• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional analitik dengan rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi imunohistokimia Human Epididymis Protein 4 terhadap blok paraffin jaringan kista ovarium jinak dan ovarium normal.

Dalam penelitian ini, tidak diberikan perlakuan terhadap variabel, namun hanya dilihat hasil pulasan immunohistokimia HE4. Pengukuran variabelnya hanya dilakukan satu kali dan pada satu saat.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

`Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU, dan pemeriksaan imunohistokimia dilakukan di Laboratorium Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilakukan bulan Mei hingga Juni 2017.

3.3. Subjek Penelitian

Objek penelitian kelompok kasus adalah blok paraffin jaringan kista ovarium benigna yang diperoleh dari operasi ginekologi kista ovarium benigna.

Objek penelitian kelompok kontrol adalah blok paraffin jaringan ovarium normal yang diperoleh dari operasi ginekologi non kista ovarium, seperti pada pasien menopause yang menjalani operasi total abdominal histerektomi dan bisalfingoooforektomi atas indikasi hiperplasia endometrium, mioma uteri,

(2)

karsinoma endometrium stadium dini, yang memiliki hasil histopatologi ovarium dalam batas normal.

3.4. Besar Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian dihitung secara statistik dengan rumus87 :

dimana :

Zα = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai α yang ditentukan. Nilai α=0,10  Zα= 1,64

Zβ= nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai β yang ditentukan. Nilai β=0,20  Zβ= 0,84

P2= Proporsi pada kista ovarium benigna = 0,2 25 Q2= 1-P2 = 0,8

P1= Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan ketetapan peneliti = 0,8

Q1= 1-P1 = 0,2

P1-P2= Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna= 0,6

P= Proporsi total = = 0,5 Q= 1-P = 0,5

n1= Besar sampel kelompok 1 (kasus) n2= Besar sampel kelompok 2 (kontrol)

(3)

Maka perhitungan besar sampel penelitian berdasarkan rumus tersebut didapatkan besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah n1= n2= 18,63 dibulatkan 19 sampel (jumlah sampel masing-masing kasus dan kontrol), sehingga total besar sampel minimal pada penelitian ini adalah 38 sampel. Namun pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan imunohistokimia HE4 pada blok paraffin kista ovarium benigna sebanyak 20 sampel, dan blok paraffin jaringan ovarium normal sebanyak 20 sampel, sehingga total akan diperiksa sebanyak 40 sampel.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi 3.5.1.1. Kelompok Kasus

Blok parafin jaringan kista ovarium benigna yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Wanita dengan kista ovarium benigna

2. Leukosit < 11.000/mm3 , tidak dijumpai fokal infeksi 3. Tidak mempunyai riwayat tumor non ginekologis 4. Tidak mempunyai penyakit ginjal

3.5.1.2. Kelompok Kontrol

Blok parafin jaringan ovarium normal yang diperoleh pasien menopause yang menjalani operasi total abdominal histerektomi dan bisalfingoooforektomi atas indikasi hiperplasia endometrium, mioma uteri, karsinoma endometrium stadium

(4)

dini, yang memiliki hasil histopatologi ovarium dalam batas normal serta memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Wanita yang menjalani pembedahan Total Abdominal Histerektomi – Bisalfingoooforektomi dengan diagnosa non kista ovarium.

2. Tidak mempunyai penyakit ginjal.

3. Tidak mempunyai penyakit tumor non ginekologis lainnya.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah :

1. Sediaan tidak dapat dianalisa oleh sebab pembuatan blok paraffin yang tidak baik atau blok paraffin telah rusak.

2. Tidak memenuhi kriteria inklusi 3.6. Etika Penelitian

Penelitian ini diajukan ke Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan Ethical Clearence, setelah mendapatkan persetujuan dari Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan untuk pemeriksaan sampel blok paraffin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

3.7. Cara Kerja Penelitian

1. Setelah mendapatkan persetujuan dari komisi etik dalam melakukan penelitian, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari Departemen Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik, RSU dr. Pirngadi Medan, dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

(5)

Universitas Sumatera Utara, berupa blok paraffin kista ovarium benigna dan ovarium normal.

2. Dari data histopatologi tersebut, diambil data rekam medik tentang identitas lengkap dan karakteristik pasien.

3. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia. Prosedur imunohistokimia dilakukan di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan melakukan pewarnaan imunohistokimia Human HE4 Antibody (R & D system). Dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :

a. Deparafinisasi slide (dengan Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3) masing-masing dikerjakan selama 5 menit

b. Kemudian dilakukan rehidrasi dengan alkohol absolute, alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%) selama 4 menit

c. Lalu dicuci dengan air mengalir selama 5 menit

d. Masukkan slide ke dalam PT Link Deko Epitope Retrieval : set up pretreat 65°C, running time 98°C selama 15 menit

e. Pap pen, segera masukkan dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4 selama 9 menit

(6)

Tabel 3.7. Prosedur Pewarnaan

LANGKAH INSTRUKSI PENCUCIAN/

WAKTU

Pretreatment Sesuai dengan petunjuk dari data

sheet antibody primer

3x2 menit

Jaringan Primer Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan

3x2 menit

Parafin Blok Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan Antibodi Primer Sesuai dengan petunjuk dari data

sheet antibody primer

3x2 menit

PolyVue PlusTM Enhancer

Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan

3x2 menit

PolyVue PlusTM HRP

Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan

3x2 menit

DAB/ Plus Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan

3x2 menit

Mayer’s Hematoxylin

Aplikasi reagensia dan inkubasi selama 2 menit pada suhu ruangan lalu dicuci dengan air

3x2 menit

Dehidration/

Clearing/ Mounting

(7)

3.8. Alat, Bahan Penelitian dan Instrumen Penelitian 3.8.1. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : Mikrotom,

waterbath. Hot plate, Freezer, inkubator, staining jar, rak kaca objek,

kaca objek, rak inkubasi, Pensil Diamond, Pipet Mikro, timbangan bahan kimia, kertas saring, pengukur waktu, gelas Erlenmeyer, gelas beker, tabung sentrifuge, microwave, thermolyte stirrer, kaca penutup, entelan dan mikroskop cahaya.

3.8.2. Bahan Penelitian

o Blok paraffin yang telah didiagnosa dengan pulasan Hematoksilin Eosin sebagai jaringan kista ovarium.

o Pulasan immunohistokimia menggunakan metode The EnVision + Dual

Link System kit, teknik pulasan IHK 2 langkah. Antibodi primer yang

digunakan adalah Mouse monoclonal Hu-antibody HE4 dengan pengenceran 1 : 20.

The Envision + Dual Link System kit terdiri dari :

o 1 Botol Dual endogenous enzyme block ( 15 ml) o 1 Botol Labelled polymer –HRP ( 15 ml) o 1 Botol DAB + Substrat Buffer ( 18 ml) o 1 Botol DAB + Chromogen ( 1 ml) o Larutan PBS :

o NaCl 87,5 gr + KH2PO4 1,92 gr dalam aquadest 800 ml

o Tambahkan dengan Na2HPO42H2O 15,33 gr, aduk sampai larut o Tambahkan aquadest sampai 1 liter

(8)

o Bilas akan digunakan, harus diencerkan 10x. o Larutan Buffer Sitrat :

o Citric acid 2,1 gr dilarutkan dalam 1 liter aquadest. o Ditetesi dengan NaOH 2M sampai tercapai pH 6.

o Larutan DAB + Substrat-kromogen (1 ml larutan cukup untuk 10 jaringan) :

o Langkah 1 : Masukkan ke aliquot 1 ml Substrat Buffer secukupnya ke dalam kontainer ( tergantung dari jumlah spesimen yang akan dikerjakan)

o Langkah 2 : Untuk setiap 1 mL buffer, tambahkan setetes (20 μL) cairan DAB + Kromogen, campurkan segera.

o Larutan DAB + Substrat kromogen ini hanya stabil dalam ± 5 hari bila disimpan dalam suhu 2-8⁰C

3.8.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah hasil pulasan immunohistokimia HE4 terhadap sampel sediaan jaringan kista ovarium benigna. Untuk penelitian terhadap pulasan immunohistokimia HE4 adalah sebagai berikut:

o Kontrol Positif: Jaringan yang telah diketahui positif terhadap HE4 pada penelitian terdahulu (dalam hal ini jaringan fibro adenoma mammae)

o Kontrol negatif : Kista Ovarium dengan antibodi primer

o Positif : Warna coklat yang tampil pada sitoplasma sel epitel maupun stroma

(9)

o Dilakukan interpretasi sediaan tersebut oleh dua orang ahli Patologi Anatomi. Pemeriksaan Histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya 400x

o Kemudian dilakukan analisis data ekspresi imunohistokimia HE4 masing-masing kelompok penelitian.

o Penilaian imunohistokimia untuk ekspresi HE4 menggunakan skor Allred karena sistem ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas lebih baik dibandingkan dengan penilaian secara konvensional. Skor ini adalah hasil penjumlahan skor persentase dari sel yang terwarnai atau Proportion Score (PS) dan skor intensitas pewarnaannya atau

Intensity Score (IS).

Tabel 3.8.3.1. Penilaian Proportion Score (PS) dan Intensity Score (IS).88

Observasi PS PS

atau IS

Observasi IS

Tidak ada yang terwarnai 0 Tidak terwarnai

Kurang dari 1% sel terwarnai 1 Intensitas pewarnaan lemah 1 - 10% sel terwarnai 2 Intensitas pewarnaan sedang 11 - 33% sel terwarnai 3 Intensitas pewarnaan kuat 33 - 66% sel terwarnai 4

(10)

Tabel 3.8.3.2. Interpretasi Score Allred88

Score total Interpretasi

0 – 2 Negatif

≥ 3 Positif

IHK HE 4, 40x (+ atau ++) No. slide: O/3926/16

IHK HE 4, 100x (+++) No. slide: O/4374/16

(11)

3.9. Analisis Data

Analisa data dan uji statistik dilakukan secara terkomputerisasi. Hasil penelitian akan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk menganalisa perbedaan akurasi dua observer akan dihitung nilai kappa, dimana jika validitas >75% maka tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua pengamatan observer. Hubungan antar variabel dilakukan uji statistik Chi square dengan derajat kepercayaan 95% dan p<0,05 dianggap bermakna.

3.10. Definisi Operasional

Tabel 3.10. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara dan alat ukur Hasil ukur Kategori

Kista Ovarium Benigna

Kista Ovarium jinak yang dibuktikan

berdasarkan pemeriksaan histopatologi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi pemeriksaan histopatologi pasca pembedahan Benigna Nominal Jaringan Ovarium Normal jaringan ovarium normal yang diperoleh

pasien menopause yang menjalani operasi

total abdominal histerektomi dan bisalfingoooforektomi atas indikasi hiperplasia endometrium, mioma uteri, karsinoma endometrium stadium

dini, yang memiliki

pemeriksaan histopatologi pasca

pembedahan

(12)

hasil histopatologi ovarium dalam batas

normal Human Epididymis Protein 4 Penanda tumor ovarium Pewarnaan Imunohistokimia yang

diamati oleh dua orang

 Negatif :

Bila tidak berhasil menampilkan warna coklat, dimana pada saat proses yang sama kontrol (+) menampilkan warna coklat dengan pewarnaan kromogen DAB  Positif:

Bila terlihat tampilan pulasan warna coklat pada sitoplasma sel epitel ataupun stroma dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400x pada 5 lokasi lapangan pandang dan pada saat yang sama kontrol (+) juga menampilkan warna yang sama. Skor intensitas warna coklat:  0 = negatif  +1= lemah  +2 = sedang  +3 = kuat Nominal

(13)

Usia masa hidup pasien sejak tanggal kelahiran

dilihat tanggal lahir dari rekam medis

< 20 tahun 20-50 tahun

> 50 tahun

Ordinal

Paritas jumlah kelahiran yang pernah dialami

dilihat dari rekam medis Virgo Nullipara Paritas ≥1 Nominal Usia Menarche

umur pasien saat mendapatkan haid

pertama kali

kalender dalam tahun melalui anamnesis

≤12 tahun >12 tahun. Nominal

Indeks Massa tubuh (IMT)

Suatu pengukuran yang menghubungkan

(membandingkan) berat badan dengan

tinggi badan

Alat pengukur berat badan/ timbangan

dalam satuan Kilogram serta alat

pengukur tinggi badan dalam satuan meter dan kalkulator untuk menghitung indeks massa tubuh

WHO : Underweight : < 18,5 Normal : 18,5-24,9 Overweight: 25-29,9 Obese : > 30  3 0 Ordinal

(14)

3.11. Alur Penelitian

3.

Data Laporan Rekam Medik Diagnosa dan Data Umum

Pasien

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel Blok Parafin Jaringan Ovarium

Jaringan Kista Ovarium Benigna

Jaringan Ovarium Normal

Pewarnaan Imunohistokimia Human Epididymis Protein 4

Analisa Data

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian kelompok kasus sebanyak 20 blok paraffin jaringan kista ovarium benigna yang diperoleh dari tindakan operasi ginekologi kasus kista ovarium jinak. Sedangkan subjek penelitian kelompok kontrol sebanyak 20 blok paraffin jaringan ovarium normal yang diperoleh dari tindakan operasi ginekologi kasus non kista ovarium benigna.

Pengamatan hasil pulasan immunohistokimia HE4 dilakukan oleh dua orang observer. Untuk menganalisa perbedaan akurasi dua observer digunakan nilai kappa, dimana didapatkan nilai uji Kappa sebesar 85,5%. Karena tidak ada perbedaan antara kedua observer, maka pada penelitian ini digunakan hasil pemeriksaan dari observer 1.

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Gambaran karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, usia menarche, paritas, Indeks massa tubuh, dijelaskan pada tabel di bawah ini.

(16)

Tabel 4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Usia Menarche, Paritas, dan Indeks Massa Tubuh.

Karakteristik

Kista Ovarium Jinak Ovarium normal

(n%) (n%)

Usia (tahun)

 <20 3 (15) 0 (0)

 20-50 14 (70) 8 (40)

 >50 3 (15) 12 (60)

Usia Menarche (tahun)

 ≤12 17 (85) 15 (75)  >12 3 (15) 5 (25) Paritas  Virgo 4 (20) 0 (0)  Nullipara 2 (10) 0 (0)  ≥ 1 14 (70) 20 (100)

Indeks Massa Tubuh

 Normoweight 14 (70) 15 (75)

 Overweight 4 (20) 5 (25)

 Obese 2 (10) 0 (0)

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kista ovarium jinak lebih banyak dengan usia 20-50 tahun sebanyak 14 orang (70%) kemudian dengan usia <20 tahun dan >50 tahun masing-masing 3 orang (15%). Pada kelompok ovarium normal lebih banyak dengan usia >50 tahun sebanyak 12 orang (60%) dan lainnya dengan usia 20-50 tahun sebanyak 8 orang (40%).

Dari usia menarche baik kelompok kista ovarium jinak dan ovarium normal, terbanyak dijumpai usia menarche ≤12 tahun masing-masing 17 orang (85%) dan 15 orang (75%).

Dari jumlah paritas, pada kelompok kista ovarium jinak terbanyak dengan paritas ≥1 sebanyak 14 orang (70%) sedangkan kelompok ovarium normal seluruhnya dengan paritas ≥1 (100%).

(17)

Dari indeks massa tubuh baik kelompok kista ovarium jinak dan ovarium normal, terbanyak dengan indeks massa tubuh normoweight masing-masing 14 orang (70%) dan 15 orang (75%).

4.1.2. Distribusi Histopatologi Kista Ovarium Benigna

Gambaran subjek penelitian berdasarkan klasifikasi kista ovarium benigna dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1.2. Distribusi Histopatologi Kista Ovarium Benigna

Histopatologi Kista Ovarium Benigna Jumlah

N (%) Epitel Cystadenoma musinosum 8 40 Cystadenoma serosum 7 35 Kista Endometriosis 2 10 Non Epitel Kista Dermoid 3 15

Tabel di atas menunjukkan distribusi histopatologi kista ovarium jinak, dimana terbanyak jenis epitel (85%) yaitu Cystadenoma musinosum (40%),

Cystadenoma serosum (35%), Kista Endometriosis (10%). Sedangkan jenis

(18)

4.1.3. Ekspresi Immunohistokimia HE4 Pada Jaringan Kista Ovarium Benigna dan Ovarium Normal.

Hasil pengamatan terhadap ekspresi imunohistokimia HE4 pada jaringan kista ovarium benigna dan ovarium normal tampak pada tabel dibawah ini. 4.1.3. Ekspresi Immunohistokimia HE4 Pada Jaringan Kista Ovarium

Jinak dan Ovarium Normal.

Hasil pengamatan terhadap ekspresi imunohistokimia HE4 pada jaringan kista ovarium jinak dan ovarium normal tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.3. Ekspresi Immunohistokimia HE4 Pada Jaringan Kista Ovarium Jinak dan Ovarium Normal.

Subjek Penelitian Ekspresi HE4 (Skor Allred) p* OR IK 95% Positif n (%) Negatif n (%) Total N (%) Kista Ovarium Jinak 12 (60) 8 (40) 20 (100) <0,001 0,4 0,23-0,68 Ovarium normal 0 (0) 20 (100) 20 (100)

*) uji chi square

Tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa kelompok kista ovarium jinak memiliki ekspresi HE4 sebagian besar positif yaitu 12 orang (60%) dan negatif sebanyak 8 orang (40%). Sedangkan kelompok ovarium normal seluruhnya memiliki ekspresi HE4 negatif (100%). Secara statistik dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara kelompok subjek penelitian dengan ekspresi HE4 dengan nilai p < 0,05, dengan odds ratio untuk kemungkinan ekspresi HE4 negatif sebesar

(19)

0,4 (IK 95% 0,23-0,68) yang berarti bahwa kista ovarium jinak memiliki kemungkinan ekspresi HE4 negatif hanya sekitar 0,4 kali lipat.

4.1.4. Ekspresi Immunohistokimia HE4 Pada Jaringan Kista Ovarium Benigna Berdasarkan Histopatologi.

Hasil pengamatan terhadap ekspresi imunohistokimia HE4 pada jaringan kista ovarium benigna berdasarkan histopatologi tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.4 Ekspresi imunohistokimia HE4 pada jaringan kista ovarium benigna berdasarkan subtipe histopatologi

Ekspresi HE4 p-value* Positif Negatif n % N % Cystadenoma musinosum 2 66,7 1 33,3 0,98 Cystadenoma serosum 5 62,5 3 37,5 0,77 Kista endometriosis 4 57,1 3 42,9 0,89 Kista dermoid 1 50,0 1 50,0 0,71

*Uji Regresi Logistik

Tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa ekspresi HE-4 positif tertinggi dijumpai pada kelompok cystadenoma musinosum yaitu sebanyak 2 orang (66,7%). Sedangkan ekspresi HE-4 negatif terutama dijumpai pada subtipe cystadenoma

serosum dan kista endometriosis. Secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa

tidak terdapat hubungan antara jenis subtipe kista ovarium benigna dengan ekspresi immunohistokimia HE-4 (p>0,05).

(20)

4.2. Pembahasan

Penelitian dilakukan terhadap kelompok kasus 20 blok paraffin jaringan kista ovarium benigna yang diperoleh dari tindakan operasi ginekologi kasus kista ovarium jinak. Sedangkan subjek penelitian kelompok kontrol sebanyak 20 blok paraffin jaringan ovarium normal yang diperoleh dari tindakan operasi ginekologi kasus non kista ovarium benigna.

Hasil yang diperoleh bahwa pada kelompok kista ovarium jinak lebih banyak dengan usia 20-50 tahun sebanyak 14 orang (70%) kemudian dengan usia <20 tahun dan >50 tahun masing-masing 3 orang (15%). Pada kelompok ovarium normal lebih banyak dengan usia >50 tahun sebanyak 12 orang (60%) dan lainnya dengan usia 20-50 tahun sebanyak 8 orang (40%). (tabel 4.1.1)

Peningkatan risiko yang dikaitkan dengan kista ovarium adalah bertambahnya usia, menarche dini dan menopause terlambat. Proses pertambahan usia akan memungkinkan perpanjangan waktu untuk menyebabkan perubahan genetik secara acak dalam epitel permukaan ovarium. Stimulasi yang berulang pada epitel permukaan ovarium akan menyebabkan perubahan. Teori patogenesis kista ovarium ini disebut dengan hipotesis “incessant ovulation”. Proses perbaikan jaringan epitel ovarium akibat periode panjang ovulasi yang berulang dan siklik menyebabkan proliferasi seluler yang cukup sering. Hal ini akan dapat memicu adanya mutasi gen p53 pada fase DNA. Sehingga peristiwa ini dianggap berkontribusi terhadap proses tumorigenesis kista ovarium.43,44 Pada penelitian ini dijumpai paling banyak pada usia 20 – 50 tahun dimana hal tersebut berkaitan dengan usia reproduktif pasien dengan adanya proses ovulasi yang terus berlangsung pada setiap siklus menstruasi sehingga memperbesar peluang terbentuknya kista ovarium.

(21)

Dari usia menarche baik kelompok kista ovarium jinak dan ovarium normal, terbanyak dijumpai usia menarche ≤12 tahun masing-masing 17 orang (85%) dan 15 orang (75%). (Tabel 4.1.1). Hal ini sejalan dengan teori incessant

ovulation yang menunjukkan bahwa pada pasien dengan menarche yang dini

terjadi peningkatan risiko kista ovarium.43,44

Dari jumlah paritas, pada kelompok kista ovarium jinak terbanyak dengan paritas ≥1 sebanyak 14 orang (70%) sedangkan kelompok ovarium normal seluruhnya dengan paritas ≥1 (100%). (Tabel 4.1.1). Suatu penelitian mendapatkan bahwa wanita nullipara akan memiliki dua kali risiko yang lebih tinggi terkena kista ovarium, tetapi alasan pastinya belum sepenuhnya jelas. Risiko ini akan menurun dengan riwayat melahirkan dan stabil pada wanita yang melahirkan sebanyak enam kali. Risiko akan menurun pada wanita yang melahirkan yang memberikan ASI dimana hal ini mungkin memiliki efek perlindungan dengan memperpanjang periode amenore.31,41,42

Dari indeks massa tubuh baik kelompok kista ovarium jinak dan ovarium normal, terbanyak dengan indeks massa tubuh normoweight masing-masing 14 orang (70%) dan 15 orang (75%). (Tabel 4.1.1). Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas, juga merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium. Diduga stimulasi dari estrogen ekstraovarian khususnya dari jaringan adiposa berperan dalam perkembangan kista ovarium.35

Distribusi histopatologi kista ovarium benigna, dimana terbanyak jenis epitel (85%) yaitu cystadenoma musinosum (40%), Cystadenoma serosum (35%),

Kista Endometriosis (10%). Sedangkan jenis non epitel hanya sebanyak 15%

yaitu kista dermoid. (Tabel 4.1.2). Hal ini sejalan dengan teori dimana insiden kista ovarium benigna terbanyak sesuai urutan antara lain kista ovarii simpleks,

(22)

kistadenoma ovarii musinosum, kistadenoma ovarii serosum, kista endometrioid, kista dermoid.22,25

Kelompok kista ovarium jinak memiliki ekspresi HE4 sebagian besar positif yaitu 12 orang (60%) dan negatif sebanyak 8 orang (40%). Sedangkan kelompok ovarium normal seluruhnya memiliki ekspresi HE4 negatif (100%). Secara statistik dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara kelompok subjek penelitian dengan ekspresi HE4 dengan nilai p < 0,05, dengan odds ratio untuk kemungkinan ekspresi HE4 negatif sebesar 0,4 (IK 95% 0,23-0,68) yang berarti bahwa kista ovarium jinak memiliki kemungkinan ekspresi HE4 negatif hanya sekitar 0,4 kali lipat. (Tabel 4.1.3)

Ekspresi dari HE4 pada kista inklusi kortikal dengan epitel tipe Mullerian dan pada karsinoma ovarium menunjukkan bahwa ekspresi HE4 dapat dapat timbul pada berbagai tahap awal karsinoma ovarium. Fakta bahwa galur sel kanker ovarium yang mengekspresikan HE4 endogen dengan RT-PCR menunjukkan kesempatan untuk memulai karakterisasi dari biologi seluler dari protein tersebut. Studi imunofluoresensi menunjukkan bahwa HE4 didistribusikan pada regio dari sitoplasma dengan pola perinuklear dari retikulum endoplasma dan aparatus Golgi.17,81 Adanya temuan positif HE4 pada kista ovarium jinak tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya Studi dari Escudero dkk (2011) menunjukkan bahwa HE4 kurang dipengaruhi oleh jenis kelamin atau status menopause dibandingkan CA-125. HE4 kadarnya tidak meningkat pada kondisi jinak bila dibandingkan dengan CA-125, termasuk kondisi ginekologik jinak. Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya Drapkin dkk (2005) mendeteksi HE4 pada permukaan sel epitel pada kista inklusi kortikal pada 11 ovarium yang secara histologis terbukti jinak.

(23)

Ekspresi dari protein HE4 seperti pada penanda ovarium lainnya dapat diidentifikasi dengan analisa ekspresi gen dan dijumpai pada proses terkait pembentukan kista inklusi kortikal dan metaplasia Mullerian.18

Hasil penelitian ini tampaknya dapat dijawab oleh model dua pathway dikembangkan oleh Shih dan Kurman (2004) dalam usaha untuk menggabungkan temuan klinis, histopatologis dan genetik molekuler pada kanker ovarium. Mereka juga menemukan perbedaan pada TP53 dan mutasi KRAS yang dijumpai antara tumor serosa borderline (SBT) dan karsinoma serosa. SBT menunjukkan subset tumor ovarium serosa yang non invasif, tampaknya berkembang dari kistadenoma serosa benigna, dan berkembang sangat perlahan menjadi karsinoma serosa derajat rendah. SBT tidak memiliki mutasi TP53 yang merupakan karakteristik karsinoma serosa derajat tinggi. Pengamatan ini menunjukkan formulasi yang mengklasifikasikan seluruh tumor ovarium sebagai tipe I dan tipe II. Tumor tipe I termasuk seluruh histotipe utama (serosa, endometrioid, musinosum, sel jernih, dan transisional), menunjukkan gambaran arsitektural dan inti sel derajat rendah, pertumbuhan yang lambat, dan dapat dihubungkan dengan lesi prekursor ovarium jinak. Alterasi genetik utama diantara tumor tipe I adalah mutasi KRAS dan BRAF, dimana keduanya mengaktivasi jalur sinyal MAPK onkogenik.44

Ekspresi HE-4 positif tertinggi dijumpai pada kelompok cystadenoma

musinosum yaitu sebanyak 2 orang (66,7%). Sedangkan ekspresi HE-4 negatif

terutama dijumpai pada subtipe cystadenoma serosum dan kista endometriosis. Secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis subtipe kista ovarium benigna dengan ekspresi immunohistokimia HE-4 (p>0,05). (Tabel 4.1.4). Namun oleh karena ditemukan peningkatan ekspresi

(24)

HE4 pada kista ovarium benigna hal ini menunjukkan bahwa HE4 berperan pada proses tumorigenesis kista ovarium benigna. Ekspresi dari HE4 dalam progresi dari neoplasma jinak menjadi borderline hingga maligna belum dipahami sepenuhnya. Temuan pada tingkat pemeriksaan histopatologis menunjukkan bahwa HE4 tidak saja di ekspresikan pada tumor ganas ovarium, tetapi juga pada berbagai lesi jinak ovarium. Temuan sebelumnya telah menunjukkan HE4 menunjukkan ekspresi kuat pada karsinoma serous dan endometrioid. HE4 pada studi Georgakopoulos dkk (2012) menunjukkan ekspresi kuat pada clear cell carcinoma, borderline serous tumors,

endometriosis, dan mucinous cystadenoma ovarii. Pada tuba fallopii dan

karsinoma tuba fallopii menunjukkan peningkatan level ekspresi HE4. HE4 di ekspresikan secara kuat pada karsinoma primer dari tuba fallopi dan sel – sel sekretori dan interkalasi jinak tuba fallopii, pada kista inklusi kortikal, dan pada sel mesotelial. Meskipun ekspresi HE4 dapat terlihat pada berbagai jaringan kista ovarium jinak, mukosa tuba normal, dan sel mesotelial dapat menyingkirkan kegunaan HE4 sebagai penanda untuk skrining primer, namun ekspresi yang kuat pada karsinoma ovarium dan tuba menunjukkan bahwa HE4 dapat berguna sebagai penanda yang sensitif untuk rekurensi penyakit. Ekspresi yang kuat pada beberapa lesi ovarium jinak menunjukkan bahwa HE4 mungkin memiliki keterbatasan spesifisitas sebagai penanda tumor ovarium.90

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Subjek penelitian kelompok kista ovarium jinak terbanyak dengan usia 20-50 tahun, usia menarche ≤12 tahun, paritas ≥1, IMT normal sedangkan kelompok ovarium normal terbanyak dengan usia >50 tahun, usia menarche ≤12 tahun, paritas ≥1, IMT normal.

2. Distribusi histopatologi kista ovarium benigna terbanyak dengan jenis epitel.

3. Ada hubungan yang bermakna antara kista ovarium benigna dengan ekspresi HE4 dengan OR sebesar 0,4.

4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis histopatologi kista ovarium benigna dengan ekspresi HE4.

5.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai HE4 untuk lebih memahami perannya pada patofisiologi terjadinya kista ovarium jinak.

Gambar

Tabel 3.8.3.1. Penilaian Proportion Score (PS) dan Intensity Score (IS). 88
Tabel 3.8.3.2.  Interpretasi Score Allred 88
Tabel 3.10. Definisi Operasional
Tabel 4.1.1.  Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Usia  Menarche, Paritas, dan Indeks Massa Tubuh

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang diperoleh dari anda sangat berguna bagi peneliti untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa5. Data yang peneliti

Sub total Dibulatkan.. Sub total

Di proses line packing yang akan menjadi objek studi kasus, dan diharapkan terwujudnya suatu mesin/alat untuk meringankan pekerjaan operator pada proses packing ,

Dengan bergabungnya seluruh personil Departemen bangunan Gedung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang berpengalaman mengerjakan proyek-proyek bangunan Gedung milik pemerintah dan

Instalasi Stop Kontak Daya dan Stop Kontak AC Kabel NYM3x2,5 mm Pengecatan Rangka Pipa Besi. Pemasangan Box Panel Uk 800x600x200 Pemasangan Pipa Besi 6&#34; (

Desain automatic line plastic packing of cake berbasis mikrokontroler Atmega 328 merupakan sebuah perancangan untuk menghasilkan proses pengemasan yang bekerja

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jakarta : PT

mengungkapkan fikiran, perasaan, dan keinginan, secara tertulis dalam berbagai bentuk dan jenis karangan (tulisan) dengan menulis kalimat berhuruf capital (aksara