• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang terkenal dan masih diteliti sampai saat ini, salah satunya adalah sastrawan yang berasal dari Jepang bernama Akutagawa Ryūnosuke. Selama hidupnya, dia telah menghasilkan kurang lebih 150 karya yang sebagian berupa cerita pendek. Beberapa dari karyanya telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa Indonesia.

Dalam karya-karya yang telah dihasilkan selama kehidupannya, Akutagawa Ryūnosuke mengikut sertakan (penokohan pengarang) tentang kehidupan dirinya dalam kisah yang dialami oleh sang tokoh. Kebanyakan dari karya Akutagawa menggambarkan secara tidak langsung mengenai harapan, ketakutan, kritikan, dan keadaan lingkungan sekitar yang dialaminya pada saat menulis karya-karyanya dan dia ceritakan melalui pengalaman ataupun melalui perasaan yang dialami sang tokoh dalam ceritanya.

Maka dari itu, saya merasa tertarik untuk membahas sosok Akutagawa Ryūnosuke. Berdasarkan hal tersebut, dalam menyusun skripsi ini, saya memilih beberapa karya dari Akutagawa yang berjudul Hana (1916), Mikan (1919) dan Kappa (1927). Melalui karya-karya tersebut, saya akan menganalisis perasaan, harapan, kritikan dan tatanan masyarakat Jepang yang dirasakan ataupun yang dikritik secara tidak langsung oleh Akutagawa pada masa hidupnya tersebut.

Selain hal yang tertulis di atas, saya juga menganalisis kecemasan Akutagawa dari segi psikologi berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam hal ini, saya menganalisis kecemasan dalam diri Akutagawa yang menjadi salah satu pemicu

(2)

kematiannya selain disebabkan penyakit-penyakit kronis yang diidapnya. Saya menganalisa kecemasan Akutagawa yang dikaitkan dengan karakteristik tokoh dalam karya Hana (1916), Mikan (1919) dan Kappa (1927) dengan didukung data berupa otobiografi Akutagawa.

Teori psikoanalisis Sigmund Freud menyatakan bahwa manusia sebenarnya memiliki kesadaran dan ketidaksadaran yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Bertens (2006 : 3) mengemukakan, “Secara umum boleh dikatakan bahwa psikoanalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, di mana ketidaksadaran memainkan peranan sentral.”. Dimana ketidaksadaran yang terjadi dapat timbul karena adanya trauma yang dialami sejak kecil seperti yang dialami Akutagawa Ryūnosuke. Sigmund Freud menyatakan ketidakberesan psikis seseorang dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara naluri (insting) kehidupan dan naluri (insting) kematian. Freud dalam Bertens (2006 : 32) mengemukakan bahwa ketidakberesan psikis seseorang disebabkan :

Ketidakberesan itu disebabkan karena gangguan keseimbangan antara naluri-naluri, bukan karena sifat-sifat salah satu naluri. Harus dikatakan juga bahwa pada kenyataannya tidak ada perbuatan yang berasal dari satu naluri saja. Tidak ada tingkah laku yang destruktif melulu atau yang libidinal melulu. Tingkah laku yang konkret selalu merupakan campuran antara kedua macam naluri.

Dengan diangkatnya tema di atas sebagai sebuah penelitian, saya berharap para pembaca dapat mengetahui riwayat kehidupan Akutagawa Ryūnosuke dan dapat memandang dari segi psikologi tentang kecemasan yang dialami Akutagawa berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud.

(3)

1.1.1 Biografi Singkat Akutagawa Ryūnosuke

Dalam skripsi ini, saya meneliti sosok Akutagawa Ryūnosuke berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Maka dari itu, saya menerangkan riwayat hidup Akutagawa dengan membagi masa kehidupannya menjadi tiga bagian yaitu masa kecil, masa pertumbuhan, dan masa dewasa.

1.1.1.1 Masa Kecil

Akutagawa lahir dengan nama Ryūnosuke di Irfunecho-Kyobashi, Tokyo, pada tanggal 1 Maret 1892. Karena lahir pada tahun dan jam Naga (sekitar jam delapan pagi) dia diberi nama Ryūnosuke (dalam bahasa Jepang, Ryū berarti naga). Dia lahir dari pasangan Niihara Toshizō dan Fuku. Ibunya, Fuku, keturunan keluarga samurai, golongan militer yang mendominasi Jepang selama berabad-abad, sedangkan Toshizō berasal dari kalangan rakyat biasa. Niihara Toshizō, adalah seorang pengusaha perternakan sapi perah di Irufunecho dan daerah Shinjuku.

Ryūnosuke adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua saudara kandungnya adalah perempuan, namun yang tertua Hatsuko, meninggal karena penyakit meningitis (radang selaput otak) pada umurnya tujuh tahun, setahun sebelum Ryūnosuke lahir. Karena itu ketika Ryūnosuke lahir dia hanya memiliki satu saudara perempuan, Hisako. Setelah Ryūnosuke lahir, Fuku tidak mampu merawat anak bungsunya ini karena kondisi mental dan fisiknya yang mulai terganggu. Kondisi kesehatan Fuku mulai melemah semenjak kematian anak pertamanya. Ryūnosuke, dia kandung dalam kondisi mental yang masih terpukul. Menurut keluarganya, kelahiran Ryūnosuke membawa kesialan.

(4)

Setelah lahir, Ryūnosuke dijauhkan dari Fuku sebab menurut kepercayaan Jepang pada waktu itu pantang untuk melahirkan anak bagi perempuan yang telah berusia 33 tahun dan pada saat suaminya berumur 42 tahun. Menurut kepercayaan, keadaan seperti itu akan menyebabkan mereka jatuh sakit, atau menderita (Wibawarta, 2005 : 4).

Sedangkan mengenai penyebab penyakit jiwa ibunya, Hisako mengatakan bahwa karena ibunya berhati lemah dan lebih senang memendam perasaan daripada mengungkapkannya. Watak Niihara Toshizō, ayahnya yang kasar juga menambah beban penderitaan batin ibunya.

Karena hal tersebut, diputuskan Ryūnosuke seolah-olah dibuang dengan dipelihara oleh teman lama ayahnya, Matsumura Senjiro. Namun, secara resmi dia diadopsi oleh kakak ibunya, Akutagawa Michiaki. Sejak itu, secara resmi Ryūnosuke menggunakan nama Akutagawa setelah dua tahun ibunya meninggal, yakni ketika berumur 12 tahun.

1.1.1.2 Masa Pertumbuhan

Masa sekolah dilewatkannya di Tokyo, mulai dari Sekolah Dasar Umum Edo, Sekolah Menengah 3 Tokyo, Sekolah Lanjutan Atas 1, hingga Jurusan Sastra Inggris di Universitas Kerajaan Tokyo (Universitas Tokyo). Bulan Februari 1914, Akutagawa bersama teman kuliahnya bernama Kikuchi Kan, Kume Masao dan Matsuoka Yuzuru, yang kemudian menjadi penulis-penulis terkenal di Jepang, menghidupkan untuk yang ke-3 kalinya majalah sastra Shinshichō (Arus Pemikiran Baru).

Sejak saat itu, Akutagawa menjadi penulis tetap di majalah tersebut tersebut dengan nama samaran Yanaigawa Ryūnosuke. Karyanya berupa cerpen berjudul Ronen dimunculkan pada terbitan bulan Mei. Karyanya yang lain yaitu Rashomon diterbitkan pada tahun 1915 dan menempatkannya dalam deretan sastrawan yang mendapat

(5)

nama Akutagawa Ryūnosuke mulai digunakannya sewaktu menulis. Temannya yang bernama Miekichi Suzuki memperkenalkannya kepada Natsume Sōseki yang menerimanya sebagai murid dan menjadi murid kesayangan Natsume Sōseki.

Pada awal tahun 1916, Hana, karyanya yang mendapat pujian dari sastrawan besar Natsume Sōseki, diterbitkan dalam buku komplikasi yang diprakarsai olehnya beserta kawan-kawan dari Shinshichō. Selanjutnya, dia menghasilkan banyak karya-karya lain yang terkenal, yang hingga sampai saat ini masih terus dibaca dan dijadikan bahan penelitian.

1.1.1.3 Masa Dewasa

Lulus dari universitas pada tahun 1916, Akutagawa mengajar bahasa Inggris pada sekolah kelautan di Yokosuka. Tahun 1919, dia berhenti mengajar dan menikah dengan Tsukamoto Fumi, anak dari Mayor AL. Setelah berhenti, dia bekerja di sebuah penerbitan yaitu Osaka Mainichi. Maret 1912, dia dikirim ke Cina selama empat bulan oleh Osaka Mainichi. Kesehatannya mulai memburuk dan sempat dirawat di rumah sakit Shanghai selama tiga minggu.

Sejak pulang dari Cina, kesehatan Akutagawa menurun drastis. Karena dia menderita berbagai penyakit kronis. “Dalam surat yang ditulis kepada salah seorang temannya pada akhir tahun 1922, dia mengeluh bahwa dirinya sedang menderita kelelahan saraf, kejang-kejang perut, sakit kantung kemih, dan punya masalah jantung.” (Wibawarta, 2004 : 9).

Sejak itulah, Akutagawa merubah gaya penulisannya. Dia mulai menulis hal-hal yang berhubungan dengan masalah disekitar kehidupannya dan tulisannya lebih bersifat pribadi. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, dia menderita penyakit insomnia yang

(6)

parah dan dibayangi ketakutan akan menjadi gila seperti almahum ibunya. Dapat dikatakan itulah awal gejala penyakit schizophenia, dan pada saat itulah dia menghasilkan sebuah novel pendek berjudul Kappa. Ketika usianya telah menginjak 35 tahun, pada dini hari 24 Juli 1927, dia melakukan tindakan bunuh diri di rumahnya, di Tokyo dengan mengkonsumsi kaliumsianida (obat tidur atau obat penenang) secara berlebihan.

1.1.2 Karya-Karya Akutagawa Ryūnosuke

Dalam penyusunan skripsi ini, saya menggunakan tiga karya Akutagawa Ryūnosuke antara lain Hana (1916) menceritakan tentang seorang pendeta Budha yang bernama Zenchi Naigu yang merasa tersisak batinnya karena memiliki hidung panjang sekitar enam belas sentimeter, dia berusaha menemukan cara agar hidungnya dapat seperti orang normal lainnya; Mikan (1919) menceritakan tentang seorang tokoh “Aku” yang mengamati seorang anak gadis dari keluarga miskin yang memberikan buah jeruk (mikan) kepada saudaranya sebagai salam perpisahan melalui jendela kereta api yang sedang melaju; dan Kappa (1927) menceritakan kisah seorang pasien di Rumah Sakit Jiwa yang tersesat ke dunia kappa, dan di dunia tersebut dia mempelajari berbagai macam hal sampai akhirnya dia kembali lagi ke dunia manusia.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan beberapa karya Akutagawa Ryūnosuke antara lain yang berjudul Hana, Mikan dan Kappa, permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengkaji sosok Akutagawa melalui segi penyudut pandangan dalam karya-karya tersebut.

(7)

Membahas kecemasan Akutagawa berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud, ditinjau dari karya-karyanya tersebut.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, penulisan skripsi ini dibatasi pada analisis kecemasan Akutagawa Ryūnosuke berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud, sebagai salah satu sastrawan besar pada zamannya melalui pembahasan dalam beberapa karyanya yang berjudul Hana, Mikan dan Kappa.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah menganalisis sosok seorang sastrawan terkemuka bernama Akutagawa Ryūnosuke berdasarkan psikoanalisis Sigmund Freud dalam beberapa karyanya yang berjudul Hana, Mikan dan Kappa.

Manfaat yang dapat dipeoleh dari skripsi ini antara lain untuk mengetahui latar belakang kehidupan Akutagawa Ryūnosuke serta mengetahui secara lebih dalam kerterkaitan kecemasan yang dialami Akutagawa dari segi psikologi melalui kerterkaitan dengan kecemasan dan kehidupan tokoh-tokoh yang dikisahkan dalam karya-karya tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Untuk mencari atau menentukan landasan teori yang berkesesuaian bagi penyusunan skripsi ini saya menggunakan metode kajian kepustakaan, yaitu dengan cara membaca, meringkas, mengutip, dan membuat simpulan dari buku-buku yang berkaitan dengan kehidupan dan karya-karya Akutagawa Ryūnosuke serta melalui buku-buku psikologi.

(8)

Saya juga mengumpulkan informasi dari internet dengan membaca website yang berhubungan dengan Akutagawa Ryūnosuke dan website yang berhubungan dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, saya menguraikannya dalam 5 bab dengan sistematika pembahasan dan aturan-aturannya agar pembaca lebih mudah untuk memahami dan mengerti isi dari skripsi ini.

Bab 1 adalah pendahuluan. Dalam bab pertama ini saya menguraikan tentang latar belakang penelitian, kehidupan Akutagawa Ryūnosuke, karya-karya Akutagawa Ryūnosuke yang dianalisis, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan penelitian ini serta sistematika penulisannya.

Bab 2 adalah landasan teori. Bab ini berisi tentang teori-teori ilmiah yang didapat dari metode kajian kepustakaan yang digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini. Bab ini menjelaskan tentang konsep masyarakat Jepang pada zaman Taishō, konsep kesusastraan Jepang modern, pengertian psikoanalisis Sigmund Freud, dan menjelaskan teori fiksi.

Bab 3 adalah analisis data. Dalam bab ini berisikan analisis kecemasan Akutagawa Ryūnosuke yang dianalisis berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud melalui beberapa karyanya yang berjudul Hana, Mikan dan Kappa.

Bab 4 adalah simpulan dan saran. Bab ini berisi tentang simpulan-simpulan yang diperoleh saya dari hasil analisis kecemasan Akutagawa Ryūnosuke melalui beberapa

(9)

bermanfaat sebagai masukan bagi orang-orang yang ingin mengetahui lebih tentang karya-karya Akutagawa Ryūnosuke ataupun bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian terhadap karya-karya lain dari Akutagawa Ryūnosuke.

Bab 5 adalah ringkasan. Bab ini merupakan bab penutup atau bab terakhir, bab ini berisikan tentang ringkasan skripsi secara keseluruhan mulai dari latar belakang penelitian, kehidupan Akutagawa Ryūnosuke, karya-karya Akutagawa Ryūnosuke yang dianalisis dalam skripsi ini, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

The difference in the biomass of forest stands was caused by differences in site quality, the types of clones eucalyptus, land area in ech compartmen, number of trees,

Seperti halnya dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus yang dialami oleh MedcoEnergi dalam melakukan kegiatan proyek seismik darat di wilayah kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan sejumlah butir soal buatan guru yang baik, berdasarkan teori pengukuran klasik maupun teori respons butir, yang dapat dimasukkan

Berdasarkan analisis bivariat yang telah diuji statistik Korelasi Rank Spearman tentang Peran petugas kesehatan terhadap umur pemberian MP-ASI dini diperoleh ρ

[r]

2000 diberikan apabila pemilik rahasia dagang atau pemegang rahasia dagang telah melakukan langkah-langkah untuk menjaga rahasia dagang yang dimilikinya dengan

Upaya sistemik dan strategis yang dapat dilakukan untuk mencegah agar sistem di sektor kesehatan tidak menginduksi ter- jadinya korupsi adalah membangun mekanisme kerja dengan

Os mengeluh nyeri perut yang dominan pada kanan bawah sejak 4 hari SMRS. Awalnya nyeri terasa hilang timbul dan terlokalisir di kanan bawah namun kelamaan nyeri meluas dan terasa