• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Tabligh dalam Karya Sastra Novel I AM Sarahza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pesan Tabligh dalam Karya Sastra Novel I AM Sarahza"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: Januari 2020. Disetujui: Februari 2020. Dipublikasikan: Maret 2020 39

Volume 5, Nomor 1, 2020, 39-56 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 10.15575/tabligh.v5i1.2033

Pesan Tabligh dalam Karya Sastra

Novel I AM Sarahza

Malikhatul Farida1*, Aang Ridwan1, Tata Sukayat2

1,2Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan

Gunung Djati, Bandung

*Email : malikhatul.farida@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan tabligh yang terdapat dalam novel I AM Sarahza karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Pesan tabligh yang dimaksudkan adalah berdasarkan pada Organisasi Pesan, Kategorisasi Pesan dan Karakteristik Pesan. Metode penelitian menggunakan metode analisis isi deskriptif, yaitu mencaritahu dan mengkaji lebih dalam mengenai pesan tabligh dalam karya sastra novel I AM Sarahza sebagai sarana sekaligus sumber penyampaian pesan tabligh melalui tulisan yang tujuan untuk menggambarkan isi novel secara mendetail, logis, sistematis dan menyeluruh baik melalui makna, isi maupun ungkapan pesan tabligh dalam novel. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dalam bentuk organisasi pesan tabligh terdapat pesan yang paling mendominasi yaitu Induktif atau kalimat yang memiliki ide pokok di awal kalimat dan kesimpulan di akhir kalimat, lalu dalam bentuk kategorisasi pesan lebih mendominasi terhadap bentuk kategori Ibadah yakni jenis prilaku atau ketaatan manusia dengan Allah SWT yang dibuktikan dengan karakter manusia yang amar ma’ruf nahi munkar dan terakhir adalah bentuk karakteristik pesan yang memiliki hasil yang seimbang antara verbal (pesan langsung) dan Nonverbal (pesan tidak langsung).

Kata Kunci : Pesan Tabligh; Karya Sastra; Studi Deskriptif. ABSTRACT

The study aims to determine the tabligh messages contained in the novel of I AM Sarahza by Hanum Salsabiela Rais and Rangga Almahendra. The intended tabligh message based on Message Organization, Message Categorization and Message Characteristics. The research method uses descriptive content analysis method, which is to find out and examine more deeply about the message of tabligh in the literary work of the novel I AM Sarahza as a means as well as a source of delivering tabligh messages through writing to describe the contents of the novel in detail, logically, systematically and thoroughly both through meaning, content and expression of Tabligh messages in the novel. The results showed that in the form of tabligh

(2)

40 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 message organization there is the most dominant message that is Inductive or a sentence that has the main idea at the beginning of the sentence and the conclusion at the end of the sentence. In the form of message categorization is more dominant towards the form of worship categories namely the type of human behaviour or obedience with God SWT as evidenced by the human character that is amar ma'ruf nahi munkar and finally is a characteristic form of message that has a balanced outcome between verbal (direct messages) and Nonverbal (indirect messages).

Keywords : Tabligh Message, Literature Work, Descriptive Study PENDAHULUAN

Tabligh merupakan suatu kegiatan penting dalam titik perluasan dan kemajuan agama islam. Dimana peran tabligh sendiri adalah kunci bagaimana islam dapat terus maju dan berjalan terus tanpa memiliki akhir dengan syarat selalu memiliki gerak berkelanjutan dan dinamis dalam aktivitas tabligh. Allah membebankan tugas dan amanah untuk mengajak kepada seluruh umat manusia akan ajaran yang benar yakni keyakinan kepada Allah SWT. Agama akan mudah mengalami kemunduran serta kelumpuhan dalam perkembangannya jika tabligh tidak dapat berkembang atau mengikuti arus zaman. Itu menjadi sebab bahwa tabligh sangat memiliki peran besar dalam perkembangan dan penyebaran agama Allah (Islam). Secara proses penyampaiannya, tabligh dalam penyampaiannya dapat di serukan dengan cara verbal maupun nonverbal. Verbal yakni menyampaikan pesan secara langsung yakni secara lisan atau tulisan. Sedangkan nonverbal yakni penyampaian secara tidak langsung seperti gerakan tubuh atau ekspresi wajah. Namun baik verbal maupun nonverbal, tabligh harus memiliki beberapa unsur penting agar tabligh dalam penyampaiannya dapat mudah di terima oleh muballagh atau penerima pesan tabligh. Menjadi bagian dari kewajiban bagi umat Islam, dalam menyampaikan tabligh penting memperhatikan unsur muballigh, muballagh, materi, metode dan media tabligh. Kemudian proses akan tabligh sendiri adalah pengajakan atas seluruh umat manusia atas ajaran yang sebenar-benarnya dan kembali kepada Allah SWT tanpa ada kerugian sama sekali (Enjang dkk, 2009 : 1).

Problematika tabligh dari masa ke masa sangat beragam dan inilah tantangan tersendiri bagi para mubaligh. Problematika yang dimaksud antara lain hambatan atas pengaruuh perubahan zaman. Seiring dengan zaman globalisasi saat inipun tentu berbeda dengan zaman sebelumnya, dimana kecanggihan teknologi, kecerdasan masyarakat dan kesibukan yang semakin berbeda – beda menjadi pengaruh besar atas keterlibatan perkembangan tabligh. Tentu ini menjadi problematika yang harus dihadapi saat ini baik bersifat internal maupun eksternal.

(3)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 41 metode tabligh yang berbeda dari zaman lalu, demi kefektifan penyampaian tabligh kepada masyarakat umum oleh para mubaligh. Penyebaran tabligh salah satunya menggunakan bentuk verbal seperti contohnya adalah karya sastra. Karya sastra memiliki banyak jenis topik dalam ceritanya seperti mencangkup sosial, agama, ekonomi, pendidikan dan budaya baik berdasarkan dari cerita fiktif atau nonfiktif, semua bentuk karya sastra dapat menjadi pelajaran dan hikmah untuk bisa di jadikan ilmu. Kepenulisan karya sastra tidak hanya berdasarkan pada imajinatif atau isi cerita saja namun juga sangat mengedepankan bahasa dan cara penulisan cerita yang bagus, aktif dan unik sehingga para pembaca tidak bosen dan ikut merasakan emosi dari tokoh cerita. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa pesan dan makna yang di sampaikan oleh pengarang melalui cerita justru terekam dengan baik diingatan para pembacanya atau penerima pesan (komunikan).

Secara umum karya sastra memiliki tiga macam rupa yakni prosa, drama dan puisi. Dalam bentuk prosa terdapat macam bentuk salah satunya adalah novel yang memiliki ciri penulisan lebih panjang dari cerpen dan terbatas daripada roman. Saat ini penyampaian tabligh melalui novel sangat di minati oleh para jurnalis muslim dan para mubaligh yang juga merangkap sebagai jurnalis. Novel sebagai karya sastra dinilai berdasarkan keestetikan penyampaian pada pesan yang terdapat didalamnya. Oleh karenanya novel menjadi salah satu media yang paling dianggap efektif dalam penyampaian tabligh. Awal mulanya tabligh lebih banyak di maknai dengan penyampaiannya yang secara lisan yang sebenarnya bisa di sampaikan juga melalui tulisan. Dan dengan seiring perkembangan zaman tentu penyampaian tabligh dengan metode modern sudah tidak asing lagi. Baik penyampaian pesan verbal lisan maupun tulisan atau nonverbal yang terpenting dalam penyampaian tabligh harus mengerti tujuan untuk dapat menyentuh hati para muballagh, membawa kepada jalan yang benar dan upaya untuk lebih memperkuat iman.

Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pesan tabligh dalam karya sastra diantaranya penelitian untuk skripsi yang dilakukan oleh Fika Fitriyani yang berjudul Analisis Pesan Tabligh dalam Buku Udah Putusin Aja! Karya Felix Y.

Siauw menggunakan jenis metode penelitian pendekatan kualitatif. Dengan

indikator rumusan masalah diantaranya organisasi pesan tabligh, kategori pesan tabligh dan terakhir imbauan pesan tabligh. Hasil penelitian yang didapatkan melalui penelitiannya adalah organisasi pesan yang disampaikan dalam novel lebih mendominasi pada kronologis atau waktu terjadinya pesan dalam cerita, lalu pada kategori pesan memiliki hasil mendominasi ialah pada kategori akidah dan syariah dan imbauan pesan memiliki hasil bahwa imbauan rasional lebih mendominasi.

(4)

42 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 Analisis wacana buku 250 Wisdoms karya Komaruddin Hidayat, yang diteliti oleh

Muhammad Busyra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis wacana, serta teori yang dipakai pada penelitian adalah teori analisis wacana oleh A. Van Dijk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam kategori tema pesan tabligh mengasilkan tema yang meliputi berislam bersama dengan alam semesta, memberi dan menerima, beragama dengan sopan santun dan keihlasan adalah keabadian jiwa.

Sedangkan pada makna pesan memiliki hasil yakni yang pertama sintaksis pada koherensi dan kata ganti pada dua kalimat yang saling bertentangan hingga membentuk makna. Seperti kalimat pada “Bila kita mengetahui hidup, maka hidup akan terasa indah. Akan tetapi, bila kita tidak mengetahui hidup, maka kita akan tersiksa dalam menjalani hidup”.Pada kalimat di atas terdapat bentuk kalimat aktif; kata mengetahui, koherensi; kata tetapi dan kata gantinya adalah kita (manusia). Lalu stilistik atau style yangb mencangkup gaya bahasa atau ucapan “Yang paling prinsip dalam menjalani peran adalah totalitas dalam memenuhi aturan skenario Agung, yaitu sang Sutradara”. Kalimat yang digunakan penulis tersebut adalah kata sang Sutradara, yaitu bermakna Allah Swt. Dan yang ketiga adalah Retoris yakni pada bentuk metafora seperti “Kita tidak perlu unjuk dada bahwa keberhasilan yang diraih adalah mutlak hasil kita sendiri”,dan repitisi, misalnya: “Perilaku manusia sebenarnya secara sederhana dapat dilihat dari bagaimana kebiasaan-kebiasaannya dalam keseharian”.

Dari penjelasan diatas, maka yang hasil yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian diatas ialah terletak pada rumusan masalah, teori dan subjek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan teori analisis isi dengan pendekatan deskriptif dan dijabarkan dengan rumusan masalah yang berfokus pada organisasi pesan, kategorisasi pesan dan karakteristik pesan dengan subjek penelitian ialah novel I AM Sarahza karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Penelitian ini memiliki tujuan yakni diantaranya memahami, mendalami sekaligus hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan rujukan sastrawan-sastrawan muslim termasuk teori yang dapat dipergunakan sebagai penjelasan akan tendensi dalam melihat berbagai bentuk problematika atau masalah yang dihadapi baik dalam karya sastra atau dalam kehidupan nyata.

Objek dari penelitain pada novel I AM Sarahza ialah Pesan tabligh yang terkandung dalam novel I AM Sarahza sedangkan subjeknya adalah novel I AM Sarahza, sedangkan dengan sumber data berasal dari data primer atau novel I AM Sarahza dan data skunder ialah jurnal penelitian terdahulu. Dengan tehnik pengumpulan data studi dokumentasi dari novel yang di teliti dan jurnal sebagai sumber rujukan pendukung.

Penelitian ini berfokus pada isi pesan tabligh dengan pendekatan deskriptif pada novel I AM Sarahza karangan Hanum Salsabiella Rais dan Rangga

(5)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 43 Almahendra. Novel ini dianggap pantas untuk diteliti dengan alasan kepopuleran novel yang dibuktikan dengan gelar best seller nya novel ini hingga kacah internasional, sebagai karya sastra berisi banyak pesan-pesan islami dan ajaran baik di dalamnya dan terakhir belum pernah diteliti sebelumnya. Dengan fokus permasalahan yang dicari ialah organisasi pesan tabligh, kategorisasi pesan tabligh dan karakteristik pesan tabligh dalam novel.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti ialah metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk menggambarkan lebih mendetail dan mencari tahu lebih mendalam baik mengenai isi, kalimat dan pesan dalam novel I AM Sarahza. Adapun maksud digunakannya metode deskriptif ini, adalah demi memperoleh hasil yang lebih sistematis dan ilmiah tentang bagaimana penggambaran cerita, bentuk kalimat dan isi pesan tabligh dalam novel dengan penggunaan data primer yaitu penelitian mendalam atau disebut dengan dokumentasi pada sumber pokok dari penelitian yakni novel I AM Sarahza serta ditambah dengan data sekunder yakni data dari penelitian terdahulu yakni jurnal ilmiah sebagai data tambahan dari penelitian primer. LANDASAN TEORITIS

Secara bahasa kata tabligh berasal dari bahasa arab yaitu Ballaga – yuballigu

tablighan. Kata ini bermakna menyampaikan atau secara istilah ialah

menyampaikan ajaran-ajaran islam yang disapaikan Allah SWT kepada umat manusia. Namun secara istilah tabligh biasa dimaknai dengan maksud menyampaikan atau mengajak umat manusia kepada ajaran yang lurus atau ajaran islam, pengajaran yang dimaksud adalah membimbing umat manusia untuk mengimani, memahami dan mengamalkan ajaran keislaman dalam kehidupan sehari-hari demi keberhasilan kehidupan dunia akhirat (Asep, Muddin, 2002 : 60).

Farid Ma’ruf Nur mendefinisikan makna tabligh dengan menyampaikan seruan ajaran islam baik secara lisan maupaun selain tulisan, tabligh juga diakatakan lebih dulu banyak dikenali dalam bentuk istilahnya (Zaidallah, 2001: 109). Selanjutnya tabligh juga di maknai dengan seruan atas manusia di muka bumi agar dapat mempengaruhi pola pikir baik dalam mengatasi situasi atau keadaan dan beretika serta berprilaku dalam kehidupan sehari-hari (Amrullah Ahmad, 1982: 3).

Tabligh menurut Mahmud Yunus ialah ajaran keislaman yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi sekaligus menyalurkan dan memperbaiki watak dan sikap ruhaniah perilaku manusia yang beberapa kesalahan tatanan tiap individu manusia maupun sosial. Tabligh khas dengan pesan yang bermakna pada hal keagamaan dan tentunya dengan pesan sosialnya. Tabligh merupakan penyampaian kepada manusia dengan merujuk kepada kesadaran untuk senantiasa mempunyai sifat komitmen diri (istiqomah) di

(6)

44 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

jalan Allah. Tabligh bearti apabila seorang mubaligh atau komunikator yang menyampaikan pesan lalu menyerukan suatu ajaran islam kepada penerima pesan atau disebut dengan muballagh (Zaidallah, 2001: 109). Sedangkan menurut pendapaht Mahmudz Syamsul Hadi bahwa tabligh bearti penyeruan atas ajaran islam kepada seluruh umat manusia yang berlandaskan kepada kebenaran pedoman umat islam yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah (Zaidallah Al Wirsal, 2002: 110).

Dalam kegiatan tabligh tentunya harus terdapat beberapa unsur – unsur dari penyampaian tabligh. Pada dasarnya unsur – unsur dari tabligh diantaranya harus terdapat Mubaligh (Komunikator), Muballagh (Komunikan), Maudhu’ (Materi tabligh), Wasilah (Media tabligh), dan Uslub (metode tabligh) kelima unsur inilah yang menjadi penunjang dan penentu berhasil atau tidaknya penyiaran tabligh yang disiarkan. Salah satu ayat Al-Qur’an tentang proses tabligh adalah Q.S Fushshilat: 33:

ًِلاَص َلِمَعَو ِللها َلَِإ آَعَد نَّممِّ ًلاْوَ ق ُنَسْحَأ ْنَمَو

ِمِلْسُمْلا َنِم ِنَِّنِإ َلاَقَو ا

َي

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

(Terjemah Q.S Fushshilat: 33, Kemenag RI, 2007 : 480).

Dengan penjelasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwan tabligh merupakan pokok penting dari suatu bentuk proses atau usaha penyebaran dan upanya meratakan agama islam agar banyak di imani dan dijadikan pedoman oleh umat manusia dengan mengetahui dan memahaminya lewat proses tabligh. Baru setelahnya peran mubaligh untuk merubah pandangan, kepercayaan maupun tujuan hidup perindividu yang disesuaikan dengan bagaimana ajaran agama islam. Dengan metode, materi dan media yang sesuai, diharapkan islam semakin memiliki peran penting sebagai pedoman hidup kesejahteraan masyarakat contoh salah satunya ialah dengan amar ma’ruf nahi munkar.

Analisis isi atau content analysis adalah metode yang pembahasannya mendalam dan juga sangat mendetail dalam suatu pembahasan informasi dalam suatu media. Melalui penelitian Harold D Lasswell sebagai pelopor pertama dalam pembahasan analisis isi Harold melambangkan komunikasi sebagai tehnik yang biasa di sebut dengan symbol coding atau huruf yang bermakna dan memiliki interpretasi sendiri.

Berdasarkan paradigma Lasswell bahwa analisis isi lebih memenuhi penggunaan pada simbol , pengaruh frekuensi pada komunikan dan intensitas pengenalan dan penggunaan simbol maka pesan komunikator kepada komunikannya berisi lambang maupun simbol sebagai bentuk komunikasi. Selain isi pesan komunikasi sangat memerlukan efek atau respon dari penerima pesan

(7)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 45 atau komunikannya dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam komunikasi dua arah atau timbal balik antara komunikator dan komunikan sebagai kategori komunikasi aktif. Dan secara singkatnya Lasswell mengkategorikan elemen komunikasi berupa komunikator, komunikan, efek, media dan pesan (Onong Uchjana, 2005: 10).

Setelah teori utama juga digunakan teori pendukung lainnya yaitu menurut pendapat jalaluddin Rakhmat (2008: 294) mengenai psikologi pesan komunikasi bahwa imbauan pesan, organisasi pesan dan struktur pesan menjadi psikologi terpenting dalam pesan. Pendapat selanjutnya Moh. Ali Aziz (2004: 94-95) mengenai kategori pesan tabligh yakni kategori isi dan kategori bentuk pesan (nonsubstansi). Namun sesuai dengan penelitiannya, lebih mendalami tentang kategorisasi isi pesan dibandingkan bentuk pesan. Teori pendukung terakhir ialah pendapat Pratikto (1987: 42) tentang komunikasi verbal dan nonverbal atau karakteristik pada pesan.

Berdasarkan kutipan Dedy Mulyana (2000), Harold Lasswell berpendapat bahwasannya pesan adalah komunikasi yang harus disampaikan oleh komunikator kepada komunikannya sebagai bentuk informasi baik berbentuk verbal atau secara langsung ataupun secara nonverbal atau secara tidak langsung.

Menurut pendapat Jalaludin Rakhmat (2006), jenis tujuan pada pesan terbagi dalam tiga macam, pertama Information Message yang bearti pesan atau bentuk komunikasi yang disampaikan benar-benar memiliki informasi yang harus disampaikan oleh komunikan kepada komuikato, lalu Intructional Message yang bermakna bahwa pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikan berisi pesan intruksi atau suatu perintah kepada komunikator dan terakhir Motivational

Message adalah bentuk komunikasi pesan yang memiliki nilai pesan motivasi atau

pembelajaran yang disampaikan komunikan kepada komunikatorrnya.

Dalam komunikasi terdapat tujuan pesan yang dibagi atas dua macam yaitu tujuan umum yang bearti dan khusus. Selain itu, pada Kamus Bahasa Indonesia (2007) bahwa pesan pempunyai unsur-unsur dalam penyampaiannya pertama pengantar, yakni pendahuluan dari penyampaian pesan. Aristoteles berpendapat bahwa pengantar dalam pesan berfungsi sebagai penarik minat komunikan hingga fokus untuk menerima kejelasan dari maksud tujuan disampaikannya pesan.

Kedua, ialah pernyataan. Pernyataan adalah ungkapan, fakta atau isi pokok informasi pesan yang disampaikan yang mana pernyataan dapat dikatakan sebagai penjelas, pemakluman dan pokok pemberitahuan (Surayin, 2007: 379). Pernyataan sangat dianggap penting dalam proses penyampaian pesan dalam komunikasi dimana pesan bisa dikatakan baik, tersampaikan dan bisa di pahami jika pernyataan pesannya juga baik dan jelas.

(8)

46 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

argumen adalah alasan, timbal balik atau pernyataan antara komunikator dan komunikan. Argumen ini memiliki dalih kuat atas penolakan atau pendapat suatu gagasan yang diterima dari proses penyampaian pesan.. Dengan memiliki argumen dapat di pastikan bahwa pesan dapat dipahami oleh komunikan dan memiliki feedback atas permasalahan dari pesan yang disampaikan.

Selanjutnya adalah kesimpulan pesan. Kamus Bahasa Indonesia (2007), kesimpulan merupakan intisari dari sebuah pesan atau disebut sebagai penutup dari uraian pesan yang disampaikan. Dimana dalam penyampaian pesan bentuk akhir dari prosesnya adalah kesimpulan hingga antara komunikator dan komunikan bisa saling memahami isi pesan.

Karya sastra di artikan sebagai karya yang berupa tulisan namun memiliki banyak perbedaan dengan beberapa jenis karya tulis lainnya. Karya sastra sendiri memiliki beberapa perbedaan dan keunggulan diantaranya lebih orisinil dan artistik atau memiliki nilai keindahan dari segi tulisan, isi maupun bahasa yang digunakan (Sugono, 2003: 159).

Austin Warren berpendapat bahwasannya seseorang yang apabila dapat dengan mudah memahami dan mengerti karya sastra pasti akan lebih mudah pula untuk tertarik dan berminat sekaligus bisa turut menikmati setiap tulisan dan cerita dalam karangan karya sastra dan juga mendapat bentuk kepuasan batin, hiburan dan kegembiraan dalam diri karena cerita yang disajikan penulis (Nurgiyantoro, 2010: 3). Sedangkan kegunaan dari karya satra juga ialah sebagai bentuk terapi batin sekaligus penghibur bagi para pembaca dan penikmat.

Menurut Heri Jauhari (2013), karya sastra merupakan karya tulis buatan manusia antara komunikator dengan komunikanya dimana perbedaaan karya sastra dengan jenis tulisan yang lainnya adalah karya sastra sangat berperan pada emosi dan rasa batin seseorang yang diberikan penulis kepada pembaca. Karya sastra terbentuk dan berperan penting yang melibatkan nilai seni, dimana seni bersumber untuk menciptakan banyak aspek perasaan yang meiliki pesan, hikmah maupun nilai penting yang di berikan penulis kepada pembacanya. Karena seni bercerita yang mengandung pesan moral dan ilmu yang baik yang nantinya menjadi pelajaran sekaligus contoh baik yang diberikan penulis pada komunikannya yang membaca karya sastranya, baik berupa pesan yang di selipkan dalam cerita maupun pesan moral yang memiliki keterangan langsung yang di tulis pengarang (Citra Salda Yanti, 2015: 1).

Berpedoman pada beberapa pendapat diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwasannya pada karya sastra biasa di ciptakan dengan mengandalkan keterampilan imajinasi, keterampilan seni serta unsur lain yang masih melibatkan perasaan dan nilai batin didalamnya. Dalam karya sastra banyak sekali menyajikan bentuk cerita nyata ataupun fiksi atau karangan dari pengarang karya tersebut. Namun jika melibatkan bentuk karya sastra yang nyata berdasarkan kisah sesungguhnya seperti kisah antar manusia, manusia kepada alam ataupun

(9)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 47 manusia kepada Tuhan-Nya perlu memiliki syarat seperti kejujuran serta kebenaran cerita tanpa merubahnya.

Pada dasarnya sastra memiliki makna yang erat berkaitan dengan sosial nilai keagamaan atau kedua aspekmya sekaligus. Seiring dengan banyaknya macam karya sastra yang dijadikan panutan atau sumber ilmu seperti keagamaan maupun nilai sosial dimana salahsatunya ialah novel I AM Sarahza karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Menyikapi hal ini, berikut fungsi sastra pada aspek sosial dan agama :

Rekreatif bermakna hiburan. Rekreatif biasanya berkaitan dengan pembawaan perasaan bahagia, hiburan, seni maupun kenyamanan bagi para membaca karya sastra. Bentuk karya sastra harus memiliki poin ini, selain demi menarik minat pembaca fungsi rekreatif akan banyak menyumbangkan rasa senang dan mempermudah penyaluran pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikannya sekaligus pembaca akan terhibur.

Didaktif ialah nilai pengetahuan atau pembelajaran yang disandangkan dan menjadi faktor penting dalam penulisan karya sastra. Dengan adanya nilai pengetahunan, pesan moral dan ilmu pembelajaran maka pengaranga karya sastra dapat menyalurkan berbagai ilmu dan pesan penting selama cerita di mulai hingga ending. Karena inilah biasanya karya sastra sangat dibutuhkan sebagai salah satu media pembelajaran penting maupaun buku pendidikan namun tetap mengasikan untuk di baca, dipahami dan mudah di mengerti.

Estetis ialah nilai pada bentuk keindahan, keunikan dan keberagaman pada suatu benda atau suatu hal. Suatu karya sastra harus memiliki fungsi estetik dan berguna sebagai faktor yang menarik minat pembaca. Bentuk estetis ini biasa digunakan dalam penggambaran, bentuk, ide, tulisan dan lainnya. Dimana faktor estetis nantinya bisa menjadi sumber inspirasi pembacanya.

Moralitas adalah inspirasi sekaligus pembelajaran nilai moral atau nilai baik. Efek dari poin moralitas ini adalah memberikan nilai wawasan akan pengetahuan serta ilmu maupaun hikmah yang bisa di ambil pelajaran oleh pembaca. Dengen efek bentuk moralitas ini maka pembaca di harapkan dapat membedakan antara moral baik dan buruk. iniperesapan kembali realitas objektif atau dunia yang terobjektif oleh manusia.

Religius adalah nilai agama atau pesan keagamaan yang biasa terkandung di dalamnya. Sebenarnya nilai religius menjadi aspek penting dari sebuah tulisan hingga dapat disebutkan apakah tulisan itu layak dan bermanfaat atau tidak bagi orang lain atau pembaca. Dengan terdapatnya kandungan nilai keagamaan inilah maka akan terdapat nilai agama atau ajaran agama yang bisa ditiru dan menjadi pelajaran bagi pembaca (Nurholis, 2016: 20-21).

Novel berasal dari kata Novella dalam bahasa Italia yang bearti prosa yang panjang dan memiliki arti luas. Novel memiliki beberapa unsur penting,

(10)

48 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

diantaranya ialah Plot, Penokohan, Latar dan Sudut pandang. Sukrin (2012) mengatakan bahwasannya novel memiliki arti yang lebih luas dari prosa panjang namun lebih mirip kepada bentuk hikayat. Novel sebagai karya sastra merupakan bentuk karya prosa yang hanya menceritakan sebagian tokoh penting (Huda dkk, 1993: 70).

Plot merupakan inti dari sebuah kunci cerita maupaun kaitan antar alur antara cerita pembuka, cerita inti hingga ending cerita. Plot memiliki peranan penting sebagai peran sekaligus fungsi yang mempererat jalan cerita hingga bisa menjadi sebuah alur yang selaras dengan sebab akibatnya (Josip Novakovich, 2003: 98). Burhan Nugiantoro (1995) menjelaskan bahwa kejelsan pada cerita sangat dipengaruhi oleh kejelasan pada plot alur cerita dan begitupula sebaliknya, jika pada plot cerita rumit atau tidak mudah dipahami maka alur cerita akan lebih membosankan dan sulit di pahami.

Plot berdasarkan teoritis terbagi atas plot Progresif (plot searah) dan Plot Regresif (alur flasback). Plot Progresif berurutan dari plot pertama yakni alur pengenalan menuju permunculan konflik pada cerita, peningkatan klimaks konflik pada tengah alur cerita dan terakhir pada alur penyelesaian konflik atau cerita. Kedua adalah plot Regresif atau alur flasback adalah alur yang tidak berurutan dan tidak bersifat kronologis pada cerita. Dimana alur tidak selalu dimulai dari awal namun bisa dari tengah atau akhir. Meski hanya memiliki dua jenis alur progresif dan regresif sebelumnya, namkun terkadang beberapa novel justru memiliki plot campuran progresif dan regresif (Josip Novakovich, 2003: 155-156).

Penokohan dimaknai sebagai penggambaran pemain atau tokoh sebuah cerita secara jelas (Josip Novakovich, 2003: 164-165). Bentuk penokohan dalam suatu cerita terbagi atas lima macam. Pertama tokoh utama yang berperan penting dalam alur cerita yang disajikan, tokoh yang paling sering di ceritakan dan menjadi inti dari cerita. Dan kriteria pemilihan pada tokoh utama dapat dinilai dari keterlibatan tokoh dan kemunculannya yang mendominasi pada alur dan plot cerita (Adib Sofia dan Sugiastuti, 2003: 16).

Kedua adalah Protagonis atau pemeran dengan karakter Bik dalam cerita. Ketiga ialah antagonis atau pemeran jahat atau keterbalikan dari moral dan sikap baik yang terlibat sebagai alur dan pemicu konflik (Burhan Nurgiantoro, 1995: 180). Keempat ialah tokoh tritagonis atau disebuat sebagai tokoh penengah konflik baik antara tokoh utama, protagonis maupaun antagonis. Dan terakhir adalah keterlibatan tokoh pembantu, seringkali tokoh tambahan ini dianggap tidak penting bahkan luput dari perhatian. Karakter dari tokoh ini juga beraneka macam, sebagai tokoh antagonis, protagonis, penengah mauapun adegan tanpa dialog.

Latar menurut M. H. Arbams dalam kutipan Burhan Sugiantoro, latar ialah tempat, waktu, suasana, keadaan dan lingkungan. Dimana latar sangat penting

(11)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 49 dan berkaitan dengan cerita dan alur nantinya (Henry Guntur Taringan, 1984: 136). Erwan Juhara berpedapat bahwa latar adalah bentuk keterangan baik pada waktu, ruang, keadaan dan suasana yang terjadi dalam suatu cerita. Latar menjadi salah satu pokok terpenting dalam cerita demi tergambarnya cerita pada latar alur yang sesuai.

Sudut Pandang atas pendapat Robert Stanton yakni sisi pandang terhadap objek dari cerita. Pengambilan sudut pandang menjadi salah satu hal penting dalam cerita hingga mendapatkan hasil yang optimal (Adib Sofia dan Sugiastuti, 2003: 120).

Menurut pendapat Deddy Mulyana, media adalah satu alat yang sangat efektif sebagai penyalur atau penyebar pesan baik itu pesan verbal maupun nonverbal. Dimana media berperan sebagai penyalur untuk bertukar informasi antara satu dengan yang lainnya yakni antara mubaligh (komunikator) dan muballagh (komunikan).

Penyesuaian dan mengikuti daya tarik masyarakat di era sekarang dapat dikatakan lebih modern dengan teknologi yang semakin canggih setara dengan mengimbangi perubahan globalisasi zaman. Semakin tinggi tingkat kemodernisan masyarakat maka semakin hebatlah jenis media digunakan sebagai media penyampai pesan tabligh. Media baru ini seperti media massa, media surat kabar, televisi, majalah, buku, radio dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, jenis karya tulis atau buku menjadi salah satu dari media pengantar pesan, sumber informasi, ilmu pengetahuan yang menarik bagi masyarakat saat ini. hal ini menyebabkan keterlibatan proses penyampaian media tabligh melalui karya sastra atau karya tulis sumber buku dianggap sangat pantas, efektif, cerdas dan sangat representatif (Budiatul Muchlisin Asti, 2004: 41).

Menurut Aep Kusnawan (2004), tabligh dengan media tulisan sangat efektif dan efisien karena dengan tulisan dapat menghadapi perubahan zaman hingga tulisan dan pesan yang disampaikan tetap ada dan tidak termakan usia karena ilmu dan pesan telah terikat oleh tulisan. Penyampaian tabligh melalui tulisan di kategorikan media paling efektif dibandingkan tabligh melalui lisan. Anggapan ini di karenakan tulisan memiliki sifat bermakna luas dan awet hingga ber abad kemudian. Karena inilah novel menjadi salah satu ide dari beberapa karya sastra yang tepat sebagai penyampai sebuah gagasan dan sekaligus dibaurkan konsep cerita menarik dalam novel. Sehingga baik pesan, ilmu dan informasi dapat tersampaikan dengan baik, menarik, lebih mudah di pahami dan tidak membosankan.

Beberapa contoh sastrawan mubaligh yakni di antaranya ialah Hamka dengan beberapa karyanya yakni salah satu judul novel tablighnya yaitu dibawah lindungan ka’bah, Habiburrahman El Shirazy dengan salah satu karya novel tablighnya yakni ayat-ayat cinta dan Aguk Irawan MN dengan salah satu karya

(12)

50 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

novel tablighnya yaitu Haji backpacker. Selain itu terdapat banyak contoh karya sastra novel yang mengandung pesan tabligh, diantaranya novel Assalamuallaikum Beijing karangan Asma Nadia, Negeri 5 menara karangan Ahmad Fuandi dan novel hafalan sholat Delisa karangan Tere Liye lalu terakhir Novel I AM Sarahza karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Mudah dimaknai bahwasannya novel tabligh ditandai dengan novel dan cerita didalamnya yang memiliki pesan dan nilai keislaman baik dari cerita di dalamnya ataupun kalimat yang di gunakan penulis novel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada era saat ini yaitu era zaman globalisasi dan teknologi banyak sekali media, tehnik atau proses tabligh yang banyak digunakan demi kesuksesan penyampaian pesan tabligh oleh komunikator kepada komunika. Diantaranya media-media yang memiliki peranan penting saat ini adalah Televisi, Radio, majalah dan buku. Sesuai dengan penelitian ini, buku adalah salah satu media tulis yang sangat efektif sebagai penyampai pesan, dimana buku akan mengikat ilmu dengan bentuk tulisan salah satunya adalah novel. Berbeda dengan penyampaian tabligh secara lisan, penyampaian tabligh secara tulisan di katakan lebih efektif dan mendetail karena ciri dari tulisan adalah awet dan tidak termakan usia. Sekaligus melalui karya sastra penyampaian pesan tabligh menjadi lebih mudah dipahami dan tidak membosankan bagi para pembaca (muballagh) oleh mubaligh.

Mubaligh ialah pemberi pesan tabligh kepada muballagh atau penerima pesannya. Mubaligh disebut sebagai tumpuan dari penyuluh agama ialah bentuk profesi yang menjadi salah satu tumpuan dalam penyebaran agama baik secara fungsional atau honorer bahkan sukarelawan. Di indonesia seorang penyuluh agama memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dalam beragama, bersosial dan bernegara. Dimana salah satu peran mubaligh sekaligus seorang sastrawan muslim turut menjadi penyuluh agama lewat karya-karyanya contohnya ialah novel I AM Sarahza karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

Dalam analisis novel ini yang menggunakan analisis isi deskriptif, penulis mengkategorikan penelitian novel pada hasil penelitian berdasarkan pesan tabligh didalamnya yakni kategorisasi pesan, kategorisasi pesan dan karakteristik pesan. dan penjabaran novel juga diterangkan lewat biografi penulis, sinopsis novel I AM Sarahza, unsur-unsur dalam novel seperti tema, alur, penokohan, latar. Lalu bagaimana latar belakang tentang kepenulisan novel I AM Sarahza, karya lain penulis dan korelasi antara novel dengan Al-Qur’an dan hadits.

Organisasi pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2008: 294) pada pesan komunikasi psikologi bahwa imbauan pesan, organisasi pesan dan terakhir struktur pesan adalah faktor penting dalam komunikasi pesan. Dalam karya tulis penting untuk

(13)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 51 memperhatikan bentuk organisasi pesan dalam tulisan dimana bentuk organisasi pesan sangat berperan penting pada sikap komunikator dan bagaimana respon komunikan atau penerima pesan. Manfaat digunakannya organisasi pesan adalah agar pembaca lebih mudah memahami, menelaah dan mengetahui bagaimana dan apa pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Organisasi pesan terbentuk atas pola pembentukan kalimat maupun pola penyusunan kalimat dalam tulisan. Bentuk organisasi pesan diantaranya deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial dan topikal.

Secara garis besar makna deduktif ialah memiliki gagasan utama pada pola awal kalimat sedangkan akhir kalimat berupa kesimpulan (Sanapiah Faisal, 1982). Makna dari induktif ialah kesimpulan atau keterangan penjelasan ada dia awal kalimat dan akhir kalimat dan terakhir mengemukakan pokok pembahasan secara umum (Anton M. Moeliono, 1977). Makna dari kronologis ialah bentuk waktu terjadinya kejadian atau cerita peritiwa dalam karya sastra maupun suatu kejadian. Selanjutnya ialah logis yakni urutan alur sebab akibat dalam penulisan karya sastra hingga menjadi cerita yang memiliki alur yang dapat diterima logika. Lalu spasial adalah bentuk latar tempat atau tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Dan terakhir adalah topikal yakni pesan atau tema pembicaraan yang mengandung pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca.

Berikut ialah hasil penelitian pada bentuk organisasi pesan dalam novel I AM Sarahza, sebagai berikut :

Tabel 1. Rekapitulasi Organisasi Pesan Tabligh

BAB Deduktif Induktif Logis Kronologis Topikal Spasial

Overture √ √√ √√ √ Pernikahan 1 √ Pernikahan 2 √ Pernikahan 3 √ Pernikahan 4 √ Pernikahan 5 √√√ √ √ Pernikahan 6 Pernikahan 7 √√ √ Pernikahan 8 Pernikahan 9 √ √ Pernikahan10 √ Pernikahan11 √√ √ √√√

(14)

52 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

Jumlah 5 7 4 2 3 6

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis diatas, penulis menyimpulkan organisasi pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza memiliki pesan induktif lebih banyak yakni 7 buah kalimat yang mana paling efektif digunakan dalam penulisan sebuah karya sastra. Sedangkan pada deduktif terdapat 5 contoh pesan, kronologis 2 pesan, logis 4 buah pesan dan spasial terdapat 6 pesan dan terakhir adalah topikal 3 buah pesan.

Dapat di simpulkan bahwa dalam novel I AM Sarahza pada organisasi pesan lebih banyak kalimat induktif. Pengertian dari induktif sendiri ialah bahwasannya pesan pada sebab akibat dapat mempermudah pembaca untuk menyerap dan memahami pesan yang disampaikan oleh pengarang karya sastra. Dengan pengelompokan organisasi pesan yang berbeda-beda akan lebih mempermudah pembaca juga dalam menganalisa dan memaknai setiap pesan dalam tulisan.

Kategorisasi pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza

Dalam bentuk kategorisasi pesan tabligh terdapat tiga pembagian yakni ibadah, syariah dan akhlak. Pengertian ibadah ialah menurut KBBI (2008: 515) ibadah diartikan sebagai prilaku atau perbuatan yang berdasarkan bentuk ketaatan kepada Allah SWT sebagai bentuk mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Selanjutnya adalah syariah yang diartikan sebagai bentuk kualitas dalam sebuah amalan, hukum, ajaran atau aturan agama yang telah di wahyukan kepada seorang muslim yang disesuaikan dengan pedoman yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadits (KBBI, 2005: 217).

Dan terakhir ialah bentuk akhlak. Akhlak diartikan sebagai bentuk prilaku, perbuatan dan budi pekerti. Hal ni juga sangat berkaitan antara penokohan, sikap baik dan buruknya seseorang dalam berindividu. Dalam karya tulis penokohan juga dianggap peranan penting dalam pengembangan cerita (KBBI, 2008: 27).

Berikut hasil analisis kategorisasi pesan tabligh dalam cerita novel I AM Sarahza, sebagai berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Kategorisasi Pesan Tabligh

BAB Ibadah Syariah Akhlak

Overture Pernikahan 1 Pernikahan 2

(15)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 53 Pernikahan 3 Pernikahan 4 √ Pernikahan 5 √ √ √ Pernikahan 6 Pernikahan 7 √√√ √ Pernikahan 8 Pernikahan 9 √√√√ √ √√√√ Pernikahan10 √√√√√√√√ √√√√ √√√√√√√√√√√ Pernikahan11 √√√√√ √√√ √√ Jumlah 22 10 18

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis penulis sebelumnya bahwa dalam kategorisasi pesan terdapat jenis ibadah, syariah dan akhlak. Dan dalam kategorisasi pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza terdapat pesan dominan yang dipakai pengarang ialah kategori pesan ibadah sebanyak 22 buah sedangkan pada syariah 10 buah pesan dan akhlak berjumlah 18 pesan. Kesimpulannya yakni dalam novel ini pengarang lebih mengutamakan aspek ibadah karena secara tidak langsung lebih mengutamakan tentang prilaku dan akhlak serta budi pekerti seseorang. Fungsi yang lainnya apabila pembaca memahami setiap pesan yang disampaikan akan dapat menjadi amalan sekaligus ibadah apabila di laksanakan.

Karakteristik Pesan Tabligh dalam novel I AM Sarahza

Karakteristik sama dalam komunikasi atau pesan dalam karya tulis juga salah satu aspek penting dalam penyampaikan pesan komunikasi. Dalam karakteristik pesan terdapat dua bentuk pesan komunikasi yaitu pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan secara langsung baik secara lisan ataupun tulisan atau simbol. Komunikasi verbal diartikan dengan komunikasi simbol. Deddy Mulyana (2005), mengatakan bahwa seluruh jenis simbol termasuk dalam kategori komunikasi verbal, namun simbol yang memiliki aturan tertentu dan bisa dipelajari hingga dapat dijadikan alat komunikasi oleh satu individu kepada individu lainnya. Dalam buku komunikasi organisasi mengatakan bahwa komunikasi verbal sangat dibutuhkan dan penting dalam dunia ilmu komunikasi baik seraca oral maupun tulis (Arni Muhammad, 2001: 95-96).

Sedangkan nonverbal biasanya disampaikan secara tidak langsung seperti contohnya gerakan tangan, ekspresi wajah, prilaku dan lainnya. Menurut pendapat Dedy Mulyana (2005), simbol termasuk kategori dari pesan verbal

(16)

54 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

yang memiliki aturan yang telah dipelajari sehingga simbol tersebut dapat dipahami orang lain atau kelompok lain sebagai suatu jenis komunikasi. Roudhonah (2007) mengatakan, bentuk komunikasi melalui nonverbal ialah “non” yang berarti tidak dalam bahasa inggris dan verbal yang dimaknai dengan lisan atau kata-kata. Komunikasi nonverbal juga diartikan sebagai komunikasi yang efektif karena sesuai dengan unsur-unsur komunikasi yang melibatkan gerak-gerik, sikap tubuh, ekspresi wajah dan pakaian atau benda yang bersifat simbolik. Berikut hasil analisis bentuk karakteristik pesan dalam novel I AM Sarahza :

Tabel 3. Rekapitulasi Karakteristik Pesan Tabligh

BAB Verbal Non Verbal

Overture Pernikahan 1 Pernikahan 2 √√ Pernikahan 3 Pernikahan 4 √√ Pernikahan 5 √√ Pernikahan 6 √ √ Pernikahan 7 Pernikahan 8 √√ Pernikahan 9 √ √√ Pernikahan10 √√√ √ Pernikahan11 √ Jumlah 9 9

Sumber: Hasil Penelitian

Menurut tabel analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam karakteristik pesan bentuk verbal dan nonverbal memiliki jumlah pesan yang sama yakni 9 buah pesan. fungsi komunikasi verbal diantaranya penamaan suatu objek, jalur untuk interaksi, menonjolkan intonasi dan artikulasi, sarana pengembangan komunikasi bahasa antar komunikator dan komunikan dan terakhir alat sosial yang efektif.

Sedangkan pada komunikasi nonverbal banyak dikategorikan sebagai komunikasi tidak transparan dan tidak diungkapkan secara jelas hanya melalui gerakan maupun bahasa tubuh. Sedangkan fungsi dari komunikasi ini adalah komunikasi objektif, komunikasi berdasarkan sentuhan, komunikasi waktu,

(17)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56 55 tempat maupun jarak, komunikasi bahasa tubuh dan terakhir komunikasi suara (hmmm) dan sebagainya. Karakteristik pesan ini menyimpulkan bahwasannya dalam karya sastra baik komunikasi verbal maupun nonverbal sangat efektif dan penting dalam penulisan cerita.

PENUTUP

Novel I AM Sarahza karanga Hanum Salsasbiela Rais dan Rangga Almahendra ini memiliki pesan tabligh yang banyak terselip secara langsung maupun secara tidak langsung. Berikut kajian pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza berdasarkan kategori analisis isi pesan yakni yang pertama adalah organisasi pesan. Dalam organisasi pesan ini terdapat beberapa jenis kalimat yakni deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial dan topikal. Dan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih banyak menggunakan kalimat pesan dalam bentuk induktif lebih banyak yakni 7 buah dibandingkan dengan jenis kalimat yang lainnya.

Kedua, dalam bentuk kategorisasi pesan tabligh yang terbagi atas ibadah, syariah dan akhlak. Dalam tiga kategorisasi pesan dalam novel I AM Sarahza lebih mendominasi pada bentuk pesan ibadah. Dimana ibadah memiliki makna sebagai prilaku, ketaatan maupun akhlak baik dan buruknya sesorang atau penokohan dalam cerita. Ibadah bermakna sebagai kategori dari ketaatan manusia kepada tuhannya yakni amar ma’ruf nahi munkar atau menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya seperti contohnya ibadah sholat, ibadah puasa, berzakat, dan laun sebagainya.

Ketiga adalah bentuk dari karakteristik pesan tabligh dalam novel I AM Sarahza yakni pesan verbal dan nonverbal. Dalam bentuk karakteristik dalam novel ini menghasilkan bahwa baik verbal maupaun nonverbal memiliki data yang seimbang yaitu 9 buah pesan. ini membuktikan bahwa baik pesan verbal (pesan secara langsung) dan nonverbal (pesan tidak langsung) memiliki peranan yang sama dalam sebuah komunikasi tertulis.

DAFTAR PUSTAKA

Chakim, S. (2010). Social Inequalities : Problematika Strategi Pengembangan Dakwah Dalam Perspektif Teori Sosial Konflik. KOMIKA: Jurnal Dakwah

dan Komunikasi. 4 (2), 193-207.

Yanti, Citra Salda. (2015). Regiolitas Islam dalam Novel Ratu yang bersujud karya

Amrizal Mochammad Mahdavi, Jurnal Humanika 15(3).

Dulwahab, Encep. (2016). Rebranding dakwah di Media Televisi: Anida, 15 (2), hlm 303.

Fitriyani, Fika (2017). Analisis pesan Tabligh dalam buku udah putusin aja! Karya Felix

Y. Skripsi. Thesis, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Sunan

Gunung Djati, Bandung.

(18)

al-56 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5 No. 1 (2020) 39-56

Rasail. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 11, (2), hlm 338 Kusnawan, Aep. (2004) Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung: Benang Merah Pers. Kusnawan, Aep. (2004). Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah

Press.

Muchlisin, Asti Badiatul. (2004). Berdakwah dengan Menulis Buku. Bandung: Penerbit MQ Media Qalbu.

Muhammad, Arni. ( 2001). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy.(2000). Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy.(2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan.(1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Novakovich, Josip. (2003). Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani. Bandung: Penerbit Kaif,.

Prawira, Sendi (2014). Analisis Pesan Dakwah dalam Novel Laskar Peelangi. Skripsi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.

Praktikto. (1987). Globalisasi Komunikasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Ramdani, L., Sumijati, S., & Nuraeni, H. G. (2017). Pesan Dakwah dalam Buku Humor Karya Mustofa Bisri. Tabligh: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam,

2(1), 46-67.

Ripai, M., Muksin, U., & Anugrah, D. (2016). Pesan Dakwah dalam Novel Bait Surau dalam Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 1(1), 25-44. Roudhonah. ( 2007.) Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Sofia, Adib dan Sugihastuti. (2003). Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan

dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.

Sukayat, T. (2009). Quantum Dakwah. Jakarta : Rineka.

Surayin. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Grama Widya.

Taringan, Henry Guntur. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Zaidallah, Al Wirsal Imam. (2002). Strategi Dakwah Dalam Membentuk Mubaligh

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Organisasi Pesan Tabligh
Tabel 2. Rekapitulasi Kategorisasi Pesan Tabligh

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi butir pernyataan yang digunakan dalam kue- sioner atau sejauh mana alat ukur dapat

Model Kewirausahaan pada Pemberdayaan ……….Nenet Natasudian Jaya dan I Gusti Made Subrata 68 Setelah data terkumpul kemudian analisa secara kualitatif yaitu menganalisa data

Berat umbi bawang merah dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh dosis pupuk KCl Pada Tabel 2 dapat dilihat, pemberiaan pupuk KCl menunjukkan pengaruh yang nyata

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas, penjualan personal, serta pemasaran langsung yang dilakukan Kizaru Animanga

Sumber data primer pada penelitian ini adalah warga sekolah baik itu siswa, kepala perpustakaan, petugas perpustakaan, dan guru yang bersedia menjadi informan dalam

Desa Pasar Binanga, warga bernama Tamin Hasibuan, umur 50 tahun, pekerjaan tani dan beralamat di Pasar Binanga, Kecamatan Barumun Tengah, Padang Lawas, menerangkan bahwa

Oleh karena itu untuk memberikan kemudahan dalam membuka dan menutup tirai rumah maka perlu dibangun sebuah sistem kontrol otomatis berbasis Arduino Uno untuk dua tipe tirai

[r]