II-1
Bab II Dasar Teori
Bab ini membahas teori-teori yang dibutuhkan dalam pembuatan tugas akhir ini, yaitu pengetahuan mengenai proses bisnis, arsitektur enterprise, serta metodologi pendukung untuk pembuatan arsitektur enterprise.
II.1 Proses Bisnis
II.1.1 Karakteristik Proses Bisnis
Proses bisnis didefinisikan sebagai cara yang dilakukan organisasi untuk mengelola aktifitas dan resource (orang, peralatan, informasi, dll) untuk mencapai tujuan organisasi [ALE01]. Proses bisnis merupakan himpunan dari task yang berkaitan, sebagai respon atas suatu event, serta bertujuan untuk mencapai hasil yang spesifik bagi konsumen.
Karakteristik dari proses bisnis, antara lain :
1. Proses bisnis bertujuan untuk mencapai hasil yang spesifik dan dapat dihitung.
2. Hasil dari proses bisnis diperuntukkan bagi konsumen (stakeholder) dari proses.
3. Proses bisnis merupakan respon dari suatu event. 4. Proses bisnis terdiri dari task-task yang berkaitan.
5. Tingkat keberhasilan suatu proses bisnis diukur dengan menggunakan perspektif konsumen.
6. Proses bisnis dapat berupa proses manual, semi-otomatis, atau otomatis. 7. Tingkat kedetilan proses bisnis dideskripsikan per level secara incremental. 8. Konsumen dari suatu proses teridentifikasi (konsumen internal/eksternal).
II.1.2 Process Workflow Models
Process workflow models dimanfaatkan untuk memetakan suatu proses bisnis
sehingga lebih mudah dipahami kelakuannya. Penampilannya yang menyerupai lintasan kolam renang membuat model ini sering disebut”Swimlane Diagrams”. Lintasan yang ada merepresentasikan aktor yang terlibat. Deretan kotak di
II-2
sepanjang lintasan merepresentasikan task yang menjadi tanggung jawab dari aktor di lintasan tersebut. Arah panah menunjukkan urutan dari proses bisnis. Gambar II-1 menunjukkan contoh swimlane diagram. Diagram tersebut dapat digambarkan secara horizontal/vertikal sesuai kebutuhan pengilustrasian.
Gambar II-1 Diagram Swimlane
II.2 Arsitektur Enterprise
II.2.1 Definisi Arsitektur Enterprise
Pemahaman terhadap “arsitektur enterprise” bisa kita dapatkan melalui pengertian dari kata-kata penyusunnya. Arsitektur didefinisikan sebagai kerangka berpikir lojik yang dapat merepresentasikan keseluruhan fungsional dari suatu objek. Enterprise didefinisikan sebagai organisasi yang dibangun untuk menghasilkan produk atau menyediakan layanan bagi konsumen. Arsitektur
enterprise dapat dimanfaatkan untuk memahami dan menentukan kebutuhan
pengintegrasian, penyesuaian, dan respon dari bisnis terhadap perubahan teknologi dan pangsa pasar [ROU03].
II-3 II.2.2 Zachman Framework
Zachman Framework merupakan suatu cara pandang terhadap arsitektur
enterprise secara multi perspektif dan multi aspek [ROU03]. Perspektif
didefinisikan sebagai cara untuk membagi suatu topik masalah berdasarkan cara pandang yang unik dari stakeholder-stakeholder yang terlibat. Sedangkan, aspek akan mengelompokkan suatu topik masalah dalam domain-domain yang spesifik. Skema dari Zachman Framework yang berupa matriks 6 x 6 ditunjukkan di Tabel II-1.
Zachman Framework menyediakan skema pengklasifikasian artifak perencanaan dan pengimplementasian SI. Penggunaan Zahman Framework merupakan upaya untuk mencegah terjadinya modifikasi yang terus berulang terhadap SI di mana memicu tingginya biaya investasi SI.
II.2.3 Enterprise Architecture Planning
Enterprise Architecture Planning merupakan hasil proyeksi dari dua layer teratas
Zachman Framework (Planner’s view dan Owner’s view). Proyeksi dua level teratas dari Zachman framework tersebut dapat dilihat pada Tabel II-2.
EAP merupakan proses yang bertujuan mendefinisikan arsitektur enterprise untuk perencanaan dan pengimplementasian SI; serta menyusun rencana implementasi dari arsitektur tersebut dengan penggunaan biaya yang efektif serta berorientasi jangka panjang. Arsitektur yang dihasilkan menggambarkan kebutuhan akan data, aplikasi, dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan bisnis organisasi. EAP merupakan pendekatan terstruktur yang dipergunakan untuk merencanakan kualitas data dalam mencapai misi dari SI. Komponen/tahapan dari EAP ditunjukkan di Gambar II-2.
II-4 Tabel II-1 Skema Zachman Framework
DATA What FUNCTION How NETWORK Where PEOPLE Who TIME When MOTIVATION Why Scope (contextual) Planner
Daftar objek yang penting dalam kegiatan bisnis
Daftar proses bisnis
utama Daftar lokasi bisnis Daftar penanggung
jawab kegiatan bisnis Daftar kejadian
Daftar tujuan dan strategi bisnis
Business Model (conceptual)
Owner
Model data
konseptual Model proses bisnis Jaringan logistic Model work-flow Master schedule Business plan
System Model (logical)
Designer
Model data lojik Arsitektur aplikasi Arsitektur sistem terdistribusi
Arsitektur antarmuka
user Processing structure Model business role
Technology Model (physical)
Builder
Model data fisik
Desain sistem Desain konfigurasi Arsitektur
tampilan/penampakan Control structure Desain aturan
Detailed representations (out-of-context)
Subcontractor
Definisi data Program Arsitektur jaringan Arsitektur security Timing definition Spesifikasi aturan
Functioning Enterprise
II-5
Tabel II-2 Proyeksi 2 Layer Teratas Zachman Framework: EAP DATA What FUNCTION How NETWORK Where Scope (contextual) Planner
Daftar objek yang penting dalam kegiatan bisnis
Daftar proses bisnis utama
Daftar lokasi bisnis
Business Model (conceptual)
Owner
Model data konseptual Model proses bisnis Jaringan logistic
EAP memiliki 2 karakteristik [SPE92], yaitu:
1) Business-driven. Arsitektur enterprise dihasilkan dari model bisnis
fungsional yang stabil dari organisasi objek studi. Stabil artinya proses identifikasi model bisnis fungsional akan dilakukan secara independen terhadap struktur organisasi, sistem/prosedur yang berlaku,dll). Model bisnis fungsional merupakan himpunan pengetahuan/informasi yang dibutuhkan organisasi dalam menjalankan bisnis [SPE92].
2) Data-driven. Keterkaitan data (data dependency) menentukan alur
pengimplementasian SI.
EAP tidak menegaskan langkah-langkah spesifik yang harus dikerjakan di setiap tahapannya sehingga memerlukan dukungan dari metodologi lain, misalnya:
Business Systems Planning dan Value Configuration Analysis. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap penggunaan EAP tidak dapat dipisahkan dari pemahaman terhadap metodologi pendukung yang dipilih.
II-6 II.2.3.1 Layer 1 – Where we start
II.2.3.1.1 Planning initiation
Pada tahap inisiasi perencanaan akan dihasilkan rencana kerja EAP serta bertujuan mendapatkan komitmen dari jajaran eksekutif organisasi untuk mendukung studi EAP. Aktifitas yang dilakukan meliputi pendefinisian lingkup dan tujuan studi, pemilihan metodologi pendukung, identifikasi stakeholder, serta pemilihan toolset yang akan digunakan.
II.2.3.2 Layer 2 – Where we are today
II.2.3.2.1 Business modeling
Tahapan ini betujuan menghimpun basis pengetahuan/informasi yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan bisnis organisasi secara lengkap, komprehensif, dan konsisten. Pengetahuan bisnis yang berhasil dihimpun menjadi landasan dalam pendefinisian arsitektur enterprise. Pendokumentasian tujuan organisasi dan struktur organisasi menjadi aktifitas pembuka dari tahapan ini. Selanjutnya akan dilakukan identifikasi terhadap entitas bisnis dan dekomposisi fungsi dan proses bisnis.
Identifikasi entitas bisnis dilakukan dengan memanfaatkan analisis konfigurasi nilai (value configuration analysis) yaitu dengan mengklasifikasikannya ke dalam area fungsional utama dan pendukung. Untuk setiap area fungsional akan terdefinisi entitas-entitas bisnis yang bersesuaian. Selanjutnya metodologi
Business Systems Planning, dapat dimanfaatkan untuk mendekomposisi setiap
entitas bisnis menjadi himpunan fungsi dan proses bisnis. Pemetaan antara fungsi/proses bisnis terhadap lokasi bisnis dan unit organisasi merupakan artifak yang dihasilkan pada tahp pemodelan bisnis ini.
II.2.3.2.2 Current system & technology
Tahap ini bertujuan mencatat keberadaan data, aplikasi, dan platform teknologi yang dimiliki oleh organisasi pada saat ini. Catatan tersebut dinamakan Katalog
II-7
Sumber Daya Informasi (SDI)/ Information Resource Catalog (IRC). IRC menjadi dasar dalam pembuatan rencana pengimplementasian SI.
Tahap persiapan IRC dilakukan dengan mendefinisikan komponen informasi yang perlu dicatat, yang meliputi: aplikasi, data masukan dan keluaran, serta platform teknologi yang dibutuhkan. Pengumpulan data IRC dilakukan dengan melakukan survei ke organisasi objek studi kasus. Artifak utama yang dihasilkan pada tahapan ini adalah pemetaan antara sistem legacy dengan fungsi bisnis dan
platform teknologi.
II.2.3.3 Layer 3 – Where we want to be in the future
Anak panah yang menghubungkan komponen-komponen di layer 3 EAP menunjukkan urutan pendefinisian arsitektur, yaitu arsitektur data, aplikasi, kemudian teknologi. Pendefinisian ketiga arsitektur tersebut merupakan suatu proses yang sekuensial sehingga tidak dapat dilakukan secara paralel.
II.2.3.3.1 Data architecture
Arsitektur data bertujuan mendefinisikan jenis data utama (entitas data) yang diperlukan organisasi dalam mengerjakan kegiatan bisnisnya. Tahapan ini diawali dengan menginvestigasi entitas data potensial yang diperlukan oleh setiap proses bisnis. Conceptual Data Model (CDM) merepresentasikan hubungan antar komponen arsitektur data, sehingga CDM dapat dimanfaatkan untuk mengeliminasi potensi redundancy di kandidat entitas data. Pada kondisi di mana potensi terjadinya redundancy cukup tinggi perlu dibuat pemetaan antara IRC dengan arsitektur data untuk mengidentifikasi potensi perbaikan/optimasi yang dapat dilakukan.
Setelah entitas data lengkap, selanjutnya dibuat pemetaan antara entitas data dengan proses bisnis. Relasi tersebut bertujuan mengidentifikasi keterlibatan proses bisnis dalam melakukan modifikasi (create, retrieve, update, dan delete) terhadap entitas data. Relasi tersebut ditampilkan dalam bentuk matriks yang dinamakan data usage matrix. Matriks tersebut dimanfaatkan untuk mengetahui
II-8
persebaran data di dalam organisasi serta untuk menentukan lingkup fungsional dari aplikasi yang akan dilakukan pada tahap arsitektur aplikasi.
II.2.3.3.2 Application architecture
Arsitektur aplikasi bertujuan mendefinisikan aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dalam mendukung kegiatan bisnis organisasi. Kata “mendefinisikan” menegaskan bahwa pada tahapan ini belum akan dilakukan analisis dan perancangan perangkat lunak secara detil.
Aktifitas yang dilakukan pada tahapan ini terbagi dalam empat aktifitas utama, yaitu: mendaftar kandidat aplikasi; menyeleksi dan mendefinisikan kebutuhan dasar aplikasi; mengidentifikasi dukungan aplikasi terhadap fungsi bisnis; dan, melakukan analisis dampak terhadap sistem legacy yang telah dimiliki organisasi.
II.2.3.3.3 Technology architecture
Arsitektur teknologi bertujuan mendefinisikan platform teknologi yang dibutuhkan bagi lingkungan implementasi aplikasi. Platform teknologi yang terdefinisi diharapkan mampu menyediakan lingkungan sharing data. Platform teknologi berperan sebagai media/fasilitas fisik yang mampu mendukung kebutuhan organisasi terhadap informasi yang diperlukan.
Aktifitas yang dilakukan pada tahapan ini ini meliputi tiga aktifitas utama, yaitu: mengidentifikasi prinsip-prinsip platform teknologi, mendefinisikan platform teknologi serta mengidentifikasi persebaran data/aplikasi, dan memetakan
platform teknologi terhadap aplikasi dan fungsi bisnis.
II.2.3.4 Layer 4 – How we get there
II.2.3.4.1 Implementation/migrations plans
Rencana implementasi dan migrasi bertujuan merumuskan dan menyiapkan rencana implementasi arsitektur perencanaan SI. Layer terakhir dari EAP ini memiliki kontribusi yang cukup besar untuk menjamin proses perencanaan SI – yang telah dilakukan pada 3 layer sebelumnya – dapat diimplementasikan di
II-9
lingkungan organisasi. Penyusunan rencana implementasi dan migrasi dilakukan dengan memanfaatkan hasil analisis kondisi as-is organisasi (model bisnis dan IRC) serta kondisi to-be (arsitektur) untuk mengetahui gap di antara kedua kondisi tersebut. Strategi implementasi dan migrasi akan menjadi jembatan perpindahan dari kondisi organisasi saat ini menuju kondisi ideal yang ingin dicapai di masa mendatang.
Rencana implementasi mendefinisikan urutan dan jadwal implementasi, analisis biaya, dan langkah migrasi yang perlu dilakukan. Aktifitas yang dilakukan dalam penyusunan rencana implementasi/migrasi meliputi pembuatan urutan implementasi aplikasi, estimasi jadwal, upaya dan sumber daya yang diperlukan, estimasi biaya dan keuntungan dari rencanan yang dibuat, dan faktor kesuksesan dan membuat rekomendasi dalam pelaksanaan pengimplementasian.
Tabel II-3 dan Tabel II-4 merupakan hasil rekapitulasi komponen penyusun EAP yaitu layer, tahapan, tugas, dan artifak yang menjadi bagian dari studi EAP dalam mendefinisikan arsitektur enterprise [FAJ06].
Tabel II-3 Layer,Tahap, Tugas, dan Artifak dari EAP
Layer Tahap Tugas Artifak
Layer 1
Inisiasi Perencanaan
Menentukan lingkup dan tujuan EAP • Lingkup dan
tujuan
Membuat visi • Visi
Mengadaptasi metodologi • Metodologi
Mengatur sumber daya komputer • Alokasi komputer
Membentuk tim perencana • Tim perencana
Menyiapkan rencana kerja EAP • Rencana kerja
• Materi presentasi
Memastikan komitmen dan pendanaan Layer
2
Pemodelan Bisnis
Dokumentasikan struktur organisasi • Struktur
organisasi Identifikasi dan definisikan fungsi – fungsi
bisnis
• Model bisnis
fungsional awal Dokumentasikan model bisnis awal
Survey Enterprise
Jadwalkan wawancara • Model bisnis
fungsional yang lengkap Persiapkan wawancara
Lakukan wawancara Masukkan data
II-10
Tabel II-4 Tahap, Tugas, dan Artifak EAP (lanjutan)
Layer Tahap Tugas Artifak
Sistem Saat
Ini dan
Teknologi
Tentukan lingkup, tujuan, dan rencana kerja IRC
• Information Resource Catalog (IRC)
Persiapkan untuk pengumpulan data Kumpulkan data IRC
Masukkan data
Validasi dan tinjau ulang draft IRC
Gambar skematik • Skematik sistem
Distribusikan IRC Kelola dan pelihara sistem Layer
3
Arsitektur Data
Daftarkan kandidat entitas data • Definisi entitas
Definsikan entitas, atribut, dan hubungannya • Diagram entity –
relationship
Hubungkan entitas dan fungsi bisnis • Matriks entitas –
fungsi
Distribusikan arsitektur data • Arsitektur data
Arsitektur Aplikasi
Daftarkan kandidat aplikasi • Definisi aplikasi
Definsikan aplikasi
Hubungkan aplikasi dan fungsi bisnis • Matriks aplikasi
Analisis dampak terhadap aplikasi saat ini • Analisis dampak
Distribusikan arsitektur aplikasi • Arsitektur aplikasi
Arsitektur Teknologi
Identifikasi prinsip – prinsip dan landasan teknologi
• Distribusi data dan aplikasi
Definisikan landasan, distribusi data dan aplikasi
Hubungkan landasan teknologi dengan
aplikasi dan fungsi bisnis
• Arsitektur
teknologi Distribusikan arsitektur teknologi
Layer 4
Rencana Implementasi
Urutkan aplikasi – aplikasi • Urutan aplikasi
Estimasikan upaya dan sumber daya
yangdiperlukan serta buat jadwal
• Rencana migrasi
Estimasikan biaya dan keuntungan dari rencana
• Biaya/keuntungan
Tentukan faktor kesuksesan dan buat
rekomendasi
• Faktor kesuksesan
• Rekomendasi
II.3 Metodologi yang Mendukung Perencanaan Arsitektur Enterprise
II.3.1 Business Systems Planning
Business Systems Planning (BSP) merupakan pendekatan terstruktur yang
digunakan organisasi untuk merumuskan perencanaan SI dan memenuhi kebutuhan informasi baik jangka pendek maupun panjang [IBM84]. Dengan kata lain, BSP dimanfaatkan untuk menerjemahkan strategi bisnis organisasi menjadi
II-11
strategi perencanaan SI sebagaimana diilustrasikan pada Gambar II-3. Di dalam studi EAP, BSP dimanfaatkan dalam mendefinisikan arsitektur data (informasi), yaitu dengan mendekomposisi enterprise ke dalam himpunan fungsi/proses bisnis; kemudian mengidentifikasi entitas data yang dibutuhkan oleh kegiatan bisnis organisasi.
Gambar II-3 Transformasi Strategi Bisnis ke Strategi SI
Tahapan studi dalam BSP [IBM84] meliputi:
1) Mendapatkan komitmen dan dukungan eksekutif untuk menjamin SI yang dihasilkan dapat mendukung strategi bisnis organisasi. Dukungan tersebut memberikan kemudahan bagi tim BSP untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
2) Pendefinisian fungsi bisnis.
Tahapan ini merupakan dasar bagi kegiatan wawancara, penyusunan arsitektur data, analisis masalah, dan identifikasi kelas data (entitas data).
Output yang dihasilkan di akhir tahapan ini yaitu daftar fungsi bisnis serta
hasil identifikasi proses bisnis krusial. Fungsi dan proses bisnis diidentifikasi secara independen terhadap struktur organisasi untuk menghasilkan model bisnis fungsional yang stabil.
Identifikasi terhadap produk dan sumber daya yang terlibat dalam setiap area fungsional dilakukan dengan memanfaatkan product and resource life
II-12
a) Requirements (Kebutuhan), yaitu aktifitas yang bertujuan
menentukan banyaknya resource yang diperlukan, rencana mendapatkannya, dan pengendalian terhadap rencana yang dibuat. b) Acquisition (Akuisisi), yaitu aktifitas yang bertujuan mendapatkan
resource yang digunakan dalam proses pengembangan.
c) Stewardship (Pengelolaan), yaitu aktifitas yang bertujuan
membentuk, seleksi, modifikasi/menjaga resource yang mendukung produk/layanan.
d) Retirement (Disposisi), yaitu aktifitas yang menandai berakhirnya
penggunaan resource dalam suatu proses.
Di akhir tahapan ini relasikan fungsi bisnis dengan unit organisasi dalam bentuk matriks. Nilai cell dari matriks merepresentasikan derajat keterlibatan unit organisasi dalam suatu fungsi bisnis.
3) Pendefinisian entitas data.
Entitas data merupakan himpunan informasi yang dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan bisnis dan pengambilan keputusan. Pendefinisian entitas data dilakukan dengan mengacu kepada entitas bisnis yang didefinisikan sebelumnya. Data usage matrix merupakan tools yang digunakan dalam memetakan proses bisnis dengan entitas data yang dibutuhkannya. Setiap entitas data hanya boleh di-create oleh satu proses bisnis saja untuk menjamin integritas data. Artifak yang dihasilkan pada tahapan ini antara lain: matriks bisnis/data dan entitas-data/proses-bisnis.
4) Pendefinisian arsitektur data/informasi.
Matriks entitas-data/proses-bisnis yang dihasilkan pada tahap sebelumnya dimanfaatkan untuk mengidentifikasi pertukaran data di dalam organisasi. Proses identifikasi dilakukan dengan melakukan penataan ulang baris dan kolom matriks, berdasarkan siklus hidup resource-nya, sehingga cell bernilai ‘C’ berada di diagonal utama matriks.
II-13
Langkah selanjutnya adalah membuat diagram aliran informasi, dengan melakukan pengelompokan terhadap proses-bisnis dan entitas-data yang berada pada rumpun lokasi yang berdekatan. Hasil agregasi dimanfaatkan untuk mengidentifikasi kandidat subsistem yang diperlukan.
5) Analisis dukungan sistem legacy.
Tujuannya memahami pemrosesan data yang berlangsung di dalam organisasi, di mana merupakan dasar dalam penyusunan rekomendasi perencanaan SI. BSP menyarankan penggunaan alat bantu berupa matriks aplikasi/unit-organisasi dan aplikasi/fungsi-bisnis. Penggunaan tools tersebut untuk mengidentifikasi tingkat dukungan aplikasi terhadap fungsi bisnis dan mendeteksi potensi redundancy sistem legacy.
6) Survei dan wawancara.
Kegiatan ini bertujuan melakukan klarifikasi terhadap hasil identifikasi proses bisnis, entitas data, unit organisasi, serta asosiasi dari komponen-komponen tersebut. Tahap ini menguji kebenaran dari tujuan bisnis organisasi serta permasalahan yang berhasil dihimpun. Problem statement dapat dituliskan dalam format cause/effect dengan menggunakan problem
analysis sheet.
7) Pendefinisian masalah bisnis dan kesimpulan. Tujuan dari tahapan ini adalah menyediakan dasar bagi penyusunan rekomendasi (prioritas) pengimplementasian subsistem.
8) Penentuan prioritas arsitektur.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas bisa berdasarkan
problem causing dan process affected. Kriteria pertama mengindikasikan
bahwa proses perlu didukung aplikasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan, kriteria kedua menunjukkan bahwa aplikasi dapat direlasikan ke permasalahan berdasarkan benefit yang diterima organisasi. Faktor yang digunakan dalam melakukan penilaian prioritas
II-14
dari suatu arsitektur, antara: potential benefits, impact upon the business,
probability of success, dan demand.
9) Perumusan rekomendasi. Rekomendasi yang dibuat meliputi aspek arsitektur data/informasi dan manajemen sumber daya informasi. Pada lingkup tugas akhir ini, rekomendasi yang dihasilkan terbatas pada aspek arsitektur data/informasi yang meliputi penggunaan arsitektur informasi dalam perencanaan SI, manajemen perubahan terhadap sistem legacy, dan penentuan prioritas arsitektur data/informasi.
II.3.2 Value Configuration Analysis
Analisis konfigurasi nilai didefinisikan sebagai metode analisis terhadap level kompetitif organisasi berdasarkan teori teknologi dan logika penciptaan nilai [STA98]. Di dalam studi EAP, analisis konfigurasi nilai dimanfaatkan untuk melakukan identifikasi terhadap aktifitas bisnis organisasi yang sifatnya krusial; kemudian mengelompokkannya ke dalam area fungsional utama dan pendukung. Pada tugas akhir ini, dibahas 2 metode analisis konfigurasi nilai yaitu value chain dan value network.
II.3.2.1 Value Chain
Kerangka kerja value chain (rantai nilai) merupakan suatu bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan dan menganalisis lojik penciptaan nilai pada level organisasi [STA98]. Metode ini dipergunakan untuk mendekomposisi enterprise menjadi kumpulan aktifitas strategis dan memahami dampaknya terhadap biaya dan nilai. Menurut Thompson [STA98], value chain merupakan long-linked
technology, artinya penciptaan nilai dilakukan melalui proses transformasi dari input menjadi produk akhir. Produk akhir tersebut menjadi media untuk
menyampaikan nilai kepada konsumen.
Value chain dibagi ke dalam aktifitas primer dan pendukung. Aktifitas primer
II-15
kepada konsumen. Sedangkan, aktifitas pendukung meliputi aktifitas-aktifitas yang dapat meningkatkan performa dari aktifitas primer.
1) Aktifitas primer, meliputi:
a) Inbound logistics, aktifitas yang berkaitan dengan penerimaan,
penyimpanan, dan penyebaran bahan mentah.
b) Operations, aktifitas yang berkaitan dengan transformasi dari input
menjadi produk akhir.
c) Outbond logistics, aktifitas yang berkaitan dengan pengumpulan,
penyimpanan, dan distribusi fisik suatu produk ke konsumen. d) Marketing and sales, aktifitas yang berkaitan dengan upaya untuk
menganalisis kebutuhan konsumen dan menciptakan daya tarik konsumen terhadap produk/layanan yang dihasilkan.
e) Service, aktifitas yang berkaitan dengan upaya penjagaan nilai dari
produk.
2) Aktifitas pendukung yang umum ditemui antara lain:
a) Procurement, aktifitas yang bertujuan mendapatkan masukan yang
dibutuhkan dalam rantai nilai.
b) Technology development, aktifitas yang bertujuan meningkatkan
produk dan proses.
c) Human resource management, aktifitas yang berkaitan dengan recruitment, pelatihan, pengembangan, dan pemberian kompensasi
kepada tim pekerja.
d) Firm infrastructure, aktifitas yang berkaitan dengan manajemen
umum, perencanaan, keuangan, humas, dan manajemen kualitas.
Gambar II-4 merupakan ilustrasi dari diagram value chain yang dikembangkan oleh Porter. Margin pada bagian ujung anak panah menggambarkan kolaborasi antara aktifitas utama dan pendukung untuk menghasilkan nilai di akhir dari rantai nilai.
II-16
Gambar II-4 Diagram Rantai Nilai
II.3.2.2 Value Network
Value network (VN) merupakan metode analisis untuk memodelkan enterprise di
mana penciptaan nilainya dilakukan dengan memfasilitasi jaringan relasi antar konsumen, dengan memanfaatkan teknologi sebagai mediumnya (mediating
technology). Nilai dalam VN ditentukan oleh tingkat kemungkinan komunikasi
antar konsumen. Enterprise berperan sebagai mediator yang mendirikan, memantau, dan menghentikan hubungan antar anggota.
VN terdiri dari aktifitas primer dan aktifitas pendukung. Aktifitas primer meliputi upaya mediasi baik pada level komunikasi mikro maupun pada level industri. Sedangkan, aktifitas pendukung meliputi upaya pengembangan teknologi yang mendukung aktifitas primer.
1) Aktifitas primer, meliputi:
a) Network promotion and contract management, meliputi aktifitas
yang bertujuan mengajak konsumen potensial untuk bergabung dalam jaringan, seleksi terhadap konsumen, manajemen, dan persetujuan kontrak yang mengatur persyaratan layanan dan pembiayaan.
b) Service provisioning, meliputi aktifitas yang bertujuan membangun, menjaga, dan mengakhiri hubungan antara konsumen dan pembayaran untuk nilai yang diterima. Pembayaran perlu
II-17
memperhitungkan penggunaan kapasitas jaringan oleh konsumen baik volume dan waktu.
c) Network infrastructure operation, meliputi aktifitas yang bertujuan
menjaga dan mengoperasikan infrastruktur. Aktifitas ini menjaga jaringan kerja berada pada kondisi siaga sehingga selalu siap untuk melayani konsumen.
2) Aktifitas pendukung pada VN dititikberatkan pada pengembangan teknologi, meliputi:
a) Network infrastructure development, meliputi aktifitas desain,
pengembangan, dan implementasi dari infrastruktur jaringan. b) Service development, meliputi aktifitas untuk memodifikasi
layanan di dalam kontrak untuk konsumen potensial.
Gambar II-5 merupakan ilustrasi dari diagram value network. Ketiga aktifitas primer digambarkan secara overlap untuk menegaskan hubungan konkuren diantara ketiganya. Tidak adanya garis berarah ke konsumen mengindikasikan bahwa penciptaan nilai dilakukan ketika terjadi proses mediasi bagi konsumen.