• Tidak ada hasil yang ditemukan

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

P

P

en

e

nd

da

ah

h

ul

u

l

ua

u

an

n

Bab ini Menjelaskan Dasar Hukum tentang pembentukan daerah yang bersangkutan dan perundangan lainnya yang diperlukan; Gambaran Umum Daerah yang terdiri dari Kondisi Geografis Daerah, Gambaran Umum Demografis, dan Kondisi Ekonomi yang terdiri dari Potensi Unggulan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

1

1..11.. DADASSAARR HHUUKKUUMM

ejak dibentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang sesuai dengan Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112), Provinsi Jambi ketika itu terdiri dari 5 Kabupaten dan 1 Kota secara bertahap telah pelaksanaan pembangunan berkesinambungan sesuai ideologi Pancasila dan amanat Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945 serta seluruh peraturan perUndang-undang-Undang-undangan yang berlaku.

Perubahan signifikan terjadi tahun 1999 dan 2008, melalui UU Nomor 54 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan UU Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, maka wilayah administratif Provinsi Jambi menjadi 9 kabupaten dan 2 kota. Pemekaran wilayah ini bertujuan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, pemerataan pembangunan dan mempercepat laju roda perekonomian daerah yang bersangkutan.

S

S E M BIL A N L

JA M BI

S EPUC UK

(2)

Selanjutnya, dengan berpedoman pada UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jambi juga dilakukan secara terencana dan sistematis, mempedomani Pasal 150 Ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 5 Ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, maka visi, misi dan pembangunan Kepala Daerah dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Jambi Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010. Sedangkan sebagai acuan pembangunan jangka panjang, Pemerintah Provinsi bersama DPRD telah menetapkan RPJP melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jambi Tahun 2005 - 2025. Dalam RPJM Provinsi Jambi 2006 – 2010 telah ditetapkan beberapa Strategi Dasar Pembangunan Provinsi Jambi untuk mewujudkan visi Jambi Mampu, Maju Dan Mandiri yang tergambar dalam misi pembangunan yaitu :

1. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian daerah

3. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik.

5. Peningkatan perlindungan masyarakat

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan Provinsi Jambi tersebut didukung oleh 3 (tiga) pilar utama yaitu :

1. Pemerintah Yang Berwibawa dan Bersih dari KKN,

2. Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Pembangunan, dan

3. Potensi SDA yang Siap untuk digali dalam mengakserelasikan roda pembangunan, melalui empat agenda pembangunan, yaitu :

a. Meningkatkan Daya Saing Ekonomi,

(3)

c. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kehidupan Masyarakat Yang Berkualitas, dan

d. Meningkatkan Pembangunan Hukum danTata Pemerintahan Yang Baik.

Reformasi politik memberikan otoritas sekaligus tanggung jawab pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan seperti diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, serta menginformasikan LPPD kepada masyarakat. Sebagai penjabaran dari ketentuan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, sebagai dasar dalam penyusunan LKPJ Gubernur. Pada peraturan pemerintah ini diatur bahwa dalam LKPJ wajib menggambarkan program dan kegiatan yang direncanakan, realisasi dari program dan kegiatan serta kendala dan solusi yang dilakukan untuk dapat merealisasikan program dan kegiatan di tahun 2010.

LKPJ memiliki makna penting dalam proses pembangunan yang berkesinambungan, karena melalui mekanisme ini kemajuan dan permasalahan pembangunan di Provinsi Jambi dapat dicermati, sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dan penajaman dalam penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan Provinsi Jambi pada tahun-tahun berikutnya.

(4)

LKPJ tahun anggaran 2009 ini merupakan LKPJ kelima masa pemerintahan Gubernur Jambi periode 2005-2010 yang disusun untuk memberikan gambaran program, kegiatan dan capaiannya selama tahun 2009. Untuk penguatan laporan ini maka program dan kegiatan SKPD Provinsi Jambi juga dilampirkan termasuk penyerapan dana selama tahun 2009 sebagai salah satu bentuk penyebarluasan informasi pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kepada publik melalui perwakilan rakyat. Disamping itu kapasitas Gubernur selaku Wakil Pemerintah, maka gubernur berkewajiban juga menyampaikan informasi kegiatan yang dilakukan oleh instansi vertikal yang berada pada wilayah pemerintahan Provinsi Jambi.

1

1..22.. GGAMAMBBAARRAANN UUMMUUMM DDAAEERRAAHH 1.2.1. Konndisi Geografis

1.2.1.1. Letak Wilayah dan Topografi

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ LS dan 101o10’-104o55’ BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas 53.435,72 km2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) :

1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km2 (7,13%), 2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km2 (12,09%), 3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km2 (12,73%),

(5)

4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km2 (13,94%), 5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km2 ( 11,56%), 6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km2 ( 10,86%), 7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km2 ( 9,82%), 8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km2 (10,56%), 9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km2 ( 10,19%), 10) Kota Jambi 205,38 Km2 (0,38%).

11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 ( 0,73%).

Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian yaitu (Bappeda, 2005):

 Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin;

 Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan

 Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

1.2.1.2. Kemiringan Lahan dan Jenis Lapisan Tanah

Lahan di Provinsi Jambi didominasi oleh hamparan datar dan bergelombang dengan kemiringan 0 – 15% seluas

(6)

3.246.092 Ha atau mencapai 63.75% dari luas daratan Provinsi Jambi. Sedangkan jenis lapisan tanah yang paling dominan adalah Podzolik Merah Kuning (PMK) yang mencapai luas 2.229.890 Ha atau 43,73%. Berikutnya adalah jenis Latosol seluas 981.900 Ha (18,38%) serta jenis Clay Humus seluas 548.670 Ha (10,27%). Sedangkan sebagian yang lain (kurang dari 10%) terdiri atas berbagai jenis tanah seperti Andosol, Organosol, Alluvial, dan lain-lain.

1.2.1.3. Klimatologi

Provinsi Jambi termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki karakteristik curah hujan sedang dan lembab sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata selama tahun 2008 adalah 163,43 mm, jumlah penyinaran matahari 3,83 jam per hari dan kelembaban udara rata-rata sebesar 84,33%. Sedangkan suhu udara rata-rata selama tahun 2008 adalah 26,2º C, kecuali pada dataran tinggi di wilayah Barat dengan suhu rata-rata 21,9º C.

1.2.1.4. Penggunaan Lahan

Lahan di Provinsi Jambi sebagian besar digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, baik pertanian lahan sawah maupun pertanian lahan bukan sawah. Berdasarkan data pada tahun 2008 penggunaan lahan untuk sawah mencapai 179.828 Ha atau 3,37% dan lahan pertanian bukan sawah seluas 2.876.117 Ha atau 54,94%, penggunaan lain seluas 108.115 atau 2,07% serta lahan non-budidaya seluas 2.179.440 Ha atau 40,79%. Berdasarkan SK Menhut Nomor 421/Kpts-II/1999 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi dan SK

(7)

Gubernur Jambi nomor 108 tahun 1999 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Provinsi Jambi.

1.2.1.5. Potensi Wilayah

Provinsi Jambi adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki keragaman ekosistem terlengkap. Provinsi ini memiliki hutan pegunungan dataran tinggi (tipe sub-alpin) pada daerah yang membentang sepanjang Bukit Barisan. Disamping itu, provinsi Jambi juga memiliki hutan dataran rendah pada wilayah-wilayah menuju pantai timur yang landai serta hutan rawa (mangrove). Kelengkapan tipe ekosistem hutan ini diwakili oleh 4 Taman Nasional berdasarkan hasil tata batas sesuai dengan SK Menhut Nomor 421/Kpts-II/1999 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi dan SK Gubernur Jambi nomor 108 tahun 1999 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Provinsi Jambi, yaitu: 1) Kerinci Seblat (TNKS) seluas 422.190 ha, merupakan perwakilan ekosistem pegunungan dataran tinggi yang dikenal dengan keragaman hayatinya; 2) Berbak (TNB) seluas 162.700 ha, merupakan salah satu wilayah yang mewakili ekosistem dataran rendah berawa; 3) Bukit Tiga Puluh (TNBT) seluas 33.000 ha, merupakan perwakilan hutan dataran rendah; serta 4) Bukit Duabelas (TNBD) seluas 60.700 ha, yang merupakan habitat perlindungan bagi Suku Anak Dalam (Orang Kubu). Keempat Taman Nasional tersebut masih menyimpan keragaman hayati yang cukup besar. Salah satu spesies kunci yang masih eksis di TNKS adalah harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatraensis) dan gajah (Elephan Maximus) juga sangat penting keberadaannya di TNKS dan TNBT.

(8)

Secara keruangan, pola umum penggunaan lahan dan fungsi ruang wilayah Provinsi Jambi terbagi atas tiga zona yaitu wilayah Barat, Tengah dan Timur. Ketiga wilayah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam perspektif pengembangan daerah.

Wilayah Barat memiliki fungsi konservasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan kawasan TNKS yang mendominasi penggunaan lahan di wilayah ini. Potensi penting wilayah ini adalah pengembangan pertanian, agrobisnis dan agroindustri serta pariwisata.

Wilayah Tengah mempunyai sumber daya alam yang produktif dan potensial baik dalam bentuk budidaya hutan, perkebunan karet rakyat, perkebunan sawit dan pertanian tanaman pangan, hortikultura, pariwisata maupun pertambangan terutama minyak dan gas bumi. Selain itu wilayah Tengah ini mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi, karena dilalui oleh jaringan arteri Sumatera (Lintas Timur) dan arteri penghubung antara lintas Barat dan Timur Sumatera.

Sedangkan wilayah Timur memiliki karakteristik fisik dominan berupa tanah gambut berawa - rawa yang kurang subur namun kaya akan sumber mineral dan bahan tambang lainnya serta minyak bumi dan gas alam. Selain itu, wilayah ini memiliki keunggulan dari sisi posisinya yang sangat strategis di pantai Timur Sumatera berdekatan dengan kawasan kerjasama regional Singapura-Johor-Riau (Sijori), Singapura-Batam-Johor (Sibajo), kerjasama perdagangan Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (IMS-GT), dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Posisi geografis ini potensial dikembangkan sebagai pintu gerbang dan diharapkan akan

(9)

menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi wilayah Jambi umumnya.

1.2.2. Kondisi Demografis 1.2.2.1. Penduduk

Menurut data BPS (2009), bahwa penduduk Provinsi Jambi tahun 2009 berjumlah 2.834.264 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 60 jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.293 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 199 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi selama periode 2005-2009 rata-rata mencapai 1,59% pertahun, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu 2,20%. Namun pada tahun 2008 tingkat pertumbuhan penduduk mengalami penurunan menjadi 1,68% dari tahun 2009.

Berdasarkan jenis kelamin, meskipun angkanya berfluktuasi namun selama tahun 2005-2009 rasio penduduk berjenis kelamin laki-laki selalu lebih besar dari kelompok penduduk berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2009 penduduk laki-laki berjumlah 1.444.783 dan perempuan berjumlah 1.389.381 jiwa atau rasio sebesar 1,04 banding 1.

Terdapat tiga daerah dengan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2009 adalah: Kota Jambi sebanyak 476.093 jiwa, Kabupaten Muaro Jambi 314.598 jiwa dan Kabupaten Bungo 271.625 jiwa. Sedangkan tiga daerah dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kota Sungai Penuh 78.102 jiwa, Kabupaten Tanjab Timur 213.281 jiwa dan Kabupaten Sarolangun 218.228 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Kabupaten Kerinci sebanyak

(10)

78.102 atau 24,63% disebabkan oleh terbentuknya Kota Sungai Penuh sebagai daerah otonom baru sejak 8 Nopember 2008. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Dirinci per Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2009

No Kab/Kota 2008 2009* r(%) 1 Kerinci 310.093 233.719 -24,63 2 Merangin 292.013 292.013 1,90 3 Sarolangun 214.036 218.228 1,96 4 Batanghari 219.181 222.841 1,67 5 Muaro Jambi 310.767 314.596 1,26 6 Tanjab Timur 211.789 213.781 0,94 7 Tanjab Barat 250.736 255.592 2,08 8 Tebo 253.373 257.267 1,54 9 Bungo 264.386 271.625 2,74 10 Kota Jambi 467.408 470.038 1,85

11 Kota Sei. Penuh - 78.102 -

Jumlah 2.784.928 2.834.164 1,65

* Data sementara

Sumber: BPS Provinsi Jambi 2009

Dilihat dari pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 -2009, maka daerah yang paling besar pertumbuhannya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 2,08%, kemudian Kabupaten Sarolangun 1,96%. Daerah yang pertumbuhan penduduknya paling rendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 0,94% dan Kabupaten Muaro Jambi 1,26%.

1.2.2.2. Tenaga Kerja

Pertumbuhan angkatan kerja Provinsi Jambi relatif berfluktuasi selama periode 2005-2009, rata-rata pertumbuhan adalah sebesar 35.505 orang/tahun atau 2,74% per tahun. Sedangkan pertumbuhan kesempatan kerja selama kurun

(11)

waktu yang sama adalah sebanyak 43.828 orang/tahun atau 3,04% per tahun (BPS, 2009).

Pada tahun 2009 jumlah penduduk Provinsi Jambi yang bekerja mengalami kenaikan relatif tinggi yaitu sebanyak 1.272.520 orang bila dibanding tahun 2008 sebanyak 1.182.895 orang atau mengalami pertambahan kesempatan kerja sebanyak 89.847 orang atau 7,59%.

Sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja terbesar adalah pertambangan yang naik 204,24% dari 17.125 orang tahun 2008 menjadi 52.105 orang tahun 2009. Sektor kedua tertinggi adalah keuangan dan persewaan naik 88,96% bila dibandingkan tahun 2008, untuk peringkat ketiga pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 20,21%. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat dari 165.759 orang pada tahun 2008 menjadi 193.977 orang pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 17,02%.

Peningkatan kesempatan kerja yang besar sektor pertambangan dan galian tahun 2009 ternyata belum diikuti dengan peningkatan kontribusi PDRB dan sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2009 yang hanya sebesar 0,08% bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,78%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ketiga terbesar adalah sub-sektor perdagangan besar dan eceran, hal ini dapat dilihat dari perkembangan pasar swalayan dan pembangunan ruko di setiap kabupaten di Provinsi Jambi dan khususnya di Kota Jambi. Perkembangan ini mendorong pertumbuhan penyerapan

(12)

tenaga kerja di sektor perdagangan, komunikasi, transportasi dan jasa di Provinsi Jambi pada tahun 2009.

Tabel 1.2. Penduduk Bekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Tahun 2008-2009

Kesempatan Kerja Persektor 2008 2009 r (%)

Pertanian 701.390 740.849 5,62

Pertambangan 17.125 52.102 204,24

Industri 48.318 48.302 -0,03

Listrik, Gas & Air Bersih 1.674 1.358 -18,87

Bangunan 45.560 42.922 -5,79

Perdagangan, Hotel, Restoran 165.759 193.977 17,02

Pengangkutan dan Komunikasi 58.562 70.978 20,21

Keuangan, Persewaan 3.994 7.547 88,96

Jasa-jasa dan lainnya 140.291 141.485 0,85

Jumlah 1.182.673 1.272.520 7,59

Sumber : Dinas Nekertransos Provinsi Jambi 2008-2009, diolah

Namun pada sisi lain terdapat beberapa sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja seperti sektor listrik, gas dan air bersih berkurang dari 1.674 orang tahun 2008 menjadi 1,358 orang tahun 2009 atau 18,87%, kedua sektor bangunan dari 45.560 orang tahun 2008 turun menjadi 42.922 orang tahun 2009 atau menurun 5,76%, penurunan ketiga terjadi pada sektor industri dengan penurunan sebesar 5,79%.

1.2.3. Kondisi Ekonomi

1.2.3.1. Potensi Unggulan Daerah

Provinsi Jambi yang kaya akan sumberdaya alam merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi cukup besar pada sektor perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Demikian pula sektor pertambangan dan penggalian, terutama sub sektor minyak

(13)

dan gas bumi, batu bara dan tambang mineral lainnya. Namun sumberdaya alam Non-Renewable potensi pastinya belum memperoleh porsi kajian yang dalam. Potensi sektor industri pengolahan di Provinsi Jambi terutama untuk produk pengolahan dengan bahan baku (Crude Palm Oil), Crumb Rubber (Sheet), Virgin Coconut Oil (VICO), olahan dari produk tanaman pangan dan produk dari ikan.

Terdapat 11 produk unggulan agroindustri di Provinsi Jambi, yang didominasi dari berbagai sub-sektor pertanian dengan urutan sebagai berikut:

Tabel 1.3. Urutan Produk Unggulan Provinsi Jambi

No. KOMODITI SKOR URUTAN

1. Karet dan turunannya 10,00 1

2. Kelapa turunannya 9,65 2

3. Kelapa sawit dan turunannya 8,35 3

4. Cassiavera 8,05 4

5. Kopi 6,30 5

6. Buah-buahan (duku dan manggis) 5,75 6

7. Pinang 5,40 7

8. Nenas 4,80 8

9. Perikanan laut 3,40 9

10. Peternakan 2,20 10

11. Perikanan darat 2,10 11

Sumber: 1. Bappeda Provinsi Jambi Tahun 2005;

2. Hasil Kajian Fak.Teknologi Pertanian UGM, Jogyakarta, 2005.

1.2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB sementara atas dasar harga konstan (tahun 2000). Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 7,16%, sedangkan untuk tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,37%. Angka pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sedikit menurun dibandingkan tahun 2008, namun masih lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan

(14)

ekonomi rata-rata nasional sebesar 4,5%. Namun secara keseluruhan kondisi makro ekonomi Provinsi Jambi cukup baik, salah satu indikatornya terlihat dengan cukup stabilnya harga komoditas sehingga laju inflasi turun menjadi satu digit yaitu 2,49%.

Dari pola distribusi PDRB, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yaitu rata-rata sebesar 64,57% pada tahun 2009. Demikian juga pengeluaran pemerintah dari 15,31% triwulan I meningkat menjadi 16,69% pada triwulan IV tahun 2009 dengan rata-rata sampai akhir tahun 2009 sebesar 18,45%.

Pembentukan investasi juga mengalami peningkatan dari 15,13% pada triwulan I menjadi 16,69% pada triwulan IV atau rata-rata sebesar 18,45% pada tahun 2008. Pada tabel berikut dapat dilihat distribusi PDRB Provinsi Jambi menurut penggunaan pada Tahun 2009.

Tabel 1.4. Distribusi PDRB Provinsi Jambi Menurut Penggunaan Tahun 2008 dan 2009 (%)

No Jenis Penggunaan

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 61,38 64,57

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,31 18,45

3. Pengeluaran Konsumsi Lembaga NirLaba 0,42 0,56 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 15,13 17,56

5. Perubahan Stok 2,31 2,64

6. Ekspor 57,44 50,34

7. Dikurangi Impor 52,48 53,14

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008-2009

Pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi adalah terbesar yaitu 2,01%, kemudian diikuti secara berturut-turut

(15)

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,98% dan industri pengolahan sebesar 0,67%. Kontribusi terkecil listrik, gas dan air bersih sebesar 0,07% dan pertambangan dan galian sebesar 0,08%.

Bila dilihat kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 terjadi pergeseran cukup signifikan yaitu kontribusi sektor pertambangan dan galian penyumbang terbesar yaitu sebesar 1,78% namun tahun 2009 hanya sebesar 0,08% atau nomor 2 terkecil dibandingkan sektor lain. Sektor penyumbang kedua terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran dari 0,67% tahun 2008 naik menjadi 1,28% tahun 2009. Sektor pertanian pada tahun 2008 menyumbang 1,75% tahun 2008 naik menjadi 2,01% tahun 2009.

Tahun 2009 terjadi lonjakan kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor tersier yang cukup tinggi (perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa). Sebagai daerah yang memiliki potensi primary resources yang cukup besar, maka keunggulan ini juga berpotensi dalam peningkatan nilai tambah melalui industri pengolahan, industri kerajinan dan industri menengah serta dengan mengembangkan industri kreatif.

Pada tabel 1.5 di bawah dapat dilihat perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009. Laju pertumbuhan sektor yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,85%, sedangkan yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor pertambangan dan galian yaitu 0,71% sangat menurun bila

(16)

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan galian di tahun 2008 sebesar 14,70%.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi 2009 dan Sumber Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha (%). No SEKTOR 2008 2009 r (%) Sumber r (%) r (%) Sumber r (%) 1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan 5,72 1,75 6,56 2,01 2. Pertambangan dan Penggalian 14,7 1,78 0,71 0,08 3. Industri Pengolahan 5,63 0,76 4,86 0,64

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 7,28 0,06 9,27 0,07 5. Bangunan 10,28 0,48 8,45 0,41 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,99 0,67 7,56 1,28 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,37 0,26 5,81 0,45 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

23,88 0,18 17,85 0,98

9. Jasa-Jasa 4,99 0,44 6,24 0,55

PDRB 7,16 7,16 6,37 6,37

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008-2009.

Laju pertumbuhan Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sampai triwulan IV tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 6,56%.

Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi sampai triwulan IV 2009 mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,71% menjadi sebesar 0,71% tahun 2009.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor Industri pengolahan mengalami penurunan menjadi dari 5,63% tahun 2008 menjadi

(17)

4,68% tahun 2009 dengan kontribusi sumber pertumbuhan masing-masing 0,76% dan 0,64%.

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan cukup besar yaitu 9,27% yang pada tahun 2008 sebesar 7,27% yang memberi sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 0,06% dan 0,07% tahun 2009. Pada tahun 2009 PLN melalui dana APBN sebesar 27 Milyar rupiah telah membangun jaringan listrik pada 20 desa tersebar diseluruh Kabupaten/Kota. Begitu pula untuk sumber listrik dari penggerak uap pada tahun 2009 ini juga telah beroperasi PLTU yang dibangun swasta di Kabupaten Sarolangun dengan daya 2 x 7 Mega Watt.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor Bangunan mengalami penurunan dari 10,24% tahun 2008 menjadi 8,45% tahun 2009, tentunya ini juga berpengaruh kepada kontirbusi sumber pertumbuhan ekonomi dari 0,48% tahun 2008 menjadi 0,41% tahun 2009.

Laju pertumbuhan sektor perdagangan hotel, dan restoran tumbuh cukup signifikan yaitu dari 3,56% tahun 2008, menjadi 7,56% tahun 2009 yang menyumbang sumber pertumbuhan ekonomi 0,67% tahun 2008 naik menjadi 1,28% tahun 2009. Sektor ini memberi kontribusi terbesar kedua sebagai sumber pertumbuhan ekonomi setelah sektor pertanian yaitu sebesar 1,28% dari 6,37% pertumbuhan ekonomi tahun 2009.

Sektor pengangkutan dan komunikasi juga meningkat cukup besar dari 3,53% tahun 2008 menjadi 5,81% tahun 2009 yang menyumbang bagi sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 0,26% tahun 2008 naik menjadi 0,45% dari

(18)

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2009 yaitu sebesar 6,37%. Peningkatan sektor ini terutama didorong oleh sektor komunikasi seperti pesatnya bisnis telepon seluler dan internet, sedangkan untuk pengangkutan sangat ditopang oleh semakin meningkatnya penumpang pesawat udara dan kinerja transpotrasi lokal.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tahun 2009 mengalami penurunan yaitu dari sebesar 23,97% tahun 2008 menjadi 17,85% tahun 2009. Sektor perdagangan Hotel, dan Restoran memberi kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 0,98% dari 6,37% pertumbuhan ekonomi tahun 2009 Peningkatan sektor ini terutama didorong oleh sektor keuangan dan jasa perusahaan, hal ini sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan bila dibandingkan yaitu dari 4,99 % tahun 2008 menjadi 6,24% tahun 2009. Sektor ini memberikan kontribusi sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 0,55%. Pertumbuhan sektor jasa-jasa telah mendorong peningkatan kesempatan kerja dari 132.339 orang tahun 2007 meningkat menjadi 136.471 orang pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 3,12%.

Pada Tabel 1.6 dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Konstan Tahun 2008-2009.

(19)

Tabel 1.6. PDRB Atas Harga Konstan Provinsi Jambi Tahun 2008-2009 (Rp Milyar).

SEKTOR 2008 2009 Petbhn

(%)

1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan 4.691 4.999 6,56

2. Pertambangan dan Penggalian 1.851 1.865 0,71

3. Industri Pengolahan 2.058 2,158 4,86

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 118 127 9,27

5. Bangunan 721 782 8,45

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.563 2.757 7,56

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.198 1.268 5,81

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 755 889 17,85

9. Jasa-Jasa 1.341 1.425 6,24

PDRB TOTAL 15.298 16.272 6,37

PDR NON MIGAS 13.716 14.662 6,89

Sumber : BPS Provinsi Jambi 2008-2009

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah  Penduduk  Dirinci  per  Kabupaten/Kota  di  Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2009
Tabel 1.2. Penduduk Bekerja Menurut Sektor Lapangan  Usaha  Tahun 2008-2009
Tabel 1.3. Urutan Produk Unggulan Provinsi Jambi
Tabel 1.5.   Laju  Pertumbuhan  Ekonomi  Provinsi  Jambi  2009  dan  Sumber  Pertumbuhan  Menurut  Lapangan  Usaha (%)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Penyelesaian persamaan Schrödinger untuk potensial tertentu dapat ditemukan dengan cara mengubahnya menjadi persamaan diferensial tipe hipergeometri dengan melalui

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KOMITMEN