Peningkatan Kemandirian Pengrajin Batik Tulis
Kampoeng Jetis dan Kesejahteraan Masyarakat
Sekitar Melalui Program PKM
I. K. Tjahjani(1), Mochammad Hatta (2), Agung Wahyudi (3)(1),(2), (3)
Prodi Teknik Industri )Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas 45 Surabaya
Jl. Mayjend. Sungkono No. 106 Surabaya, Telp. (031) 5611214, 5664559
(1)
Idakusnawati43@gmail.com, (2)hattahattahatta@gmail.com, (3)agungwyudi@gmail.com ABSTRAK
Mitra pada program PKM ini adalah Bapak M. Zainal Arif pemilik UKM Batik Amri Jaya dan Ibu Ratna Tuty Mufida pemilik UKM Batik Namiroh, berlokasi di Kampoeng Batik Jetis yang merupakan sentra industri seni dan kerajinan di desa Sidoklumpuk Jetis, kelurahan Lemah Putro kecamatan Sidoarjo, kabupaten Sidoarjo.
Permasalahan yang dihadapi oleh kedua mitra adalah ; 1). Bidang produksi terkait dengan penggunaan beberapa peralatan dalam proses pembatikan yang tidak ergonomis dan 2). Bidang manajemen ; a). Manajemen administrasi produk harian, b). Katalog produk berciri khas Kampoeng Jetis, c). Penjualan dan d). Pengawasan hasil produksi.
Solusi yang ditawarkan di bidang produksi dengan melakukan inovasi terhadap beberapa peralatan yang digunakan dalam proses pembatikan dengan menerapkan konsep ergonomi; a. Meja pengeblat pola yang ergonomis, b. Kursi pembatik, c. Kompor LPG modifikasi dan saringan lilin. Sedangkan pada bidang manajemen, mengadakan pelatihan, pendampingan, pembuatan katalog dan pemasaran e-commerce.
Pendekatan yang dilakukan adalah membentuk program kerja sama berkelanjutan antara mitra dan tim PKM, untuk menciptakan suasana kekeluargaan di antara keduanya, memahami permasalahan yang dialami mitra merupakan masalah bersama, sehingga penyelesaian dilakukan sesuai dengan porsi dan tingkat tanggung jawabnya.
Harapan setelah berlangsungnya kegiatan PKM ini adalah semua pihak akan mendapat manfaat sesuai dengan yang diharapkan : 1). Peningkatan produktivitas setelah diterapkannya inovasi beberapa peralatan membatik, 2). Terwujudnya manajemen usaha yang efektif, efisien dan kompetitif, 3). Peningkatan pengetahuan dan wawasan pembatik, 4). Peningkatan omzet penjualan, dan 5). Peningkatan daya saing sehingga tercapai pengrajin yang mandiri dan mampu menyumbang kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Kata kunci— Inovasi Peralatan, Kesejahteraan, Produksi, Manajemen, dan Mandiri I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik tulis merupakan salah satu dari 17 produk unggulan di sentra industri seni dan kerajinan selain sentra industri makanan laut (6 produk) serta sentra makanan dan minuman (7 produk) yang dimiliki oleh kabupaten Sidoarjo. Sentra batik tulis lain yang pernah dimiliki adalah di Kedungcangkring kecamatan Jabon, Sekardangan kecamatan Sidoarjo dan Kenongo kecamatan Tulangan (Anshori dkk, 2011). Tapi, semuanya tidak bertahan lama, karena produsen tidak bisa menghasilkan batik sesuai permintaan pembeli (http://www.antara jatim.com, 2011).
Kampoeng Batik Jetis adalah nama suatu kawasan industri kecil batik tulis.yang berlokasi di desa Jetis Kelurahan Lemah Putro, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo dan telah diresmikan oleh Bupati Sidoarjo Win Hendrarso pada 3 Mei 2008, ditandai dengan didirikannya sebuah gapura yang dilengkapi dengan kombinasi beberapa gambar batik tulis Jetis (
http://legenda-SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu B-299
Meski batik tulis telah mendapat pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2 Oktober 2009 (Setiadi, 2013), sehingga berpotensi sebagai penyangga perekonomian rakyat. Pengakuan tersebut tidak permanen sifatnya dan akan berakhir, jika kita sebagai pewaris tradisi seni kriya batik, tidak mampu merawat keberadaannya dan menjaga kelestariannya (Pradito et.al, 2010). Ironisnya, saat ini Indonesia sebagai negara asal batik malah sedang menghadapi berbagai persoalan serius (www.merdeka.com, 2012).
Sebagaimana permasalahan yang dihadapi oleh ke dua mitra PKM ini yaitu Bapak M. Zainal Arif pemilik UKM Batik Amri Jaya dan Ibu Ratna Tuty Mufida pemilik UKM Batik Namiroh yaitu; 1). Bidang produksi terkait dengan penggunaan beberapa peralatan dalam proses pembatikan yang tidak ergonomis dan 2). Bidang manajemen ; a). Manajemen administrasi produk harian, b). Katalog produk berciri khas Kampoeng Jetis, c). Penjualan dan d). Pengawasan hasil produksi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut agar mereka dapat meningkatkan kemandiriannya sebagai pengrajin batik tulis di Kampoeng Jetis dan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM).
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1). Peningkatan produktivitas setelah diterapkannya inovasi beberapa peralatan membatik, 2). Terwujudnya manajemen usaha yang efektif, efisien dan kompetitif, 3). Peningkatan pengetahuan dan wawasan pembatik, 4). Peningkatan omzet penjualan, dan 5). Peningkatan daya saing. Yang kesemuanya itu bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan kemandirian mitra.
Beberapa penelitian terdahulu yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang dijelaskan pada tabel berikut ini “
Tabel 2. Review Penelitian Terdahulu
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam rangka pencapaian tujuan adalah dengan inovasi beberapa peralatan membatik serta pelatihan dan pendampingan pada pengrajin batik tulis di Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo.
No. Nama Penulis Tahun Judul Hasil Penelitian
1. Krismawan, Henri 2011 Strategi Pengembangan Kerajinan Batik Tulis Sebagai Produk Unggulan Daerah (PUD) di Kabupaten Bantul
Konsep, strategi dan program pengembangan batik tulis sebagai produk unggulan daerah (PUD) di Kabupaten Bantul dilakukan dengan : a). Peningkatan alokasi anggaran, b). Peningkatan kapasitas SDM, c). Pemanfaatan pewarna alami sebagai bahan baku , d). Pembuatan desain yang lebih inovatif dan disukai pasar, serta e). Regenerasi pengrajin batik tulis.
2. Alfiana, Risah 2011 Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
Pelatihan manajemen pengelolaan keuangan berupa pembukuan sederhana agar mampu mengukur keuntungan yang diperoleh serta penyediaan sarana untuk pengembangan hasil produksi berupa stan saat pameran dan akses pemasaran dalam bentuk promosi.
3. Riyanto, O.A.W, Riyadi, S, Kesumawatie, M.I
2014 IbM. Usaha Kampung Batik Jetis di Kecamatan Sidoarjo
Ditemukan masalah pada : 1). Manajemen Usaha, meliputi ; Pemasaran terbatas, Branding fisik kampung batik Jetis belum optimal, Laporan administrasi keuangan usaha masih seadanya, dan Peningkatan pengetahuan SDM dan 2). Produksi terkait dengan limbah produksi yang belum dikelola dengan baik dan Pemborosan lilin dan pewarna yang banyak tercecer di lantai 4. Suhartini 2016 Peningkatan Produktivitas
Pada UKM Melalui Iptek Bagi Masyarakat
Pada bidang proses produksi, dengan pelatihan membuat lilin (malam), peningkatan ketrampilan SDM, pengadaan alat proses batik dan penataan fasilitas lantai paving pada proses batik dan mencarikan solusi untuk pengadaan solar. Pada bidang lingkungan, dengan pelatihan mendaur ulang limbah dan membuat penyaringan limbah cair. Di bidang pemasaran, dengan pelatihan membuat website, brosur, kartu member, dan mengikuti pameran.
SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu B-301
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka berikut ini adalah solusi yang ditawarkan bagi pengrajin Kampoeng Batik Jetis agar dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Tabel 3. Prioritas Permasalahan, Solusi dan Hasil Solusi
Prioritas Permasalahan Solusi Hasil Solusi
Tidak ergonomisnya meja pengeblat pola yang terbuat dari kaca persegi terbingkai kayu (seperti meja gambar arsitek) dengan penyangga dari kayu permanen (tidak dapat diatur naik/ turunnya) sehingga tidak sesuai dengan tinggi badan pengguna lain
Merancang meja pengeblat pola yang ergonomis dari kaca dan kerangka besi yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan tinggi tubuh pengguna lain.
Meja pengeblat pola yang ergonomis
Kurang nyamannya kursi mbatik yang tanpa sandaran dan tanpa bantalan, terbuat dari plastik dengan 4 kaki dan konstruksi agak rapuh
Merancang kursi duduk yg nyaman dari kayu dg sandaran punggung dan bantalan duduk yang telah disesuaikan dengan postur tubuh
Kusi pembatik ergonomis dengan sandaran punggung dan bantalan duduk Terlalu rendahnya posisi kompor LPG satu
mata dengan tabung ukuran 3 kg dan wajan kecil tanpa saringan untuk melelehkan lilin (malam)
Mendesain ulang : - Kompor berbahan bakar
minyak dimodifikasi dg LPG
- Saringan lilin dari kaleng roti bekas yang diberi kasa berlubang kecil di bagian bawahnya agar lilin yang meleleh tidak tercampur kotoran yang akan menyumbat canting
Kompor LPG modifikasi dan saringan lilin
Masih sederhananya manajemen
administrasi harian, belum terinci dan hanya dapat dipahami oleh pemilik usaha
(pengrajin)
Implementasi laporan harian berdasarkan aktivitas produksi
Laporan harian berdasarkan aktivitas produksi
Belum adanya katalog produk berciri khas Kampung Jetis
Pembuatan katalog berciri khas Kampung Jetis yang dapat membedakannya dari produk lain yang sejenis
Katalog produk Kampung Batik Jetis
Penjualan masih konvensional dan belum maksimalnya penggunaan teknologi informasi sebagai sarana promosi
Pemasaran e-commerce untuk mempermudah transaksi, meningkatkan penjualan dan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen
Sebuah situs e-commerce
Belum optimalnya fungsi pengawasan hasil produksi, karena proses pengerjaan batik tulis lebih banyak dilakukan di luar workshop oleh tenaga borongan sehingga sulit untuk berkoordinasi terkait dengan motif yang dipesan konsumen yang akhirnya bisa menghambat produktivitas dan daya saing yang dimiliki.
Pelatihan dan pendampingan optimalisasi pengawasan produksi, manajemen usaha dan efisiensi produksi
Kemampuan meng implementasikan pengawasan produksi yang optimal, ma najemen usaha & efisiensi produksi dengan baik
Berikut ini inovasi beberapa peralatan membatik yang digunakan saat ini : a. Meja Pengeblat Pola
SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu B-303
Tabel 4. Fungsi dan Spesifikasi Meja Pengeblat Pola
Fungsi Merupakan meja yang digunakan sebagai sarana mengeblat motif batik
pada kain mori sebelum dilakukannya proses mencanting
Dimensi Ukuran Papan kaca : 120 x 120 x 10 mm
Penyangga : 130 x 40 x 80 mm Bahan dan
Spesifikasi Produk
Meja : kaca diberi pelapis pinggir dari aluminium Kerangka : besi galvalum
Roda : 4 unit
Lampu TL : 40 watt Perbedaan dari
produk lain :
1. Meja dapat digerakkan naik turun (fleksibel) sesuai dengan ketinggian pengguna saat itu.
2. Meja mudah dipindahkan ke tempat lain sesuai kebutuhan 3. Lampu yang dipasang permanen
b. Kursi Pembatik
Tabel 5. Fungsi dan Spesifikasi Kursi Pembatik
Fungsi Merupakan kursi yang digunakan duduk para pembatik saat
proses mencanting dan memberi warna dasar
Dimensi Ukuran Tinggi Kursi : 84 cm Tinggi sandaran : 46 cm Tinggi Paha : 37,50 Lebar sandaran : 40 cm Panjang Paha : 43,5 cm Lebar Pinggul : 45 cm Bahan dan Spesifikasi
Produk
Bahan kursi dari kayu dengan finishing kulit sintetis dengan sponge
Perbedaan dari produk lain :
Memberikan rasa nyaman dan tidak cepat pegal serta mengurangi rasa sakit di tengkuk, bahu, punggung atas dan bawah, pundak sebelah kanan dan kiri, pinggang, paha, lutut, dan kaki karena adanya sandaran dan bantalan pada tempat duduk.
Gambar 2. Desain & Dimensi Ukuran Meja Pengeblat Pola
Gambar 3. Desain & Dimensi Kursi Pembatik Gambar 4. Dimensi Kompor dan Saringan Lilin
c. Kompor dan Saringan Lilin
Tabel 6. Fungsi dan Spesifikasi Kompor dan Saringan Lilin
Fungsi Merupakan meja yang digunakan sebagai sarana mengeblat motif batik pada kain mori sebelum dilakukannya proses mencanting
Dimensi Ukuran Tinggi Kompor : 45,50 cm Tinggi Saringan : 16 cm Diameter Kompor : 35 cm Diameter Saringan : 15 cm Bahan dan
Spesifikasi Produk
Kompor : kerangka besi beton ezer dan besi plat Saringan Lilin : aluminium
Perbedaan dari produk lain :
Tinggi kompor sesuai dengan posisi duduk pembatik saat proses pencantingan dan pemberian warna dasar
Saringan untuk memisahkan bahan lain yang tercampur dalam lilin agar tidak menyumbat lubang canting yang memperlambat proses pencantingan sehingga dapat menurunkan produksi.
IV. PENUTUP
Pada penelitian peningkatan meningkatkan kemandirian pengrajin batik tulis Kampoeng Jetis dan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini, telah mencapai beberapa hasil dari :
1. Bidang Produksi, antara lain; a). Meja pengeblat pola yang ergonomis, b). Kusi pembatik ergonomis dengan sandaran punggung dan bantalan duduk, dan c). Kompor LPG modifikasi dan saringan lilin.
2. Bidang Manajemen, meliputi ; a). Laporan harian berdasarkan aktivitas produksi, b). Katalog produk Kampoeng Batik Jetis, c). Sebuah situs e-commerce, dan d). Kemampuan mengimplementasikan pengawasan produksi yang optimal, manajemen usaha dan efisiensi produksi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Yusak dan Kusrianto, Adi, 2011, “Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya”, Jakarta: PT. Gramedia.
Alfiana, Risah, 2011, “Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi, Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Krismawan, H. 2011. Strategi Pengembangan Kerajinan Batik Tulis Sebagai Produk Unggulan Daerah (PUD) di Kabupaten Bantul. Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY). ISBN: 978-602-19568-4-7. Pradito, D., H. Jusuf, dan S.K. Atik. 2010, ”The Dancing Peacock: Colours & Mtifs of Priangan Batik”,
PT. Gramedia. Jakarta.
Riyanto, O.A.W, Riyadi, S, Kesumawatie, M.I, 2014, “IbM. Usaha Kampung Batik Jetis di Kecamatan Sidoarjo”, Usulan Penelitian PKPT, Universitas Wijaya Putra, Maret
Setiadi, I.B. 2013. Batik Madura. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Jakarta.
Suhartini, 2016, “Peningkatan Produktivitas Pada UKM Melalui Iptek Bagi Masyarakat”, Jurnal Teknik Industri, Vol. 19, No. 01, Maret 2016, ISSN : 1412-2146
http://www.antara jatim.com/lihat/berita/73828/kampoeng-batik-tulis, 2011 www.merdeka.com, 2012