• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Perawatan Luka Dgn Madu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Perawatan Luka Dgn Madu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FREKUENSI PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU PENGARUH FREKUENSI PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU

NECTAR FLORA TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA NECTAR FLORA TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA

((THE INFLUENCE OF TREATMENT FREQUENCIES USING NECTAR FLORA HONEY THE INFLUENCE OF TREATMENT FREQUENCIES USING NECTAR FLORA HONEY  TOWARDS SECOND DEGREE’S BURN ON WOUND HEALING DURATION 

TOWARDS SECOND DEGREE’S BURN ON WOUND HEALING DURATION ))

Dina Dewi SLI

Dina Dewi SLI1*)1*), Sanarto, Sanarto2)2), Barotut taqiyah, Barotut taqiyah3)3)

1) 1)

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2) 2)

Staf Pengajar

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas BrawijayaFakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

3) 3)

Mahasiswa

Mahasiswa Program Program Studi Ilmu Studi Ilmu KeperawataKeperawatann Fakultas Fakultas KedokteranKedokteran BrawijayaBrawijaya Jl. Vete

Jl. Veteranran MalaMalang 65145ng 65145

*) *)

e-mail:

e-mail: dinadewi@ubdinadewi@ub.ac.id.ac.id

ABSTRAK  ABSTRAK 

Salah satu manfaat madu sebagai bahan tambahan dalam perawatan luka. Penelitian tentang manfaat Salah satu manfaat madu sebagai bahan tambahan dalam perawatan luka. Penelitian tentang manfaat madu untuk perawatan luka sudah banyak dilakukan, termasuk untuk perawatan luka bakar derajat II. madu untuk perawatan luka sudah banyak dilakukan, termasuk untuk perawatan luka bakar derajat II. Pada penelitian tersebut frekuensi perawatan luka yang dilakukan bervariasi mulai dari 2 hari sekali Pada penelitian tersebut frekuensi perawatan luka yang dilakukan bervariasi mulai dari 2 hari sekali sampai 3 kali per hari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perawatan luka sampai 3 kali per hari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perawatan luka  bakar deraja

 bakar derajat II dengan madu nectat II dengan madu nectar flora terhadap lar flora terhadap lama penyemma penyembuhan luka dan mengetahui frekuebuhan luka dan mengetahui frekuensinsi mana yang sebaiknya diterapkan untuk perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu. mana yang sebaiknya diterapkan untuk perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu. Jeni

Jenis penes penelitialitiann adaadalahlah true experiment true experiment  dengdenganan memenggunnggunakan desaiakan desainn pre-test post-test  pre-test post-test control groupcontrol group design

design. . 2020 eekkoror mmararmmutut sesebabaggaaii  sample sample dibdibagi agi memenjanjadidi 55 kekelomlompok pok perperlaklakuauann yayaitu itu kekelomlompok pok 11 (kelompok kontrol), kelompok perlakuan 2 (perawatan luka 2 hari sekali), kelompok perlakuan 3 (kelompok kontrol), kelompok perlakuan 2 (perawatan luka 2 hari sekali), kelompok perlakuan 3 (perawatan luka 1 kali per hari), kelompok perlakuan 4 (perawatan luka 2 kali per hari), dan (perawatan luka 1 kali per hari), kelompok perlakuan 4 (perawatan luka 2 kali per hari), dan kelompok perlakua

kelompok perlakuan 5 (perawatan 3 kali per hari). Penilaian 5 (perawatan 3 kali per hari). Penilaian terhadap luka dilakukan setiap harin terhadap luka dilakukan setiap hari sejak sejak   pembuatan

 pembuatan luka luka sampai sampai luka luka sembuh,sembuh, sesuai sesuai dengan dengan format format penilaian penilaian luka luka menurut menurut Moya Moya MorisonMorison dal

dalamam mamanajnajememenen lukluka. Ha. Hasiasill anaanalislisis sis stattatististikik memenunnunjukkjukkan ran rataata-ra-rata peta penynyemembuhbuhan lan luka uka padpadaa kelompok

kelompok 1 (kontrol) sebe1 (kontrol) sebesar 14,5 sar 14,5 hari,hari, kelompok kelompok 2 adalah 13,2 adalah 13,5 hari,5 hari, kelompok 3 kelompok 3 adalah 11adalah 11,75 hari,,75 hari, kelompok 4

kelompok 4 adalah 1adalah 10,5 hari,0,5 hari, dan kelomdan kelompok 5 adapok 5 adalah 10 harlah 10 hari. Ujii. Uji oonnee wwaayy aannoovvaa menunjukkanmenunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata lama penyembuhan luka antar kelompok dengan F terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata lama penyembuhan luka antar kelompok dengan F hitung (6,992) > F tabel (3,06) dan p <

hitung (6,992) > F tabel (3,06) dan p < α 0,05. Uji BNT menunjukkan pada kelompα 0,05. Uji BNT menunjukkan pada kelompok 2 tidak berbedaok 2 tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Sedangkan kecepatan penyembuhan luka pada kelompok 3, nyata dengan kelompok kontrol. Sedangkan kecepatan penyembuhan luka pada kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 5 tidak berbeda nyata. Namun perbedaan antara kelompok 4 dan kelompok 4, dan kelompok 5 tidak berbeda nyata. Namun perbedaan antara kelompok 4 dan kelompok 5 menunjukkan angka signifikan yang paling besar (p = 0,634), sehingga dengan kata lain kelompok 5 menunjukkan angka signifikan yang paling besar (p = 0,634), sehingga dengan kata lain  pengaruh pada

(2)

hasil penelitian yaitu perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu yang dilakukan 2-3 kali per hari paling efektif dalam mempercepat lama penyembuhan luka bakar derajat II dibandingkan  perawatan luka 2 hari sekali dan 1 kali sehari.

Kata kunci: luka bakar derajat II, madu nektar flora, lama penyembuhan luka, frekuensi perawatan luka

 ABSTRACT 

One of them is used as the properties of wound healing. Many research has been done, include the use of honey on treatment of secon degree’s burn. In those research are lack of consensus on how often to apply honey. It is varies from every two days, once daily, twice daily, and three times daily.  Because of that, this research want to answer that question so we can know how often the treatment of   second degree’s burn using honey should be applied. This research is conducted to test and to know

the influence of treatment frequency on second degree’s burn using honey to quicken wound healing  duration and to know which frequency has the best result on quickening wound healing. This research is true experiment study with pretest-postest control group design system. 20 cavia porcellus, as  samples, are divided into 5 groups: 1) contol group; 2) second degree’s burn care group with honey applied every to days; 3) second degree’s burn care group with honey applied once daily; 4) second  degree’s burn care group with honey applied twice daily; 5) second degree’s burn care group with honey applied three times daily. Assessment of wound is applying every day using wound assesment   form in wound manajement by Morison Moya. Means of wound healing in control group is 14,5 days,  group 2 is 13,5 days, group 3 is 11,75 days, group 4 is 10,5 days, and group 5 is 10 days. One way anova test shows the differences of wound healing means between each group is significant with F  count (6,992) > F table (3,06) and p < α 0,05. LSD says there are no significant difference between  group 3, group 4, and group 5. But the difference between group 4 and group 5 shows the highest   significant value (p = 0,634), so it can conclude that the group 5 has the most same effects on group

4. The treatments of second degree’s burn using honey twice daily and three times daily are better  than those done every two days and once daily.

 Keywords: second degree’s burn, nectar flora honey, wound healing duration, treatment frequencies

LATAR BELAKANG

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,  bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass disaster ). Luka bakar tergolong kasus

epidemik yang serius dalam tahun-tahun belakangan ini.

Berdasarkan catatan journal of burn care and rehabilitation edisi 1992, diperkirakan ada 2,4  juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut ada 650.000 yang

(3)

ditangani oleh ahli medis dan 75.000 ditangani di rumah dan 12.000-nya berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data lain dari the national institute for burn medicine menyebutkan bahwa sebagian  besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan kelalaian korban. Penyebab luka bakar 

antara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan merokok pada penggunaan obat bius dan alkohol (Smeltzer & Bare, 2000). Penelitian di Belanda menunjukkan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri, dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data statistik unit pelayanan khusus RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, jumlah kasus yang dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107 kasus atau 26,3% dari seluruh kasus bedah plastik  yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat lebih 40% merupakan luka bakar derajat II-III dengan angka kematian 37,38% (Kristanto, 2005).

Kebanyakan luka bakar terjadi di rumah ketika memasak atau di kamar mandi karena air   panas atau penggunaan alat elektronik yang yang tidak sesuai. Luka bakar juga dapat terjadi di

lingkungan industri. Anak-anak dan lansia memiliki resiko tinggi terhadap cedera luka bakar. Kedua kelompok ini memiliki kulit yang tipis dan rapuh, sehingga kontak dalam waktu yang sebentar dengan sumber panas dapat mengakibatkan luka bakar ketebalan penuh. Peluang untuk bertahan hidup lebih  besar pada anak yang lebih tua dari 5 tahun dan pada orang dewasa yang kurang dari 40 tahun

(Smeltzer & Bare, 2000). Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) membutuhkan penanganan medis yang segera karena beresiko terhadap infeksi, dehidrasi dan komplikasi serius lainnya (Balletto et al, 2001). Perawatan luka bakar dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan tambahan, antara lain normal salin, lidah buaya dan madu. Madu merupakan cairan kental dan terasa manis yang dihasilkan oleh tawon madu dengan jalan proses  pengubahan suatu cairan manis yang dihasilkan oleh bunga atau bagian dari tanaman (Hadiwiyoto,

1986). Madu telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan India) mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan merekomendasikan penggunaannya sebagai  pengobatan. Papyrus dari mesir kuno menyebutkan pengobatan luka bakar dengan menggunakan

madu. Tentara rusia dan tentara Cina juga menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu telah digunakan untuk mengobati luka bakar dan ulcer untuk mengurangi infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Subrahmanyam, 1996). Dalam sebuah penelitian di India disebutkan bahwa madu memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka bakar  derajat II dibandingkan dengan cara konvensional. Hal ini terutama karena madu memiliki osmolaritas yang tinggi, mengandung hidrogen peroksida, kadar glukosa yang tinggi dan beberapa komponen organik lain. Selain itu kandungan madu juga memiliki komposisi yang sesuai dengan zat yang dibutuhkan oleh manusia sehingga madu tidak dianggap sebagai benda asing. Dengan kandungan tersebut madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, menyerap cairan edema, memicu granulasi jaringan, epitelialisasi dan peningkatan nutrisi. Penelitian tersebut menggunakan  perawatan luka bakar metode tertutup (Subrahmanyam, 1996). Tindakan perawatan luka merupakan

(4)

intregritas kulit yang memungkinkan terjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Tujuan utama dari  perawatan luka tersebut adalah mengembalikan integritas kulit dan mencegah terjadinya komplikasi infeksi. Perawatan luka meliputi pembersihan luka, pemberian terapi antibakteri topikal, pembalutan luka, penggantian balutan, debridemen, dan  graft  pada luka (Smeltzer & Bare, 2000). Frekuensi  perawatan luka tidak disebutkan secara pasti, tergantung jumlah drainase, keinginan dokter, dan sifat luka (Taylor et al, 1989). Luka bakar merupakan luka yang unik, terdapat jaringan eskar yang luas, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

Salah satu solusi menurut Templeton (2001) menyatakan bahwa dalam penelitian tentang  penggunaan madu tidak ada konsensus yang jelas tentang jumlah dan frekuensi perawatan yang harus dilakukan. Beberapa penelitian tentang perawatan luka dengan madu menyebutkan bahwa frekuensi  perawatan yang dilakukan adalah 2 hari sekali, 1 kali per hari, 2 kali per hari dan 3 kali per hari

(Molan, 2001).

METODE

Jenis penelitian termasuk dalam eksperimental laboratoris (true experimental ) dengan menggunakan desain  post-test only control design dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan  penyembuan luka bakar derajat II dalam memperpendek waktu penyembuhan luka bersih.

Sample diperoleh dengan tehnik random dan didapatkan sebanyak 20 marmut yang dikelompokkan menjadi 5 group yaitu: 1) kelompok kontrol; 2) kelompok madu dengan perawatan 2 hari sekali; 3) kelompok madu dengan perawatan 1 kali per hari; 4) kelompok madu dengan  perawatan 2 kali per hari; 5) kelompok madu dengan perawatan 3 kali per hari. Karakteristik  sample meliputi: 1) marmut (Cavia porcellus) yang dipilih berdasarkan alasan bahwa struktur kulit dan  jaringan organ yang mirip dengan manusia; 2) jenis kelamin betina; 3) usia 2-3 bulan; 4) berat 250-300 gr; 5) dalam kondisi yang sehat yang ditandai dengan gerakan aktif, belum pernah mendapatkan  pengobatan (medikasi); 6) aklimatisasi selama proses perawatan luka di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2008  bertempat di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Prosedur penelitian ini dilakukan pada perawatan luka dengan menggunakan madu nektar  flora dengan frekuensi perawatan yang berbeda-beda dan normal saline setelah dilakukan insisi. Penilaian kesembuhan luka bersih dilakukan dengan cara observasi sampai luka bakar sembuh yang ditandai dengan menutupnya kembali luka. Analisis data dilakukan dengan uji komparasi one way anova (MIPA Unibraw, 2001; Sugiyono, 2003).

20 Sampel

Randomisasi

(5)

Gambar 1. Bagan alur penelitian

Foto Penelitian Keterangan :

1. kelompok kontrol

2. kelompok perawatan madu 2 hari sekali 3. kelompok perawatan madu 1 kali per hari 4. kelompok perawatan madu 2 kali per hari 5. kelom ok erawatan madu 3 kali er hari

Gambar 1. Penyukuran marmut Gambar 2. Pembuatan luka bakar derajat II A

Gambar 3. Bula yang terbentuk 

Gambar 4. Perawatan luka

Gambar 5. Marmut yang telah dilakukan perawatan luka

(6)

Foto Hasil Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penilaian Kesembuhan Luka Bakar Derajat II A Dari Masing-Masing Kelompok 

Sampel 3.5 hari ke 12 Sampel 2.4 hari ke 12 Sampel 1.3 hari ke 13 Sampel 5.3 hari ke 9 Sampel 4.4 hari ke 11 Gambar 7. Format  pengkajian luka Gambar 8. Kandang marmut

(7)

Tabel 1. Penilaian kesembuhan luka bakar derajat II A dari masing-masing kelompok 

Kelompok Sampel

Lama Penyembuhan Luka Bakar Derajat II

(hari) Rata-Rata Lama Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Kelompok 1: kontrol 1 18 14,5 2 15 3 13 4 12 Kelompok 2: madu

(perawatan 2 hari sekali)

1 14 13,5 2 14 3 14 4 12 Kelompok 3: madu

(perawatan 1 kali per hari)

1 10 11,75 2 12 3 12 4 13 Kelompok 4 : madu

(perawatan 2 kali per hari)

1 10 10,5 2 11 3 10 4 11 Kelompok 5 : madu

(perawatan 3 kali per hari)

1 10 10

2 11

3 9

4 10

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata lama  penyembuhan 14 hari. Sedangkan Perawatan luka bakar derajat II A dengan madu yang dirawat 2 hari sekali (kelompok 2) menunjukkan rata-rata lama penyembuhan 13,5 hari. Pada kelompok 3 yang dirawat 1 kali sehari memiliki rata-rata penyembuhan 11,75 hari. Rata-rata penyembuhan pada kelompok 4 yang dirawat 2 kali sehari adalah 10,5 hari. Kelompok 5 menunjukkan rata-rata  penyembuhan luka 10 hari.

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perawatan luka dengan madu yang dilakukan 3 kali sehari memiliki rata- rata lama penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan  perawatan luka yang lainnya dengan grafik yang terlihat pada gambar 1.

(8)

PERLAKUAN

Madu 3 kali/ hari Madu 2 kali/hari

Madu 1 kali/ hari Madu 2 hari se kali

Kontrol    M    e    a    n    o    f    S    E    M    B    U    H

Gambar 1. Grafik rata-rata lama penyembuhan dari kelompok kontrol sampai kelompok perawatan 3 kali per hari

Pada grafik 1 didapatkan bahwa terjadi penurunan grafik dari kelompok kontrol sampai kelompok perawatan 3 kali per hari. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan 3 kali per hari paling cepat dalam menyembuhkan luka bakar derajat II A.

Untuk menguji dan mengetahui pengaruh frekuensi perawatan luka bakar derajat II dengan madu terhadap penyembuhan luka dilakukan uji dengan one way anova dan dilanjutkan dengan uji LSD (BNT). One way anova ini dipilih karena klasifikasi pengamatan hanya berdasarkan satu kriteria yaitu pemberian perlakuan saja. Tujuan analisa ragam tersebut ingin menguji apakah rata-rata setiap  perlakuan memberikan hasil yang berbeda atau sama, sedangkan uji LSD/BNT bertujuan untuk 

mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata.

Hasil Analisis Data Pada 5 Kelompok Perlakuan Uji Asumsi Anova

1. Test Normalitas Data Kolmogorov Smirnov 95%

Dari hasil pengujian ini menunjukkan nilai  p value sebesar 0,199, sehingga  p value lebih  besar daripada α (0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 terima (data menyebar normal).

2. Test Homogenitas

Test of homogenity of variance menunjukkan F hitung sebesar 2,756 dengan df 1 = 4 dan df 2 = 15 serta  p value sebesar 0,067. Untuk menguji homogenitas varians dapat dibandingkan antara F hitung dan F tabel. Dengan taraf kesalahan yang diambil adalah 5%, maka harga F tabel sebesar 3,06. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel, data tidak homogen. Sedangkan dari data di atas, F hitung lebih kecil dari F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data homogen.

(9)

3. Uji Galat Percobaan Saling Bebas

Untuk melihat keacakan galat percobaan dibuat plot. Jika plot yang dibuat tidak membentuk   pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa galat percobaan saling bebas. Pada plot uji galat menunjukkan penyebaran data yang tidak membentuk pola yang jelas. Kesimpulan yang dapat ditarik  adalah data-data tersebut tidak saling berpengaruh sehingga memenuhi asumsi galat bebas.

4. Uji Keaditifan Model

Uji formal yang dapat digunakan untuk menguji apakah model yang digunakan aditif atau tidak adalah uji tukey. Pada uji tukey tersebut H0 adalah data bersifat aditif dan Ha adalah data tidak   bersifat aditif. Jika F hitung ≤ F tabel, maka keaditifan model dapat diterima. Taraf kesalahan yang

diambil (α) sebesar 0,05 sehingga F tabel sebesar 3,06. Pada uji keaditifan model dari data lama  penyembuhan luka menunjukkan nilai F hitung sebesar 3,2119. Jadi F hitung < F tabel. Sehingga

kesimpulan yang diambil adalah terima H0 (data bersifat aditif).

Uji Anova One Way

Pada uji anova one way diperoleh F hitung sebesar 6,992 dengan signifikansi 0,002. Untuk  menguji hipotesis dapat dibandingkan dengan tabel, dengan df 1 = 4 dan df 2 = 15 dengan taraf  kesalahan yang diambil adalah 0,05. Maka harga F tabel sebesar 3,06. Ketentuan yang digunakan yaitu apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Pada data tersebut F hitung (6,992) > F tabel (3,06), maka terima Ha dan tolak H0. Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara masing-masing perlakuan.

Uji BNT

Hasil uji BNT diketahui bahwa rata-rata lama penyembuhan luka pada kelompok 1 tidak   berbeda nyata dengan kelompok 2 (p = 0,346) dan berbeda nyata dengan kelompok 3 (p = 0,017),

kelompok 4 (p = 0,001) dan kelompok 5 (p = 0,001). Kelompok 2 tidak berbeda nyata dengan  penyembuhan luka pada kelompok 1 (p = 0,346) dan kelompok 3 (p = 0,110), dan berbeda nyata

dengan penyembuhan luka pada kelompok 4 (p = 0,011) dan kelompok 5 (p = 0,004). Kelompok 3 memiliki lama penyembuhan luka yang tidak berbeda nyata dengan kelompok 2 (p = 0,110), kelompok 4 (p = 0,243), kelompok 5 (p = 0,110), berbeda nyata dengan penyembuhan luka pada kelompok 1 (p = 0,017). Pada kelompok 4 tidak berbeda nyata dengan kelompok 3 (p = 0,243), dan kelompok 5 (p = 0,634), dan berbeda nyata dengan kelompok 1 (p = 0,001) dan kelompok 2 (p = 0,011). Sedangkan kelompok 5 memiliki perbedaan yang nyata dengan kelompok 1 (p = 0,001) dan kelompok 2 (p = 0,004), dan tidak berbeda nyata dengan kelompok 3 (p = 0,110) dan 4 (p = 0,634).

Meskipun beberapa kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang nyata, tetapi rata-rata lama penyembuhan luka pada masing-masing kelompok tidak sama. Pada gambar 1 dapat terlihat  jelas bahwa perawatan luka 3 kali per hari memiliki lama penyembuhan yang paling cepat. Berdasarkan uji BNT, perawatan 3 kali per hari tidak berbeda nyata dengan perawatan 1 kali per hari

(10)

dan 2 kali per hari. Dengan kata lain, pengaruh dari ketiga kelompok tersebut bisa dikatakan hampir  sama. Namun jika dilihat lebih jauh, signifikan perbandingan antara kelompok 5 (perawatan 3 kali per  hari) & kelompok 3 (perawatan 1 kali per hari) dengan kelompok 5 (perawatan 3 kali per hari) dan kelompok 4 (perawatan 2 kali per hari) memiliki perbedaan. Perbandingan kelompok 5 dan 3 memiliki signifikan 0,110, sedangkan kelompok 5 dan 4 memiliki signifikan 0,634. Semakin besar  p value (signifikan), maka semakin besar kesamaan diantara kedua kelompok tersebut. Jadi kelompok 5 memiliki kesamaan yang lebih besar dengan kelompok 4 daripada dengan kelompok 3. Dengan kata lain perawatan 3 kali per hari memiliki pengaruh yang hampir sama dengan perawatan 2 kali per hari.

Hasil Uji BNT

Tabel 2. Hasil uji BTN

No Kelompok Perlakuan  Mean Notasi

1. Kelompok 1 14,50 a

2. Kelompok 2 13,50 ab

3. Kelompok 3 11,75 bc

4. Kelompok 4 10,50 c

5. Kelompok 5 10,00 c

Keterangan dari tabel 2:

Kelompok 1: kelompok kontrol

Kelompok 2: kelompok madu dengan perawatan 2 hari sekali Kelompok 3: kelompok madu dengan perawatan 1 kali per hari Kelompok 4: kelompok madu dengan perawatan 2 kali per hari Kelompok 5: kelompok madu dengan perawatan 3 kali per hari

Pembahasan

Perawatan Luka Bakar Derajat II A Dengan Madu Nektar Flora Yang Dilakukan 2 Hari Sekali Proses penyembuhan pada perawatan luka bakar 2 hari sekali membutuhkan waktu yang  paling lama, yaitu rata-rata 13,5 hari. Hal ini disebabkan karena balutan mudah kering sehingga

kelembaban luka kurang terjaga yang dapat meningkatkan resiko cidera dalam melepas balutan luka dan juga dapat memperlambat dalam pengangkatan jaringan nekrosis. Luka yang mudah kering dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan lebih banyak jaringan yang hilang, sehingga dapat menghambat penyembuhan luka. Balutan yang mudah kering dapat meningkatkan resiko menempelnya kasa pada permukaan luka. Lengkung kapiler darah tumbuh melalui rajutan serat kassa dan dapat terobek saat balutan itu dilepas (Morison, 2004). Luka yang bersifat kering juga

(11)

menghambat migrasi dari sel-sel epidermal ke permukaan luka serta memiliki kecenderungan untuk   pecah dan terkena infeksi (Capernito, 1995).

Rata-rata lama penyembuhan luka pada kelompok ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p value (signifikansi) sebesar 0,346. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh perawatan luka dengan madu yang dilakukan 2 hari sekali hampir sama dengan kelompok kontrol yang perawatannya menggunakan normal salin tanpa madu dan dilakukan sekali per hari.

Perawatan Luka Bakar Derajat II A dengan Madu Nektar Flora yang Dilakukan 1 Kali Per Hari

Pada perawatan luka bakar 1 kali per hari, kelembaban luka lebih terjaga sehingga resiko-resiko balutan yang bersifat kering juga berkurang. Rata-rata penyembuhan luka pada perawatan ini adalah 11,75 hari (lebih cepat jika dibandingkan dengan perawatan 2 hari sekali).

Uji BNT kelompok perlakuan ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok   perawatan 2 hari sekali. Namun nilai signifikansi menunjukkan hasil sebesar 0,110. Sehingga

disimpulkan bahwa perawatan 1 kali per hari lebih baik daripada perawatan 2 hari sekali.

Perawatan Luka Bakar Derajat II A Dengan Madu Nektar Flora yang Dilakukan 2 Kali Per Hari Dan 3 Kali Per Hari

Lama penyembuhan pada perawatan luka 2 kali per hari lebih cepat dibandingkan perawatan 1 kali per hari. Rata-rata lama penyembuhan pada perawatan luka 2 kali per hari adalah 10,5 hari. Sedangkan perawatan luka bakar 3 kali perhari paling cepat dalam mempercepat lama penyembuhan dibandingkan frekuensi perawatan yang lain. Rata-rata lama penyembuhan pada perawatan ini adalah 10 hari.

Semakin sering perawatan luka dilakukan, maka semakin cepat luka tersebut sembuh. Hal ini karena balutan lebih tetap terjaga kelembapannya dan kebersihan luka tetap terjamin sehingga terhindar dari resiko infeksi, di samping itu dapat mengurangi resiko cidera selama mengganti balutan (Doengoes, 2000). Luka yang lembab akan mempercepat perpindahan dari sel-sel epidermal ke  permukaan luka sehingga proses pembentukan jaringan baru juga semakin cepat.

Dari hasil penelitian terbukti bahwa perawatan luka yang dilakukan 3 kali per hari paling cepat dalam penyembuhan luka. Di sisi lain, uji BNT menyatakan bahwa perawatan luka 3 kali per  hari tidak berbeda nyata dengan perawatan luka 1 kali per hari dan 2 kali per hari. Meskipun tidak  terdapat perbedaan yang nyata pada perbandingan antara perawatan 1 kali dan 3 kali per hari, namun lama penyembuhan pada keduanya memang berbeda. Rata-rata lama penyembuhan luka pada  perawatan 1 kali per hari adalah 11,75 hari, sedangkan rata-rata lama penyembuhan luka pada  perawatan 3 kali adalah 10 hari. Tentunya hal ini memberikan perbedaan yang bermakna secara klinis

(12)

Uji BNT juga menyatakan bahwa perbandingan perawatan luka 3 kali per hari dan 2 kali per  hari memiliki nilai signifikasi yang paling besar yaitu 0,634. Semakin besar signifikansi maka semakin besar kesamaan diantara kedua perlakuan. Kesimpulannya perawatan 3 kali per hari memiliki  pengaruh yang lebih sama dengan perawatan 2 kali per hari dalam mempercepat penyembuhan luka.

Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan bahwa perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu nektar flora untuk mempercepat proses penyembuhan luka sebaiknya dilakukan 2-3 kali per hari, disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapang. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh frekuensi perawatan terhadap lama penyembuhan luka diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengingat banyak faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya biaya perawatan, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dan sebagainya. Penelitian ini hanya memperhitungkan tentang lama penyembuhan berdasarkan observasi secara makroskopis. Penelitian-penelitian lanjutan hendaknya dilakukan dengan metode yang lebih terkontrol serta sarana dan pra sarana yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) perawatan luka bakar  derajat II dengan menggunakan madu nektar flora yang dilakukan 2 hari sekali memiliki rata-rata lama penyembuhan luka yang hampir sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan perawatan yang dilakukan 1 kali per hari lebih efektif dibandingkan dengan perawatan 2 hari sekali secara klinis; 2)  perawatan luka yang dilakukan 2 kali per hari memiliki pengaruh yang hampir sama dengan kelompok perawatan 3 kali per hari. Dengan demikian perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu nektar flora yang dilakukan 2-3 kali per hari terbukti paling efektif (secara klinis) dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II dibandingkan dengan perawatan luka yang dilakukan 1 kali per hari dan 2 hari sekali, serta perawatan luka dengan tidak menggunakan bahan apapun.

Saran yang dapat direkomendasikan meliputi: 1) dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dosis madu nektar flora yang efektif untuk perawatan luka bakar derajat II; 2) perlu dilakukan  penelitian untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada perawatan luka yang menggunakan madu nektar flora; 3) perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang madu jenis lain untuk perawatan luka; 4) perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kegunaan madu untuk   perawatan luka yang lain; 5) perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efektifitas frekuensi  perawatan pada luka bakar derajat II dengan madu nektar flora dengan memperhatikan faktor-faktor 

lain yang berpengaruh dalam penyembuhan luka; 6) perlu diterapkannya perawatan luka bakar derajat II dengan madu nektar flora yang dilakukan 2-3 kali per hari untuk mempercepat proses  penyembuhan luka disesuaikan dengan kondisi lapang.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Balletto, et al. 2001. Burns. (online).

http://www.adam.com/democontent/IMCAccess/ConsConditions/Burnscc.html. Diakses pada 20 April 2005.

Capernito, L.J. 1995. Nursing Care Plan And Documentation: Nursing Diagnoses And Collaborative Problem. 3rdEdition. Philadelphia: Lippincott.

Carpenter, J. 2002. Composition Of Honey. (online). http://www.kohala.net/bees/composition.html. Diakses pada 26 April 2005.

Chichester, C. 1987. Advances In Food Reseach. New York: The Nutrition Foundation Inc. Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Dudley.1992. Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi 11. Yogyakarta: UGM Press.

Dunford, C., et al. 2000. The Use Of Honey In Wound Management. (online). http://www.nursing-standard.co.uk/archives/ns/vol 5-11/v15w11p6368.pdf. Diakses pada 26 April 2005.

Efendy, C. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC.

Free, J.B. 1982. Bees And Mandlind. London and Noethampton: Alden Press Oxford.

Gaylene., et al. 2000. Delmar’s Fundamental And Advanced: Nursing Skill. Canada: Thomson Learning.

Hadiwiyoto, S. 1986. Mengenal Hasil Tawon Madu. Yogyakarta: PT. Pradnya Paramita.

Ignatavicius, D.D., & Bayne, M.V. 1991. Medical-Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. Philadelphia: WB Saunders.

Koning, R.E. 1994. The Biology Of The Honeybee, Apis Mellifera. (online). http://koning.ecsu.ctstateu.edu/Plants_Human/bees/bees.html. Diakses pada 26 April 2005. Kristanto, H. 2005. Perbedaan Efektifitas Perawatan Luka Bakar Derajat II Dengan Lendir Lidah

Buaya (Aloe Vera) Dibandingkan Dengan Cairan Fisiologis (Normal Saline 0,9%) Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan. Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Mer. 2003. Luka Bakar, Korban Terbesar Ledakan Bom. (online). http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0808/kes1.html. Diakses pada 16 Mei 2005.

Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinik Dan Praktis. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Molan, P. 2001. UOW-Honey Research Unit. Honey As A Dressing For Wounds, Burns And Ulcers. Abrief Review Of Clinical Report And Experimental Studies. (online). http://www.honey.bio.waikato.ac.nz/index.html. Diakses pada 16 Mei 2005.

(14)

Office Of Complementary Medicine. 1998. Honey, Scientific Report. (online). http://www:health.gov.au/tga/docs/tds/cmec/hongsr.pds.html. Diakses pada 16 Mei 2005. Oswari. 2000. Bedah Dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ristanto, R. 2004. Keefektifan Penggunaan Povidone Iodine 10% (Betadine) Dan Madu Nektar Flora Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Bersih Pada Marmut (Cavia Porcellus). Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Robbin, K. 1995. Buku Ajar Patologi I. Edisi Empat. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. 1996. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Diterjemahkan oleh: dr. H. Y. Kuncara, dkk. 1997. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. 2000. Brunner and Suddarth’s Textbook Of Medical-Surgical Nursing. 9th Edition. Philadelphia: Lippincott.

Soewedo.1980. Pedoman Pemeliharaan Tawon Madu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Subrahmanyam, M. 1996. Honey Dressing For Burn – An Appraisal. Annals Of Burns And Fire

Disaster. (online). Vol IX, No. 1,

http://www.medbc.com/annals/review/vol_9/num_1/text/vol9n1p33.htm. Diakses pada 20 April 2005.

Sulthoni, A. 1986. Aspek Biologi Lebah Madu Sebagai Faktor Utama Pengembangan Budidaya Di Kehutanan. Makalah Dalam Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu Untuk  Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sukabumi Mei 1986. Jakarta: Perum Perhutani.

Suyono, S., & Waspadji, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sylvia, A., & Lorraine, M. 1992. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Empat. Diterjemahkan oleh Dr. Peter Anugerah.1995. Jakarta: EGC.

Taylor., et al. 1989. Fundamental Of Nursing: The Art Science Of Nursing Care. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Templeton, S. 2001. Reviewing The Use Of Honey On Wounds. The Pursuit Of Excellence: Promoting Evidence Based Nursing Practice in Wound Management. Issue November 2001.

 No 1. (online).

http://www.rdns.net.au/research_publications/Newsletters/01_Wound%20Management_Nov 01.pdf. Diakses pada 16 Mei 2005.

Walji, H. 2001. Terapi Lebah: Daya Kekuatan Dan Khasiat Lebah, Madu Dan Serbuk Sari. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Penilaian kesembuhan luka bakar derajat II A dari masing-masing kelompok 
Gambar 1. Grafik rata-rata lama penyembuhan dari kelompok kontrol sampai kelompok perawatan 3 kali per hari
Tabel 2. Hasil uji BTN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Berdasarkan hal tersebut dengan hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan serta telah dipaparkan di penyajian data, sebenarnya tidak terlihat masalah

Kuliah Kerja Media (KKM) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Pebruari hingga 15 April 2017 bertujuan untuk memenuhi Tugas Akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan, Fakultas

Pengalaman berkomunikasi diantara pasangan suami istri beda agama dalam kerangka pengelolaan konflik dan pengambilan keputusan, khususnya tentang penyesuaian diri lintas

Sebagai koagulan lateks, asap cair kayu karet 15%, dan asap cair tempurung kelapa 10% menghasilkan mutu lump yang memenuhi spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-2047-2002,

Konsentrasi asap cair kayu karet dan kayu gelam yang ditambahkan dapat membuat tekstur sit angin menjadi lembut dan mudah digiling dengan gilingan karet sehingga

Bila diameter pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan jangka sorong (’ ’) untuk mengukur DBH (Gambar 3B), data yang diperoleh adalah diameter pohon. Lakukan pengukuran DBH

Peta u: serupa dengan peta c; digunakan untuk memetakan jumlah rata-rata cacat per unit jika area peluang tidak konstan (data diskrit);5. Peta individual: untuk memetakan