• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

60 0 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Hotel

Jumlah Hotel

ANALISIS DAN BAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode

Partial Least Square (PLS). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel jumlah kamar, jumlah tempat tidur, umur hotel, tarif minimal, tarif

maksimal, jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas hotel terhadap jumlah tamu hotel

dan besar pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap jumlah tamu hotel di

propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

4.1. ANALISIS DATA DAN BAHASAN

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu akan disajikan gambaran

keadaan perhotelan di propinsi Sultra.

Gambar 4.1 Jumlah Hotel Tahun 2005-2010

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan jumlah

(2)

mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel. Dengan

mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel, pihak hotel

dapat memutuskan variabel yang menjadi prioritas untuk dikembangkan sehingga

dapat meningkatkan jumlah tamu hotel.

Gambar 4.2 Jumlah Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.2 terdapat diagram yang menggambarkan jumlah hotel di tiap

kabupaten/kota. Pada gambar tersebut diketahui bahwa kota Kendari memiliki

jumlah hotel paling banyak sedangkan kabupaten Konawe Utara memiliki jumlah

hotel paling sedikit. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari merupakan ibukota

propinsi dan kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran

yang dibentuk pada tahun 2007 sehingga masih dalam tahap pembangunan

(3)

0 500 1000 1500 2000 Kabupaten Buton

Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe S elatan Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Jumlah Tamu

Rata-rata Jumlah Tamu

Gambar 4.3 Rata-rata Jumlah Tamu Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.3 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tamu

masing-masing hotel di tiap kabupaten/kota pada tahun 2010. Diketahui bahwa hotel-hotel di

kota Kendari memiliki rata-rata jumlah tamu paling banyak dimana hal ini dapat

dimaklumi karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi dan juga memiliki pusat

transportasi berupa pelabuhan. Setelah kota Kendari, kabupaten Konawe Selatan juga

memiliki rata-rata jumlah tamu hotel terbanyak. Hal ini disebabkan adanya bandar

(4)

0 5 10 15 20 Kabupaten Buton

Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe S elatan Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Jumlah Kamar Hotel

Rata-rata Jumlah Kamar Hotel

Gambar 4.4 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.4 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah kamar

masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut

diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah kamar paling banyak

karena kota Kendari juga memiliki jumlah hotel dan jumlah tamu hotel terbanyak.

Setelah kota Kendari, kota Bau-Bau juga memiliki rata-rata jumlah kamar hotel

terbanyak. Hal ini disebabkan jumlah hotel di kota tersebut yang juga terbanyak

(5)

0 5 10 15 20 25 Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe… Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Jumlah Tempat Tidur

Rata-rata Jumlah Tempat Tidur

Gambar 4.5 Rata-Rata Jumlah Tempat Tidur Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.5 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tempat tidur

masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Dari gambar tersebut,

dapat diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah tempat tidur

paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena jumlah hotel dan tamu hotel di kota

Kendari adalah yang paling banyak sehingga dibutuhkan banyak tempat tidur.

Sedangkan hotel-hotel di kabupaten Konawe memiliki jumlah tempat tidur terbanyak

kedua setelah kota Kendari, hal ini karena jumlah hotel yang sedikit namun tiap hotel

memiliki banyak jumlah kamar hotel, yaitu tiap hotel rata-rata memiliki 12 kamar

(6)

0 5 10 15 20 Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe… Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe…

Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Umur Hotel

Rata-rata Umur Hotel

Gambar 4.6 Rata-Rata Umur Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.6 terdapat diagram mengenai rata-rata umur masing-masing

hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut diketahui

bahwa hotel di kabupaten Muna memiliki umur paling tua. Sedangkan

hotel-hotel di kabupaten Konawe Utara memiliki umur paling muda. Hal ini karena

kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dibentuk

pada tahun 2006 sehingga perkembangan infrastruktur perhotelan masih terhitung

(7)

0 100 200 300 Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe… Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Tarif Maksimal Rata-Rata Tarif Minimal

Gambar 4.7 Rata-Rata Tarif Maksimal dan Minimal Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.7 terdapat diagram mengenai rata-rata tarif maksimal dan

minimal masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Dari gambar

tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki tarif maksimal dan

tarif minimal paling tinggi, hal ini disebabkan karena kota Kendari merupakan

ibukota propinsi yang memiliki lokasi yang strategis serta banyaknya akses fasilitas

hotel. Setelah kota Kendari, kabupaten Wakatobi memiliki hotel-hotel dengan

maksimal tertinggi, hal yang cukup beralasan karena kabupaten Wakatobi memiliki

objek wisata alam Taman Nasional Wakatobi yang menarik banyak wisatawan asing

untuk berkunjung ke kabupaten tersebut sehingga pihak hotel menetapkan tarif

(8)

0 10 20 Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe… Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel

Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel

Gambar 4.8 Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.8 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tenaga kerja

masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar

tersebut diambil kesimpulan bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah

tenaga kerja paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari memiliki

jumlah hotel dan jumlah tamu terbanyak dan juga tarif tinggi yang mengharuskan

pihak hotel memberikan layanan yang baik kepada tamu hotelnya. Selain kota

Kendari, hotel-hotel di kota Bau-Bau juga memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak.

Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah hotel dan jumlah tamu per hotel sehingga

(9)

0 1 2 3 4 Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe… Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau

Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel

Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel

Gambar 4.9 Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel per Kabupaten/ Kota

Pada Gambar 4.9 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah fasilitas

masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar

tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah fasilitas hotel

paling banyak diantara kabupaten/kota lainnya, hal ini cukup beralasan karena kota

Kendari merupakan ibukota propinsi yang memiliki banyak infrastruktur penunjang

seperti tempat rekreasi, pusat transportasi, dan lain-lain. Juga karena tingginya tarif

dan ketatnya persaingan antar hotel di kota Kendari sehingga mengharuskan pihak

hotel untuk memberikan fasilitas yang baik dan memadai bagi tamu hotelnya. Selain

kota Kendari, hotel-hotel di kabupaten Wakatobi juga memiliki jumlah fasilitas

(10)

4.1.1. REGRESI GANDA

Dilakukan pemodelan menggunakan metode regresi ganda menggunakan

persamaan (2.7) untuk memperoleh nilai dugaan koefisien regresi. Hasil pemodelan

regresi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pemodelan tersebut diperoleh nilai

dugaan koefisien regresi dari tujuh variabel independen tersebut terhadap .

Tabel 4.1 Hasil Regresi untuk Data Hotel di Propinsi Sultra

Variabel Koefisien Standard

Error Coefficient Konstanta -63.346 190.460 -0.332 1.645 Jumlah Kamar 109.421 22.173 4.935 Jumlah Tempat Tidur

-51.086 12.597 -4.055 Umur Hotel 22.568 9.638 2.342 Tarif Minimal -2.879 2.035 -1.415 Tarif Maksimal 1.537 0.786 1.957 Jumlah Tenaga Kerja

84.209 15.622 5.390 Jumlah Fasilitas

29.975 42.224 0.710

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa hanya variabel jumlah kamar, jumlah tempat

tidur, umur hotel, tarif maksimal, dan jumlah tenaga kerja, yang memiliki pengaruh

(11)

lebih besar dari 1.645. Dari Tabel 4.1 diketahui juga nilai

yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan

sebesar 57.582%.

Dengan menggunakan 5 variabel yang signifikan akan diperoleh model

regresi dugaan seperti yang terdapat pada persamaan 4.1. Hasil lengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 6. Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa jumlah tamu

mendapatkan pengaruh positif dari jumlah kamar, umur hotel, tarif maksimal dan

jumlah tenaga kerja dan jumlah tamu mendapatkan pengaruh negatif dari jumlah

tempat tidur.

(4.1)

Ada hal yang cukup menarik perhatian dari persamaan 4.1. Hal tersebut

adalah pengaruh negatif dari jumlah tempat tidur. Nilai dugaan koefisien regresi

sebesar -47.953 berarti untuk setiap penambahan 1 tempat tidur maka rata-rata

jumlah tamu akan berkurang sebesar 47.953 orang. Hal ini tidak sesuai dengan

pertimbangan penulis. Misalkan tanda yang diperoleh adalah positif dengan nilai

47.953. Hal ini akan menunjukkan bahwa untuk setiap penambahan 1 tempat tidur

maka rata-rata jumlah tamu akan naik sebesar 47.953. Meskipun pengaruhnya masih

harus diuji akan tetapi tanda positif akan lebih masuk akal dibandingkan tanda

negatif.

Adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang

diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi multikolinear. Hal ini sesuai

(12)

koefisien regresi. Perhatikan Tabel 4.2. Pada tabel tersebut terdapat model regresi

dugaan dengan menggunakan 3 dan 5 variabel bebas. Hasil yang diperoleh berbeda

dalam hal nilai dugaan koefisien regresinya. Contohnya, nilai dugaan koefisien

jumlah kamar pada regresi ganda menggunakan 3 variabel bebas adalah 166.420,

sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah 147.186. Begitu juga

dengan nilai dugaan koefisien umur hotel menggunakan 3 variabel bebas yaitu

12.181, sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah 18.696. Uraian ini

menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada nilai dugaan koefisien regresi

ketika dilakukan pemodelan dengan menggunakan jumlah variabel bebas yang

berbeda. Atau hal ini sesuai dengan poin 4 yang dikemukakan oleh Aczel.

Tabel 4.2 Hasil Regresi dengan 3 dan 5 Variabel Independen

Model dengan 3 variabel independen

Model dengan 5 variabel independen

Variabel Koefisien Variabel Koefisien

Konstanta

-387.317 Konstanta -410.925 Jumlah Kamar

166.420 Jumlah Kamar 147.186 Jumlah Tempat Tidur

-35.420 Jumlah Tempat Tidur -38.629 Umur Hotel

12.181 Umur Hotel 18.696 Tarif Minimal Tarif Minimal

-0.544 Tarif Maksimal Tarif Maksimal

1.839 Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja

(13)

Informasi tentang adanya multikolinear pada data juga bisa diperoleh dengan

cara melihat koefisien korelasi antar variabel pada data. Pada Gambar 4.10 dapat

dilihat matriks korelasi antar variabel pada data hotel. Pada gambar tersebut

diketahui terdapat beberapa variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi diatas

0.7, contohnya variabel dan yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar

0.939. Hal ini berarti variabel dan memiliki korelasi kuat dan positif, yaitu

bila nilai naik maka nilai juga akan naik. Hal serupa dapat dilihat pada nilai

koefisien korelasi variabel dan , nilai koefisien korelasi variabel dan dan

nilai koefisien korelasi variabel dan . Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antar variabel bebas di dalam data, dimana hal ini dapat

menjadi indikasi adanya multikolinear. 1.000

0.939 1.000

(14)

Gambar 4.10 Matriks Korelasi Variabel Pada Data Hotel

Selain melihat matriks

korelasi, cara lain untuk mendeteksi

ada atau tidaknya multikolinear

pada data adalah dengan melihat

nilai VIF. Bila terdapat nilai VIF

yang lebih besar dari 10, maka hal

tersebut dapat dijadikan indikasi

telah terjadi kasus

multikolinear. Nilai VIF dari pemodelan dengan metode regresi ganda dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel memiliki nilai VIF yang lebih

besar dari 10, yaitu 11.302. Ini berarti adanya ketergantungan variabel independen

lainnya terhadap variabel . Hal tersebut menjadi indikasi kuat adanya

multikolinear pada data.

Tabel 4.3 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode Regresi

0.602 0.537 -0.214 1.000 0.761 0.722 -0.177 0.825 1.000 0.859 0.832 -0.099 0.646 0.749 1.000 0.689 0.637 -0.087 0.629 0.670 0.612 1.000 Variabel VIF 11.302 9.221

(15)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan telah terjadi multikolinear pada

data hotel, sehingga selanjutnya variabel-variabel penelitian akan dimodelkan dengan

menggunakan metode PLS.

4.1.2 REGRESI PLS

Sebelum dianalisis, data variabel dan ditransformasi menggunakan

transformasi korelasi terlebih dahulu. Data hasil transformasi korelasi dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Selanjutnya variabel-variabel yang telah ditransformasikan tersebut

dimodelkan menggunakan persamaan (2.22) dan persamaan (2.23). Langkah-langkah

pembentukan komponen utama dalam regresi PLS didasarkan pada algoritma PLS

yang diberikan dalam Bab 2. Hasil komponen yang dibentuk dan pembobot

(weights dapat dilihat pada Lampiran 3- Lampiran 5.

Setelah skor-skor komponen utama didapat, maka skor-skor komponen utama

tersebut diregresikan terhadap variabel dependen untuk kemudian dihitung nilai 1.101

3.583

4.978

4.470

(16)

persamaan (2.27). Model dengan nilai PRESS terkecil mengindikasikan kecilnya

error pendugaan dalam model dan menentukan jumlah komponen utama yang akan

digunakan dalam model. Skor komponen utama tersebut lalu digunakan untuk

menduga koefisien regresi PLS menggunakan persamaan (2.19). Nilai PRESS serta

nilai keragaman variabel yang mampu diterangkan oleh skor komponennya

dicantumkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Komponen Utama Hasil Metode PLS Serta Persentase Keragaman Variabel Jumlah Komponen Utama Ragam PRESS 1 65.60% 0.562 2 79.14% 0.579 3 85.61% 0.606 4 90.72% 0.603 5 94.18% 0.591 6 98.06% 0.586 7 100% 0.583

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil algoritma PLS yang digunakan,

didapat 7 komponen utama. Dari hasil regresi skor-skor komponen tersebut terhadap

variabel didapat nilai PRESS yang merepresentasikan ragam variabel .

Berdasarkan nilai PRESS terkecil (0.562) dipilih satu komponen yang mampu

menjelaskan 65.60% dari keragaman total. Kemudian matriks pembobot W,

(17)

menduga nilai koefisien regresi menggunakan persamaan (2.19). Hasil pendugaan

fungsi regresi dengan metode PLS menggunakan satu komponen dicantumkan pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pendugaan Fungsi Regresi PLS Menggunakan Satu Komponen

Variabel Coefficient Standard

Error Coefficient Konstanta -205.039 207.129 -0.990 1.645 Jumlah Kamar 24.881 24.114 1.032 Jumlah Tempat Tidur

13.828 13.700 1.009 Umur Hotel 0.311 10.481 0.030 Tarif Minimal 2.790 2.213 1.261 Tarif Maksimal 1.139 0.854 1.333 Jumlah Tenaga Kerja

28.183 16.990 1.659 Jumlah Fasilitas

78.554 45.919 1.711

Berdasarkan hasil pemodelan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga

kerja dan jumlah fasilitas memiliki pengaruh yang terhadap jumlah tamu hotel di

propinsi Sultra. Jumlah tamu mendapatkan pengaruh positif dari jumlah tenaga kerja

dan jumlah fasilitas. Variabel jumlah fasilitas merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel dengan nilai koefisien 78.554, hal ini berarti

setiap penambahan 1 fasilitas maka diduga akan menambah jumlah tamu sebanyak

(18)

setiap penambahan 1

tenaga kerja maka jumlah

tamu diduga bertambah

sebanyak 28.183 atau 29 orang.

Selain itu, diperoleh juga

nilai

yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan

sebesar 49.634%. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa calon tamu

hotel yang akan menginap cenderung memilih hotel yang memiliki banyak fasilitas

dan banyak tenaga kerja.

Setelah itu dilakukan uji nilai VIF untuk hasil pemodelan yang menggunakan

regresi PLS. Nilai VIF hasil pemodelan menggunakan regresi PLS dapat dilihat pada

Tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat nilai VIF yang lebih

besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk sudah bebas

dari multikolinear.

Tabel 4.6 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode PLS

(19)

4.1.3 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi ganda diperoleh 5 variabel

yang berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel. Namun ditemukan hal yang menarik

perhatian, yaitu variabel jumlah kamar yang memiliki pengaruh negatif. Hal ini tidak

sesuai dengan pertimbangan penulis. Adanya ketidaksesuaian antara apa yang

diharapkan dengan apa yang diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi

multikolinear.

Pada latar belakang telah dikemukakan mengenai dugaan adanya korelasi

antara variabel independen. Hal ini terbukti, karena setelah dilakukan analisis

matriks korelasi ditemukan adanya beberapa variabel independen yang saling

berkorelasi. Contohnya, variabel jumlah kamar dan tempat tidur yang memiliki nilai

koefisien korelasi 0.939. Hal ini berarti semakin banyak jumlah kamar maka jumlah

tempat tidur juga akan bertambah banyak. Begitu juga setelah dilakukan analisis nilai

VIF, diperoleh nilai VIF yang lebih besar dari 10 sehingga selanjutnya data dianalisis

menggunakan regresi PLS. 0.006 0.010 0.008 0.038 0.159 0.007 0.002

(20)

berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel, yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan

jumlah fasilitas. Kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif terhadap

jumlah tamu hotel. Setiap penambahan 1 tenaga kerja maka jumlah tamu diduga

bertambah sebanyak rata-rata 28.183 atau 29 orang. Sedangkan setiap penambahan 1

fasilitas maka jumlah tamu diduga akan bertambah sebanyak rata-rata 78.554 atau 79

orang. Namun dilihat dari nilai 49.634%, maka diduga jumlah tamu hotel

masih dipengaruhi oleh variabel lain.

Pada tahun 2011, Mandasari melakukan penelitian yang serupa dengan wilayah

penelitian di Semarang. Dengan menggunakan metode regresi ganda, diperoleh hasil

bahwa lokasi, fasilitas, persepsi tarif dan kualitas pelayanan mempengaruhi minat

konsumen untuk menggunakan jasa perhotelan. Jika dilakukan perbandingan antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandasari, maka terdapat

perbedaan dalam hal variabel. Dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini

masih memungkinkan untuk ditambahkan variabel lain, misalnya variabel-variabel

yang digunakan oleh Mandasari. Mungkin saja nilai akan meningkat jika

dilakukan penggabungan variabel.

Seperti yang telah dijelaskan, diketahui populasi penelitian yang digunakan

adalah hotel-hotel yang tedapat di propinsi Sultra. Secara umum model PLS yang

diperoleh dalam penelitian ini dianggap sebagai model yang telah menggambarkan

keadaan perhotelan di propinsi tersebut. Jika dilihat pada Gambar 4.2, diketahui

sekitar 35% adalah hotel yang terdapat di wilayah Kendari. Hal ini berarti kontribusi

dari hotel-hotel yang ada di Kendari lebih banyak dibandingkan wilayah lain,

(21)

dengan harapan model yang diperoleh lebih dapat menggambarkan situasi perhotelan

di masing-masing wilayah tersebut.

Meskipun model yang diperoleh dalam penelitian ini masih ada kekurangan

dalam hal nilai , akan tetapi ada nilai positif yang diperoleh. Nilai positif yang

dimaksud adalah dihasilkannya model yang telah bebas dari pengaruh multikolinear.

Hal ini penting sebab akan berhubungan dengan pengambilan keputusan khususnya

bagi pemilik hotel.

4.2. PROGRAM APLIKASI

Hasil perancangan layar disajikan dalam Gambar 4.11–Gambar 4.18.

Gambar 4.11 Layar Tampilan Awal

Gambar 4.11 adalah gambar awal program dijalankan. Fungsi tombol

Browse adalah untuk memilih file yang akan digunakan untuk proses perhitungan

(22)

berfungsi untuk menyiapkan data yang akan di analisis. Gambar 4.12 adalah gambar

dimana setelah tombol submit diklik. Ketika tombol submit diklik maka pilihan

method dan corellation serta tombol start analysis menjadi aktif.

Gambar 4.12 Layar Tampilan Pilihan Method dan Corellation

Lalu user memilih metode yang ingin digunakan. Dapat dilihat pada Gambar

4.13 bila user memilih ‘regresi’ dan mengklik tombol start analysis, maka user akan

diarahkan ke halaman select variables untuk memilih variabel apa saja yang ingin

(23)

Gambar 4.13 Layar Tampilan Select Variables

Gambar 4.14 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis regresi ganda.

Pada text area ditampilkan hasil analisis regresi ganda.

Gambar 4.14 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi Ganda

Gambar 4.15 memperlihatkan layar tampilan hasil VIF regresi ganda beserta

(24)

Gambar 4.15 Layar Tampilan VIF Regresi Ganda

Lalu bila user memilih ‘corellation matrix’ dan mengklik tombol start

analysis, maka akan ditampilkan output matriks korelasi. Gambar 4.16

memperlihatkan layar tampilan hasil analisis matriks korelasi.

Gambar 4.16 Layar Tampilan Matriks Korelasi

Bila user memilih ‘PLS’ dan mengklik tombol start analysis, maka akan

ditampilkan output analisis regresi PLS. Gambar 4.17 dan Gambar 4.18

(25)

Gambar 4.17 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi PLS

Gambar

Gambar 4.1 Jumlah Hotel Tahun 2005-2010
Gambar 4.2 Jumlah Hotel per Kabupaten/ Kota
Gambar 4.3 Rata-rata Jumlah Tamu Hotel per Kabupaten/ Kota
Gambar 4.4 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel per Kabupaten/ Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi fisik lahan bekas tambang menjadikan tidak semua jenis penggunaan lahan dapat diterapkan pada lahan pasca tambang, Sehingga perlu adanya analisa

Dalam penelitian ini kemampuan dalam kecurangan akademik yang di maksud yaitu, ketika seseorang telah memiliki tekanan dan kesempatan tetapi tidak memiliki

410/KPTS/2020 Izin perpanjangan TPA Permata Ummi alamat Balong Donoharjo Ngaglik 18/06/2020 Bidang Pembinaan PAUD 411/KPTS/2020 Izin perpanjangan KB Permata Ummi alamat

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Buton Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Buton

Dengan melihat keadaan dan kondisi masyarakat setempat yang didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Tematik Posdaya Angkatan ke-1 Universitas

Berbeda dengan yang terjadi di Amerika Utara dan Eropa yang menghabiskan hutan alam (virgin forest) pada awal pembangunan (PASPI, 2020) sehingga berimplikasi pada

Hal ini berkaitan dengan hak menentukan diri sendiri (the right to self determination) sebagai dasar hak asasi manusia dan hak pasien untuk mendapatkan informasi yang