• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

Tahun 2014

LAPORAN STUDI EHRA

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

PEMERINTAH

KABUPATEN LANGKAT

PROVINSI SUMATERA UTARA

DISIAPKAN OLEH :

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2014

(2)

2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT dan hidayah-Nya, pelaksanaan studi EHRA Kabupaten Langkat tahun 2014 serta penulisan Laporan Studi EHRA dapat kami laksanakan dengan baik.

Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang memiliki risiko pada kesehatan masyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup : sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Dan perilaku masyarakat yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain : buang air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah 3R , dan pengelolaan air limbah rumah tangga.

Pelaksanaan Studi EHRA tahun 2014 pada kabupaten Langkat dikelola oleh Tim Studi EHRA yang terdiri dari Bappeda dan Dinas Kesehatan. Sedangkan tim pelaksana survey lapangan terdiri dari koordinator kecamatan, supervisor, dan enumerator merupakan petugas kesehatan yang ada di masing – masing lokasi survei. Pelaksanaan Studi EHRA dimulai dengan pembekalan kepada Tim Studi EHRA, pelaksanaan di lapangan, entry data dan pengolahan data dilaksanakan selama bulan September s/d Oktober 2014.

Penyusunan Laporan Studi EHRA Kabupaten Langkat telah mengakomodasikan masukan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi, SKPD terkait, pihak desa dan kecamatan.

Semoga Laporan Studi EHRA ini dapat bermanfaat dan memperkaya materi Buku Putih Sanitasi (BPS) dan menjadi masukan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Langkat.

Stabat, Desember 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat Ketua,

(3)

3

RINGKASAN EKSEKUTIF (RE)

Pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Langkat dilaksanakan dalam waktu tiga minggu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menerapkan teknik pengumpulan data dengan wawancara (interview) disertai pengamatan (observasi).

Sebelum pelaksanaan studi EHRA di lapangan, enumerator diberikan pembekalan materi mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrumen EHRA, latar belakang konseptual, praktek wawancara, dan pengisian kuesioner.

Kabupaten Langkat mengambil responden EHRA sebanyak 1120 responden yang terbagi di lima kecamatan dan dua puluh delapan desa/kelurahan. Masing – masin desa dipilih 40 responden yang disebar dalam pemerataan jumlah rumah tangga.

Responden dalam studi EHRA adalah perempuan yang berusia 18 – 60 tahun yang telah atau pernah menikah dengan asumsi bahwa mereka lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 20 – 45 menit. Panduan uji coba langsung oleh enumerator pada saat pelatihan studi EHRA di Kabupaten Langkat. Untuk mengikuti standar etika, informed concern wajib dibacakan oleh enumerator agar responden memahami haknya dan memutuskan ke ikut sertaan dengan sukarela dan sadar. Setiap enumerator dipantau oleh supervisor dan koordinator masing – masing Kecamatan.

Dan untuk Quality Control, supervisor melakukan Spot Check mendatangi rumah yang telah disurvey sebanyak 5 % dari total jumlah responden. Supervisor secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar – benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality Control juga dilakukan pada tahap entry, hasil entry diperiksa kembali oleh Tim Studi EHRA.

(4)

4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Ringkasan Eksekutif ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Istilah... iv

Daftar Tabel... v

Daftar Gambar ... vi

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA ... 2

BAB II. Metodologi dan Langkah Studi EHRA

2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat... 5

2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan ... 6

2.3 Penentuan JumlahDesa/Kelurahan Target Area Studi... 8

2.4 Penentuan RT dan responden di lokasi Area Studi ... 9

2.5 Kerakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya ...10

BAB III. Hasil Studi EHRA

3.1 Informasi Responden...11

3.2 Pengelolaan Sampah RumahTangga ...13

3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja ...15

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan sekitar Rumah dan Banjir ...18

3.5 Pengelolaan Air Minum RumahTangga ...23

3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi ...25

3.7 Kejadian Penyakit Diare ...28

3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) ...29

BAB IV. Penutup

4.1 Kesimpulan ... 30

4.2 Hambatan/Kendala ... 31

4.3 Saran ... 31

LAMPIRAN

 Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA  Tim Studi EHRA

(5)

5

DAFTAR ISTILAH

3R : Reduce, Reuse, Recycle

BABS : Buang Air Besar Sembarangan

CF : City Facilitator

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

EHRA : Environmental Health Risk Assessment

IRS : Indeks Risiko Sanitasi

Monev : Monitoring danEvaluasi

PF : Provincy Facilitator

Pokja Sanitasi : Kelompok Kerja Sanitasi

(6)

6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Studi EHRA 2014 Kabupaten Langkat ... 3

Tabel 2.1 Tim Studi EHRA 2014 Kabupaten Langkat ... 4

Tabel 2.2 Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan Area Studi EHRA

Kabupaten Langkat 2014 ... 7

Tabel 2.3 Rekapitulasi Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan ... 8

Tabel 2.4 Desa/Kelurahan Strata 1 yang terpilih sebagai lokasi studi ... 8

Tabel 2.5 Desa/Kelurahan Strata 2 yang terpilih sebagai lokasi studi ... 9

Tabel 2.6 Desa/Kelurahan Strata 3 yang terpilih sebagai lokasi studi ... 9

Tabel 2.7 Desa/Kelurahan Strata 4 yang terpilih sebagai lokasi studi ... 9

Tabel 3.1 Informasi Responden ...11

Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA ...15

Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA ...18

Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ...23

Tabel 3.5 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ...24

Tabel 3.6 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA ...27

(7)

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah ...14

Gambar 3.2 Grafik Perilaku Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga ...14

Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar ...16

Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja ...16

Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik ...17

Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik ...17

Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman ...17

Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir ...18

Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin...19

Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir ...19

Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah ...20

Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL ...20

Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga ...21

Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi ...21

Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL ...22

Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih ...23

Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak ...24

Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting ...25

Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS ...26

Gambar 3.20 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS ...26

(8)

8

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survei partisipatif di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai desa/kelurahan. Kabupaten dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena :

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda

3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrembang

4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan

5. EHRA secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal kesesama warga atau stakeholders kelurahan/desa.

6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang respresentatif di tingkat kabupaten dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti : A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup :

1. Sumber air minum

2. Layanan pembuangan sampah 3. Jamban

4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga

B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM : 1. Buang air besar

2. Cuci tangan pakai sabun

3. Pengelolaan air minum rumah tangga 4. Penglolaan sampah dengan 3R

(9)

9

Studi EHRA dilaksanakan secara penuh oleh Pokja Kabupaten Langkat dengan bantuan City Facilitator dan/atau Provincy Facilitator bila diperlukan. Adapun yang menjadi tanggung jawab Pokja Kabupaten Langkat adalah :

1. Persiapan logistik studi 2. Finalisasi desain studi

3. Penyiapan dan pelatihan Supervisor, Enumerator, dan petugas entri data 4. Pelaksanaan studi serta proses pengumpulan data, entri data dan analisis data 5. Penyusunan laporan dan diskusi publik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui :

1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan

3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi Manfaat dari Studi EHRA adalah :

Hasil studi digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat dan Strategi Sanitasi Kabupaten Langkat.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah penduduk. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total penduduk di setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survei. Jumlah responden per Desa/Kelurahan sebanyak 40 responden. Yang menjadi responden adalah Kepala Rumah Tangga yang dimaksudkan adalah Ibu-Ibu atau anak perempuan yang sudah menikah yamg berumur 18 s/d 60 tahun.

1.3 Waktu Pelaksanaan Studi

Jadwal pelaksanaan Studi EHRA Kabupaten Langkat direncanakan mulai akhir September 2014 sampai minggu pertama November 2014.

(10)

10

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Studi EHRA 2014 Kabupaten Langkat

No Kegiatan

Periode

Agustus September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pelaksanaan Studi EHRA 1.1 Persiapan Studi EHRA

Rapat persiapan untuk :

Membangun kesepahaman tentang studi EHRA Membentuk Tim Pelaksana studi EHRA Menyiapkan anggaran studi EHRA 1.2 Penentuan area studi

Penentuan Stratifikasi Desa/Kel wilayah studi EHRA Penentuan desa/kelurahan wilayah studi EHRA

Penentuan responden terpilih dalam setiap desa/kelurahan 1.3 Pelatihan supervisor, enumerator, dan petugas entri data

Pemilihan supervisor, enumerator, dan petugas entri data

Pelatihan Studi EHRA praktik wawancara bagi enumerator, dan pelatihan entri data

1.4 Pelaksanaan studi EHRA

1.5 Pengolahan, Analisis Data dan penulisan laporan Entri Data

Analisis Data Penulisan Laporan

(11)

11

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2014

Tujuan dari persiapan Studi EHRA adalah agar tercapainya kesepakatan dan kesamaan persepsi mengenai langkah penyusunan, jadwal kerja, pembagian tugas, dan tanggung jawab setiap anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat dalam Studi EHRA.

Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat yang bertanggung jawab untuk membentuk Tim Studi EHRA, dengan susunan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tim Studi EHRA 2014 Kabupaten Langkat

No Jabatan Nama Keterangan

1 Penanggungjawab Dr. H. Indra S. M.Kes, MM Sekretaris Daerah 2 Koordiantor Studi Dr. Sadikun Winato, MM Kepala Dinas Kesehatan 3 Anggota Dr. H. M. Arifin Sinaga, MM

Muhammad Ansyari, M.Kes Adi Purnama

Ahnela Sitepu, SKM, MKes Ir. Junaidi

Rony Tua Gultom, ST

Kabid. PKLM Dinkes Kabid. Yankes

Ka Sie. Pembinaan Lingk. Sehat Ka Sie. Promkes dan PSM

Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kasubid. PU, Perhubungan & Pariwisata

4 Koordinator Kecamatan Harry Abdullah

Dr. Emseredos Karo-Karo Dr. Sri Wardani Dr. H. Bambang B.S Martalena S, S.Km Kapus Binjai Kapus Stabat Kapus Tanjung Pura Kapus Babalan Kapus Sei Lepan

5 Supervisor Ramlah S.Km Adil Lubis Sofia Ningsih Gandaria Sitepu Helena Simamora Babalan Binjai Sei Lepan Stabat Tanjung Pura 6 Tim Entry Data Dan

Tim Analisis Data

Gita Nirmala Sari Linda, S.Kom, dan

Martina Perangin-Angin, SKM, Darlina, SKM Dinkes Langkat Dinkes Langkat Dinkes Langkat Dinkes Langkat 7 Enumerator Fitriyani Aulia Rajali Yosi Eka Maya Sari

Pelawi Utara Brandan Timur Brandan Barat

(12)

12 Teti Agustina Siregar Siti Hajariani Windi Susanti Suliyawati Zufikiana Masyita Siti Kamalia

Nova Lasrita Sibuea Runi Anggraini Pohan Novidayanti Sri Hartati Nuning Widya Ningsih Marince Agustina Kristina Febrianty Sri Wahyuning Nurul Falah Afridayanti Nurafifah Sri Wahyuni Irmayani Siti Zakiyah

Neneng Indriyani Lubis Natalia Sitompul

Brandan Timur Baru Pelawi Selatan Kwala Begumit Perdamaian Suka Makmur Sidomulyo Sendang Rejo Sei Bilah Barat Sei Bilah Timur Alur Dua Harapan maju Stabat Baru Banyumas Sidomulyo Paya Mabar Perdamaian Karang Rejo Dendang

Pekan Tanjung Pura Serapuh Asli Paya Perupuk Teluk Bakung Baja Kuning Pematang Tengah Suka Maju

Tim Studi EHRA dan rencana pelaksanaan ditandatangani oleh Ketua Tim Teknis dan Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat Tahun 2014.

2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat

Metoda penentuan target area studi survei dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Stratifikasi. Hasil stratifikasi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan beresiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah “Probality Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Stratified Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Langkat mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

(13)

13

Penetapan strata dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman) sebagai berikut :

1. Kepadatan Penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap Kabupaten/Kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa. Ada beberapa kecamatan atau desa/kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi dan lainnya masih sangat rendah karena sebagian besar lahannya berupa perkebunan dan hutan lindung. Dalam Studi EHRA di Kabupaten yang kepadatan penduduknya tidak merata akan diutamakan di Kecamatan dan Desa dengan kepadatan penduduk 1.210.776.

2. Angka Kemiskinan dengan indikator yang yang datanya mudah diperoleh tapi cukup respresentatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan dapat dihitung berdasarkan proporsi jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :

( ∑ Pra-KS + ∑ KS1 )

Angka Kemiskinan = --- X 100 %

∑ KK

Persentase angka kemiskinan disesuaikan dengan data angka kemiskinan Kabupaten Langkat atau yang disepakati oleh Pokja.

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir / genangan, lamanya surut yang ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam.

Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat telah menentukan kebijakan sampel/responden studi EHRA. Dengan mempertimbangkan anggaran, sumber daya manusia, kecamatan perioritas sesuai dengan RTRW Kabupaten Langkat serta waku yang sangat singkat maka jumlah responden tetap ditetapkan sebanyak 1120 orang dan menetapkan 5 Kecamatan dari beberapa Kecamatan yang menjadi prioritas. Sementara dalam studi EHRA diisyaratkan dengan jumlah minimal responden adalah 400 orang, sedangkan kecamatan yang menjadi terpilih adalah Kecamatan Babalan, Binjai, Tanjung Pura, Sei Lepan dan Stabat.

Untuk Kabupaten//Kota yang menentukan persentase Desa atau Kelurahan prioritas/terpilih diambil sebagai are studi EHRA atau menentukan jumlah responden tertentu diambil sebagai Sampel Studi EHRA, maka dilakukanlah Stratifikasi Desa/Kelurahan pada Kecamatan yang menjadi prioritas/terpilih.

2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan

Berdasarkan kriteria di atas, stratifikasi wilayah Kabupaten Langkat menghasikan katagori strata sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.2. Wilayah (Kecamatan atau Desa/Kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survei pada suatu strata akan mewakili

(14)

14

kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survei pada strata yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil Studi EHRA ini dapat memberikan peta area berisiko Kabupaten Langkat.

Tabel 2.2 Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan Area Studi EHRA Kabupaten Langkat 2014

No Kecamatan Desa/Kelurahan Padat Kriteria Strata Desa/Kelurahan Miskin DAS Banjir Strata Desa / Kelurahan

1 Binjai Desa Sidomulyo - - - + 1

2 Binjai Desa Sendang Rejo - - - + 1

3 Binjai Desa Kwala Begumit + - + + 3

4 Binjai Desa Perdamaian - + + + 3

5 Binjai Desa Suka Makmur - + - + 2

6 Stabat Desa Banyumas - + - + 2

7 Stabat Desa Sidomulyo + - - + 2

8 Stabat Desa Perdamaian + - - + 2

9 Stabat Desa Stabat Baru + - + + 3

10 Stabat/ Desa Karang Rejo + - - + 2

11 Stabat Desa Dendang + - - + 2

12 Stabat Desa Paya Mabar - - - + 1

13 Tanjung Pura Desa Serapuh Asli - + + - 2

14 Tanjung Pura Desa Pekan Tanjung

Pura + + + + 4

15 Tanjung Pura Desa Teluk Bakung - + + - 2

16 Tanjung Pura Desa Baja Kuning - + + - 2

17 Tanjung Pura Desa Suka Maju - + + - 2

18 Tanjung Pura Desa Paya Perupuk - + + - 2

19 Tanjung Pura Desa Pematang Tengah - + - - 1

20 Babalan Desa Pelawi Utara + + + + 4

21 Babalan Desa Brandan Timur + + + + 4

22 Babalan Desa Brandan Barat + - + + 3

23 Babalan Desa Brandan Timur Baru

+ - - + 2

24 Babalan Desa Pelawi Selatan - + + + 3

25 Sei Lepan Desa Sei Bilah Barat + + + + 4

26 Sei Lepan Desa Sei Bilah Timur + + - + 3

27 Sei Lepan Desa Alur Dua + - - + 2

(15)

15

Tabel 2.3 Rekapitulasi Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan

No Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4

1 - Suka Maju Serapuh Asli Brandan Barat Pekan Tanjung Pura

2 - Pematang Tengah Teluk Bakung Pelawi Selatan Pelawi Utara

3 - Harapan Maju Baja Kuning Sei Bilah Timur Brandan Timur

4 - Sendang Rejo Paya Perupuk Kwala Begumit Sei Bilah Barat

5 - Sidomulyo Brandan Timur Baru Perdamaian

6 - Paya Mabar Alur Dua Stabat Baru

7 - Suka Makmur 8 - Banyumas 9 - Karang Rejo 10 - Perdamaian 11 - Dendang 12 - Sidomulyo Jumlah Desa 0 6 12 6 4 Persentase ( % ) 0 % 21 % 43 % 21 % 14 %

2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi

Penentuan Jumlah Desa/kelurahan Target Area Studi di Kabupaten Langkat adalah seluruh Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam Strata yaitu sebanyak 4 strata, dengan persentase strata 1 sebesar 21%, strata 2 sebesar 43%, strata 3 sebesar 21%, dan strata 4 sebesar 14%. Dari jumlah total seluruh Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Langkat. Berikut ini adalah rekapitulasi Desa/Kelurahan strata yang dipilih sebagai lokasi studi :

Tabel 2.4 Desa/Kelurahan Strata 1 yang terpilih sebagai lokasi studi

No Kecamatan Strata 1 Desa/Kelurahan Strata 4 yang Dipilih

1 Tanjung Pura Suka Maju

2 Tanjung Pura Pematang Tengah

3 Sei Lepan Harapan Maju

4 Binjai Sendang Rejo

5 Binjai Sidomulyo

(16)

16

Tabel 2.5 Desa/Kelurahan Strata 2 yang terpilih sebagai lokasi studi

No Kecamatan Strata 2 Desa/Kelurahan Strata 4 yang Dipilih

1 Tanjung Pura Serapuh Asli

2 Tanjung Pura Teluk Bakung

3 Tanjung Pura Baja Kuning

4 Tanjung Pura Paya Perupuk

5 Babalan Brandan Timur Baru

6 Sei Lepan Alur Dua

7 Binjai Suka Makmur

8 Stabat Banyumas

9 Stabat Karang Rejo

10 Stabat Perdamaian

11 Stabat Dendang

12 Stabat Sidomulyo

Tabel 2.6 Desa/Kelurahan Strata 3 yang terpilih sebagai lokasi studi

No Kecamatan Strata 3 Desa/Kelurahan Strata 4 yang Dipilih

1 Babalan Brandan Barat

2 Babalan Pelawi Selatan

3 Sei Lepan Sei Bilah Timur

4 Binjai Kwala Begumit

5 Binjai Perdamaian

6 Stabat Stabat Baru

Tabel 2.7 Desa/Kelurahan Strata 4 yang terpilih sebagai lokasi studi

No Kecamatan Strata 4 Desa/Kelurahan Strata 4 yang Dipilih

1 Tanjung Pura Pekan Tanjung Pura

2 Babalan Pelawi Utara

3 Babalan Brandan Timur

4 Sei Lepan Sei Bilah Barat

2.4 Penentuan RT dan Responden di Lokasi Area Studi

Dengan demikian jumlah sampel per Desa/Kelurahan adalah 40 responden. Responden dalam studi EHRA adalah Ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Namum demikian untuk keperluan keterwakilan Desa/kelurahan yang akan dijadikan target area studi sebanyak 28 desa,

(17)

17

sehingga jumlah sampel yang harus diambil adalah sebanyak 28 desa X 40 responden per desa = 1120 responden.

Istilah Rukun Tetangga di Kabupaten Langkat digantikan dengan Dusun/Lingkungan. Dusun/Lingkungan dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini bertujuan agar seluruh Dusun/Lingkungan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai Dusun/Lingkungan Area Studi dan rumah di Dusun/Lingkungan Area Studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel. Artinya, penentuan Dusun/Lingkungan dan rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri.

Jumlah Dusun/Lingkungan yang ada di Kabupaten Langkat berkisar 3 sampai 10 Dusun/Lingkungan, oleh karena itu Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat tidak menggunakan standar studi EHRA bahwa responden minimal dalam satu Desa/Kelurahan adalah 40 responden.

2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya

Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA.

Supervisor dalam Studi EHRA di Kabupaten Langkat adalah para Kepala Puskesmas yang ada di masing-masing kecamatan yang dijadikan sebagai area studi. Dan tugas utama supervisor Studi EHRA adalah : 1. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang

telah ditentukan

2. Menjalankan arahan dari Koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten Langkat 3. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator

4. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan

5. Melakukan pengecekan pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh enumerator 6. Melakukan spot check sejumlah 5 % dari total responden

7. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada coordinator kecamatan.

Enumerator dalam Studi EHRA di Kabupaten Langkat adalah para Bidan Puskesmas yang ada di masing-masing Desa/Kelurahan yang dijadikan sebagai area studi. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh enumerator saat melakukan wawancara adalah :

1. Memperkenalkan dirinya dengan sopan

2. Memberi informasi tentang tujuan dan manfaat studi 3. Meminta izin untuk wawancara

4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan jawaban 5. Bila tidak bertemu responden, usahakan membuat kunjungan ulang 6. Hindari pengaruh ‘orang ketiga’ pada saat wawancara dengan responden

(18)

18

III. HASIL STUDI EHRA

3.1 Informasi Responden

Tabel 3.1 Informasi Responden

INFORMASI RESPONDEN. Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 9 10

n % n % n % n % n %

Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 1 .4 8 1.7 5 2.1 3 1.9 17 1.5

21 - 25 tahun 25 10.4 42 8.8 13 5.4 22 13.8 102 9.1 26 - 30 tahun 43 17.9 77 16.1 26 10.7 33 20.6 179 16.0 31 - 35 tahun 42 17.5 98 20.5 39 16.1 25 15.6 204 18.2 36 - 40 tahun 50 20.8 76 15.9 36 14.9 21 13.1 183 16.3 41 - 45 tahun 35 14.6 80 16.7 40 16.5 17 10.6 172 15.4 > 45 tahun 44 18.3 97 20.3 83 34.3 39 24.4 263 23.5

B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?

Milik sendiri 203 84.6 314 65.7 173 71.5 97 60.6 787 70.3 Rumah dinas 0 .0 5 1.0 0 .0 4 2.5 9 .8 Berbagi dengan keluarga lain 5 2.1 12 2.5 1 .4 6 3.8 24 2.1 Sewa 6 2.5 35 7.3 21 8.7 15 9.4 77 6.9 Kontrak 2 .8 14 2.9 6 2.5 6 3.8 28 2.5

Milik orang tua 23 9.6 98 20.5 41 16.9 31 19.4 193 17.2

Lainnya 1 .4 0 .0 0 .0 1 .6 2 .2

B3. Apa pendidikan terakhir anda? Tidak sekolah

formal

18 7.5 13 2.7 6 2.5 5 3.1 42 3.8

SD 66 27.5 116 24.3 65 26.9 26 16.3 273 24.4

(19)

19

SMA 65 27.1 178 37.2 100 41.3 80 50.0 423 37.8

SMK 7 2.9 34 7.1 13 5.4 6 3.8 60 5.4

Universitas/Akademi 14 5.8 31 6.5 13 5.4 4 2.5 62 5.5

B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan?

Ya 77 32.1 164 34.3 67 27.7 54 33.8 362 32.3

Tidak 163 67.9 314 65.7 175 72.3 106 66.3 758 67.7

B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin

(ASKESKIN)?

Ya 76 31.7 198 41.4 89 36.8 49 30.6 412 36.8

Tidak 164 68.3 280 58.6 153 63.2 111 69.4 708 63.2

B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 220 91.7 431 90.2 221 91.3 143 89.4 1015 90.6

(20)

20

Dari tabel 3.1 diatas diketahui bahwa kelompok umur responden terbanyak dari strata 1 sebesar 50 responden berkisar antara 36-40 tahun dengan persentase 20,8%, strata 2 sebesar 98 responden berkisar antara 31-35 tahun dengan persentase 20,5%, strata 3 sebesar 83 responden berkisar antara >45 tahun dengan persentase 34,3%, dan strata 4 sebesar 39 responden berkisar antara umur >45 tahun dengan persentase 24,4%. Status kepemilikan rumah terbanyak dari setiap strata adalah strata 1 yaitu milik sendiri sebesar 203 responden dengan persentase 84,6%, strata 2 yaitu milik sendiri sebesar 314 responden dengan persentase 65,7%, strata 3 yaitu milik sendiri sebesar 173 responden dengan persentase 71,5%, dan strata 4 yaitu milik sendiri sebesar 97 responden dengan persentase 60,6 %. Pendidikan terakhir responden rata-rata dari strata adalah strata 1 yaitu tamatan SMP sebanyak 70 orang dengan persentase 29,2%, strata 2 yaitu tamatan SMA sebanyak 178 orang dengan persentase 37,2%, strata 3 yaitu tamatan SMA sebanyak 100 orang dengan persentase 41,3%, dan strata 4 yaitu tamatan SMA sebanyak 80 orang dengan persentase 50%. Dan dari srata 1 ada sebagian besar responden tidak memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebanyak 163 orang dengan persentase 67,9%, strata 2 juga tidak memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebanyak 314 orang dengan persentase 65,7%, strata 3 juga tidak memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebanyak 175 orang dengan persentase 72,3%, dan strata 4 juga tidak memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebanyak 106 orang dengan persentase 66,3%. Dan setiap strata 1 tidak memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) sebesar 164 responden dengan persentase 68,3%, dan 91,7% responden telah mempunyai anak, strata 2 tidak memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) sebesar 280 responden dengan persentase 58,6%, dan 90,2% responden telah mempunyai anak, strata 3 tidak memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) sebesar 153 responden dengan persentase 63,2%, dan 91,3% responden telah mempunyai anak, strata 4 tidak memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) sebesar 111 responden dengan persentase 69,4%, dan 89,4% responden telah mempunyai anak.

3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Kondisi pengelolaan sampah rumah tangga dapat ditunjukkan melalui hasil Studi EHRA yang memuat kegiatan pengelolaan sampah, perilaku praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga, dan area berisiko persampahan.

(21)

21

Gambar 3.1 : Grafik Pengelolaan Sampah

Dari grafik 3.1 diatas terlihat bahwa pada tingkat Kabupaten Langkat dibakar oleh rumah tangga dilakukan 66,2%, disusul dengan dikumpul dan dibuang ke TPS, dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk, lain-lain, dibuang ke sungai/kali/laut/danau, dikumpul oleh kolektor yang mendaur ulang, dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah, dan dibiarkan saja sampai membusuk.

Gambar 3.2 : Grafik Perilaku Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

Dari grafik 3.2 diatas terlihat bahwa pada tingkat Kabupaten Langkat sebagian besar responden sebesar 82,4% tidak memilah sampah rumah tangganya, dan hanya 17,6% responden yang memilah sampah rumah tangganya. Hal ini menunjukkan pada skala rumah tangga masih perlu mendapat perhatian.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 1.3 .8 1.7 6.5 1.7 1.9 1.6 20.5 28.1 11.4 79.3 76.9 39.7 54.4 66.2 1.7 1.5 1.3 .6 1.3 8.4 9.9 9.6 .6 8.2 1.7 1.0 1.3 11.9 2.8 5.9 1.3 13.4 1.3 4.9 .4 .8 12.6 3.1 .0 .2 .0 1.3 .3

PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN

STRATA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu

Lain-lain

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk

Dibiarkan saja sampai membusuk 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 69.4 10.5 3.4 17.9 17.6 30.6 89.5 96.6 82.1 82.4

PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH

RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak di pilah/di pisahkan

(22)

22

Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA

PERSAMPAHAN Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

%

% % % %

3.1 Pengelolaan sampah Tidak 97.9 91.8 77.8 70.0 84.4

Ya 2.1 8.2 22.2 30.0 15.6

3.2 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 100.0 50.0 71.4 66.7 72.0

memadai .0 50.0 28.6 33.3 28.0

3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 100.0 62.5 75.0 66.7 76.0

tepat waktu .0 37.5 25.0 33.3 24.0

3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 63.3 75.5 91.7 65.0 73.9

diolah 36.7 24.5 8.3 35.0 26.1

Dari hasil Studi EHRA pada tingkat Kabupaten Langkat pengelolaan sampah sebesar 81% dikatakan belum memadai, dan frekuensi pengangkutan sampah sebesar 47,9% tidak memadai, dan tidak ketepatan waktu dalam pengangkutan sampah sebesar 54,2%. Dan pengolahan sampah setempat yang tidak diolah sebesar 73,9%.

3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

Kondisi pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja pada Kabupaten Langkat dapat diketahui melalui hasil Studi EHRA yang digambarkan dalam persentase tempat buang air besar, tempat penyaluran akhir tinja, waktu terakhir pengurasan tanki septik, persentase tanki septik suspek aman dan tidak aman, dan area berisiko air limbah domestik.

Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar

91.4 4.1 1.2

1.1 .7 .7 1.7 1.0 .4

PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Ke lubang galian Lainnya,

(23)

23

Berdasarkan hasil Studi EHRA di Kabupaten Langkat sebagian besar responden 91,4% memiliki jamban pribadi dan 4,1% tempat buang air besarnya dilakukan di MCK/WC umum. Tetapi masih ada responden yang buang air besar sembarangan (BABs) ke lubang galian 1,7%, ke WC helikopter 1,2%, ke sungai/pantai/laut 1,1%, ke lainnya 1,0%, ke kebun/pekarangan 0,7%, ke selokan 0,7%, dan tidak tahu 0,4%.

Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Dari grafik diatas, terlihat bahwa 81,9% responden sudah mempunyai tangki septik. Tetapi 8,0% responden tempat penyaluran akhir tinja hanya berupa cubluk/lobang tanah, 5,3% responden menyatakan tidak tahu, 2,4% respoden menyatakan tempat penyaluran akhir tinjanya berupa pipa sewer, 1,5% responden menyatakan tempat penyaluran akhir tinjanya berupa langsung ke drainase, 0,8% responden menyatakan tempat penyaluran akhir tinjanya berupa ke sungai/danau/pantai, dan 0,1% tempat penyaluran akhir tinjanya berupa ke kolam/sawah.

Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

81.9 2.4 8.0

1.5 .1 .8 5.3

TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Tidak tahu 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 1.1 3.3 6.3 2.3 3.5 5.7 5.6 10.8 20.9 9.1 .6 1.8 .5 35.7 6.0 .6 1.0 .9 1.6 1.0 46.9 65.7 71.2 17.8 56.7 45.1 22.5 10.4 21.7 23.8

WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANKI

SEPTIK

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu Tidak pernah Lebih dari 10 tahun Lebih dari 5-10 tahun yang lalu

(24)

24

Dari grafik waktu terakhir pengurasan tanki septik diketahui bahwa 56,7% responden tidak pernah melakukan pengurasan tanki septik, 23,8% responden tidak tahu, 9,1% responden 1-5 tahun yang lalu, 6,0% responden lebih dari 5-10 tahun yang lalu, 3,5% responden 0-12 bulan yang lalu, dan 1,0% responden lebih dari 10 tahun. Hal ini juga disebabkan di Kabupaten Langkat belum memiliki fasilitas layanan sedot tinja.

Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik

Dari hasil Studi EHRA Kabupaten Langkat diketahui bahwa responden tidak mengetahui praktik pengurasan tanki septik sebanyak 54,7%. Dan sisanya melakukan praktk pengurasan tanki septik dengan layanan sedot tinja 23,9%, membayar tukang sebesar 16,4%, dikosongkan sendiri sebesar 4,3% dan tidak tahu sebesar 0,8%.

Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 8.6 16.4 50.0 31.1 23.9 2.2 11.9 9.4 38.7 16.4 2.2 7.5 4.7 1.9 4.3 .0 .0 .0 2.8 .8 87.1 64.2 35.9 25.5 54.7

PRAKTIK PENGURASAN TANKI SEPTIK

BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu

Bersih karena banjir Dikosongkan sendiri Membayar tukang Layanan sedot tinja

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 47.5 58.8 56.6 57.5 55.7 52.5 41.2 43.4 42.5 44.3

TANKI SEPTIK SUSPEK AMAN & TIDAK

AMAN

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Suspek aman Tidak aman

(25)

25

Untuk kepemilikan tanki septik suspek aman di Kabupaten Langkat sebesar 44,3%, dan tanki septik suspek tidak aman sebesar 55,7%.

Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

VARIABEL KATEGORI

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

N % n % n %

n %

n %

2.1 Tangki septik

suspek aman Tidak aman 114 47.5 281 58.8 137 56.6 92 57.5 624 55.7

Suspek aman 126 52.5 197 41.2 105 43.4 68 42.5 496 44.3

2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak, aman 85 91.4 112 83.6 32 50.0 73 68.9 302 76.1 Ya, aman 8 8.6 22 16.4 32 50.0 33 31.1 95 23.9 2.3 Pencemaran karena SPAL Tidak aman 105 43.8 233 48.7 148 61.2 81 50.6 567 50.6 Ya, aman 135 56.3 245 51.3 94 38.8 79 49.4 553 49.4

Dilihat dari area berisiko air limbah domestik berdasarkan Studi EHRA Kabupaten Langkat, tangki septik tidak aman sebesar 55,7, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 76,1% dan pencemaran karena SPAL sebesar 50,6%.

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan sekitar Rumah dan Banjir

Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir pada Kabupaten Langkat dapat dilihat pada grafik di bawah ini, adalah sebagai berikut :

Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 61.3 72.4 71.1 43.1 65.5 14.2 13.6 10.7 20.0 14.0 15.8 9.4 9.9 25.6 13.2 .4 1.3 5.4 9.4 3.1 8.3 3.3 2.9 1.9 4.1

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH

MENGALAMI BANJIR

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu

Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam Sekali dalam setahun Tidak pernah

(26)

26

Persentase rumah tangga di Kabupaten Langkat yang tidak pernah mengalami banjir sebesar 65,5%. Sisanya pernah mengalami banjir yaitu sekali dalam setahun (14,0%), beberapa kali (13,2%), tidak tahu (4,1%) dan sekali atau beberapa dalam sebulan (3,1%).

Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

Menurut hasil Studi EHRA persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin di Kabupaten Langkat sebesar 38,1%, 61,7% responden tidak mengalami banji, 0,3% responden tidak tahu banjir rutin di Kabupaten Langkat.

Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Lamanya air menggenang jika terjadi banjir pada Kabupaten Langkat lebih dari satu hari 33,1%, satu hari 23,4%, setengah hari 17,9%, kurang dari 1 jam sebesar 15,9%, antara 1 sampai 3 jam 8,3%, dan 1,4% responden tidak mengetahui berapa lama air menggenang jika terjadi banjir di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 35.5 42.4 24.3 45.1 38.1 64.5 57.6 74.3 54.9 61.7 .0 .0 1.4 .0 .3

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG

MENGALAMI BANJIR RUTIN

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu Tidak Ya 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 6.1 14.6 10.0 32.4 15.9 3.0 8.3 13.3 8.8 8.3 6.1 22.9 16.7 23.5 17.9 21.2 18.8 30.0 26.5 23.4 63.6 33.3 30.0 5.9 33.1 .0 2.1 .0 2.9 1.4

LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI

BANJIR

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1 - 3 jam Kurang dari 1 jam

(27)

27

Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah

Lokasi genangan air di sekitar rumah sebagian besar ada di halaman rumah responden dengan persentase sebesar 70,3%, di dekat kamar mandi sebesar 17,0%, kemudian di dekat dapur sebesar 16,2%, di dekat bak penampungan sebesar 10,0%, dan lainnya sebesar 3,3%.

Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL

Persentase kepemilikan SPAL (Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja) di Kabupaten Langkat sebesar 86,6%. Dan yang tidak memiliki SPAL sebesar 13,4%.

73.3 16.2 17.0 10.0 3.3 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 Dihalaman rumah Di dekat dapur Di dekat kamar mandi Di dekat bak penampungan Lainnya

LOKASI GENANGAN DI SEKITAR RUMAH

Persentase

86.6 13.4

PERSENTASE KEPEMILIKAN SPAL

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Ya Tidak ada

(28)

28

Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Akibat dari tidak memiliki SPAL rumah tangga menimbulkan genangan sebesar 50,8% dan 49,2% tidak ada genangan air.

Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi

Persentase SPAL yang berfungsi di Kabupaten Langkat sebesar 82,2%. Sedangkan persentase SPAL yang tidak berfungsi sebesar 11,3%, yang tidak ada saluran SPAL sebesar 5,5%, dan yang tidak dapat dipakai (saluran kering) SPAL sebesar 0,9%.

57.1 40.2 44.6 82.5 50.8 42.9 59.8 55.4 17.5 49.2 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total

AKIBAT TIDAK MEMILIKI SPAL RUMAH

TANGGA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak ada genangan air Ada genangan air

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 85.4 82.8 78.5 81.3 82.2 7.1 9.6 16.1 15.6 11.3 1.3 .6 1.7 .0 .9 6.3 6.9 3.7 3.1 5.5

PERSENTASE SPAL YANG BERFUNGSI

BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak ada saluran Tidak dapat dipakai, saluran kering Tidak

(29)

29

Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL

Pencemaran SPAL berdasarkan hasil Studi EHRA di Kabupaten Langkat sebesar 50,6% dan yang tidak ada pencemaran SPAL sebesar 49,4%.

Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 9 10 n % n % n % n % n % 4.1 Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) 137 57.1 192 40.2 108 44.6 132 82.5 569 50.8 Tidak ada genangan air 103 42.9 286 59.8 134 55.4 28 17.5 551 49.2

Dari hasil Studi EHRA diketahui bahwa ada 50,8% area berisiko genangan air di kabupaten Langkat, dan yang tida ada genangan air sebesar 49,2%.

3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Pengolalaan air minum rumah tangga berdasarkan hasil Studi EHRA pada Kabupaten Langkat, dapat dilihat dari grafik akses terhadap air bersih, grafik sumber air minum dan memasak, dan area berisiko sumber air berdasarkan hasil Studi EHRA.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 1 2 3 4 Total 43.8 48.7 61.2 50.6 50.6 56.3 51.3 38.8 49.4 49.4

PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak ada pencemaran SPAL

(30)

30

Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih

Penggunaan sumber air minum di Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :  Air botol kemasan hanya digunakan sebagai air minum dan sisanya untuk masak.

 Air isi ulang paling banyak digunakan untuk minum dan sisanya untuk masak, cuci piring dan gosok gigi.  Air ledeng, air hidran umum, air kran umum digunakan responden untuk digunakan cuci piring dan masak.  Air sumur pompa, air sumur gali, air sumur gali tidak terlindungi digunakan responden untuk melakukan

cuci piring dan masak.

 Air hujan, air dari sungai, dan air dari waduk/danau digunakan responden untuk melakukan aktivitas masak, dan kesehariannya cuci piring & gelas .

 Mata air terlindungi dan mata air tidak terlindungi digunakan responden untuk masak, gosok gigi, minum. Sedangkan kesehariannya digunakan untuk cuci piring & gelas.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 16.9 45.4 12.9 1.3 2.3 18.5 22.1 4.4 1.5 .7 .9 2.5 .2 .4 4.1 9.6 19.6 1.3 2.9 32.5 28.1 5.9 1.5 .5 1.1 2.9 .2 .4 .8 1.5 20.4 1.7 2.5 34.1 28.8 6.4 1.3 1.1 1.1 2.8 .3 .4 1.3 1.8 19.3 1.4 1.8 32.8 27.4 6.3 1.4 .6 .7 2.4 .2 .4

GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Gosok gigi Cuci Pakaian Cuci Piring & Gelas Masak

(31)

31

Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

Berdasarkan hasil grafik 3.17 studi EHRA berikut ini adalah penjelasan dari grafik diatas :

Sumber Air Keterangan Masak Minum

Air sumur gali terlindungi Tidak 5,9 4,4

Ya 28,1 22,1

Mata air terlindungi Tidak 0,5 0,7

Ya 1,5 1,5

Air PDAM Tidak 2,9 2,3

Ya 19,6 12,9

Air dari sungai Tidak 0 0

Ya 2,9 2,5

Air dari waduk/danau Tidak 0 0

Ya 0,2 0,2

Tabel 3.5 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 n % n % n % n % n % 1.1 Sumber air

terlindungi Tidak, sumber air berisiko tercemar 86 35.8 241 50.4 87 36.0 44 27.5 458 40.9 Ya, sumber air terlindungi 154 64.2 237 49.6 155 64.0 116 72.5 662 59.1 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Tidak Aman 125 52.1 204 42.7 137 56.6 87 54.4 553 49.4 Ya, Aman 115 47.9 274 57.3 105 43.4 73 45.6 567 50.6 1.3

Kelangkaan air Mengalami kelangkaan air 44 18.3 54 11.3 29 12.0 31 19.4 158 14.1 Tidak pernah mengalami 196 81.7 424 88.7 213 88.0 129 80.6 962 85.9 16.9 45.4 12.9 1.3 2.3 18.5 22.1 4.4 1.5 .7 .9 2.5 .2 4.1 9.6 19.6 1.3 2.9 32.5 28.1 5.9 1.5 .5 1.1 2.9 .2 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0

Air botol kemasan Air Ledeng dari PDAM Air kran umum -PDAM/PROYEK Air sumur gali terlindungi Mata air terlindungi Air hujan Air dari waduk/danau

SUMBER AIR MINUM DAN MEMASAK

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Masak Minum

(32)

32

Menurut hasil Studi EHRA Kabupaten Langkat mengenai area berisiko sumber air, sumber air terlindungi sebesar 59,1% dan sumber air yang tidak terlindungi sebesar 40,9%. Penggunaan sumber air tidak terlindungi dan aman untuk digunakan sebesar 50,6% dan Penggunaan sumber air tidak terlindungi yang tidak aman untuk digunakan sebesar 49,4%. Persentase responden yang pernah mengalami kelangkaan air sebesar 14,1% dan persentase yang tidak pernah mengalami kelangkaan air sebesar 85,9%.

3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi

Perilaku higiene dan sanitasi merupakan hal penting yang harus diterapkan oleh setiap rumah tangga agar terbiasa untuk hidup sehat. Perilaku higiene dan sanitasi ini meliputi perilaku buang air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah dengan 3R, dan pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan). Berikut ini adalah beberapa grafik yang terkait dengan perilaku higiene dan sanitasi pada Kabupaten Langkat :

Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting

Persentase responden yang belum melakukan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di lima waktu penting sebesar 63,8% lebih besar dibandingkan persentase responden yang tidak melakukan CTPS di lima waktu penting sebesar 36,3%.

63.8 36.3

CTPS DI LIMA WAKTU PENTING

Tidak Ya

(33)

33

Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS

Waktu responden Studi EHRA Kabupaten Langkat melakukan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) umumnya dilakukan setelah dari buang air besar sebesar 79,2%, sebelum makan sebesar 71,3%, setelah memegang hewan sebesar 68,2%, setelah makan sebesar 65,5%, setelah menceboki bayi/anak sebesar 62,1%, sebelum menyiapkan masakan sebesar 50,7%, sebelum memberi menyuapi anak sebesar 49,6%, sebelum sholat sebesar 46,9%, sebelum ke toilet sebesar 25,0%, dan lainnya sebesar 1,7%.

Gambar 3.20 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS

Persentase praktik masyarakat yang masih BABS (Buang Air Besar Sembarangan) di Kabupaten Langkat sebesar 49,2%. Dan persentase praktik masyarakat yang tidak BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sebesar 50,8%. 25.0 62.1 79.2 71.3 65.5 49.6 50.7 68.2 46.9 1.7 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Sebelum ke toilet Setelah menceboki bayi/anak Setelah dari buang air besar Sebelum makan Setelah makan Sebelum memberi menyuapi anak Sebelum menyiapkan masakan Setelah memegang hewan Sebelum sholat Lainnya

WAKTU MELAKUKAN CTPS

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 1 2 3 4 Total 58.8 39.5 31.4 90.6 49.2 41.3 60.5 68.6 9.4 50.8

PERSENTASE PRAKTIK BABS

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Tidak Ya, BABS

(34)

34

Tabel 3.6 Area Berisiko Perilaku Higiene Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 n % n % n % n % n % 5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 153 63.8 367 76.8 147 60.7 47 29.4 714 63.8 Ya 87 36.3 111 23.2 95 39.3 113 70.6 406 36.3 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? Tidak 66 27.5 161 33.7 31 12.8 49 30.6 307 27.4 Ya 174 72.5 317 66.3 211 87.2 111 69.4 813 72.6 5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? Tidak 82 34.2 137 28.7 60 24.8 51 31.9 330 29.5 Ya 158 65.8 341 71.3 182 75.2 109 68.1 790 70.5 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. Tidak 50 20.8 72 15.1 27 11.2 50 31.3 199 17.8 Ya, berfungsi 190 79.2 406 84.9 215 88.8 110 68.8 921 82.2 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? Tidak 71 29.6 116 24.3 67 27.7 24 15.0 278 24.8 Ya 169 70.4 362 75.7 175 72.3 136 85.0 842 75.2 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Ya, tercemar 84 35.0 90 18.8 31 12.8 42 26.3 247 22.1 Tidak tercemar 156 65.0 388 81.2 211 87.2 118 73.8 873 77.9 5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 141 58.8 189 39.5 76 31.4 145 90.6 551 49.2 Tidak 99 41.3 289 60.5 166 68.6 15 9.4 569 50.8

Hasil dari area berisiko perilaku higiene berdasarkan hasil Studi EHRA Kabupaten Langkat adalah responden yang sudah melakukan CTPS di lima waktu penting sebesar 36,3% dan yang belum melakukan CTPS di lima waktu penting sebesar 63,7%. Persentase lantai dan dinding jamban bebas dari tinja sebesar 72,6% dan lantai dan dinding jamban yang belum bebas dari tinja sebesar 27,4%. Persentase jamban yang bebas dari kecoak dan lalat sebesar 70,5% dan jamban yang belum bebas dari kecoak dan lalat sebesar 29,5%. Persentase penggelontor yang berfungsi sebesar 82,2% dan penggelontor yang tidak berfungsi sebesar 17,8%. Persentase terlihat adanya sabun di dalam atau di dekat jamban sebesar 75,2% dan yang tidak terlihat adanya sabun di dalam atau di dekat jamban sebesar 24,8%. Wadah penyimpanan dan penanganan air yang tercemar sebesar 22,1% dan wadah penyimpanan dan penanganan air yang tidak tercemar sebesar 77,9%. Perilaku masyarakat yang masih BABS sebesar 49,2% dan perilaku masyarakat yang tidak BABS sebesar 50,8%.

(35)

35

3.7 Kejadian Penyakit Diare

Tabel 3.7 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 n % n % n % n % n % H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare Hari ini 0 .0 7 1.5 0 .0 1 .6 8 .7 Kemarin 1 .4 12 2.5 1 .4 1 .6 15 1.3 1 minggu terakhir 1 .4 27 5.6 14 5.8 3 1.9 45 4.0 1 bulan terakhir 5 2.1 40 8.4 23 9.5 4 2.5 72 6.4 3 bulan terakhir 19 7.9 42 8.8 33 13.6 4 2.5 98 8.8 6 bulan yang lalu 29 12.1 22 4.6 9 3.7 2 1.3 62 5.5 Lebih dari 6 bulan yang lalu 45 18.8 49 10.3 19 7.9 2 1.3 115 10.3 Tidak pernah 140 58.3 279 58.4 143 59.1 143 89.4 705 62.9 A. Anak-anak balita Tidak 45 45.0 136 68.3 68 68.7 7 41.2 256 61.7 Ya 55 55.0 63 31.7 31 31.3 10 58.8 159 38.3 B. Anak-anak non balita Tidak 93 93.0 180 90.5 94 94.9 12 70.6 379 91.3 Ya 7 7.0 19 9.5 5 5.1 5 29.4 36 8.7 C. Anak remaja laki-laki Tidak 93 93.0 183 92.0 85 85.9 12 70.6 373 89.9 Ya 7 7.0 16 8.0 14 14.1 5 29.4 42 10.1 D. Anak remaja perempuan Tidak 93 93.0 185 93.0 78 78.8 15 88.2 371 89.4 Ya 7 7.0 14 7.0 21 21.2 2 11.8 44 10.6 E. Orang dewasa laki-laki Tidak 90 90.0 154 77.4 88 88.9 14 82.4 346 83.4 Ya 10 10.0 45 22.6 11 11.1 3 17.6 69 16.6 F. Orang dewasa perempuan Tidak 84 84.0 151 75.9 74 74.7 14 82.4 323 77.8 Ya 16 16.0 48 24.1 25 25.3 3 17.6 92 22.2

Kejadian penyakit diare pada penduduk Kabupaten Langkat berdasarkan hasil Studi EHRA meliputi : Waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare lebih dari 6 bulan yang lalu sebesar 10,3%, 3 bulan terakhir sebesar 8,8%, 1 bulan terakhir sebesar 6,4%, 6 bulan yang lalu 5,5%, dan yang tidak pernah terkena diare sebesar 62,9%. Persentase anak-anak balita yang terkena diare sebesar 38,3% dan anak-anak non balita yang terkena diare sebesar 8,7%. Anak remaja laki-laki yang terkena diare 10,1% dan anak remaja perempuan sebesar 10,6%. Orang dewasa laki-laki yang terkena diare sebesar 16,6% dan orang dewasa perempuan sebesar 22,2%.

(36)

36

3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Gambar 3.21 Grafik Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Berdasarkan grafik indeks risiko sanitasi (IRS) Kabupaten Langkat 2014 dapat dilihat bahwa desa/kelurahan yang tergolong strata 1, strata 2, strata 3 dan strata 4 yang menjadi sampel Studi EHRA. Risiko sanitasi terbesar pada kabupaten Langkat adalah persampahan, kemudian perilaku hidup bersih sehat, air limbah domestik, genangan air, dan sumber air.

31.04 30.00 29.38 35.31 56.97 60.27 56.09 62.19 42.08 59.58 92.29 63.02 60.83 45.83 58.33 80.00 48.80 39.82 32.55 41.56 0 50 100 150 200 250 300

STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA 4

Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten

Langkat 2014

5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.

4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 1. SUMBER AIR

(37)

37

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Studi EHRA yang telah dilaksanakan Tim Studi EHRA Kabupaten Langkat Tahun 2014, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Air bersih

PDAM belum memiliki sumber air bersih masyarakat Kabupaten Langkat dari air sumur gali terlindungi, sungai, mata air terlindungi dan PDAM sudah ada, tapi belum memenuhi seluruh kebutuhan air bersih di Kabupaten Langkat. Namun demikian, masyarakat masih menggunakan air sumur gali terlindungi sebanyak 50,2%, masyarakat menggunakan air sungai sebanyak 5,4%, masyarakat menggunakan mata air terlindungi sebanyak 4,2%, dan yang menggunakan PDAM sebanyak 32,5%.

b. Persampahan

Pengelolaan sampah pada skala Kabupaten Langkat melalui sistem operasi pengelolaan sampah domestik dimulai dengan kegiatan pengumpulan dari sumbernya yang diorganisir ke TPS (tempat pembuangan sementara) kemudian dikumpulkan di TPA yang masih dipinjamkan oleh pihak swasta, karena pemerintah Kabupaten Langkat belum memiliki Depo ataupun TPA. Namun demikian, masih banyak masyarakat di Kabupaten Langkat dengan cara dibakar sebesar 66,2%, disusul dengan dikumpul dan dibuang ke TPS sebesar 11,4%, dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 8,2%, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 4,9%, lain-lain sebesar 3,1%, dibuang ke sungai/kali/laut/danau sebesar 2,8%, dikumpul oleh kolektor yang mendaur ulang sebesar 1,6%, dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 1,3, dibiarkan saja sampai membusuk sebesar 0,2%, dan tidak tahu sebesar 0,3%.

c. Drainase

Secara keseluruhan wilayah di Kabupaten Langkat sudah cukup baik sistem drainasenya. Hal ini terlihat dari persentase rumah tangga di Kabupaten Langkat yang tidak pernah mengalami banjir sebesar 65,5%, sekali dalam setahun sebesar 14,0%, beberapa kali sebesar 13,2%, tidak tahu sebesar 4,1%, dan sekali atau beberapa dalam sebulan sebesar 3,1%. Jaringan drainase di Kabupaten Langkat telah terdapat konstruksi yang cukup baik, namun masih ada beberapa wilayah yang masih menggunakan jaringan drainase secara konvensional. Sehingga masih ada beberapa wilayah yang menjadi potensi genangan.

d. Jamban

Persentase jumlah keluarga yang memiliki jamban pribadi sebesar 91,4% dan 4,1% tempat buang air besarnya dilakukan MCK/WC Umum. Tetapi masih ada responden yang buang air besar sembarangan (BABs) ke WC

(38)

38

helikopter 1,2%, ke sungai 1,1%, ke kebun/pekarangan 0,7%, ke selokan/parit/got sebesar 0,7%, ke lubang galian 1,7%, lainnya sebesar 1,0% dan tidak tahu 0,4%.

4.2 Hambatan / Kendala

Hambatan atau kendala yang terjadi selama pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Langkat adalah :  Kurang waktu dalam mempersiapkan Studi EHRA sehingga jumlah responden yang diambil hanya berasal

dari lima (lima) kecamatan saja.

 Kurangnya pendekatan yang postif antara enumerator dan responden, hal ini terlihat dari laporan enumerator yang menyatakan bahwa beberapa responden tampak ragu-ragu untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam kuesioner Studi EHRA.

 Beberapa enumerator dalam mengisi data dalam kuesioner EHRA kurang memperhatikan pengkodean banjar/dusun/lingkungan sehingga mempersulit petugas entry data dalam memasukkan data kuesioner ke dalam program Dos Box.

4.3 Saran

 Kurangnya Studi EHRA Kabupaten Langkat tahun 2014 masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna sehingga diharapkan dapat pengulangan studi EHRA dalam kurun waktu tertentu, misalnya 2 atau 3 tahun yang akan datang.

 Pada studi EHRA yang akan datang diharapkan jumlah responden berasal dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat.

 Pelatihan mengenai tata cara pengisian kuesioner kepada enumerator sebaiknya tidak hanya diberikan pada saat pelatihan Studi EHRA di tingkat Kabupaten, tetapi sebaiknya disampaikan berulang kali pada saat setiap briefing oleh supervisor.

(39)

39

TABEL-TABEL DASAR HASIL STUDI EHRA

Tabel 3.1 : Informasi Responden

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 9 10

n % n % n % n % n %

Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 1 .4 8 1.7 5 2.1 3 1.9 17 1.5

21 - 25 tahun 25 10.4 42 8.8 13 5.4 22 13.8 102 9.1 26 - 30 tahun 43 17.9 77 16.1 26 10.7 33 20.6 179 16.0 31 - 35 tahun 42 17.5 98 20.5 39 16.1 25 15.6 204 18.2 36 - 40 tahun 50 20.8 76 15.9 36 14.9 21 13.1 183 16.3 41 - 45 tahun 35 14.6 80 16.7 40 16.5 17 10.6 172 15.4 > 45 tahun 44 18.3 97 20.3 83 34.3 39 24.4 263 23.5

B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini? Milik sendiri 203 84.6 314 65.7 173 71.5 97 60.6 787 70.3 Rumah dinas 0 .0 5 1.0 0 .0 4 2.5 9 .8 Berbagi dengan keluarga lain 5 2.1 12 2.5 1 .4 6 3.8 24 2.1 Sewa 6 2.5 35 7.3 21 8.7 15 9.4 77 6.9

(40)

40

Kontrak 2 .8 14 2.9 6 2.5 6 3.8 28 2.5

Milik orang tua 23 9.6 98 20.5 41 16.9 31 19.4 193 17.2

Lainnya 1 .4 0 .0 0 .0 1 .6 2 .2

B3. Apa pendidikan terakhir anda? Tidak sekolah formal 18 7.5 13 2.7 6 2.5 5 3.1 42 3.8

SD 66 27.5 116 24.3 65 26.9 26 16.3 273 24.4

SMP 70 29.2 106 22.2 45 18.6 39 24.4 260 23.2

SMA 65 27.1 178 37.2 100 41.3 80 50.0 423 37.8

SMK 7 2.9 34 7.1 13 5.4 6 3.8 60 5.4

Universitas/Akademi 14 5.8 31 6.5 13 5.4 4 2.5 62 5.5

B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan?

Ya 77 32.1 164 34.3 67 27.7 54 33.8 362 32.3

Tidak 163 67.9 314 65.7 175 72.3 106 66.3 758 67.7

B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)?

Ya 76 31.7 198 41.4 89 36.8 49 30.6 412 36.8

Tidak 164 68.3 280 58.6 153 63.2 111 69.4 708 63.2

B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 220 91.7 431 90.2 221 91.3 143 89.4 1015 90.6

(41)

41

Tabel 3.2 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA

PERSAMPAHAN Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

%

% % % %

3.1 Pengelolaan sampah Tidak 232 97.9 438 91.8 186

Ya 5 2.1 39 8.2 53

3.2 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 5 100.0 4 50.0 5

memadai 0 .0 4 50.0 2

3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah

Tidak tepat waktu 4 100.0 5 62.5 3

tepat waktu 0 .0 3 37.5 1

3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 152 63.3 361 75.5 222

diolah 88 36.7 117 24.5 20

Tabel 3.3: Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

VARIABEL KATEGORI

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

n % n % n %

n %

n %

2.1 Tangki septik

suspek aman Tidak aman 114 47.5 281 58.8 137 56.6 92 57.5 624 55.7

Suspek aman 126 52.5 197 41.2 105 43.4 68 42.5 496 44.3

2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik

Tidak, aman 85 91.4 112 83.6 32 50.0 73 68.9 302 76.1

Ya, aman 8 8.6 22 16.4 32 50.0 33 31.1 95 23.9

2.3 Pencemaran

karena SPAL Tidak aman 105 43.8 233 48.7 148 61.2 81 50.6 567 50.6

Ya, aman 135 56.3 245 51.3 94 38.8 79 49.4 553 49.4

Tabel 3.4: Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 9 10 n % N % n % n % n % 4.1 Adanya genanga n air Ada genangan air (banjir) 137 57.1 192 40.2 108 44.6 132 82.5 569 50.8 Tidak ada genangan air 103 42.9 286 59.8 134 55.4 28 17.5 551 49.2

(42)

42

Tabel 3.5: Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 n % n % n % n % n % 1.1 Sumber air terlindungi Tidak, sumber air berisiko tercemar 86 35.8 241 50.4 87 36.0 44 27.5 458 40.9 Ya, sumber air terlindungi 154 64.2 237 49.6 155 64.0 116 72.5 662 59.1 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.

Tidak Aman 125 52.1 204 42.7 137 56.6 87 54.4 553 49.4

Ya, Aman 115 47.9 274 57.3 105 43.4 73 45.6 567 50.6

1.3 Kelangkaan air Mengalami kelangkaan air 44 18.3 54 11.3 29 12.0 31 19.4 158 14.1 Tidak pernah mengalami 196 81.7 424 88.7 213 88.0 129 80.6 962 85.9

Tabel 3.6: Area Berisiko Perilaku Higiene Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 N % N % n % n % n % 5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 153 63.8 367 76.8 147 60.7 47 29.4 714 63.8 Ya 87 36.3 111 23.2 95 39.3 113 70.6 406 36.3

5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?

Tidak 66 27.5 161 33.7 31 12.8 49 30.6 307 27.4

Ya 174 72.5 317 66.3 211 87.2 111 69.4 813 72.6

5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?

Tidak 82 34.2 137 28.7 60 24.8 51 31.9 330 29.5 Ya 158 65.8 341 71.3 182 75.2 109 68.1 790 70.5 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. Tidak 50 20.8 72 15.1 27 11.2 50 31.3 199 17.8 Ya, berfungsi 190 79.2 406 84.9 215 88.8 110 68.8 921 82.2 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? Tidak 71 29.6 116 24.3 67 27.7 24 15.0 278 24.8 Ya 169 70.4 362 75.7 175 72.3 136 85.0 842 75.2 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Ya, tercemar 84 35.0 90 18.8 31 12.8 42 26.3 247 22.1 Tidak tercemar 156 65.0 388 81.2 211 87.2 118 73.8 873 77.9

5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 141 58.8 189 39.5 76 31.4 145 90.6 551 49.2

Gambar

Tabel 2.4 Desa/Kelurahan Strata 1 yang terpilih sebagai lokasi studi
Gambar 3.1 : Grafik Pengelolaan Sampah
Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik 81.9
Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 Total 8.6 16.4 50.0 31.1 23.9 2.2 11.9 9.4 38.7 16.4 2.2 7.5 4.7 1.9 4.3 .0 .0 .0 2.8 .8 87.1 64.2 35.9 25.5 54.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS : BATIK AGUNG WIBOWO) Tugas Akhir.. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas

Tahapan dalam penyusunan program ekowisata kerajinan adalah mengidentifikasi sumber daya ekowisata kerajinan tangan yang berpotensi untuk kegiatan wisata,

Jember, 28 Agustus 2015 Direktur Pascasarjana IAIN

Berdasarkan penyajian data hasil penelitian yang penulis lakukan dengan teori yang ada di BAB II maka penulis simpulkan bahwa mahasiswa memiliki

Untuk Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat realisasi pada tahun 2013 sebesar 78,68% dari target sebesar 78,00%, telah mencapai target, Indeks Kepuasan Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan uji F bahwa secara simultan, variabel sistem penghargaan (X) memberi