• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

abstrak— Telah dilakukan audit energi pada pendistribusian listrik di PT PLN Distribusi APJ X dengan metode manajemen trafo. Dalam metode ini dilakukan pendataan trafo underload (<40%) dan overload (>80%), membuat rute berdasar analisa pembebanan dan efisiensi pada masing-masing trafo, serta menghitung kontribusi yang didapat setelah manajemen trafo dapat diterapkan. Hasil yang didapat dari manajemen trafo ini kemudian akan dibandingkan dengan metode yang selama ini dipakai oleh PT PLN Distribusi, yaitu metode pemeliharaan trafo. Sehingga diperoleh hasil %beban pada sebelum kegiatan manajemen trafo (metode pemeliharaan trafo) terletak banyak diluar range tetapi setelah dilakukan manajemen trafo %beban berada dalam range 40% - 80% yang dapat diartikan kinerja trafo lebih efisien, rata-rata efisiensi trafo saat setelah kegiatan manajemen trafo meningkat sebesar 0,38%, serta penurunan besarnya energi yang hilang setelah dilakukan kegiatan manajemen trafo adalah sebesar 1475 watt dengan dinyatakan persentase sebesar 16%. Untuk biaya yang bisa disimpan dari kontribusi energi yang hilang setelah kegiatan manajemen trafo adalah sebesar Rp.3.357.543 pertahun.

Kata kunci : trafo distribusi, losses, beban listrik

I. PENDAHULUAN

PT PLN Distribusi mempunyai peranan penting dalam menyalurkan energi listrik hingga sampai ke konsumen. Pendistribusian listrik adalah proses penyaluran energi listrik, dan semua bagian dari sistem tenaga listrik yang terletak antara sumber tenaga listrik sampai dengan konsumen. Besarnya energi listrik yang dikirim tidak seluruhnya dapat diterima oleh konsumen, hal ini disebabkan adanya kehilangan energi listrik yang disebabkan oleh dua faktor, faktor teknis dan faktor non teknis. Kehilangan energi listrik dapat diidentifiksi dengan diadakannya audit energi pada metode yang telah dilakukan PT PLN Distribusi yaitu metode pemeliharaan trafo. Dengan audit energi dapat diketahuikekurang efisienan metode yang telah dilakukan PT PLN, dengan cara meninjau dari efisiensi dan energi yang hilang pada proses pendistribusian listrik yang berjalan.

Audit energi sendiri juga merupakan usaha mengidentifikasi kemungkinan solusi yang dapat diajukan untuk penghematan energi dan biaya dalam sebuah konsumsi energi. Salah satu solusi yang digunakan untuk meminimalisir kehilangan energi listrik adalah dengan adanya manajemen energi listrik. Manajemen energi listrik dapat menjelaskan solusi untuk memperoleh hasil yang efisien dalam pendistribusian energi listrik. Salah satu metode yang dapat diusulkan adalah dengan manajemen trafo. Manajemen trafo yang diusulkan adalah cara pengelolaan trafo-trafo distribusi yang terpasang di jaringan dan yang tersedia di gudang. Dengan mengaudit energi

trafo-trafo tersebut akan didapat data-data guna penyusunan rute manajemen trafo. Dengan adanya manajemen trafo maka meskipun persediaan trafo terbatas namun dapat tetap dimanfaatkan secara efisien..

II. DASAR TEORI

I. Deskripsi PT PLN Distribusi

Pendistribusian listrik adalah proses penyaluran energi listrik, dan semua bagian dari sistem tenaga listrik yang terletak antara sumber tenaga listrik sampai dengan konsumen. Pendistribusian listrik merupakan hal paling pokok dalam kegiatan PT PLN, dalam penyaluran suatu daya listrik, besarnya energi listrik yang dikirim tidak seluruhnya dapat diterima oleh konsumen, hal ini disebabkan adanya kehilangan energi listrik yang disebabkan oleh dua faktor, faktor teknis dan faktor non teknis. Fakor teknis dalam hal ini adalah mengenai rugi tegangan dan rugi daya pada jaringan yang memiliki tahanan dan induktansi, sedangkan faktor non teknis adalah dikarenakan pencurian listrik yaitu memakai daya listrik tanpa sepengetahuan PT PLN.

II. Konsep Manajemen Energi

Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu perusahaan atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkina penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi.

III. Beban Listrik

Kelompok-kelompok konsumen terbesar dari energi listrik adalah industri, pemukiman/ rumah tangga dan komersial. Kebutuhan energi untuk tiap konsumen memiliki karakter yang berbeda- beda. Daya listrik yang digunakan oleh konsumen dalam pembebanan sepanjang hari dapat bervariasi. Tetapi meskipun demikian dapat diamati bahwa penggunaan harian tersebut mempunyai perilaku yang sama.

IV. Energi yang Hilang

Energi yang hilang pada jaringan distribusi dalam sistem ketenagalistrikan merupakan kehilangan kwh energi yang tidak dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini merupakan salah satu bentuk pemborosan energi serta menurunkan efisiensi.Pada dasarnya energi yang hilang pada jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Susut

AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN

DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO

Ir. Sarwono, MM

1)

Ridho Hantoro ST, MT

2)

Adiakti Wiras Windaru

)

Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111, email: winda.adiakti @yahoo.com

(2)

teknis dan Susut non-teknis.Susut teknis akan memunculkan alternatif penanganan energi yang hilang pada sistem jaringan distribusi karena faktor karakteristik dan kondisi teknis.

V. Tranformator

Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika

VI. Efisiensi Trafo

Efisiensi trafo merupakan perbandingan antara daya yang masuk pada trafo dengan daya yang keluar dari trafo. Efisiensi pada trafo menunjukkan tingkat kinerja trafo pada suatu keadaan. Semakin tinggi efisiensi trafo maka dapat dikatakan bahwa semakin dapat terminimalisirnya energi yang hilang dalam proses penyaluran energi listrik tersebut.

100% masuk daya keluar daya η) EFISIENSI( = × (1) III. METODE I. Alur Penelitian

Studi literatur mengenai peninjauan terhadap referensi yang menunjang judul penelitian, yaitu dengan mempelajari referensi-referensi mengenai trafo distribusi, kehilangan energi, audit energi, serta SPLN yang berkaitan dengan trafo distribusi.

Langkah berikutnya adalah mengaudit energi pada trafo-trafo distribusi yang terletak di PT PLN APJ X per triwulan, kegiatan audit energi ini meliputi analisa dan perhitungan penyebab hilangya energi trafo distribusi. Pendataan persediaan trafo distribusi pada PT PLN APJ X, pada tahap ini dilakukan pendataan persediaan trafo baik yang telah terpasang di jaringan maupun di gudang. Kemudian pembuatan rute manajemen trafo, pembuatan rute ini dengan didasarkan pada hasil audit energi yang didapat dari trafo-trafo distribusi. Selanjutnya menerapkan metode manajemen trafo untuk diujicobakan dengan tujuan meminimalisir kehilangan energi pada saat proses pendistribusian listrik. Langkah terakhir adalah pengujian metode manajemen trafo, yaitu dengan cara membandingkan efisiensi antara metode pemeliharaan trafo dengan metode manejemen trafo. Tahapan pengerjaan secara rinci dapat dilihat pada flowchart gambar 1.

Start

End Hasil Uji Efisiensi Metode II > Metode I Studi Literatur Metode I : Analisa dengan Metode Pemeliharaan Trafo Metode II : Analisa dengan Metode Manajemen Trafo

Membandingkan Hasil Uji Analisa

Tidak

Menghitung rupiah yang dapat dihemat setelah menggunakan metode

manajemen trafo

Pengambilan Data Hasil Audit Kehilangan Energi pada Trafo Distribusi Penyusunan Rute Manajemen Trafo dengan Metode Simulasi Ya Gbr. 1. Flowchart penelitian

Tahapan proses pengerjaan uji coba penelitian

manajemen trafo di PT PLN APJ X adalah sebagai berikut :

Gbr. 2. Tahapan Proses Manajemen Trafo II. Metode Pemeliharaan trafo pada PT PLN

Dengan memaksimalkan perawatan fisik trafo, PT PLN sementara ini dapat meminimalsir hilangnya energi yang terjadi pada trafo distribusi, perawatan fisik meliputi :

a. Pemeriksaan minyak trafo b. Pembersihan fisik

c. Sistem Proteksi Primer dan Sekunder d. Pengencangan konektor

e. Pengukuran beban trafo f. Perbaikan sistem pentanahan g. Pemeriksaan Tap changer Trafo h. Ventilasi gardu

(3)

IV. HASIL PENELITIAN

I. Energi yang Hilang dan Penyebabnya

Manajemen trafo merupakan suatu kegiatan untuk mengurangi jumlah trafo overload di jaringan serta mengusahakan agar trafo tidak dibebani lebih dari 80 % atau dibawah 40 % guna meningkatkan efsiensi trafo sehingga menurunkan besarnya energi yang hilang atau susut teknis. Kegiatan manajemen trafo menyangkut :

a. Mutasi trafo beban di atas 80 % b. Mutasi trafo beban di bawah 40 %

Upaya PT PLN yang dilakukan selama ini adalah dengan adanya metode pemeliharaan trafo, metode pemeliharaan trafo yang digunakan adalah dengan memeriksa secara berkala kinerja trafo,baik pemeriksaan secara fisik maupun teknik. Upaya pemeliharaan trafo dinilai kurang, karena belum dapat meminimalisir kehilangan energi listrik yang terjadi. Dengan menekan jumlah kehilangan energi listrik maka akan mengurangi potensi yang menyebabkan berkurangnya pendapatan dari penjualan energi listrik, dengan kata lain menyelamatkan pendapatan PT PLN.

Kehilangan energi listrik sederhananya dapat diartikan sebagai listrik yang tidak menjadi rupiah, dengan meminimalisir kehilangan energi listrik maka dapat mengurangi beban pemerintah dalam mensubsidi PT PLN.

Dalam metode pemeliharaan trafo, PT PLN membutuhkan banyak trafo baru untuk mengganti trafo-trafo yang dianggap tidak efisien, yang dalam hal ini penulis mengelompokkannya menjadi kurang dari 40% dan lebih dari 80%. Trafo-trafo yang dianggap tidak efisien ini oleh PT PLN tetap dibiarkan bekerja hingga pada saat yang dijadwalkan baru dapat diganti dengan trafo yang baru. Padahal untuk mengganti 1 trafo distribusi 50 kVA saja PT PLN membutuhkan biaya RP. 24.775.000, sehingga banyak sekali antrian pembelian trafo distribusi yang ada dalam data PT PLN. Padahal dengan membiarkan energi yang hilang.

Dengan diketahuinya permasalahan tersebut maka dalam pembahasan dibawah ini akan dibahas mengenai perhitungan kontribusi kehilanan energi dari pembenahan pembebanan trafo melalui kegiatan manajemen trafo untuk satu rute manajemen yaitu rute manajemen UPJ X daerah Y. Langkah-langkah menuju kegiatan manajemen trafo antara lain :

a. Mengumpulkan data pengukuran malam (beban puncak) trafo semester tiap semester tahun berjalan dari unit.

b. Mengelompokan persentase pembebanan trafo dari tiap unit UPJ X mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil.

c. Diutamakan trafo yang terbebani lebih dari 100% dari setiap unit, kemudian yang 80% keatas. Lalu dicari trafo yang terbebani dibawah 40%.

d. Untuk mengurangi waktu pemadaman saat proses mutasi maka diperlukan modal trafo dari gudang.

e. Membuat rute manajemen trafo.

Dari data hasil laporan pengukuran GTT beban malam persemester yang telah didapat melalui pengukuran yang dibantu oleh rekanan PT PLN Distribusi diperoleh hasil seperti pada lampiran A, kemudian dari lampiran A dibuat pengelompokan beban dibawah 40% dan diatas 80%. Persentase pembebanan trafo bertujuan untuk mencoba memperkirakan rute manajemen yang akan disusun

berdasarkan pada daerah yang dipilih, yaitu UPJ X daerah Y. Dalam lampiran A telah ditandai dengan warna-warna yang mewakili beban trafo dibawah 40% yaitu dengan warna biru dan diatas 80% dengan warna jingga, dengan patokan pada GTT yang mempunyai %beban diatas 100% terlebih dahulu kemudian dicari % beban diatas 80%, maka ditemukan GTT 138 dan GTT 97 untuk %beban diatas 100% dan GTT 60, 37, 112, 18,84, dan 139 untuk %beban diatas 80%. Dari data tersebut didapatkan perkiraan analisa rute manajemen trafo.

Tabel 1. Perkiraan Pemilihan GTT untuk Manajemen Trafo

GTT 138 97 60 87 28 1

S (KVA) 25 25 50 100 160 200

BEBAN (kVA) 25 26 41.6 71 118 67

BEBAN (%) 100% 104% 83% 71% 74% 33.50%

Tabel 1. Perkiraan Pemilihan GTT untuk Manajemen Trafo(lanjutan)

GTT 32 37 71 112 18 84

S (KVA) 160 50 25 25 50 25

BEBAN (kVA) 67 44 23 20 48 24

BEBAN (%) 42% 88% 92% 80% 96% 96%

II. Analisa Data saat Trafo Dibebani < 40 % dan >80%

Pada saat data pada tabel 1 menunjukkan letak GTT yang menunjukkan beban < 40 % dan >80% maka analisa perhitungan yang dilakukan adalah dengan mencari efisiensi trafo-trafo yang telah dipilih berdasarkan wilayah pada tabel 1 menggunakan perhitungan dimana Cos φ = 0,85 dan konstanta-konstanta PC dan PCu didasarkan pada data Tabel Spesifikasi Transformator Distribusi fase-tiga SPLN 50 :1997. % 100 ) ( ) ( P -100 η C 2       × × × × + = ϕ Cos S K P K Cu (2)

Tabel 2. Spesifikasi Transformator Distribusi fase-tiga

NO.

DAYA Pengenal RUGI Fe RUGI Cu

kVA Watt Watt

r 25 75 425 2 50 140 800 3 100 300 1600 4 160 400 2000 5 200 480 2500 6 250 600 3000 7 315 770 3900

Contoh cara perhitungan efisiensi GTT 138 dengan daya trafo (S) sebesar 25 kVA yang berarti nilai PFe 75 watt dan Pcu 425 watt, beban tarfo 25 kVA, dan %beban trafo sebesar 100% (K=1) adalah sebagai berikut :

(4)

Masuk Keluar Daya Daya = η

(

100-2,35

)

% 97,65% η % 100 ) 85 , 0 1000 25 1 ( ) 425 1 ( 75 -100 η 2 = =       × × × × × + =

Didapat hasil bahwa besarnya efisiensi trafo ke jaringan tegangan rendah adalah 97,65% dari daya yang ditransferkan ke trafo. Untuk mengetahui berapa besar daya yang ditransferkan ke trafo oleh PT PLN adalah dengan cara memasukkan ke dalam rumus dimana telah diketahui bahwa efisiensi trafo adalah perbandingan besarnya daya keluar dengan daya masuk, dan yang dimaksud daya keluar dari trafo adalah beban, sehingga penyelesaian untuk mengetahui besarnya daya masuk ke trafo adalah :

(3) VA 25602 % 65 , 97 25 Masuk= kVA = Daya

Sehingga daya masuk dikurangi daya keluar merupakan energi yang hilang atau susut di trafo, yang besarnya :

Daya Masuk – Daya Keluar = Energi yang hilang (4) Daya Masuk – Daya Keluar = (25602 – 25000) × 0.85

= 602 × 0.85 Watt = 512 Watt.

Untuk mengetahui % beban pada GTT 138 maka dengan cara sebagai berikut :

%Beban = X 100% (5)

%Beban = X 100% = 100%

Sehingga diketahui untuk GTT 138 besarnya efisiensi trafo adalah 97,65%, dengan besar daya yang masuk adalah 25602 VA, %beban 100% dan energi yang hilang sebesar 512 watt.

Dengan perhitungan yang sama pada masing-masing GTT tabel 1 maka akan didapat besarnya efisiensi, daya yang masuk, dan energi yang hilang pada masing-masing GTT sebelum adanya kegiatan manajemen trafo. Perhitungan ini dimaksudkan agar didapat variabel yang sama untuk dijadikan pembanding mengenai kinerja trafo ketika setelah diadakan kegiatan manajemen trafo

Tabel 3. Perhitungan Pada GTT sebelum Dilakukan Manajemen Trafo

GTT 138 97 60 87 28 1 S (KVA) 25 25 50 100 160 200 BEBAN (kVA) 25 26 41.6 71 118 67 BEBAN (%) 100% 104% 83% 71% 74% 33.50% EFISIENSI 97.65% 97.58% 98.01% 98.17% 98.52% 98.66% TRAFO (%)

Daya masuk (VA) 25,602 26,645 42,445 72,326 119,777 67,907

Enrgi yang hilang

(Watt) 512 548 718 1.127 1.510 771

Tabel 3. Perhitungan

Pada GTT Sebelum Dilakukan Manajemen Trafo (lanjutan)

GTT 32 37 71 112 18 84 S (KVA) 160 50 25 25 50 25 BEBAN (kVA) 67 49.8 23 20 48 24 BEBAN (%) 42% 99.6% 92% 80% 96% 96% EFISIENSI TRAFO (%) 98.68% 97.94% 97.78% 97.96% 97.83% 97.71%

Daya masuk (VA) 67,895 44,924 23,523 20,417 49,067 24,562

Energi yang hilang

(Watt) 761 786 445 354 907 478

Grafik 1 Perbandingan Beban Sebelum Kegiatan Manajemen Trafo III. Analisa Pemilihan Rute Manjemen

Analisa pemilihan rute manajemen di sini dengan mengambil asumsi bahwa jarak lokasi antar GTT tidak diperhitungkan. Data letak dan jumlah beban tiap GTT bisa diliat pada lampiran A. Dengan adanya persediaan modal trafo yang ada di gudang adalah tiga buah trafo 3 fasa dengan daya 100 kVA. kemudian dari data pengukuran trafo semester 1 tahun 2010 untuk UPJ X dilakukan pengurutan dengan prioritas tertinggi adalah trafo yang telah dibebani lebih dari 100%. Di sini ditentukan GTT 138 (persentase beban 104%) dan GTT 97 (persentase beban 100%) sebagai patokan dalam pembuatan rute.

(5)

Gbr. 3 Analisa Rute Manajemen Trafo

IV. Analisa data setelah dilakukan manajemen trafo

Setelah didapat rute manajemen trafo maka yang dilakukan kemudian adalah dengan menghitung kembali efisiensi trafo, daya masuk trafo, %beban trafo, dan energi yang hilang pada trafo. Dengan cara yang sama pada persamaan (1), (2), (3), (4) didapat hasil yaitu :

%Beban =

X 100% %Beban = 50%

Besarnya %beban setelah dilakukan manajemen trafo adalah 50% yang dapat diartikan bahwa %beban dalam GTT 138 telah turun dan berada pada kondisi yang efisien yaitu , berada dalam range 40% - 80%. Sedangkan untuk perhitungan efisiensinya menjadi :

(

100-2,35

)

% 98.35% η % 100 ) 85 , 0 1000 50 5 . 0 ( ) 800 5 . 0 ( 140 -100 η 2 = =       × × × × × + =

Efisiensi yang didapat setelah dilakukan kegiatan manajemen trafo adalah 98.35% yamg artinya efisiensinya naik 0.7%. daya masuknya juga berubah menjadi :

VA 25419 % 35 . 98 25 Masuk= kVA = Daya

Daya masuknya menjadi berkurang karena daya pada trafo telah bertambah dan efisiensi pada trafo naik. Sedangkan besarnya energi yang hilang adalah :

Daya Masuk – Daya Keluar = (25419 – 25000) × 0.85 = 419 × 0.85 Watt = 356 Watt

Persentase pengurangan energi yang hilang di trafo sebesar :

(512 – 356)

x 100 % = 31 % 512

Besarnya energi yang hilang telah berkurang dari yang sebelum kegiatan manajemen trafo sebesar 512 watt menjadi hanya 356 watt ini berarti kegiatan manajemen trafo dapat digunakan untuk meminimalisir energi yang hilang pada trafo.

Tabel 4. Perhitungan GTT saat Setelah di Manajemen Trafo

GTT 138 97 60 87 28 1 S (KVA) 50 50 100 160 200 160 BEBAN (kVA) 25 26 41.6 71 118 67 BEBAN (%) 50% 52% 42% 44% 59% 42% EFISIENSI 98.35 % 98.34 % 98.37 % 98.68 % 98.65% 98.68 % TRAFO (%)

Daya masuk (VA) 25,419 26,438 42,290 71,946 119,61

0 67,895

Energi yang hilang

(Watt) 356 372 586 804 1.369 761

Saving 156 175 132 323 142 10

% Saving 31% 32% 18% 29% 9% 1%

Tabel 4. Perhitungan GTT Setelah di Manajemen Trafo(lanjutan)

GTT 32 37 71 112 18 84 S (KVA) 100 100 50 50 100 50 BEBAN (kVA) 67 44 23 20 48 24 BEBAN (%) 67% 44% 46% 40% 48% 48% EFISIENSI 98.21 % 98.37 % 98.37 % 98.36 % 98.36 % 98.36 % TRAFO (%)

Daya masuk (VA) 68,220 44,729 23,382 20,332 48,800 24,400

Energi yang hilang

(Watt) 1.037 620 325 283 680 340

Saving -276 166 120 72 227 138

% Saving -36% 21% 27% 20% 25% 29%

Dari tabel diatas didapatkan besarnya energi yang dapat dihemat setelah dilakukan kegiatan manajemen trafo pada tiap-tiap GTT, serta didapatkan juga besarnya persen penghematan yang dapat dilakukan setelah dilakukan manajemen trafo yang kemudian dapat diperjelas dengan ditabelkan dan grafik seperti pada tabel dan grafik dibawah :

(6)

Grafik 2 % Beban Sesudah Kegiatan Manajemen Trafo Tabel 5. Perbandingan Energi yang Hilang Sebelum dan Sesudah Kegiatan

Manajemen Trafo GTT energi yang hilang Sebelum Manajemen (W) energi yang hilang Sesudah Managemen (W) Penurunan energi yang hilang(W) Persentase penurunan energi yang hilang 138 512 355.86 156.19 31% 97 548 372.49 175.44 32% 60 718 586.46 131.61 18% 87 1127 804.41 322.82 29% 28 1510 1,368.68 141.54 9% 1 771 760.73 10.13 1% 32 761 1,036.78 (276.05) -36% 37 965 708.47 256.66 27% 71 445 324.58 120.03 27% 112 354 282.62 71.61 20% 18 907 679.78 227.22 25% 84 478 339.89 137.72 29% TOTAL 9,096 7,621 1,475 16%

Grafik 3 Perbandingan %Beban Sebelum dan Sesudah Kegiatan Manajemen Trafo

Grafik 4 Perbandingan Energi yang Hilang Sebelum dan Sesudah Kegiatan Manajemen Trafo

Dari grafik 4 dapat dilihat penurunan energi yang hilang saat kegiatan manajemen trafo ini diterapkan, dari angka yang tertera dapat dilihat tidak significant yaitu rata-rata untuk kenaikan efisiensi trafo sebesar 0.38%, tetapi perlu diketahui bahwa angka yang tertera adalah untuk hanya 12 GTT dengan angka setiap jamnya dapat dihargai dengan rupiah. Konsep dari audit energi sendiri yang diangkat adalah dengan tujuan mengefisienkan energi yang dipakai, dengan kata lain kegiatan audit energi pada UPJ X daerah Y ini dapat mengefisienkan penyaluran energi listrik yang dilakukan oleh PT PLN UPJ X daerah Y.

Gambar 4 Diagram batang perbandingan efisiensi sebelum dan sesudah dilakukan manajemen trafo

Dari gambar 4 dapat dilihat perbandingan efisiensi trafo sebelum dan sesudah kegiatan manajemen, dari gambar dapat disimpulakan bahwa efisiensi trafo setelah kegitan manajemen dapat meningkat. Dengan efisiensi trafo meningkat maka enrgi yang hilang pada trafo berkurang, sehingga tercapailah tujuan dari penelitian ini yaitu dapat meminimalisir besarnya energi yang hilang pada trafo dengan audit energi melali manajemen trafo.

Kekurangan dan kelebihan dari metode pemeliharaan trafo oleh PT PLN APJ X antara lain adalah :

Kelebihan metode pemeliharaan trafo: a. Mengetahui kondisi fisik trafo.

b. Merupakan kegiatan rutin PT PLN distribusi. Kekurangan metode pemeliharaab trafo :

a. Belum dapat meminimalisir energi yang hilang pada trafo.

b. Banyaknya trafo yang underload dan overload tetap dibiarkan bekerja.

(7)

c. Banyaknya rupiah yang tidak bisa diselamatkan akibat hilangnya energi saat pendistribusian listrik berlangsung.

Kelebihan metode manajemen trafo :

a.Dapat meminimalisir energi yang hilang saat pendistribusian listrik.

b.Dapat menyelamatkan rupiah yang selama ini hilang dari metode pemeliharaan trafo.

c.Dapat mengefisienkan kinerja trafo karena %beban trafo telah ada dalam range 40% - 80%.

Kekurangan manajemen trafo :

a.Kesulitan pengurutan data pengukuran trafo dari tiap-tiap unit karena ketidak seragaman format pelaporan.

b.Pemilihan dilakukan secara manual yaitu, dengan memilih berdasarkan data hasil cetakan laporan pengukuran dari unit.

Dengan melihat kelebihan dan kekurangan masing – masing metode maka dapat dipertimbangkan bahwa kegiatan manajemen trafo dapat dipertimbangkan untuk dapt dilakukan oleh pihak PT PLN Distribusi, meskipun dengan catatn banyak biaya lain – lain yang belum diperhitungkan lebih rinci.

Setelah melihat menganalisa semua hasil dari kegiatan manajemen trafo,maka dapat dikatakan kegiatan manajemen trafo ini berhasil meminimalisir energi yang hilang pada proses distribusi listrik. Hal ini ditunjukkan dari data bahwa pembebanan trafo saat ini dalam range yang efisien yaitu antara 40-80%.

V. Perhitungan rupiah setelah dilakukan manajemen trafo

Rupiah yang dapat disimpan setelah dilakukan kegiatan manjemen trafo adalah seperti yang tertera dalam Tabel 6 Dari tabel tersebut dapat dihitung rupiah yang dapat diselamatkan pada UPJ X daerah Y yaitu dengan kontribusi penekanan energi yang hilang adalah Rp.279.795perbulan, dan sebesar Rp.3.357.543 pertahun. Rupiah tersebut hanya dihasilkan dari kontribusi penekanan energi yang hilang. Jika dibandingkan dengan metode pemeliharaan trafo yang menbutuhkan banyak trafo baru dengan pendatangan trafo baru tersebut dengan jangka waktu yang lama dan membiarkan energi yang hilang itu terus menerus terjadi maka dapat dikatakan bahwa kegiatan manajemen trafo ini dapat meminimalisir energi yang hilang dan menyelamatkan rupiah yang terbuang.

Contoh perhitungan kontribusi penekanan susut untuk GTT 138 :

= Penurunan energi yang hilang (W) x 0,4 x 24 jam x 30 hari

1000 = 156,19 x 0,4 x 24 x 30 1000

= 45 kWh/bulan

Tarif TDL yang ditetapkan tahun 2010 adalah sebesar Rp.658,69 perbulan sehingga :

Penghematan = 45 kWh/bulan x Rp.658,69 = Rp.29.629

Tabel 6. Harga rupiah yang bisa diselamatkan dari penekanan susut

GTT Kontribusi Penekanan Susut (kWh/Bulan) Penghematan (Rp/Bulan) Tarif R1 = Rp.658.69 138 45 29,629.09 97 51 33,281.88 60 38 24,967.47 87 93 61,239.72 28 41 26,850.37 1 3 1,920.99 32 (80) -52,366.71 37 74 48,688.82 71 35 22,769.17 112 21 13,584.38 18 65 43,105.06 84 40 26,125.05 TOTAL 425 279,795.29

V. KESIMPULAN DANSARAN

I. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Dari hasil tugas akhir ini telah dianalisa metode manajemen trafo untuk diterapkan pada PT PLN Distribusi APJ X sehingga didapatkan hasil bahwa metode manajemen trafo ternayata dapat meminimalisir hilangnya energi listrik pada proses pendistribusian energi listrik yang dilakukan oleh PT PLN distribusi dari tiap trafo ke pelanggan per wilayah.

b. Setelah dilakukan kegiatan manajemen trafo, pembebanan pada trafo berhasil ada dalam range 40% - 80%.

c. Presentase penurunan energi yang hilang setelah dilakukan kegiatan metode manajemen trafo adalah sebesar 1475 watt dengan dinyatakan dalam persentase sebesar 16%.

d. Peningkatan rata-rata efisiensi trafo setelah kegiatan manajemen trafo adalah sebesar 0.38%.

e. Rupiah yang dapat diselamatkan pada UPJ X daerah Y yaitu dengan kontribusi penekanan energi yang hilang adalah Rp.279.795 perbulan, dan sebesar Rp.3.357.543 pertahun.

II. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan dari penelitian Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

a. Data yang dikumpulkan dari unit dapat terurutkan berdasarkan persentase pembebanan.

b. Dapat membaca secara jeli format pelaporan dari rekanan PT PLN, kesulitan pengurutan data pengukuran trafo dari tiap-tiap unit dikarenakan ketidak seragaman format pelaporan.

c. Dapat menemukan solusi program untuk memperoleh data hasil cetakan laporan pengukuran dari unit.

(8)

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Haggar, Bruce. 2004. Risk Management Application For Quality. Papper presented at ASQ Food, Drug, and Cosmetic Division MidWest Conference. MedQ Systems.

2. P.T. Bambang Djaya, “Metode Pengujian Transformator Distribusi”, P.T. Bambang Djaya, Surabaya 1995.

3. P.T. PLN, “ Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan untuk Transformator Distribusi” Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 1981.

4. SPLN 50:1997, "Spesifikasi Transformator Distribusi", 1997.

BIODATA PENULIS

Nama : Adiakti Wiras Windaru

NRP : 2406 100 023 TTL : Surabaya, 06 April 1988 Alamat : Jl Kertajaya VE / 11B Riwayat Pendidikan : • SDN Kertajaya 1 • SLTP Negeri 6 Surabaya • SMAN 5 Surabaya • Teknik Fisika ITS

Referensi

Dokumen terkait

In the area of strengthening of the health system it will the main objectives are to enhance national capacity to strengthen the health system, with emphasis on management

Potensi dari obat-obatan herbal untuk anthelmintic ini ialah memiliki efek samping yang rendah, penggunaannya mudah, bahannya mudah untuk didapatkan, bersifat

Menurut cerita daripada seorang nenek yang berumur 76 tahun iaitu Puan Kipan Ruminsing, British telah membuat jalan ke bandar tetapi tidak

Dokumen Uji Tidak Merusak (NDT), metode Dye Penetrant, Radiographic, Ultrasonic, Magnetic particle Pesawat angkat: Overhead crane.. II – 1993 Pemeriksaan Kesesuaian

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

[r]

Dari 9 perusahaan yang diteliti pada tahun 2007 dan 2008 terlihat bahwa metode Altman Z-Score berhasil memprediksi kebangkrutan yang telah terjadi 94% akurat dan 90%

Dalam pasar sekunder, transaksi yang dilakukan untuk pengalihan Sertifikat PUAS dapat menggunakan akad jual beli (bai‟) dengan harga yang disepakati.. Penjual