• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PERANCANGAN AKUSTIK INTERIOR AUDITORIUM TOWER MERCUBUANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PERANCANGAN AKUSTIK INTERIOR AUDITORIUM TOWER MERCUBUANA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PERANCANGAN AKUSTIK INTERIOR

AUDITORIUM TOWER MERCUBUANA

(kasus studi: Tower Mercu Buanan Jl. Meruya Selatan Kembangan, Jakarta)

Ifaldi Sazari dan Sri Kurniasih

Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: ifal.qdal@gmail.com

ABSTRACT

Auditorium UMB tower is a place to perform theatre, opera and music. Kinds of show that can be enjoyed comfortably or otherwise depend on the quality of room acoustic. Interior designers also contribute in successful or unsuccessful of a performance, which is in creating acoustic character quality. This research aims to find whether auditorium at Mercu Buana University has fulfilled requirements of good auditorium interior acoustic design. Observation is conducted to collect data of a right room shape,sound energy distribution inside the room, no acoustic defect, and shape processing of form the form room (floor, wall and plafond) and acoustic functioned material nor other soft and pored material. Then result of this data are compared to the theory of Good auditorium interior acoustic design. The result is that Tower UMB are quite good with some to be improved.

Keywords : acoustics, auditorium

ABSTRAK

Auditorium tower UMB merupakan tempat untuk menampilkan pertunjukan pentas seni seperti teater, opera, dan musik. Pertunjukan yang bisa dinikmati dengan nyaman, atau sebaliknya antara lain tergantung atas kualitas akustik ruang. Perancang interior ikut berperan dalam mempengaruhi sukses tidaknya suatu pertunjukan yaitu dalam menciptakan kualitas karakter akustik

.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Auditorium tower UMB sudah sudah memenuhi persyaratan perancangan akustik interior auditorium yang baik, penelitian ini melakukan observasi mengumpulkan data lapangan berupa bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, bebas dari cacat-cacat akustik dan pengolahan bentuk elemen pembentuk ruangnya (lantai, dinding dan plafond) serta pelapisan dengan bahan penyerap bunyi dan bahan yang berfungsi akustik maupun bahan-bahan lunak yang berpori lainnya. Dan data yang terkumpul di analisis dengan membandingkan fakta yang ditemukan di lapangan dengan teori Perancangan Akustik Interior Auditorium. Hasil dari penelitian ini mendapatkan bahwa Perancangan Akustik Interior Auditorium tower UMB ini cukup baik namun ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki. Kata Kunci : akustik, gedung pertunjukan

(2)

1 LATAR BELAKANG

Indera pendengaran merupakan alat komunikasi manusia terpenting kedua setelah penglihatan. Indera penglihatan atau mata dapat dipejamkan untuk menghindari pandangan yang tidak menyenangkan sedangkan telinga selalu terbuka bagi semua bunyi yang ada, sehingga perlu dipikirkan untuk mengurangi atau mencegah semaksimal mungkin bunyi yang kurang menyenangkan. Prinsip utama desain akustik ruang dalam adalah memperkuat atau mengarahkan bunyi yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna untuk pendengaran manusia. Dengan demikian, dalam mendesain interior tempat-tempat berkumpul yang berfungsi untuk menampung orang banyak seperti gedung pertunjukan, gedung bioskop, gedung parlemen, gedung sidang, perlu memperhatikan karakter masing-masing akustiknya.

Dalam merancang interior gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan seni teater, drama, atau musik, desain akustiknya diarahkan untuk dapat memberi kepuasan kepada setiap penonton yang berada dalam ruang. Penonton dapat mendengar dengan jelas setiap artikulasi percakapan aktor sehingga nuansa dan efek dramatis yang berusaha ditampilkan dapat ditangkap dan dicerna. Tetapi dalam gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan musik, artikulasi musiknya dan mimik aktor bukan merupakan hal yang utama, karena yang terpenting adalah setiap penonton yang berada dalam ruang dapat mendengar dan menikmati harmoni irama musik tersebut dengan baik.

Akustik yang baik dalam gedung auditorium dipengaruhi oleh faktor-faktor objektif dan subjektif. Desain yang mempengaruhi kualitas karakter akustik adalah dimensi, dimana dipengaruhi oleh kapasitas maksimum penonton dan bentuk yang diciptakan oleh lantai, dinding dan plafon, serta sifat bidang penutup interior yang absorbtif atau reflektif. Bentuk dan dimensi ruang dalam ternyata merupakan unsur-unsur yang paling penting untuk dapat memperkaya karakter akustik suatu ruang, yaitu dalam menghasilkan pantulan bunyi yang berguna bagi karakter akustik suatu auditorium.

Sebenarnya tidak ada rumus akustik yang paling ideal sebab suksesnya suatu pertunjukan akan menampilkan keunikan karakter akustik pada auditorium tempat pertunjukan itu berlangsung. Karakter akustik dapat disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan pada saat itu, dengan cara memodifikasi desain interiornya. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan masa kini akan ruang multiguna dengan desain akustik yang dapat disesuaikan secara praktis, karena penggunaan tunggal suatu ruang sudah jarang diminati. Pada problema akustik yang kompleks, solusinya tidak mudah serta membutuhkan kerjasama dengan para pakar akustik. Namun, dengan mengetahui prinsip-prinsip akustik auditorium yang sederhana, maka hal ini dapat memberi keyakinan bagi para perancang untuk tidak melakukan kesalahan yang fatal dalam mendesain interior sebuah gedung auditorium.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Auditorium merupakan tempat untuk menyaksikan suatu pertunjukan tertentu seperti teater dan musik. Desain akustik bagi pertunjukan teater harus dapat memberi kepuasan kepada setiap penonton di berbagai lokasi agar dapat mendengar dengan jelas artikulasi percakapan aktor, sehingga nuansa dan efek dramatis yang ditampilkan dapat ditangkap dan dicerna oleh penonton. Dalam pertunjukan musik, artikulasi musik dan mimik aktor bukan merupakan hal yang utama. Namun yang terpenting adalah penonton dari berbagai lokasi harus dapat mendengar dan menikmati musik tersebut dengan baik

Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara sebagaimana pendapat Shadily (1987:8) dalam (Ambarwati, 2010) bahwa akustik berasal dari kata dalam bahasa Inggris :acoustics, yang berarti ilmu suara atau ilmu bunyi. Halme (1990:12) dalam (Ambarwati, 2010) menyebutkan: Acoustics is a science and the first consideration to get a comfortable sound environment, bahwa akustik merupakan suatu ilmu dan merupakan pertimbangan pertama untuk mendapatkan lingkungan suara yang nyaman, sebagaimana pendapatnya: Jadi Tata Akustik merupakan pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk dinikmati, merupakan unsur penunjang terhadap keberhasilan desain yang baik karena pengaruhnya sangat luas dan dapat menimbulkan

(3)

efek-efek fisik dan emosional dalam ruang sehingga seseorang akan mampu merasakan kesan-kesan tertentu.

Persyaratan tata akustik Auditorium yang baik dikemukakan oleh Doelle (1990:54) dalam (Ambarwati, 2010) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat : kekerasan (loudness) yang cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik.

3 METODE

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dengan melakukakan beberapa studi yang meliputi tinjauan perancangan tata akustik auditorium. Analisis kualitatif yang dilakukan yaitu berupa observasi bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, bebas dari cacat-cacat akustik dan pengolahan bentuk elemen pembentuk ruangnya (lantai, dinding dan plafond) serta pelapisan dengan bahan penyerap bunyi dan bahan yang berfungsi akustik maupun bahan-bahan lunak yang berpori lainnya. Dan data yang terkumpul akan di analisis dengan membandingkan fakta yang ditemukan di lapangan dengan teori Perancangan Akustik interior Auditorium.

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Objek pengamatan untuk penelitian ini di laksanakan di Auditorium Tower Universitas Mercu Buana tepatnya lantai 7 yang beralamat di Jalan Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Waktu penelitian dilakukan selama ± 1 - 2 hari.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang diperoleh dari: 1. Data primer

Sumber data primer diperoleh berdasarkan dari hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder berupa dokumentasi gambar Construction Drawing yang didapatkan dari pengelola gedung

3.3 Metode Pengumpulan Data 1. Metode studi literatur

Yaitu mencari dasar-dasar teori mengenai pengertian dasar tentang sistem proteksi kebakaran dari buku-buku dan jurnal-jurnal sebagai perbandingan segala sesuatu yang terlihat di lapangan untuk mendapatkan kesesuaian, selain dari buku-buku, studi literature ini juga mengacu pada peraturan standar baku pedoman teknis pemeriksaan keselamatan kebakaran pada bangunan gedungyang diterapkan oleh pemerintah setempat.

2. Metode Checklist

Checklist adalah suatu daftar yang mengandung atau mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki. Perancangan Interior Auditorium mengenai Akustik akan di periksa dan di audit degan menggunakan perangkat daftar periksa (checklist).

3. Metode pengamatan (observasi)

Metode pengamatan/observasi adalah suatu cara yang dilakukan dengan meninjau / mendatangi tempat tertentu untuk mendapatkan informasi mengenai Perancangan Akustik

(4)

interior auditorium Tower Universitas Mercu Buana sehingga dapat mengenali, mengamati sekaligus mengetahui kondisi di lokasi tersebut.

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakasanakan untuk mengumpulkan semua data dan gambar Perancanan Interior Auditorium.

3.4 Tahap Penelitian

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Observasi Lapangan

Tabel 4 1 Analisa Perancangan Akustik interior auditorium tower UMB (Data Observasi) Mulai

Studi Pustaka

Pembuatan Lembar Pengamatan

Observasi Lapangan

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

(5)

No Standar Sumber Data Observasi Hasil 1 Jarak penonton dengan

sumber bunyi

Jarak tempat duduk penonton

tidak boleh lebih dari 20 meter

dari panggung

(Mills,

1976)

jarak yang terdekat

berjarak 3 meter dan

yang paling jauh

berjarak 23 meter

Cukup Baik

2 Penaikan Sumber Bunyi

Sumber bunyi harus dinaikkan

agar sebanyak mungkin dapat

dilihat oleh penonton, sehingga

menjamin gelombang bunyi

langsung yang bebas

(gelombang yang merambat

secara langsung tanpa

pemantulan) ke setiap

pendengar

(Doelle,

1990)

Ketinggian panggung

(sumber bunyi)

dinaikkan setinggi

6cm)

Baik

3 Pemiringan Lantai

lantai dimana penonton duduk

harus dibuat cukup landai atau

miring, Aturan gradient

kemiringan lantai yang

ditetapkan tidak boleh lebih

dari

1:8 atau 30˚ dengan

pertimbangan keamanan dan

keselamatan

(Doelle,

1990)

Pemiringan lantai di

area dengan

kemiringan 9°

Baik

4 Sumber bunyi harus

dikelilingi lapisan pemantul suara

sumber bunyi harus di kelilingi

oleh permukaan-permukaan

pemantul bunyi seperti plaster,

gypsum board, plywood,

plexyglas. dan sebagainya

dalam jumlah yang cukup

banyak dan besar untuk

(Doelle,

1990)

Sumber bunyi

dikelilingi oleh

permukaan-permukaan pemantul

bunyi seperti

armstrong pada

plafond dan pelapis

dinding untuk

memberikan energi

(6)

memberikan energi bunyi

pantul tambahan pada tiap

bagian daerah penonton,

terutama pada tempat-tempat

duduk yang jauh. Langit-langit

dan dinding samping

auditorium merupakan

permukaan yang tepat untuk

memantulkan bunyi

bunyi pantul

tambahan pada tiap

bagian daerah

penonton

5 Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang

Klasifikasi gedung pertunjukan

dari yang berukuran kecil

hingga sangat besar yakni:

ukuran sangat besar

berkapasitas 1500 atau lebih

tempat duduk, ukuran besar

900-1500 tempat duduk, ukuran

sedang 500–900 tempat duduk

dan ukuran kecil kurang dari

500 tempat duduk

(Mills,

1976)

Auditorium tower

UMB ini termasuk

dalam klasifikasikan

gedung pertunjukan

berukuran kecil

dengan jumlah tempat

duduk 424 tempat

duduk

Klasifikasi

Ukuran

Kecil

Nilai volume per tempat duduk

penonton yang

direkomendasikan untuk

gedung pertunjukan serbaguna

minimal 5.1 m³ (m cubic),

optimal 7.1 m³ dan maksimal

8.5 m³.

(Doelle,

1990)

Volume per tempat

duduk penonton pada

Auditorium UMB ini

memiliki volume

sebesar 5.5 m³ (m

cubic)

Mendekati

Minimal

6 Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling

berhadapan

Permukaan pemantul bunyi

yang pararel (horizontal

maupun vertikal), terutama

yang dekat dengan sumber

(Doelle,

1990)

Bentuk plafond pada

interior auditorium

tower UMB berbentuk

paralel secara

horisontal

(7)

bunyi, harus dihindari, untuk

menghilangkan pemantulan

kembali yang tidak diinginkan

ke sumber bunyi

7 Penempatan penonton di area yang menguntungkan

Penonton harus berada di

daerah yang menguntungkan,

baik dalam hal melihat maupun

mendengar yakni berada pada

area sumbu longitudinal

(Doelle,

1990)

Penonton bedara

pada area sumbu

longitudinal dengan

jumlah 380 tempat

duduk, namun ada

beberapa dibagian

depan bagian samping

yang tidak berada di

area sumbu

longitudinal sebanyak

44 tempat duduk

Cukup baik

8 Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat

bentuk ruang empat persegi

panjang (rectangular shape)

memiliki tingkat keseragaman

suara yang tinggi sehingga

terjadi keseimbangan antara

suara awal dan suara akhir. Sisi

lebar yang lebih kecil dapat

merespon bunyi lateral /bunyi

samping, diperkuat dengan

pantulan yang berulang-ulang

antar dinding samping

menyebabkan bertambahnya

kepenuhan nada, suatu segi

akustik ruang yang sangat

diinginkan pada ruang

pertunjukan.

(Mills,

1976)

Bentuk ruang

Audtorium tower

UMB berbentuk ruang

empat persegi panjang

(rectangular shape)

(8)

9 Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi

mengenai bahan-bahan

penyerap bunyi yang digunakan

dalam perancangan akustik

yang dipakai sebagai pengendali

bunyi dalam ruang-ruang bising

dan dapat dipasang pada

dinding ruang atau di gantung

sebagai penyerap ruang yakni

yang berjenis bahan berpori

dan panel penyerap (panel

absorber) serta karpet.

(Doelle,

1990)

Bahan Berpori

serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools dan selimut isolasi

GYPSUM PERFORATED

Baik

Penyerap Panel

panel kayu, hardboard, gypsum board dan panel kayu yang digantung di langit-langit.

ARMSTRONG

Baik

Karpet

Makin tebal dan berat karpet maka makin besar pula daya serap dan kemampuannya dalam mereduksi bising.

(9)

KARPET TEBAL

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil kajian di lapangan dengan ketentuan persyaratan perancangan tata akustik Auditoium, dapat disimpulkan bahwa Perancangan Akustik Interior Auditorium Tower UMB sudah cukup baik.

2. Pengurangan energi bunyi untuk mencapai kekerasan (ludness) yang cukup pada auditorium tower UMB masih kurang baik, karena masih ada tempat duduk yang melebihi jarak maksimal sejauh 20m yaitu 23m pada bagian belakang akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja (tanpa harus melihat penyaji dengan jelas), misalnya pada pementasan orkestra atau konser musik, toleransi jarak penonton dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak maksimum dengan pendengar yang terjauh adalah 40m, maka Auditorium tower UMB ini sudah cukup baik.

3. Penaikan Sumber Bunyi yang dilakukan di Auditorium tower UMB ini sudah cukup baik yaitu menaikan panggung sebagai sumber bunyi setinggi 60cm.

4. Pemiringan lantai di area penonton agar bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence) dengan kemiringan 9° cukup baik.

5. Sumber bunyi dikelilingi lapisan pemantul suara yang cukup baik dengan menggunakan bahan gypsum armstrong pada plafond dan pelapis dinding untuk memberikan suara bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton akan tetapi pengolahan bentuknya yang pararel (horizontal maupun vertikal) pada perancangan Interior Auditorium UMB ini harus dihindari, untuk menghilangkan pemantulan kembali yang tidak diinginkan ke sumber bunyi.

6. Penataan tempat duduk di Auditorium kurang baik karena masih ada beberapa penonton yang berada di daerah yang tidak menguntungkan , baik saat menonton maupun melihat pertunjukan, yakni yang tidak berada pada area sumbu longitudinal.

(10)

7. Bentuk ruang Audtorium tower UMB cukup baik yaitu berbentuk ruang empat persegi panjang (rectangular shape) yang memiliki tingkat keseragaman suara yang tinggi sehingga terjadi keseimbangan antara suara awal dan suara akhir.

8. Pengolahan pada elemen pembentuk ruangn Auditorium tower UMB pada langit-langit, lantai dan dinding, memiliki permukaan yang datar dan teratur, sedikit penonjolan elemen bangunan juga penggunaan bahan gypsum perforated dan bersifat absorber sehingga tidak begitu baik untuk distribusi ruang yang merata.

9. Ruang Auditorium tower UMB secara kualitatif memiliki pengendalian bising yang baik, hal ini karena ruang Auditorium tower UMB berada di lantai 7 sehingga relative lebih sepi dari aktifitas lalu lintas mahasiswa.

10. Ruang Auditorium tower UMB memiliki bahan insulasi suara yang baik. sekeliling dinding ruang Auditiorium terbuat dari dinding bata yang dilapisi dengan gypsum perforated dan lantainya dilapisi oleh karpet serta tempat duduk penonton yang menggunakan bahan yang bersifat absorber.

5.2 Saran

Penelitian Tinjauan Perancangan Akustik Interior Auditorium Tower UMB ini terbatas hanya kepada bentuk, ukuran dan bahan Perancangan Interior Auditorium saja. Dan dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data yang menggunakan alat Sound Level Meter dan simulasi Peletusan balon yang dilakukan memiliki keterbatasan dan dalam pemasukan datanya mengalami penyeseuaian – penyesuaian untuk mempermudah proses simulasi. Saran untuk peneliti selanjutnya :

1. Penelitian dikembangkan dengan pendekatan variable penelitian yang lebih detail untuk mengetahui reverberation time (RT) pada Audit pada auditorium tower UMB. 2. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai Distribusi bunyi yang

merata dan Cacat Akustik dalam ruang Auditorium.

3. Objek yang diteliti tidak terbatas pada satu orientasi bangunan, namun dikembangkan menjadi beberapa orientasi.

Saran untuk ilmu perancangan :

1. Arsitek yang merancang hendak memperhatikan syarat Perancangan Akustik Interior Auditorium yang baik.

Saran untuk Auditorium Tower UMB:

1. Bentuk permukaan pemantul bunyi sebainya dibuat miring dengan permukaan yang tidak beraturan, terutama daerah plafond di atas sumber bunyi, agar sebagian besar bunyi langsung (direct sound) menyebar ke arah penonton dengan waktu tunda yang panjang sehingga bunyi langsung dapat diterima sebagian besar penonton hingga ke tempat duduk terjauh.

2. Penggunaan bahan gypsum perforated pada plafond sebaiknya dihindari agar pemantulan bunyi lebih maksimal.

(11)

3.

Kelemahan dari bentuk ruang persegi panjang adalah pada bagian sisi panjangnya, karena menjadikan jarak antara penonton dengan panggung terlalu jauh. Maka solusi untuk permasalahan ini adalah dengan mempersempit area panggung dan memperlebar sisi depannya.

4.

Penataan tempat duduk di Auditorium yang kurang baik karena masih ada beberapa penonton yang berada di daerah yang tidak menguntungkan , baik saat menonton maupun melihat pertunjukan, yakni yang tidak berada pada area sumbu longitudinal, sebaiknya dihindari.

Referensi

6 REFERENSI

Doelle, Leslie E. 1990. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga. Halme, Arthur.1991. Space. Finlandia: Finnish Interior.

Pamudji Suptandar. 1982. Interior Design. Jakarta:Usakti.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif cetakanpertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

BurrisMeyer,Harold&EdwardC.Cole.1964.Theatres&Auditorium.NewYork: Reinhold. ______, 1992. Concert Hall Acoustics. Jasa Vol. 92 No. 1 (1 – 39).

Bradley, T. 1989. Practical Building Acoustics. Suffolk London : Sound Research Laboratories Ltd.

Doelle, L.L. 1972. Environmental Acoustics. New York. McGrawHill B.C.

Jordan, V.L. 1980. Accoustical Design of Concert Halls and Theatres. London : Applied Science Publishers Ltd.

Kuttruff, H. 1979. Room Acoustics. London : Applied Science Publishers.

Lawrence A. 1970. Architectural Acoustics. London : Applied Science Publishers. Legoh, F. 1993. Acoustic Design and Scale Model Testing at A Multi Pusrpose Auditorium. UK : The University of Salford.

Moore, J.E. Friba. 1978. Design for Good Acoustics and Noise Control. London : The Macmillan Press Ltd.

Parkin, P.H. & Humphreys, H.R. 1971. Acoustics, Noise and Building. London : Faber and Faber.

In Acoustical Design. New York : The American Institute of Physics Inc.

Indrani, Hedi C. (2004) PENGARUH ELEMENT INTERIOR TERHADAP KARAKTER AKUSTIK AUDITORIUM, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Ambarwati, Dwi Retno Sri (2010) PERANCANGAN AKUSTIK INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN, Fakultas Bahasa dan Seni FBS UNY.

Gambar

Tabel 4 1 Analisa Perancangan Akustik interior auditorium tower UMB (Data Observasi) Mulai

Referensi

Dokumen terkait

“ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak (Studi Kasus Di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung

Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi dianggap cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya dilakukan dalam

BOGOR 2010.. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengkajian Aktivitas Kepelabuhanan PPN Kejawanan Cirebon dalam Upaya peningkatan Kinerja Sektor Perikanan

Pengembangan kelembagaan dan modal sosial merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat, khususnya usaha sektor informal untuk dapat

Perbedaan kadar air yang terlihat sangat berbeda terdapat pada jenis bahan bakar tumbuhan bawah D.linearis yakni termasuk kadar air bahan bakar yang sangat tinggi

yang berfungsi untuk mendeteksi suhu yang ada pada tangki reaktor, apabila suhu sudah mencapai set point maka aktuator berupa motor servo akan aktif untuk membuka

Fasilitas yang didapatkan oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawatnya dan mungkin cukup sesuai

Setelah itu, Direktur akan menandatangani Purchase Order (PO) sebagai tanda persetujuan pesanan. Jika PO tersebut tidak ditandatangani oleh Direktur, maka Bagian