• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS ARGUMEN PADA INSTRUMEN TES USBN BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 2 LANGKE REMBONG TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS ARGUMEN PADA INSTRUMEN TES USBN BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 2 LANGKE REMBONG TAHUN 2019"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

29

Prolitera, 3(1): Juli 2020, ISSN: 26216795

PROLITERA

Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

UNIKA Santu Paulus Ruteng, e-mail:

[email protected]

Available online: http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpro/

KUALITAS ARGUMEN PADA INSTRUMEN TES USBN

BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 2 LANGKE REMBONG

TAHUN 2019

Marianus Supar Jelahut1, Yuliana Merlina Rimbun2 1,2Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Jl. Ahmad Yani, No.10 Ruteng, Flores 86508 e-mail: [email protected]; [email protected]

Kualitas teks pada instrumen tes berbentuk pilihan ganda, ditentukan oleh struktur argumen. Penelitian ini menawarkan model Argumen Toulmin sebagai kerangka dasar uji kualitas argumen tekspada instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019. Kerangka dasar logika Toulmin memuat enam elemen, yakni Claim, Data, Warrant, Modal Qualifier, Backing, dan Rebruttal. Teks dinyatakan berkualitas tinggi bila argumennya memuat minimal 4 elemen yakni Claim, Data, Warrant dan

Backing.Penelitian didesain menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.Pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan menerapkan teknik studi dokumen dilanjutkan dengan metode simak yang diwujudkan melalui teknik baca dan catat.Data dianalisis menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan temuan yakni: Dari 25 argumen, ditemukan 3 kelompok pola pengembangan yakni: (1) Pola 2 elemen sebanyak 11 argumen, mencakup pola C-D, C-R dan C-D-C; Pola 3 elemen sebanyak 12 argumen, mencakup pola W, W-C dan W-D-W; Pola 4 elemen sebanyak 2 argumen, mencakup pola C-D-R-W dan C-D-W-MQ. (2)Argumen dalam teks pada instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019, cenderung hanya menggunakan 2 elemen yakni elemen Claim dan elemen

Data.Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa berdasarkan perspektif Toulmin, kualitas argumen pada

instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019 perlu diperbaiki dari sisi kualitas.

Kata Kunci: Teks instrumen tes, berpikir kritis, argumen, argumen Toulmin

Abstract

The text is argumentative multiple choice. This study is constructed in Toulmin’s Argument to test the argument used in test instrument text of National-Based School Examination (USBN) of Bahasa IndonesiaSMA Negeri 2 Langke Rembong in academc year 2019. Toulmin’s Theory breaks argument down into six component parts: Claim, Data, Warrant, Modal Qualifier, Backing, and Rebruttal. The text is strong if it has at least four elements such as claim, data, warrant and backing. The approach of the study was qualitative descriptive. The data collection in this research was carried out by applying document study techniques

followed by the listening method which was realized through reading and note taking.The data was analysed

through content analysis method. The result showed that out of 25 arguments, there were 3 groups of developing pattern: (1) 2 element patters covers 11 arguments namely C-D, C-R and C-D-C; 3 element patterns covers 12 arguments namely C-D-W, C-D-W-C and C-D-W-D-W; 4 element patters covers 2 arguments, they are C-D-R-W and C-D-W-MQ. The text used in USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong in academc year 2019 mostly used only 2 elements, they are Claim and Data. Hence, the researcher concluded that based on Toulmin’s Theory, the arguments used in the examination text was weak or doesn’t have strong argument.

(2)

Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 3 (1) 2020, hal. 29 – 39

30 PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia harus mengarah pada pembentukan dan pengembang-an struktur berpikir peserta didik, terutama de-ngan fungsi bahasa sebagai pede-ngantar proses pembelajaran. Nuh (2013:37) menempatkan Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 sebagai penghela ilmu pengetahuan. Hal ini berarti ba-hasa Indonesia tidak hanya menjadi sarana un-tuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan, teta-pi juga sebagai sarana pengembangan ilmu pe-ngetahuan atau sebagai sarana berpikir. Pem-belajaran bahasa pada Kurikulum 2013 diterap-kan dengan pembelajaran bahasa berbasis teks, mengarah pada tantangan pencapaian keteram-pilan abad ke-21, meliputi cara berpikir. Cara berpikir yang dimaksudkan ialah berpikir kritis.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, berpikir kritis diwujudkan melalui konstruksi argumen. Menurut Norris dan Enis (Brookhart, 2013:4), berpikir kritis dengan wujud argumen ialah “Cara berpikir seni” yang meliputi pena-laran, menanya, menyelidiki, mendeskripsikan, membandingkan, menghubungkan, menemukan kompleksitas, dan mempelajari sudut pandang. Melalui berpikir seni peserta didik dipandu un-tuk bisa mengambil keputusan, memecah masa-lah, merumuskan prosedur. Sejalan dengan itu, berpikir kritis dalam konteks pembelajaran ba-hasa Indonesia, berarti dalam praktik pembela-jaran peserta didik dipandu untuk, merealisasi-kan ide-ide baik lisan maupun tulis dengan be-refleksi secara kritis. Misalnya, mengambil ke-putusan, memecahkan masalah, merumuskan prosedur, dan menciptakan konsep dan produk.

Keberhasilan dan pencapaian pembe-lajaran idealnya diperoleh melalui kegiatan pe-nilaian merujuk pada assessment. Reynolds (2010) mendefinisikan assessment sebagai se-perangkat prosedur yang sistematis, untuk me-ngumpulkan informasi yang dapat dipakai un-tuk membuat keputusan mengenai karakteristik ataupun objek tertentu. Penilaian pun merupa-kan kegiatan yang sistematis dan berkesinam-bungan untuk dapat memilih, mengumpulkan dan menafsirkan data dan hasil belajar peserta didik.

Penilaian dapat dilakukan melaui tes atau nontes. Menurut Nurgiyantoro (2010:105), un-tuk melakukan tes dibutuhkan suatu perangkat tugas, pertanyaan atau latihan yang disebut se-bagai instrumen tes. Instrumen tes merupakan alat yang digunakan dalam penilaian. Dalam hal ini alat yang dipakai untuk menguji kompetensi capaian belajar peserta didik berdasarkan

kom-petensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajar-an (Davis, 2013:181).Salah satu jenis tes ypembelajar-ang sering digunakan adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda merupakan tes objektif yang ma-sing-masing butir tesnya memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Djiwandono (2011:41) menegaskan bahwa dalam satu butir tes pilihan ganda terdiri dari pernyataan pokok atau per-tanyaan, diikuti oleh beberapa pernyataan yang sesuai atau pilihan jawaban yang benar. Rumus-an dRumus-an susunRumus-an pilihRumus-an jawabRumus-an mewajibkRumus-an peserta tes untuk dapat berpikir kritis sebelum menetukan pilihan jawaban. Sebab pilihan ja-waban yang tepat memiliki kemiripan dalam berbagai hal, terutama dalam hal makna, dan kaitannya dengan pernyataan pokok.

Sebagaimana pernyataan di atas, maka pernyataan pokok berupa teks atau wacana ha-rus merupakan pernyataan yang utuh dan tidak merupakan kalimat yang belum selesai. Per-nyataan pokok tersebut harus tersusun secara sistematis dan terstruktur agar tidak menimbul-kan pemahaman yang ambigu dari pembaca, sehingga soal yang dihasilkan berkualitas. Kua-litas soal sangat menentukan pemahaman peser-ta didik yang memicu daya berpikir kritis. Hal ini bertolak dari penelitian yang dilakukan pus-pendik (Suyata, 2014:366), mengungkapkan fakta bahwa salah satu penyebab rendahnya pe-mahaman membaca peserta didik di Indonesia adalah kurang terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal tingkat tinggi (HOST). Temuan lain-nya diungkapkan oleh Husain (2013: 92) dalam penelitiannya, yang meneliti kualitas instrumen tes Bahasa Indonesia peserta didik SMA Kabu-paten Soppeng. Ditemukan bahwa instrumen tes yang digunakan dalam pelaksanaan Try Out dalam rangka persiapan UN tidak layak diguna-kan. Hal ini ditinjau dari segi analisis teoritik dan analisis uji coba. Oleh sebab itu, sebuah argumen teks sebagai stimulasi pada lembaran soal harus memiliki elemen-elemen yang cu daya berpikir peserta didik, sehingga memi-liki tingkat kepatutatnya dan memenuhi unsur validitasnya.

Toulmin, seorang filsuf pendidikan me-nawarkan suatu pendekatan. Melalui analisis kerjanya pada 1958, Toulmin menekankan ar-gumen teks yang menitikberatkan pada struktur pembentuk argumen, sehingga argumen atau pernyataan dapat diterima, bukan pada logisnya suatu argumen. Model ini dikenal dengan

Toul-min Argumen Pattern (TAP). Dalam kerangka

kerjanya pada 1979, dicatat bahwa struktur argumentasi dalam sebuah teks mesti memuat 6

(3)

Jelahut & Rimbun, Kualitas Argumen pada Instrumen Tes….

31 elemen dasar. Setiap elemen memainkan peran yang berbeda. Keenam elemen itu yakni (1)

Claim (C), (2) Ground (D), (3) Warrant (W), (4) Backing (B), (5) Modal Qualifier (Q), dan (6) Rebuttal (R) (Toulmin, dkk., 1979:25).

Elemen (1) sampai (4) merupakan elemen utama, sedangkan elemen (5) dan (6) sebagai elemen pelengkap. Perlu digarisbawahi bahwa meskipun elemen (5) dan (6) sebagai elemen pelengkap, namun kehadirannya dalam suatu argumen sangat dibutuhkan. Elemen (5) meru-pakan kesimpulan yang memberikan kepastian terhadap pernyataan, sedangkan elemen (6) menjadi elemen yang membuka peluang ter-hadap pengecualian yang memengaruhi kepas-tian kesimpulan Claim atau pernyataan.

Selanjutnya, Setyaningsih (2013:8) yang aktif dalam penelitan terkait argumen Toulmin menjelaskan lebih rinci terkait elemen Toulmin. Elemen C merupakan pernyataan yang ditetap-kan penulis untuk meyakinditetap-kan pembaca. Elem-en (D) merupakan dasar dari argumElem-en, yakni bukti yang relevan untuk Claim. Elemen W dapat menjustifikasi hubungan antara data dan simpulan, berwujud suatu aturan, definisi, atau analogy. Elemen B dapat menghadirkan bukti lebih jauh untuk mendukung elemen W. El-emen Q dapat mengkualifikasi simpulan dengan mengekspresikan derajat keyakinan. Elemen R berpotensi menolak suatu simpulan dengan me-nyatakan kondisi pengecualian. Elemen-elemen dasar argumen ini menjadi urgen dalam mem-produksi dan menganalisis suatu teks. Setya-ningsi menegaskan konstruksi argumen berkua-litas tinggi apabila memuat minimal 4 dari 6 elemen Toulmin. Elemen tersebut mencakup

Claim, Data, Warrant dan Backing.

Penjelasan tersebut menjadi landasan da-sar peneliti dalam melaksanakan penelitian ter-hadap instrumen tes USBN Bahasa Indonesia Tahun 2019, dengan fokus pada konstruksi ar-gumen. Maka argumen pada insrumen tes US-BN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong dikategorikan berkualitas tinggi apa-bila memuat minimal 4 elemen utama, yakni

Claim, Data, Warrant dan Backing. Apabila

argumen pada teks belum memenuhi 4 elemen utama, maka argumen tersebut berkategori lemah.

Pertanyaan yang diajukan dalam peneliti-an ini adalah bagaimpeneliti-ana kualitas instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Lang-ke Rembong Tahun 2019 berdasarkan

perspek-tif Toulmin? Pertanyaan ini bertujuan untuk menganalisis kualitas argumen pada teks ins-trumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Ne-geri 2 Langke Rembong tahun 2019.

METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Emzir (2012:28) mendefenisikan pe-nelitian kualitatif sebagai pepe-nelitian yang meng-hasilkan prosedur analisis yang tidak menggu-nakan prosedur analisis statistik dengan tujuan menggambarkan dan menjelaskan fenomena. Penelitian deskriptif kualitatif memungkinkan data dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Jadi, penelitian ini berkaitan dengan pendeskripsian, penafsiran, dan penjelasan ten-tang data berdasarkan acuan teori yang diguna-kan.

Pengumpulan data penelitian ini dilaku-kan dengan menerapdilaku-kan teknik studi dokumen, sebab data yang dikumpulkan dan diteliti be-rupa dokumen naskah ujian sekolah. Selain itu, diterapkan metode simak, dengan menerapkan teknik dasar berupa teknik sadap yang diwujud-kan melalui teknik baca dan catat yang diterap-kan melalui tabulasi data. Teknik baca dan catat merupakan teknik yang digunakan untuk meng-ungkap suatu permasalahan yang terdapat da-lam suatu bacaan atau wacana (Sudaryanto, 2015:203). Penerapan metode dilakukan se-bagai berikut: pertama-tama, peneliti membaca instrumen tes naskah USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019;

kedua, teknik catat, yaitu mencatat data dengan

alat tulis atau instrumen tertentu.

Sumber data penelitian ini berupa doku-men, yakni naskah soal Ujian Sekolah Berstan-dar Nasional Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019. Tipe data yang dikaji pada penelitian ini, yakni wacana atau teks argumen dalam instrumen tes Ujian Seko-lah Berstandar Nasional Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019. Jumlah teks pada instrumen tes USBN Bahasa Indo-nesia sebanyak 35 teks. Penjabaran 35 teks ber-dasarkan genre dan subgenre adalah sebagai berikut: genre sastra 8 teks dengan subgenre naratif; 24 teks genre faktual, mencakup genre laporan 23 teks dan genre prosedur 1 teks; genre tanggapan 4 teks mencakup subgenre transaksional 1 teks dan ekspositori 3 teks. Dari 35 teks, terdapat 25 data pada penelitian ini. Data yang dipilih sesuai dengan fokus

(4)

pene-Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 3 (1) 2020, hal. 29 – 39

32 litian yakni genre dan subgenre yang memuat argumen mencakup genre faktual dengan jenis subgenre laporan dan genre tanggapan dengan subgenre ekspositori, yang terdapat dalam teks instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019. Pene-liti mengidentifikasi data bukan dari jenis teks-nya, namun dari konstruksi argumen untuk me-ngetahui kualitas argumen berdasarkan pers-pektif logika Toulmin.

Data penelitian ini dianalisis

meng-gunakan analisis isi (content analysis

tec-nique) yang direkomendasikan oleh Weber.

Metode analisis isi digunakan dalam

meng-analisis suatu teks, wacana, atau naskah

ba-ik teks yang bersifat literer maupun

non-literer. Weber (Moleong, 2010: 220)

meng-ungkapkan langkah dalam analisis data.

Pertama, data diinventarisasi, yaitu

men-catat atau mengumpulkan. Kedua, reduksi

data berarti proses pemilihan data

berdasar-kan fokus penelitian. Dalam hal ini, peneliti

menyaring data. Ketiga, data diidentifikasi,

dalam hal ini kelayakan argumennya

diten-tukan. Pada tahap ini peneliti menentukan

elemen-elemen argumen Toulmin pada

se-tiap kalimat dalam sese-tiap teks dalam

ins-trumen tes. Keempat, merupakan langkah

terakhir, data diberi makna untuk

selanjut-nya disimpulkan

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kerangka kerja Toulmin, yang di-kenal dengan Toulmin Argumen Pattern (TAP) dicatat bahwa struktur argumentasi dalam se-buah teks mesti memuat 6 elemen dasar. Setiap elemen memainkan peran yang berbeda. Ke-enam elemen itu yakni (1) Claim (C), (2)

Ground (D), (3) Warrant (W), (4) Backing (B), (5) Modal Qualifier (Q), dan (6) Rebuttal (R). Claim sebagai pernyataan posisi, Ground/Data

sebagai alasan, fakta-fakta yang menjadi dasar

Claim. Selanjutnya, Warrant sebagai jaminan

dan pembenaran yang mendukung Data se-hingga dapat dipercaya. Warrant didukung oleh

Backing berupa teori-teori atau pendapat para

ahli, sehingga jaminan memiliki alasan yang tidak terbantahkan dan mendukung konstruksi argumen lebih kokoh. Selanjutnya, Modal

Qua-lifier sebagai kesimpulan dan penegasan

ter-hadap Claim berdasarkan dukungan Data. Terakhir Rebuttal sebagai pengecualian jika kondisi tertentu atau Data tidak terpenuhi.

Re-buttal dapat berarti sanggahan dapat bersifat

kemungkinan untuk menjatuhkan Claim atau mendukung Claim. Rebuttal membantu kons-truksi argumen lebih spesifik dan kondisi argu-men lebih kuat (Toulmin, 1979: 25-26). Eleargu-men 1 sampai 4 merupakan elemen utama, sedang-kan elemen 5 dan 6 merupasedang-kan elemen peleng-kap. Suatu argumen dikategorikan berkualitas tinggi apabila memuat minimal 4 elemen uta-ma, yakni Claim, Data, Warrant dan Backing.

Modal Qualifier dan Rebuttal sebagai elemen

pelengkap untuk memperkuat dan memperko-koh argument, apabila keempat elemen utma te-lah terpenuhi.

Berdasarkan triangulasi data yang telah di-setujui oleh triangulator dari 20 soal terdapat 25 argumen. Berdasarkan perspektif Toulmin pola argumen ke-25 argumen tersebut sebagai berikut:

Tabel 1

Pola Pengembangan Argumen Toulmin pada Instrumen Tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019

No Pola Argumen Jumlah Argumen 1. C-D C-R 1 2. C-D-W-D-W 1 3. C-D-R-D-W 1 4. C-D-W-D-W-MQ 1 5. C-D-C 3 6. C-D-W-C 3 7. C-D 7 8. C-D-W 8

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pola argumen C-D-W lebih cenderung digunakan dibandingkan pola argumen lainya. Selain itu, argumen pada teks memanfaatkan pola dengan 2, 3, dan 4 elemen Toulmin. Ber-dasarkan data tersebut, peneliti menemukan 3 kelompok atau struktur argumen berdasarkan muatan elemen Toulmin pada argumen, yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2

Tabel Kelompok Pola Argumen Toulmin pada Instrumen Tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019

(5)

Jelahut & Rimbun, Kualitas Argumen pada Instrumen Tes….

33 Toulmin Argumen Argumen

1. Pola 2 elemen CD,CR,C DC 11 2. Pola 3 elemen CDW,CD WC,CD WDW 12 3. Pola 4 elemen CDRW,C DWMQ 2

Tabel di atas menunjukkan bahwa ke-lompok pertama memuat 2 elemen Toulmin, kelompok kedua memuat 3 elemen, dan ke-lompok ketiga memuat 4 elemen Toulmin. Se-lain itu, peneliti juga menemukan jumlah setiap elemen pada argumen yang bervariasi. Penjelas-an lebih mendalam terhadap setiap kelompok dengan pola pengembangan argumen pada teks dijelaskan sebagai berikut:

Pola 2 Elemen Toulmin

Terdapat 10 argumen dari 25 argumen memuat elemen Claim dan Data. Claim meru-pakan elemen utama dan paling penting. Berda-sarkan hasil penelitian, elemen Claim terdapat di semua argumen atau 25 argumen pada instru-men tes. Hal ini instru-menunjukkan bahwa para pe-nyusun memahami apa dasar utama dalam ber-argumen, yakni membantu peserta didik untuk dapat memastikan dari sudut pandang mana atau perspektif mana dalam berargumen. Tentu, hal ini sangat penting mengingat argumentasi sebagai salah satu tolak ukur untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Apabila peserta di-dik memahami posisi dalam berargumen, maka akan mempermudah mereka dalam penyelesai-an soal tentpenyelesai-ang menentukpenyelesai-an ide pokok dari se-buah teks. Akan tetapi, mengandalkan Claim saja sebagai sebuah argumen tidaklah cukup. Untuk itu, dibutuhkan elemen lainnya.

Apabila merujuk pada pola 2 elemen, ma-ka elemen selanjutnya merupama-kan pilihan tepat, yakni Data. Toulmin (1959:25) menegaskan antara sebuah pernyataan posisi atau argumen penting untuk menyajikan bukti dan fakta

(Da-ta), untuk memperkuat argumen. Berdasarkan

hasil penelitian, elemen Data terdapat pada 24 teks dari 25 teks. Artinya, terdapat 1 teks yang tidak memuat elemen tersebut. Hal ini menjadi gambaran bahwa penyusun instrumen tes me-nyadari pentingnya alasan dan bukti yang men-dasari sebuah pernyataan. Hal ini dapat mem-bantu peserta didik untuk membentuk kerangka

berpikir agar dapat menentukan ja-waban ber-dasarkan alasan mendasar terhadap pilihannya.

Namun, hanya mengandalkan elemen

Da-ta sebagai bukti dan alasan untuk memperkuat Claim tidak cukup untuk memperkuat

argu-men. Data pada struktur argumen Toulmin me-rupakan fakta-fakta yang harus didukung de-ngan pembenaran melalui kehadiran Warrant sebagai jembatan penghubung antara Claim dan

Data. Hal serupa ditegaskan oleh Keraf (2007:

9) bahwa data dan informasi pada dasarnya ha-rus merupakan fakta, sehingga haha-rus diuji kebe-narannya. Namun, umumnya peneliti menemu-kan teks yang memuat Data tetapi tidak diuji kebenaranya, seperti pada teks berikut.

Dalam kisi-kisi USBN tingkat SMA Ta-hun Ajaran 2018/2019 pada level kognitif ting-kat penalaran, salah satu lingkup materinya yakni “Peserta didik dapat membandingkan teks”. Perbandingan ini merujuk pada isi, baha-sa dan struktur teks. Berdabaha-sarkan indikator yang diungkapkan tersebut, peneliti menemukan soal perbandingan dua teks pada instrumen USBN SMA Negeri 2 Langke Rembong berikut ini.

Awan berasal dari uap air yang terkum-pul di atmosfer bumi. Kumterkum-pulan uap air tersebut mengalami proses kimia alami, yaitu menjadi dingin hingga menyentuh titik kondensasi, hingga mengubah gas menjadi bentuk cair atau padat, kemudian menggumpal membentuk awan (Soal

no-mor 35 Teks 1 USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019).

Pertama-tama, teks diurutkan sehingga da-pat menentukan elemen-elemen Toulmin pada teks. Berdasarkan konstruksi argumen Toulmin, struktur argumen pada teks tersebut diuraikan berikut ini:

(1) Awan berasal dari uap air yang terkum-pul di atmosfer bumi. (Claim)

(2) Kumpulan uap air tersebut mengalami proses kimia alami, yaitu menjadi di-ngin hingga menyentuh titik kondensa-si, hingga mengubah gas menjadi ben-tuk cair atau padat, kemudian meng-gumpal membentuk awan. (Data) Argumen pada teks tersebut, elemenClaim sebagai dasar sebuah argumen didukung dengan kehadiran Data. Untuk dapat menemukan

Claim maka dapat ditanyakan, “Apa yang men-jadi poin utama yang ingin disampaikan penu-lis? ”Pertanyaan tersebut terjawab pada kalimat

(6)

Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 3 (1) 2020, hal. 29 – 39

34 (1), yakni “Awan berasal dari uap air yang

ter-kumpul di atmosfer bumi.”Pertanyaan lanjutan

untuk dapat menemukan elemen Data pada teks adalah “Apa yang menjadi alasan dan bukti

bahwa awan berasal dari uap air yang terkum-pul di atmosfer bumi?” Jawaban atas

pertanya-an tersebut terdapat pada kalimat (2), yakni

“Kumpulan uap air tersebut mengalami proses kimia alami, yaitu menjadi dingin hingga me-nyentuh titik kondensasi, hingga mengubah gas menjadi bentuk cair atau padat, kemudian menggumpal membentuk awan.” Data yang

di-tampilkan dalam teks berupa materi pengetahu-an umum sesuai kriteria terkait Data ypengetahu-ang di-sampaikan Toulmin (1979:25), dalam hal ini dapat berupa data statistik, misalnya, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, materi ilmu pengetahuan umum, maupun pengujian. Meski-pun demikian, dari perspektif Toulmin, teks ter-sebut terbentuk dengan struktur argumen yang lemah. Data dalam teks tidak mempunyai du-kungan atau jaminan untuk dijadikan sebagai sebagai sebuah dasar dan fondasi untuk mendu-kung Claim. Sementara masih ada pertanyaan lain terhadap argumen tersebut, yakni “Apa

yang menjadi jaminan atau dukungan untuk membuktikan bahwa kumpulan uap air tersebut mengalami proses kimia alami, yaitu menjadi dingin hingga menyentuh titik kondensasi, hingga mengubah gas menjadi bentuk cair atau padat, kemudian menggumpal membentuk a-wan?”

Pertanyaan tersebut layak ditanyakan me-rujuk pada pernyataan Toulmin (Deva, 2018: 118) bahwa untuk membangun argumen yang kuat tidak cukup hanya memaparkan data saja. Selain itu, Keraf (2007:3) mengatakan bahwa suatu data dan informasi dikatakan suatu fakta berdasarkan suatu penilaian. Data dapat diuji kebenarannya melalui observasi, kesaksian dan autoritas (pendapat ahli). Berdasarkan perspek-tif Toulmin, argumen pada kesepuluh teks dira-gukan kualitasnya untuk dijadikan sebagai teks pilihan ganda, sebab salah satu kriteria penyu-sunan soal pilihan ganda, yakni “Pernyataan pokok berupa teks atau wacana harus merupa-kan pernyataan yang tersusun sistematis dan terstruktur agar tidak menimbulkan pemahaman ambigu pada pembaca”; terutama jika peserta didik dihadapkan dengan soal berdasarkan indi-kator evaluasi teks yang membutuhkan pemikir-an kritis.

Untuk lebih memahami hal tersebut, cer-mati teks yang merujuk pada lingkup materi “Aspek Kebahasaan” berikut. Level kognitif

ba-gian penalaran, yakni peserta didik dapat meng-evaluasi teks” (http://bsnpindonesia.org ).

(1) Dunia bisnis dan industri memerlukan kehadiran peralatan berteknologi tinggi yang dikendalikan komputer. (2) Lulusan Pemrograman Komputer seperti pascal, C++, bisnis, dan industri dibutuhkan du-nia kerja untuk mengembangkan dan me-ningkatkan proses kerja dalam perusaha-an-perusahaan. (3) Jika lembaga pendi-dikan komputer mampu meningkatkan kompetensi lulusannya setiap tahun, da-pat diprediksikan lulusan pendidikan komputer mampu unggul dalam dunia kerja selama kurun waktu sepuluh tahun

(Soal nomor 36 USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019).

Sebagaimana teks sebelumnya, pertama-tama teks diurutkan untuk dapat menentukan elemen-elemen Toulmin pada teks. Berdasarkan konstruksi argumen Toulmin, struktur argumen pada teks tersebut diuraikan berikut ini:

(1) Dunia bisnis dan industri memerlukan kehadiran peralatan berteknologi tinggi yang dikendalikan komputer. (Claim1) (2) Lulusan Pemrograman Komputer seper-ti pascal, C++, bisnis, dan industri dibu-tuhkan dunia kerja untuk mengembang-kan dan meningkatmengembang-kan proses kerja da-lam prusahaan-prusahaan. (Claim 2) (3) Jika lembaga pendidikan komputer

mampu meningkatkan kompetensi lulu-sannya setiap tahun, dapat diprediksi-kan lulusan pendididiprediksi-kan komputer mam-pu unggul dalam dunia kerja selama kurun waktu sepuluh tahun. (Rebuttal) Argumen tersebut menunjukkan Claim se-bagai pernyataan posisi yang ditemukan dengan mengajukan pertanyaan, “Apa yang menjadi

pernyataan posisi Anda?” Jawaban atas

per-tanyaan tersebut, yakni “Lulusan Pemrograman

Komputer seperti pascal, C++, bisnis, dan in-dustri dibutuhkan dunia kerja untuk meng-embangkan dan meningkatkan proses kerja dalam prusahaan-prusahaan.”Claim tersebut

tidak didukung dengan Data yang menguatkan posisi pernyataan tersebut.

Data merupakan fondasi memperkokoh

argumen sehingga dapat dibuktikan kebenaran-nya. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk da-pat membuat dan mengumpulkan Data terkait

Claim yakni, “Apa yang menjadi alasan atau bukti bahwa lulusan Pemrograman Komputer seperti pascal, C++, bisnis, dan industri

(7)

dibu-Jelahut & Rimbun, Kualitas Argumen pada Instrumen Tes….

35

tuhkan dunia kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan proses kerja dalam prusahaan-prusahaan?” Data yang ditampilkan pun harus

disertakan dengan Warrant dan Backing untuk menjamin kebenaran Data yang dipercaya.

Rebuttal merupakan pernyataan yang

me-nafikan argumen yang posisinya justru akan menguatkan atau mengurangi pernyataan jika dimunculkan dalam argumen. Diksi “akan” di-tekankan lebih spesifik. Kehadiran Rebuttal da-pat menguatkan atau mengurangi dada-pat dike-tahui apabila argumen pada teks memuat el-emen Modal Qualifier sebagai penegasan terha-dap pernyataan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh.

Keraf (2007:15) menegaskan bahwa pe-ngarang harus mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang berten-tangan dengan pendapatnya sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas evidensi (bukti berupa fakta, kesaksian, informasi atau autoritas untuk membuktikan kebenaran) berka-tegori lemah sehingga evidensi lawanlah yang diterima atau sebaliknya. Sehingga argumen tersebut menjadi konstruksi argumen yang ko-koh yang memudahkan peserta didik dalam mengevaluasi teks sesuai dengan indikator pada kisi-kisi USBN. Pernyataan tersebut menunjuk-kan bahwa kehadiran Rebuttal pada teks sudah baik untuk mengarahkan peserta didik melihat suatu permasalahan yang dihadapkan pada pan-dangan berbeda. Namun, mereka sulit menentu-kan pandangan yang tepat, sebab setiap pernya-taan tidak didukungdengan bukti dan fakta yang tepat pula. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap keterampilan berpikir siswa terkait berpikir sistematis dalam hal pengambilan ke-putusan dan pemecahan masalah.

Pola 3 Elemen Toulmin

Terdapat 12 argumen dari 25 argumen me-muat elemen Claim, Data, dan Warrrant. Argu-mentasi dengan menggunakan 3 elemen berka-tegori baik, sebab semakin banyak penggunaan setiap elemen, semakin kuat argumen penulis. Meskipun demikian, belum mampu untuk me-nguatkan dan mempertajam konstruksi argumen sehingga berkualitas tinggi. Setyaningsi (2013: 8) menegaskan konstruksi argumen berkualitas tinggi apabila memuat minimal 4 dari 6 elemen Toulmin. Elemen tersebut mencakup Claim,

Data, Warrant dan Backing. Selain itu, Keraf

(2007:3) mengatakan bahwa Data dapat diuji

kebenarannya melalui observasi, kesaksian, dan autoritas (pendapat ahli). Hal ini tentu menjadi gambaran bahwa kehadiran Backing sangat di-butuhkan dalam konstruksi argumen. Selain itu, sebuah pernyataan tidak akan terbantahkan, a-pabila melalui penelitian sebelumnya atau ber-dasarkan pendapat para ahli yang memperlajari atau mendalami suatu konsep lebih mendalam. Hal ini pun ditegaskan Enis, seorang cendikia-wan yang aktif menulis berkaitan dengan berpi-kir kritis, bahwa kemampuan argumentasi me-rupakan fondasi dari berpikir logis dan kritis. Kemampuan berargumentasi melibatkan suatu kemampuan mengemukakan suatu alasan (kri-tis), disertai dengan data dan dukungan teori yang memadai dari suatu masalah, sehingga ke-benarannya dapat dipercaya. Enis melanjutkan bahwa semakin tinggi kemampuan argumentasi, maka semakin baik untuk memberikan alasan dan penyelesaian (Dafrida, 2018:17).

Namun, berdasarkan hasil analisis semua argumen pada instrumen tes USBN Bahasa In-donesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019, tidak satu pun argumen yang memuat elemen Backing. Hal ini tentu akan bepengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam me-nyelesaikan masalah. Selain itu peserta didik tidak terbiasa untuk berargumentasi dengan da-sar teori atau berdada-sarkan penelitian yang revan, sehingga menghadirkan argumen yang le-mah. Salah satu pembuktian terhadap konsep tersebut dapat diamati pada hasil analisis argu-men berikut.

Teks berikut didasarkan pada lingkup ma-teri aspek “Membaca Nonsastra/Sastra” level kognitif tingkat penalaran, yakni “Pesera didik mengevaluasi teks”. Evalusi teks merujuk pada isi, struktur, dan bahasa pada teks (http://bsnp-indonesia.org/2018/11/27/bsnp-rilis-kisi-kisi usbn-dan-un-2019/).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi di Jogjakarta, kulit buah Naga Merah dapat menghasilkan imun. Hal ini dikarenakan kulit buah Naga Merah me-miliki kandungan anti mikroba, anti vi-rus, anti bakteri, dan anti oksidan yang tinggi. Kandungan tersebut dapat me-ningkatkan kekebalan tubuh penderita

HIV/AIDS (Soal nomor 30 Teks 1 USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019)

(8)

Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 3 (1) 2020, hal. 29 – 39

36 Berdasarkan perspektif Toulmin, kons-truksi argumen pada teks sebagai berikut. Teks tersebut diurutkan terlebih dahulu.

(1) Berdasarkan penelitian mahasiswa sa-lah satu Perguruan Tinggi di Jogja-karta, kulit buah Naga Merah dapat menghasilkan imun. (Claim )

(2) Hal ini dikarenakan kulit buah Naga Merah memiliki kandungan anti mi-kroba, anti virus, anti bakteri, dan anti oksidan yang tinggi. (Data)

(3) Kandungan tersebut dapat meningkat-kan kekebalan tubuh penderita

HIV/-AIDS. (Warrant)

Claim pada argumen dapat dipastikan

de-ngan mengajukan pertanyaan, “Apa pernyataan

posisi Anda?” Jawabannya pada kalimat (1)

yakni, “Kulit buah Naga Merah dapat

meng-hasilkan imun”. Selanjuntnya untuk dapat

me-mastikan Data pada teks dapat diajukan perta-nyaan, yakni, “Apa bukti kulit buah Naga

Me-rah dapat menghasilkan imun?”Jawabannya

yaitu, “Karena kulit buah Naga Merah

memi-liki kandungan anti mikroba, anti virus, anti bakteri, dan anti oksidan yang tinggi.”

Selan-jutnya, untuk memastikan elemen Warrant pada argumen dapat diajukan pertanyaan, “Apa yang

menjadi jaminan untuk menguatkan bukti bah-wa kulit buah Naga Merah memiliki kandungan anti mikroba, anti virus, anti bakteri, dan anti oksidan yang tinggi?” Pertanyaan tersebut

ter-jawab pada kalimat (3) yakni, “Karena

Kan-dungan tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS.” Warrant yang

di-ungkapkan berupa pengetahuan umum. Sebab kita ketahui bahwa penyakit HIV/AIDS me-nyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem imun, sehingga bukti atau data yang diungkap-kan dapat dibenardiungkap-kan. Rybacki (Dafrida, 2018: 37) mengatakan Warrant dapat berupa penge-tahuan umum, nilai, kebiasaan, dan norma ma-syarakat.

Apabila merujuk pada argumen di atas, maka pernyataan tersebut tidak dapat dipercaya dan diragukan kebenarannya, terutama hal ter-sebut merujuk pada kajian ilmiah. Masih ada pertanyaan yang dapat diajukan untuk mele-mahkan argumen yakni, “Apakah dasar

argu-men yang ada didukung oleh informasi yang re-levan berupa bukti untuk meyakinkan pembaca tentang Data?” Pertanyaan ini merujuk pada

bukti berupa hasil penelitian atau penegasan para ahli yang membenarkan informasi atau bukti sebelumnya. Dalam perspektif Toulmin,

elemen Backing yang tidak termuat dalam argu-men dapat argu-menjawab pertanyaan tersebut.

Selain itu, kehadiran Rebuttal seharusnya dapat menjadi gambaran terhadap peserta didik, bahwa perbedaan pendapat menjadi sesuatu yang bermakna positif atau negatif. Hal ini di-analogikan dengan karakter pada manusia. Ada tipe orang yang akan putus asa atau mengarti-kan kebencian terhadap pribadinya bila diberi kritikan terhadap sikapnya, namun ada tipe o-rang yang akan memaknai kritikan tersebut se-bagai bentuk perhatian yang akan mendorong-nya menjadi pribadi yang lebih baik.

Dengan demikian, berdasarkan perspektif Toulmin, dapat dikatakan bahwa pola argumen tersebut mempunyai konstruksi argumen yang lemah dan belum mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, melalui latihan pengenalan argumentasi yang kuat.

Pola 4 Elemen Toulmin

Terdapat 2 argumen dari 25 argumen me-muat 4 elemen. 1 teks dengan struktur argumen

Claim, Data, Warrant dan Rebuttal; 1 teks

de-ngan struktur argumen Claim, Data, Warrant dan Modal Qualifier. Argumen yang memuat 4 elemen Toulmin sudah terkategori baik, sebab sebagaimana diungkapkan sebelumnya, sema-kin banyak penggunaan setiap elemen, maka se-makin kuat argumen yang terbentuk. Kedua ar-gumen tersebut pun tetap mempertimbangkan kedudukan elemen Rebuttal dan Modal

Qua-lifier sebagai elemen yang berpengaruh

terha-dap ketajaman konstruksi argumen. Hal ini di-dasarkan dengan hasil penelitian yang mem-berikan gambaran bahwa dari 25 argumen yang terdapat dalam instrumen tes USBN Bahasa In-donesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019, terdapat 24 dari 25 argumen yang tidak memuat elemen Modal Qualifier. Terdapat 23 argumen dari 25 argumen yang tidak memuat elemen Rebuttal. Elemen Modal Qualifier me-rupakan peranti pemertajam pernyataan posisi karena membatasi lingkup pernyataan posisi menjadi semakin spesifik dan penulis dapat memberikan penegasan sudut pandang mana dalam berargumentasi. Selain itu, salah satu tu-juan berargumentasi adalah masalah persuasif yang memungkinkan seseorang untuk meyakini alur pikiran atau ide yang dikemukan. Tujuan ini dapat tercapai apabila argumen yang di-bangun mempunyai tingkat kepastian yang ting-gi. Di sini Modal Qualifier berperan. Toulmin (1979:26) menegaskan bahwa tidak semua

(9)

per-Jelahut & Rimbun, Kualitas Argumen pada Instrumen Tes….

37 nyataan atau argumen mempunyai kesimpulan dan tingkat kepastian yang sama. Maka kalimat dan frasa tertentu dibutuhkan untuk meningkat-kan keyakinan terhadap argumen.

Selanjutnya, elemen Rebuttal juga menjadi elemen yang berperan penting. Pengecualian pada elemen Rebuttal menjadi dorongan untuk peserta didik agar mengetahui argumen lebih mendalam dan spesifik, sehingga tahu dari sudut pandang mana menyatakan posisinya. Se-lain itu, elemen Rebuttal dapat menjadi gam-baran bahwa pentingnya berbeda pendapat, se-hingga dapat lebih memahami toleransi ter-utama dalam menyikapi multikulturalisme. Hal ini didukung oleh penelitian Dayanti (2016: 1), bahwa salah satu indikator permasalahan dalam pembelajaran adalah rendahnya tingkat toleran terhadap perbedaan pendapat siswa. Peserta di-dik merasa nyaman jika setiap orang berpen-dapat sama, padahal hal tersebut tidak akan membantu perkembangan berpikir peserta didk. Selain itu, tidak bisa disangkal bahwa jika semuanya sama, maka tidak ada permasalahan yang harus diteliti dan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

Meskipun demikian, konstruksi argumen pada kedua teks tersebut berkualitas lemah. Hal ini disebabkan karena argumen tersebut diben-tuk dengan tidak mempertimbangkan elemen keempat yang menjadi salah satu elemen utama Toulmin, yakni elemen Backing. Setyaningsi (2013:8) menegaskan bahwa konstruksi argu-men berkualitas tinggi apabila memuat minimal 4 dari 6 elemen Toulmin. Elemen tersebut men-cakup Claim, Data, Warrant dan Backing. Bu-kan berarti bahwa elemen yang dimuat dalam argumen tidak mempunyai kedudukan yang penting dalam konstruksi argumen, namun ke-dua elemen tersebut yakni Rebuttal dan Modal

Qualifier dapat lebih bermakna dalam

pem-bentukan struktur argumen apabila diperkuat dengan elemen utama Toulmin.

Argumen yang memuat 4 elemen yang di-dasarkan pada lingkup materi aspek “Membaca Nonsastra/Sastra” level kognitif tingkat pena-laran, yakni “Pesera didik mengevaluasi teks”. Evalusi teks merujuk pada isi, struktur dan bahasa pada teks (http://bsnp-indonesia.org/), seperti terlihat berikut.

1) Olah raga secara teratur bisa membuat tubuh menjadi sehat dan bugar. 2) Hal ini karena olah raga membantu proses meta-bolisme di dalam tubuh kita sehingga

semua makanan tercerna dengan sempur-na. 3) Sempurnanya proses pencernaan makanan ini akan menghasilkan energi yang cukup untuk mendukung segala ak-tivitas yang kita lakukan sehingga tubuh menjadi bugar sepanjang hari. 4) Ber-olahraga yang teratur juga menyebabkan tubuh menjadi sehat dan kebal terhadap penyakit yang mengintai. 5) Bahkan ada pepatah asing yang mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. 6) Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri bahwa olahraga merupakan aktivitas yang menyehatkan (Soal nomor

10 USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019).

Konstruksi argumen pada teks tersebut berdasarkan struktur argumen Toulmin sebagai berikut:

1) Olah raga secara teratur bisa membuat tubuh menjadi sehat dan bugar. (Claim)

2) Hal ini karena olah raga membantu proses metabolisme di dalam tubuh kita sehingga semua makanan tercerna dengan sempurna. (Data 1)

3) Sempurnanya proses pencernaan makanan ini akan menghasilkan energi yang cukup untuk mendukung segala aktivitas yang kita lakukan sehingga tubuh menjadi bugar sepanjang hari. (Warrant 1)

4) Berolahraga yang teratur juga

menyebabkan tubuh menjadi sehat dan kebal terhadap penyakit yang mengintai. (Data 2)

5) Bahkan ada pepatah asing yang mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

(Warrant 2)

6) Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri

bahwa olahraga merupakan aktivitas yang menyehatkan. (Modal Qualifier) Argumen pada teks tersebut, memuat

Claim yang terdapat pada kalimat (1), yang

diikuti oleh Data pada kalimat (2), Warrant pada kalimat (3). Selanjutnya, pada kalimat (4)

Data ke-2 ditampilkan dan kalimat diakhiri

dengan Modal Qualifier. Namun, argumen ti-dak didukung dengan Backing sebagai penguat kefalidan Data. Teks tersebut pun tidak memuat

(10)

Prolitera: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, 3 (1) 2020, hal. 29 – 39

38 argumen dasar yang memperkokoh konsruksi argumen dalam keseluruhan teks, sehingga kualitas argumen teks tersebut berdasarkan persepktif Toulmin berkategori lemah.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data terdapat 3 pola pengembangan argumen berdasarkan per-spektif Toulmin, yang merujuk pada jumlah dan struktur elemen yang termuat dalam teks ins-trumen tes Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun 2019.Ketiga pola ter-sebut terdiri dari argumen yang memuat 2 ele-men Toulmin, 3 eleele-men Toulmin dan 4 eleele-men Toulmin. Berdasarkan analisis data, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas argumen pada instrumen USBN Bahasa Indonesia SMA Ne-geri 2 Langke Rembong tahun 2019 memiliki konstruksi dan kadar ketajaman yang lemah. Simpulan ini didasarkan pada hasil penelitian dan beberapa temuan berikut ini.

Pertama, dari 25 argumen dalam

ins-trumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Ne-geri 2 Langke Rembong tahun 2019, sebanyak 11 argumen menggunakan pola 2 elemen Toulmin; sebanyak 12 argumen menggunakan pola 3 elemen; sebanyak 2 argumen menggu-nakan 4 elemen Toulmin. Sehingga, dapat di-simpulkan bahwa pola kedua lebih lebih do-minan digunakan dalam konstruksi argumen instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019.

Kedua, berdasarkan jumlah muatan setiap

elemen.Argumen pada teks dalam instrumen tes Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rem-bong Tahun 2019 cenderung hanya memuat 2 elemen Toulmin, yaitu Claim dan Data. Elemen

Claim terdapat pada semua argumen dan Data

terdapat pada 24 argumen dari 25 argumen pada instrumen tes USBN bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019. Se-hingga, argumen pada teks hanya memuat per-nyataan posisi dan alasan/bukti yang tidak di-dukung dengan fakta-fakta lain yang memper-kokoh konstruksi argumen yang dapat menga-rahkan peserta didik pada berpikir kritis. Bersarkan perspektif Toulmin, suatu argumen da-pat dikategorikan berkualitas tinggi apabila me-muat minimal 4 elemen yang mencakup Claim,

Data, Warrant danBacking.Sedangkan elemen Modal Qualifier dan Rebuttal sebagai elemen

pelengkap yang menunjang konstruksi argumen lebih padat dan kokoh.

Berdasarkan penemuan tersebut, maka da-pat dipastikan bahwa kualitas argumen pada

instrumen tes USBN Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Langke Rembong tahun 2019 ber-kategori lemah berdasarkan perspektif Toulmin. DAFTAR PUSTAKA

Brookhart, S. M. (2010). Assess Higher-Order

Thinking Skills in Your Classroom.

USA: ASCD.

BSNP. (2019). BSNP Rilis Kisi-Kisi USBN dan

UN 2019

(http://bsnp- indonesia.org/2018/11/27/bsnp-rilis-kisi-kisi usbn-dan-un-2019/) (diunduh

tanggal 25 April 2020).

Dafrida, Maria R. (2018). (“Pemanfaatan

Elemen-Elemen Dasar Argumen dan

Kadar Ketajaman dalam Esai

Argumenatif”) Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yokyakarta.

Davis, B.G. (2013). Perangkat Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Elok Dianike. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dayantri, A. (2016). Pengembangan Sikap

Toleran terhadap Perbedaan Pendapat Siswa melalui Discovery Learning dalam Pembelajaran IPS dalam Jurnal

Internasional Pedagogy of Social Studies Vol.I Nomor 1 halaman 1-10.

Deva, N. D., dkk. Analisis Kemampuan Argumenasi Siswa SMA pada Materi Larutan Penyangga pada Artikel Jurnal

JKPK (Kimia dan Pendidikan Kimia),

Vol III, Nomor 3 halaman 152-159. Djemari, M. (2008). Teknik Penyusunan Tes

dan Nontes. Yokyakarta: Cendikia.

Djiwandono, S. (2011). Tes Bahasa: Pegangan

bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT

Indeks.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.

Husain, N. (2013). Analisis Tes Bahasa Indonesia Peserta Dididk SMA Kabupaten Soppeng. Makasar: Universitas Negeri Makasar.

Keraf, G. (2007). Argumenasi dan Narasi Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Nuh, M. (2013). Menyemahi Kreator

Peradaban: Renungan tentang

Pendidikan, Agama dan Budaya.

(11)

Jelahut & Rimbun, Kualitas Argumen pada Instrumen Tes….

39 Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian

Pemsbelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yokyakarta: BPFE.

OECD. (2018c). The Future of Education and

Skills, Education 2030.

(https://www.oecd.org/education/2030/ E2030%20Position%20Paper%20) (Diunduh pada 30 Januari 2020).pdf. Reynolds, C.R., Livingston, R.B., & Willson,

V. (2010). Measurement

andAssessment in Education. New

Jersey: Pearson Education, Inc.

Setyaningsih, Y. (2013). Bahasa, Sastra, dan

Pengajarannya dalam Teropong

Kekinian. Yogyakarta: Penerbit

Universitas Sanata Dharma. Sudaryanto. (2015). Metode dan Teknik

Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik.

Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Suyata, Pujiati, dkk. (2014). Standarisasi

Instrumen Intergrated Assessmant

Hasil Belajar Bahasa dengan Program QUEST dalam LITERA, Vol. 13,

Nomor 2, halaman 364-377.

Toulmin, S. E., dkk. (1979). An Introdution to

Reasioning. New York: McMillan

Publishing. Dokumen:

Naskah Soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Tahun 2019. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur: Dinas Pendidikan-UPT Wilayah VII.

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  ke- ke-lompok  pertama  memuat  2  elemen  Toulmin,  kelompok  kedua  memuat  3  elemen,  dan   ke-lompok  ketiga  memuat  4  elemen  Toulmin

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Saurina dan Coenders dalam Ivana (2013:116) yang menyatakan bahwa “kompetensi sangat

Di halaman rumah Adit, para warga sudah memasang tenda, kemudian Jarwo dan Sopo datang sambil membawa karangan bunga duka cita, setelah itu Adit dan Dennis datang ke rumah, setelah

• Tempat Uji Kompetensi Mandiri telah berdiri berdasarkan Keputusan Kepala PPPPTK BMTI Nomor : 0009 B14/KP/2017 dan kerjasama PPPPTK BMTI dengan LSP-ET dalam pengembangan

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas

d. Pembuatan daftar nama subjek, sehingga memudahkan peneliti dalam proses pencatatan pada saat pengukuran.. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan pada saat latihan

CONTOH TAMPILAN SYSTEM DAN LAPORAN KEUANGAN RSUD BLUD YANG DIHASILKAN OLEH SYNCORE PRO.. 2.1

Sims melakukan do working performance : work hard, di akhir kerja sims mendapat keputusan naik pangkat ke level 2 Sims melakukan do cooking , skill cooking. bertambah 1

Sejalan dengan itu, proses pembelajaran Sosiologi dijalankan dengan menekankan pentingnya penguasaan pengetahuan Sosiologi yang berorientasi pada praktik untuk