• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN TEORI 1.1 Penelitian terdahulu

(Putri et al , 2019) yang menguji pengaruh kualitas audit dan leverage terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas audit dan leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak dengan menggunakan tiga teknik yakni Effective Tax Rate (ETR), Cash Effective Tax Rate (CETR) dan Book Tax Differences (BTD). Hasil dari ketiga metode tersebut adalah bahwa kulaitas audit, leverage, size dan bahkan kepemilikan keluarga yang mampu meramalkan atau mengklarifikasi fenomena agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai 2017.

(Darmawan & Sukartha, 2014) yang menguji pengaruh penerapan corparate governance, leverage, ROA dan ukuran perusahaan pada penghindaran pajak. Penelitian ini berpusat pada perusahaan yang terdaftar di BEI dan masuk peringkat CGPI periode 2010-2012. Hasil dari penelitian ini adalah corporate governance, ROA dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi corporate governance, ROA dan ukuran perusahaan akan menyebabkan meningkatnya tax avoidance. Sedangkan untuk variabel leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

(Tiaras & Wijaya, 2015) yang meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage, manajemen laba, komisaris independen dan ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak. Hasil dari penelitian ini adalah manajemen laba dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan untuk likuiditas, leverage dan komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak.

1.2 Teori dan Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan tidak lepas dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Berikut merupakan uraian dari beberapa penelitian terdahulu yang mendukung.

(2)

2.2.1 Agency Theory (Teori Agensi)

Teori agensi adalah teori yang menyataan adanya hubungan antara pihak-pihak yang berwewenang (principal) dan pihak yang menerima wewenang (agen). Teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang berwewang yaitu investor yang sebagai pihak menerima wewenang (agen) yaitu manajer. Menurut Nugraha (2015) menyatakana bahwa teori agensi muncul ketika adanya sebuah perjanjian hubungan kerja antara principle yang memiliki wewenang dengan agent atau pihak yang diberi kewenangan untun menjalankan perusahaan. Adanya perjanjian kesepakatan antara pemilik sumber daya dengan manajer untuk mengelola perusahaan serta mencapai tujuan perusahaan dalam memaksimalkan laba yang telah diperoleh, sehingga manajer kadang kala melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut baik dengan cara yang baik maupun cara yang akan merugikan banyak pihak.

Teori agenci ada karena adanya suatu kesempakatan antara pemilik perusahaan dengan manajer dalam menjalankan perusahaan, manajer juga memiliki kewajiban untuk melaporakan informasi pengenai perkembangan perusahaan kepada principle. Namun terkadang manajer tidak melaporkan keadaan perusahaan seperti apa adanya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan manajer serta untuk menutupi kelemahan kinerjanya. Tindakan ini dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer. Perbedaaan kepentingan antara principle dan manajer dapat mempengaruhi berbagai hal yang berkaitan dengan keuangan perusahaan, salah satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak perusahaan. Sistem perpajakan di indonesia yang menganut self asessment system yang memberikan wewenang kepada perusahaan dalam menghitung dan melaporkan pajaknya sendiri. Penggunaan sistem ini akan memberikan kesempatan kepada agent untuk memanipulasi pendapatan kena pajak perusahaan menjadi lebih rendah sehingga beban pajak perusahaan menjadi lebih rendah.

Ada beberapa cara dalam mengontrol tindakan agent yang terkaitan dengan penghindaran pajak yang dilakukan,yakni dengan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan dibandingkan dengan tindakan agresivitas pajak yang dilakukan oleh agent. Rasio yang digunakan yaitu

(3)

menggunakan leverage dan return on asset (profitabilitas) yang dibandingkan ETR perusahaan yang didapatkan dari beban pajak dibandingkan dengan laba sebelum pajak. Sebuah perusahaan yang tergolong besar apabila perusahaan tersebut sudah memiliki aset yang besar dengan total aset akan bertambah seiring dengan laba perusahaan yang semakin besar, total aset juga akan bertambah seiring dengan bertambahnya liabilitas dan ekuitas. Semakin besarnya pendapatan maka akan semakin besar pula pajak yang harus dibayarkan. Namun agent akan melakukan manipulasi sehingga diharuskanya pembuktian dengan besarnya ETR (Effective Tax Rate) perusahaan agar terindentifikasinya suatu tindakan agresivitas pajak perusahaan.

2.2.2 Leverage

Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang mempunyai beban untuk meraih tujuan perusahaan secara maksimal bila dikaitkan dengan rasio maka leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan mampu menggunakan akun hutang dalam mengelola investasi perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan Ratio debt to equity ratio (DER) yaitu rasio yang memperhitungkan perbandingan antara hutang dengan total ekuitas pada perusahaan. Kurniasih dan Sari (2013:63) leverage adalah ratio untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan pada pengelolaan hutang baik pada hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang di mana digunakan untuk membiayai aktivitas operasi yang terjadi di dalam perusahaan. Leverage digunakan untuk sumber perdanaan yang nantinya tertulis pada akun hutang yang akan menjadikan beban bunga secara jangka panjang pada perusahaan dan dapat digunakan untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, pada penelitian ini leverage diukur dengan laba dan pembagian total kewajiban jangka panjang yang ada pada perusahaan dengan total aset dalam perusahaan.

Sedangkan menurut Agustin (2014) leverage adalah salah satu rasio keuangan yang dapat mengukur mengenai hubungan hutang perusahaan dengan modal atau aset dan membiayai investasi yang ada pada perusahan sehingga dapat digunakan sebagai mengukur kemampuan dan aktiva atau aset perusahaan yang mempunyai beban tetap dalam menghasilkan penghasilan yang bernilai tinggi bagi pemilik perusahaan. Menurut Kurniasih dan Sri (2013:65) pada penelitianya

(4)

disebutkan bahwa pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak adalah negatif yaitu tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk menghindarkan pajak. Dan hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Richardson dan Lanis (2007) yang mengatakan bahwa “ETRs have a significant negative association with capital structure for leverage” (Richardson dan Lanis 2007:702).

2.2.3 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan sebuah perusahan untuk dapat menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Return on asset meruapakan rasio yang dapat mengukur kualitas dan kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset yang dimiliki menjadikan mengukur efesiensi perusahaan untuk menghasilkan laba dari sumber daya yang dimiliki dan yang dapat dilihat sehingga biasanya akan dikaitkan dengan laba bersih setelah pajak pada total aset yang dimiliki dalam perusahaan.

Return On Asset akan digunakan oleh pihak manajemen sebagai perhitungan rasio yang mengevaluasi unit bisnis dalam perusahaan multinasional. Nilai suatu return on asset yang tinggi maka akan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan lebih baik dalam tingkat pengembalikan seluruh aktiva yang telah perusahaan berikan jika pada perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi maka semakin besarnya kesmepatan perusahaan untuk dapat melakukan tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al, 2010). Menurut penelitian Kurniasih dan Sari (2013) menjelaskan bahwa ROA dapat berpengaruh secara signifikan untuk penghindaran pajak. Tingginya profitabilitas yang ada pada perusahaan maka dapat dilakukan perencanaan pajak yang matang untuk menghasilkan beban pajak yang optimal sehingga untuk kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan lebih menurun.

Tingkat profitabilitas yang terjadi pada perusahaan dapat berpengaruh negatif pada tarif pajak efektif dikarenakan bila semakin efesien dikarenakan bila semakin efesien perusahaan maka kemungkinan perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit dari tarif pajak efektif perusahaan akan memiliki nilai yang lebih rendah (Derazhid dan Zhan, 2003). Dapat dikatakan bila suatu perusahaan dengan tingkat efesiensi yang tinggi pada pendapatannya akan cenderung dapat

(5)

menghasilkan beban pajak yang lebih rendah karena dengan rendahnya beban pajak ini dihasilkan dari pendapatan yang tinggi dengan memanfaatkan keuntungan dari insentif pajak dan pengurang pajak yang lain (Darmadi,2013). 2.2.4 Agresivitas Pajak

Perusahaan yang menganggap pajak adalah sebuah beban biaya yang akan mengurangi laba bersih yang telah diperoleh oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan diduga telah melakukan tindakan yang mengurangi beban pajak perusahaan. Menurut Frank et al (2009) suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang berusaha untuk meminimalisir beban pajak dengan melalui suatu perencanaan pajak baik secara legal (Tax Avoidance) maupun ilegal (Tax Evasion) yang disebut dengan Agresivitas pajak perusahaan. Walaupun tidak semua tindakan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan melanggar hukum, akan tetapi semakin banyaknya celah yang digunakan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut akan dianggap semakin agresif.

Pertimbangan perusahaan dalam membayar pajak secara efisien dapat mendorong perusahaan melakukan suatu perencanaan pajak (Tax Planning) melalui tax avoidance (Nugraha, 2015). Tax Avoidance adalah suatu tindakan yang dilakukan perusahaan melalui perencanaan pajak dalam upaya mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan tax evasion merupakan sebuah perencanaan pajak yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan. Tindakan agresivitas pajak diduga terjadi hampir di semua perusahaan-perusahaan besar maupun kecil diseluruh dunia. Tindakan ini dilakukan untuk meminimalkan besarnya beban pajak dari biaya pajak yang telah diperkirakan atau disimpulkan dengan usaha mengurangi beban pajak perusahaan.

Manfaat agresivitas pajak perusahaan merupakan tindakan dalam penghematan pengeluaran atas pajak sehingga keuntungan yang diperoleh akan menjadi semakin besar untuk mendanai suatu investasi perusahaan yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dimasa mendatang (Suyanto dan Supramono, 2012). Agresivitas pajak diukur dengan menggunakan berbagai cara. Menurut Sari dan Martini (2010) suatu agresivitas pajak dapat diukur dengan menggunakan effective tax rate (ETR), cash effective tax rate (CETR), book tax

(6)

difference manzon-plento, book tax difference desai-dharmapala and tax planning. Menggunakan ETR dalam mengukur agresivitas pajak dengan berbagai alasan dari penelitian sebelumnya yang telah banyak menggunakan cara ETR dalam mengindikasikan adanya suatu agresivitas pajak dalam perusahaan. Semakin rendah menunjukkan beban pajak penghasilan yang lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak. Tujuan digunakannya ETR adalah untuk mengetahui jumlah presentase perusahaan dalam membayar yang sebesarnya terhadap laba komersial yang diperoleh oleh perusahaan.

2.3 Hipotesa Variabel penelitian

2.3.1 Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak

Rasio leverage akan menggambarkan suatu keadaaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Sistem pendaaan dalam perusahaan yang dapat menimbulkan suatu konflik antara agent dan manajer dengan beberapa kemungkinan manajer tidak menyetujui penambahan pendanaan untuk melakukan kegiatan yang ada di perusahaan, sehingga pihak agent memerlukan pendanaan lain untuk menutupi kekurangan data tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh pihak agent adalah dengan melakukan pinjaman atau utang dari pihak lain.

Savitri & Rahmawaty (2017) menyebutkan apabila perusahaan memiliki dana pinjaman yang tinggi, maka kewajiban utang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada kreditur akan semakin besar. Beban bunga pinjaman perusahaan akan mengurangi laba, dengan berkurangnya laba akan berkurangnya laba maka akan dengan sendirinya jumlah pembayaran pajak akan berkurang. Putri et.al (2019) menyebutkan adanya hubungan yang positif antara leverage dan ETR. Namun keadaaan ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan manupulasi besarnya biaya bunga agar laba yang diperoleh semakin kecil dengan beban pajak yang ditanggung juga semakin kecil pula. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hipotetis yang berhubungan mengenai leverage dengan ageresivitas pajak tidak dapat dinyatakan dengan arah tertentu. Dengan hasil dari penelitian terdahulu maka hipotetis dalam penelitian ini sebegai berikut :

= Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak 2.3.2 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap agresivitas pajak

(7)

Return On Asset merupakan suatu pendekatan yang dapat menggambarkan nilai profitabilitas suatu perusahaan. Return On Asset akan memperlihatkan bagaimana kemampuan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aset yang perusahaan miliki terlepas dari aktivitas pendanaan lainnya. Nilai ROA yang tinggi dapat diyatakan bahwa nilai profitabilitasnya akan tinggi pula. Tingginya nilai suatu prifitabilitas dalam perusahaan akan menyebabkan beban pajak yang tinggi pula, sehingga menimbulkan suatu dorongan pada perusahaan untuk meminimalkan nilai beban pajak tersebut dengan melakukan aktivitas agresivitas pajak untuk mengurangi besarnya beban pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan.

Leksono et.al (2019) menyebutkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan selalu mentaati pembayaran pajak. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai yang rendah, tidak akan taat terhadap pembayaran pajak perusahaan guna untuk mempertahankan aset perusahaan. Sesuai dengan penelitian dari Luke & Zulaikha (2016) menyebutkan adanya hubungan yang positif antara Return On asset dan ETR. Setiap perusahaan pasti memiliki keinginan untuk memaksimalkan laba yang telah diperoleh oleh perusahan dan perusahaan juga memiliki suatu kewajiban terhadap pembayaran pajaknya. Semakin besarnya nilai profitabilitas perusahaan peroleh maka perusahaan akan mengurangi tindakan agresivitas pajak dikarenakan perusahaan yang telah memiliki profitabilitas besar akan terlihat dalam laporan keuangan yang memiliki beban pajak yang besar yang harus dibayarkan. Dengan kesimpulan penelitian tersebut dapat menghubungkan dengan agresivitas pajak tidak dinyatakan dengan arah tertentu. Maka hipotetis dalam penelitian ini sebegai berikut :

(8)

2.4 Kerangka berpikir penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel independen antara lain, Return On Asset, Leverage yang dihubungkan dengan agresivitas pajak. Sehingga kerangka pemikiran yang terbentuk nampak seperti berikut ini:

Keterangan : = Leverage = Return On Asset Gambar 1 Kerangka Konseptual Leverage Return On Asset Agresivitas Pajak

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian ini, dua buah makmal komputer yang mempunyai susun atur pod dan susun atur berpasangan dikaji daripada aspek persekitaran fizikal, interaksi sosial dan inovasi yang

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Sunan ampel dari jurusan komunikasi dengan judul “proses komunikasi interpersonal antar penyandang tunanetra” dalam

Area ini juga digunakan sebagai ruang pamer untuk koleksi tetap yang termasuk di dalamnya karya seniman Indonesia dan luar negri?. Galeri Sayap (Wing Gallery) Ruang

PKL merupakan salah satu mata kuliah dalam Kurikulum 2015 yang harus ditempuh dan wajib lulus oleh setiap mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah S1, Geografi S1,

1) Dalam meningkatkan Return Saham, perusahaan harus memiliki nilai Return on asset yang baik, di mana untuk memiliki Return on asset yang baik perusahaan perlu

(Kasmir, 2016) mendefinisikan Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Abdul,

Hal tersebut berbeda dengan perilaku Orangutan liar di Ulu Segama Sabah dan Sungai Ranun Sumatra (MacKinnon, 1972), Ketambe Sumatra (Rijksen, 1978) serta Mentoko Kutai

Hal ini t erj adi mungkin karena peubah besarnya banyaknya anggot a rumah t angga, pendidikan gizi dan kemampuan mem- baca ist ri sudah t idak sensit if lagi t erhadap st at