa spesies yang sering ditemukan dan popuiasinya relatif tinggi adalah P. pseudoannulata, A. adelinae, D. hawigtenera, dan A. inustus. Apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari persernaian dan pernatang, rnaka di pertanaman relatif lebih beragarn spesiesnya karena relung yang tersedia bagi sejurnlah besar laba-laba lebih luas. Di pertanaman laba-laba P. pseudoannulafa dapat rnenghuni bagian pangkal rumpun hingga bagian tajuk dengan mernangsa beragam jenis artropoda yang ternah, sedangkan Iaba-laba pembuat jaring seperti, A. adelinae, D. hawigtenera, dan A. inusfus biasanya membuat jaring di dalam rumpun dan
di ruang antar rumpun padi. Berkembangnya anakan rnemungkinkan bagi laba-laba tersebut membuat jaringnya.
Jumlah spesies laba-laba yang terkoleksi lebih banyak dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan di negeri lain. Diduga akan lebih banyak lagi spesies yang ditemukan apabila area pengamatan diperluas dan rentang waktu diperpanjang. Barrion (1980) telah melaporkan 51 spesies laba-laba yang tersebar pada pertanarnan padi lahan kering, sawah tadah hujan dan sawah beririgasi di Filipina. Kobayashi & Shibata
(1973)
melaporkan23
spesies yang tergolong dalam 8 famili di Jepang. Okuma, Lee & Hokyo (1 978) melaporkan 21 spesies pada pertanaman padi yang tersebar di Korea. Dengan demikian terlihat bahwa di daerah tropis keragarnan spesies laba-laba lebih tinggi dari sub tropis. Menurut Koponen (1996) keragaman spesies dan populasi berkurang dari daerah tropis ke utara dan terendah di kutub utara.Dorninasi spesies
Enam belas famili laba-laba, yang ditemukan dl persernaian dan pertanaman padi, dapat dikelompokkan ke dalarn dua guild yaitu (1) laba- laba pemburu dari famili Lycosidae, Clubionidae, Oxyopidae, Salticidae, Gnaphosidae, Eupassidae, Pisauridae, Thomisidae dan Barychelidae, dan (2) laba-laba pernbuat jaring dari famili Araneidae, Theriidae, Tetragnathidae, Theridiosomathidae, Lyniphiidae, Pholcidae dan Metidae. Sementara Barrion & Litsinger (1995) rnemgelornpokkannya dalam tiga guild
yaitu laba-laba pemburu, laba-laba pembuat jaring bulat dan laba-laba kerdil pembuat jaring.
Kelompok laba-laba pemburu mendominasi komunitas laba-laba di
ekosistem padi terutama famili Lycosidae, sedangkan kelompok laba-laba
pembuat jaring didominasi oleh famili Lyniphiidae. Selain itu, famili
Tetragnathidae dan Araneidae sering ditemukan pada pertanaman padi
dengan kelimpahan relatif lebih dari
5
% (Gambar 3.1).
H Tetragnathidae
Persemaian
Pematang
Pertanaman
Gambar 3.1 Proporsi famili yang dominan di persemaian, pematang
dan pertanaman (Desember 1997 -April 1998)
Dari 46 spesies yang terkoleksi di persemaian, pematang dan
pertanaman, ternyata hanya empat spesies yang relatif dominan yaitu
P.
pseudoannulata,
A.
inustus,
D.
hawigtenera, dan
A.
adelinae. Laba-laba
serigala,
P.
pseudoannulata dominan di persemaian, pematang dan
pertanaman dengan kelimpahan relatif masing-masing 68,5
%,
52,O
O
h
dan
48,1%.
Menurut Turnbull
(1
973) proporsi populasi spesies laba-laba di atas
40 % dalam suatu komunitas laba-laba termasuk sangat dominan. Beberapa
faktor yang mendukung tingginya dominansi spesies laba-laba itu dapat
rnenginvasi secara aktif dengan bergerak di perrnukaan tanah dan melayang dari habitat sekitar pertanaman, secara aktif mernburu rnangsa tanpa membangun jaring dan ukuran tubuh yang relatif besar untuk melumpuhkan beragarn ukuran rnangsa. Selanjutnya spesies lainnya kelimpahan relatifnya lebih rendah yaitu A. inustus 7.6 O h , D. hawigtenera 5,6 O h dan A. adelinae
15,2 O h . Spesies-spesies itu memencar dan menemukan habitat secara pasif
melalui udara dan terbatas dalam memperoleh mangsa yakni hanya yang tertangkap jaring yang dibangunnya. Pada 41 spesies lainnya kelimpahan relatifnya rendah (c 5 %).
Keanekaragaman spesies
Di persemaian padi tipe B mengandung paling banyak spesies (12 spesies), diikuti oleh tipe C dan D (enam spesies), dan tipe A (lima spesies). Di pertanaman, ekosistem padi tipe B mengandung paling banyak spesies yaitu 37 spesies, diikuti tipe
D
dengan 31 spesies, tipe C dengan 32 spesies dan tipe A dengan 28 spesies. lndeks keragarnan spesies berbeda pada tiap tipe ekosistem baik pada persemaian rnaupun pertanaman dan relatif lebih tinggi pada ekosistern padi tipe 3. Selanjutnya analisis jndeks kernerataan spesies rnenunjukkan bahwa nilai indeksnya relatif rendah dan hampir sama di empat tipe ekosistem. lndeks keragaman dan kemerataan spesies laba-laba disajikan pada Tabel 3.2. Kerapatan populasl setiap spesies pada tiap tipe ekosistem di persernaian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.1 dan di pertanaman dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.2.Beberapa faktor yang mendukung lebih tingginya keragaman spesies pada persernaian di Mandalawangi (tipe B) antara lain keadaan sekitar persemaian yang sangat beragarn tipe vegetasinya. Selain itu, lahan yang belurn diolah di sekitar persernaian mengandung banyak ditumbuhi
singgang. Kedua habitat ini dapat menjadi sumber kolonisasi laba-laba. Pada ketiga tipe persemaian, pengolahan sawah dilakukan bersamaan dengan pembuatan pesemaian sehingga pada hamparan sawah yang luas jarang ditemukan vegetasi. Hal ini membatasi kemungkinan laba-laba bermukim di lahan tersebut dan migrasi ke pesemaian. Dalam hubungan itu Alderweireldt (1989) menyatakan bahwa keragaman spesies laba-laba berkurang dengan bertambahnya jarak dari vegetasi di tepi lahan. Agnew & Smith (1989) menyatakan bahwa rekolonisasi oleh laba-laba pada setiap musim tanam terjadi dengan imigrasi dari habitat sekitar dengan cara melayang dan atau secara aktif berpindah secara bertahap. Lahan yang berdekatan dengan ekosistem alami biasanya keragaman spesies laba-laba lebih tinggi di bandingkan dengan yang jauh.
Tabel
3.2
Keragaman spesies laba-laba pada persemaian dan perta- naman di empat tipe ekosistem padi (April-
Agustus 1998)lndeks keragaman Indeks kernerataan
spesies spesies Persernaian Tipe A 0.885 0,550
B
1.243 0,518C
0,839 0,468D
0,707 0,394 Pertanaman TipeA
1,788 0.555B
2,181 0,604C
1.920 0,554D
1,628 0,474Di samping itu terdapat beberapa cara pengelolaan yang turut berpengaruh terhadap keragaman spesies laba-laba. Keragaman spesies laba-laba juga ditentukan oleh adanya gangguan, seperti penggunaan pestisida. Rendahnya keragaman spesies di persemaian tipe A dan D
disebabkan oleh adanya aplikasi insektisida. Pada persemaian tipe A diapl~kasi atau penaburan insektisida Curater dan persemaian tipe D diaplikasi dengan penyemprotan insektisida Bassa untuk mengendalikan serangga hama.
lndeks keragaman spesies laba-laba di pertanaman tertinggi pada ekosistem sawah tipe B, diikuti tipe D, A dan C. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan keragaman spesies pada tipe ekosistem adalah keragaman jenis dan struktur vegetasi di sekitar pertanaman serta cara pengelolaan persawahan. Beragamnya vegetasi di sekitar persawahan turut berperan mempengaruhi keberadaan laba-laba pada persawahan. Pada persawahan tipe B terdapat vegetasi di sekitamya yang terdiri dari banyak jenis pohon dan berdekatan dengan [ahan kering yang ditanami dengan beragam jenis tanaman. Di persawahan tipe D terdapat vegetasi perdu di bagian bawah areal persawahan yakni sepanjang saluran air; persawahan tipe C berdekatan dengan perumahan penduduk dan sedikit pohon; dan persawahan tipe A dengan hamparan sawah yang sangat luas dan struktur vegetasi yang kurang beragam. Hasil ini juga mirip dengan hasit penelitian Barrion & Litsinger (1995) yaitu bahwa keragaman spesies biasanya lebih tinggi pada persawahan rendah yang basah dan beririgasi baik diband~ngkan dengan lahan sawah yang terdapat di tempat yang agak tinggi.
Cara pengelolaan sawah yang berbeda antara petani diduga turut mempengaruhi keberadaan laba-laba. Petani di persawahan tipe B menanam padi tidak bersarnaan, memungkinkan beberapa tingkatan urnur tanaman datam satu hamparan, sedangkan pada tiga tipe yang lainnya pada umumnya melakukan penanaman yang hampir bersamaan dalam kisaran waktu dua minggu. Faktor lain yang turut berperan pada ekosistem adalah penggunaan pestisida. Lahan sawah di Mandalawangi (tipe 6) tidak
47
diaplikasi dengan insektisida untuk mengendalikan hama, sedangkan lahan sawah di Kertamukti (tipe D) dan Mekarwangi (tipe C) jarang diaplikasi dengan insektisida dan di Hegarmanah (tipe A) sangat sering diaplikasi dengan insektisida untuk mengendalikan hama. Nugaliyadde (1995) melaporkan bahwa populasi laba-laba pada sawah yang tidak diaplikasi dengan insektisida lebih banyak dari pada yang diaplikasi insektisida. Kiritani et a/. (1 972) menyatakan bahwa laba-laba berperan penting sebagai agens yang memangsa hama pada tanaman padi yang kurang atau tidak diaplikasi dengan insektisida.
Berbeda dengan indeks keragaman spesies yang lebih tinggi di ekosistem tertentu, maka indeks kemerataan spesies relatif rendah (0,395 - 0,604) dan merata di empat tipe ekosistem padi, ha1 ini diduga disebabkan oleh dominansi dari spesies tertentu dan perbedaan jumlah spesies yang tidak besar. Banyak spesies yang proporsinya sangat rendah atau hanya terdiri dari satu atau dua individu.
Kesimpulan
Ekosistem persawahan di Kabupaten Cianjur dihuni oleh 46 spesies laba-taba yang tergolong ke dalam 17 famili. Sebanyak 16 spesies ditemukan sejak di persemaian. Jenis yang paling dominan adalah taba-taba serigala, Pardosa pseudoannulata (Boes. 8 Str.) Keragaman spesies laba-
laba pada berbagai ekosistem padi berkaitan dengan pola tanam, vegetasi sekitar dan penggunaan pestisida.
Daftar Pustaka
Agnew, C. W. & J. W. Smith Jr. 1989. Ecology of spiders (Araneae) in a peanut agroecosystem. Environ. Entomol. 18(1) : 30
-
42.Atdeweireldt, M. 1989. An ecological analysis of the spider fauna (Araneae) occuring in maize fields, Italian ryegrass fields and their edge zones, by means of different multivariate techniques. Agric. Ecosyst. and Environ. 27 : 293 -306.
Altieri, M. A. & L. L. Schmidt. 1986. The dynamics of colonizing arthropod communities at the interface of abandoned, organic and commercial apple orchards and adjacent woodland habitats. Agric. Ecosyst. Environ. 16 : 29
-
43.Barrion. A. T. 1980. The spider fauna of Philippine dryland and wetland rice agroecosystem. Faculty of the Graduate School, University of the Philippine at Los Banos. Thesis. 276
p.
Barrion, A. T. & J. A. Litsinger. 1994. Taxonomy of rice insect pests and their arthropods parasites and predators. In E. A. Heinrichs (ed). Biology and management of
rice
insects. Publishing for One World Wiley Eastern Limited New Age International Limited. pp 13-
362.Barrion, A. T. & J. A. Litsinger. 1995. Riceland spider of South and Southeast Asia. International Rice Research Institut, Manila. CAB International. 716 p.
Begon, M.. J. L. Harper & C. R. Townsend. 1986. Ecology. Individual, population and communities. Blackwell Scientific Publications. 876 p. Bishop, L. 1990. Meteorological aspects of spider ballooning. Environ.
Entomol. 19(5) : 1383
-
1387.Bishop, L. & S. E. Riechert. 1990. Spider colonization of agroecosystem : Mode and source. Environ. Entomol. 19(16) : 1738
-
1745.Cheng, J. 1995. Arthropod community structures in rice ecosystem of China. Paper presented at the Workshop on Sustainable 1PM in Tropical Rice. Bogor, Indonesia, 5
-
7 December 1995. 15 p.Horn, D. J. 1 988. Ecological approach to pest management. The Guilford Press, New York. 285 p.
Kobayashi, S. & H. Shibata. 1973. Seasonal changes in population density of spiders in paddy fields with reference to the ecological control of rice insects pests. Appl. Entomol. Zool. 17(4) : 193
-
202.Koponen, S. 1996. Diversity and similarity of northern spider faunas. Acta Zool. Fenica 201 : 3-5
Kiritani,
K-,
S. Kawahara, T. Sasaba & F. Nakasuji. 1972. Quantitative evaluation of predation by spiders on the green rice leafhopper, Nephoteffix cinticeps Uhler, by a sightcount method. Res. Popul. Ecol. 13 : 187 -200.Magurran, A. E. 1987. Ecological diversity and its measurement. Princeton University Press, Princeton. New Jersey. 179.
Nugaliyadde, L. 1995. Population growth of brown planthopper in Sri Lanka. Paper presented at the Workshop on Sustainable IPM in Tropical Rice, Bogor. Indonesia, 5
-
7 December 1995. 14 p.Nyffeler, M., W. L. Sterling & D. A. Dean. 1994. How spiders make a living. Environ. Entornol. 23(6) : 1357
-
1367.Okurna, C., M. H. Lee & N. Hokyo. 1978. Fauna of spiders in a paddy fields in Suweon, Korea. Esakia 11 : 81
-
88.Plagens, M. J. 1986. Aerial dispersal of spiders (Araneae) in a Florida corn field ecosystem. Environ. Entornol. 15 : 1225 - 1233.
Shepard, B. M., A. T. Barrion & J. A. Litsinger. 1987. Friends of the rice
farmers. Helpfull insects, spiders and pathogens. IRRl Los Banos, Laguna Philippine. 36 p.
Southwood, T. R. E. 1978. Ecological methods with particular reference to
the study of insects populations. The English Language Book Society
and Chapman and Hall. 524 p.
Turnbull, A. L. 1973. Ecology of the true spiders (Araneomorphae). Annu. Rev. Entomot. 18 : 305
-
348.Whitcomb, W. H. 1980. Sampling spiders in soybean fields. In M. Kogan & D. C. Herzog (eds). Sampling methods in soybean entomology. Springer - Verlag. New York pp. 544 - 558.