• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012: 59-66 ISSN 2301-9921

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul

A. Widitananto, G. Sihombing dan A. I. Sari

Program Studi Peternakan/Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan, Surakarta 57101

E-mail: sariayu_uns@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil dan berbagai biaya pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul pada Agustus-November 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, analisis data dilakukan secara deskriptif. Responden penelitian diambil secara convenience sampling. Sampel pedagang dipilih secara sengaja sebanyak 10 pedagang yang sudah berpengalaman berdagang minimal 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat saluran pemasaran yang melibatkan peternak, blantik, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pemotong/jagal. Margin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran (peternak blantik -pedagang pengumpul - -pedagang besar - jagal - konsumen) yaitu Rp. 2.200.000/ekor. Share yang diterima peternak tertinggi pada saluran pertama (peternak-konsumen) yaitu 100%. Saluran pemasaran yang pertama (peternak-konsumen) merupakan saluran yang paling efisien. Biaya dan margin pemasaran terendah pada saluran pertama. Farmer’s share terendah terdapat pada saluran yang keempat. Saluran pemasaran yang pertama paling efisien karena mempunyai nilai farmer’s share yang paling tinggi yaitu 100%.

Kata kunci: sapi potong, saluran pemasaran, biaya, margin pemasaran

The analysis of marketing of beef cattle in playen district, Gunungkidul regeny ABSRACT

This research has objectives to analizye profiles and various marketing cost of beef cattle in Playen District Gunungkidul in August-November 2011. This research used the survey method. The samples of this research consisted of 60 cattle raisers with the criteria of possessing 2 up to 5 cows and having ever sold cows as well as 10 traders who were taken voluntarily with the criterion of having experience in trading cows for at least 5 years. The results of this research are as follows: (1) there is a marketing chain in cow trading includes: cattler raiser-cattle broker-trader-wholesaler-butcher-consumer; (2) the highest marketing margin which is found in such a marketing chain is Rp 2.200,000.00 for each cow; (3) the highest share which is as much as 100% is gained in the direct marketing channel from the cattle raiser to the consumer; and (4) the direct marketing channel from the cattle raiser to the consumer is the most efficient chain in marketing beef cattle. The lowest cost and marketing margin is found in the first type of marketing chain which directly goes from the cattle raiser to the consumer; and (3) the lowest farmer share is found in the fourth type of marketing chanel; and (4) the first type of marketing channel which directly goes from the cattle raiser to the consumer is the most efficient chain in Playen subdistrict of Gunungkidul regency since it has the highest farmer share which reaches up to 100%.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan peternakan tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi dan pendapatan peternak tetapi diperluas hingga mencakup pengembangan agribisnis secara terpadu. Peternak sebagai subyek pembangunan didorong ke arah pemahaman peternakan menjadi sumber pendapatan. Pembangunan usaha peternakan dilakukan secara sinergis, mulai dari hulu sampai hilir dan tidak berhenti hanya di tingkat produksi, tetapi juga sebagai pelaku paska panen seperti pengolahan dan pemasaran.

Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai daerah kegiatan usaha peternakan sapi potong yang banyak dikelola oleh petani dan menyebar secara merata ke seluruh wilayah. Usaha peternakan mempunyai potensi dan prospek untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah, khususnya di Kabupaten Gunungkidul, hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah populasi sapi potong pada tahun 2010 terdapat 126.455 ekor sapi. Usaha peternakan sapi potong merupakan usaha yang bernilai ekonomi tinggi sehingga memungkinkan peternak mendapat penghasilan yang cukup dan salah satu faktor pelancar dalam pembangunan peternakan adalah sistem pemasaran yang efisien (Mosher, 1987). Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan suatu balas jasa yang seimbang kepada semua pelaku pemasaran yang terlibat yaitu peternak, pedagang perantara dan konsumen akhir (Azzaino, 1983). Berdasarkan uraian di atas, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan berbagai biaya pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Bleberan, Plembutan dan Playen, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari bulan Agustus sampai November 2011. Kecamatan Playen dipilih karena populasi

ternak sapi potong di wilayah tersebut paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebanyak 12.075 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey method). Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) bahwa penelitian mengunakan metode survei adalah pengumpulan informasi dari responden dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, pencatatan, dan wawancara. Sampel peternak diambil secara

convenience sampling. Menurut Kartono (1983) convenience sampling yaitu pengambilan sampel peternak yang terdekat atau telah dijumpai di tempat/lokasi tersebut sebanyak 60 peternak dengan kriteria mereka mamiliki ternak sapi potong berkisar 2-5 ekor dan juga sudah pernah menjual sapi tersebut. Sampel pedagang diambil secara sengaja (purposive sampling) sebanyak sepuluh pedagang yang sudah berpengalaman minimal 5 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Swastha (1997) bahwa saluran pemasaran memberikan gambaran tentang rute atau jalur perjalanan suatu produk. Kotler (1992) mendefinisikan saluran pemasaran merupakan saluran distribusi yang terdiri dari seperangkat pedagang yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, dapat dilihat pada Gambar 1.

Saluran Pemasaran I

Saluran pemasaran yang pertama, peternak menjual sapi langsung ke konsumen. Penjualan ini dengan cara konsumen mendatangi peternak, penjualan itu dilakukan pada saat Hari Raya Qurban. Hari-hari biasa peternak kurang luas dalam mencari informasi sampai ke konsumen

(3)

langsung. Peternak pada saluran pertama tidak mengeluarkan biaya transportasi, parkir dan biaya tenaga kerja, karena ternak diambil langsung oleh konsumen.

Gambar 1. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

Keterangan:

Saluran Pemasaran II

Saluran pemasaran II ini, peternak menjual sapi ke blantik, karena peternak sudah berlangganan setiap tahunnya. Blantik menjual sapi ke pedagang pemotong/ jagal dan kemudian jagal menjual langsung ke konsumen dalam bentuk daging. Skala usaha pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh jagal sebanyak 2-5 ekor sapi tiap hari.

Saluran Pemasaran III

Saluran pemasaran III peternak menjual sapi ke blantik, karena peternak tidak ingin mengeluarkan biaya. Blantik menguasai proses pemasaran baik di desa maupun di pasar hewan, sehingga peternak tidak perlu membawa sapi ke pasar hewan. Biaya transportasi, parkir dan biaya tenaga kerja di keluarkan blantik. Blantik membawa sapi ke pasar hewan untuk dijual ke pedagang besar yang membeli sapi dalam skala besar (banyak), skala usaha pedagang besar berkisar antara 12-18/ekor/hr. Sapi dari pedagang besar dijual ke jagal yang berada di luar Kecamatan Playen, dan kemudian sapi dari jagal dijual ke konsumen dalam bentuk daging. Biaya yang dikeluarkan jagal meliputi biaya transportasi, tenaga kerja, retribusi RPH dan sewa kios.

Saluran Pemasaran IV

Saluran pemasaran IV, peternak melakukan penjualan ternak dilakukan di kandang dengan cara blantik desa diundang untuk melakukan penawaran, karena kebutuhan peternak yang sangat mendesak, seperti biaya sekolah dan hajatan. Blantik menjual sapi ke pedagang pengumpul dengan skala usahanya berkisar 5-10 ekor sapi, pedagang pengumpul melakukan seleksi sapi sesuai dengan ukuran tubuh (bobot), kesehatan, jenis dan bangsa sapi. Sapi setelah diseleksi kemudian dikirim ke pedagang besar luar Kabupaten Gunungkidul. Sapi potong yang berada di pedagang besar kemudian dijual ke jagal luar kabupaten Gunungkidul yang berdomisili di Jakarta, Cirebon, Klaten, Wonogiri, Pacitan dan Pracimantoro. Jagal melakukan pemotongan di RPH setempat kemudian hasil potongannya dijual ke konsumen yang berlokasi disekitarnya. Jagal mengeluarkan biaya meliputi biaya transportasi, tenaga kerja, sewa kios dan retribusi RPH.

Berdasarkan gambar saluran pemasaran I,II,III dan IV dapat diketahui bahwa saluran III merupakan saluran yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 29 Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Konsumen Pedagang Besar Pedagang Pengumpul Peterna k Pedagang Pemotong Blantik

(4)

responden atau 48,33% dari 60 responden. Umumnya peternak tidak menjual sendiri ternak sapinya ke pasar hewan, karena adanya hambatan dari blantik untuk masuk ke pasar. Saluran pemasaran I merupakan saluran yang lebih sedikit digunakan yaitu sebesar 8,34%. Hal ini disebabkan karena peternak sudah berlangganan dengan pembeli (blantik) dan dalam penguasaan informasi pasar kurang.

Analisis dan biaya pemasaran Proses mengalirnya barang dari produsen ke konsumen memerlukan biaya pemasaran dan dengan adanya biaya tersebut maka suatu produk akan meningkat harganya. Semakin panjang saluran pemasaran maka biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Setiap pedagang berusaha mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya untuk mendapatkan nilai tambah. Saliem (2004) menyatakan bahwa analisis margin pemasaran bertujuan untuk melihat efisiensi pemasaran semakin tinggi harga yang diterima produsen, semakin efisien pemasaran tersebut.

Tabel 1. Rata-rata biaya pada saluran pemasaran I

Uraian Biaya Rp/ekor

Peternak (Harga Jual 1 ekor

sapi) 8.100.000

Konsumen (Harga Beli) 8.100.000

Farmer’s share 100%

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Saluran pemasaran ternak sapi potong yang pertama (Tabel 1) mempunyai nilai

farmer’s share tertinggi yaitu 100%, sehingga saluran tersebut pemasarannya paling efisien dibandingkan dengan saluran II,III dan IV, karena biaya yang dikeluarkan paling sedikit. Hal ini sesuai pendapat Soekartawi (2002) bahwa untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan dan pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dari

nilai produk yang dipasarkan atau pemasaran yang efisien jika biaya pemasaran lebih rendah dari nilai produk yang dipasarkan.

Pedagang yang terkait pada saluran pemasaran ke II adalah blantik dan jagal. Peternak pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya transportasi karena biaya sudah dikeluarkan oleh blantik. Harga sapi yang diterima blantik sebesar Rp. 7.750.000/ekor karena kondisi sapi tersebut masih berada di peternak (Tabel 2). Blantik mengeluarkan biaya sebesar Rp. 34.000 dan keuntungan yang diperoleh blantik sebesar Rp. 416.000/ekor. Margin pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 450.000/ekor. Harga jual ternak sapi potong ditingkat blantik sebesar Rp. 8.200.000/ekor. Jagal mengeluarkan biaya seperti biaya keamanan dan pajak pasar. Biaya paling besar untuk tenaga kerja sebesar Rp. 200.000/ekor setiap potongnya. Resiko yang diperoleh jagal yaitu daging busuk/rusak, tidak laku, dan persaingan pasar. Saluran pemasaran II total biaya pemasaran ternak sapi potong sebesar Rp. 291.000/ekor, diperoleh dari penjumlahan biaya yang dikeluarkan blantik dan jagal. Total keuntungan pemasaran sebesar Rp. 849.000/ekor, diperoleh dari penjumlahan keuntungan antara blantik dan jagal. Margin pemasaran pada saluran ke II sebesar Rp. 1.150.000/ekor. Farmer's share yang diterima adalah 87,08%, jadi saluran pemasaran II efisien, karena biaya yang dikeluarkan kecil.

Pedagang pada saluran pemasaran III yang terlibat antara lain blantik, pedagang besar dan jagal. Saluran pemasaran ini blantik mengeluarkan biaya yaitu biaya parkir, transportasi dan retribusi pasar. Biaya paling tinggi adalah biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 30.000/ekor. Hal ini disebabkan karena blantik harus melakukan pengangkutan sapi potong dari peternak sampai ke pasar hewan. Blantik menjual sapi dengan harga Rp. 8.200.000/ekor dan keuntungan yang diperoleh blantik sebesar Rp. 416.000/ekor, sehingga margin pemasarannya sebesar Rp. 450.000/ekor. Total biaya pemasaran pada saluran

(5)

pemasaran III sebesar Rp. 430.000/ekor dengan total keuntungan pemasaran sebesar Rp. 1.270.000/ekor. Besarnya biaya dan keuntungan dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya pedagang yang terlibat. Berdasarkan Tabel 6 total margin pemasaran sebesar Rp. 1.700.000/ekor. Besarnya nilai margin ini disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran. Saluran pemasaran ini memiliki margin pemasaran yang rendah hal ini ditunjukkan dengan nilai farmer’s share sebesar 82,01%.

Tabel 2. Rata-rata biaya pemasaran setiap pedagang pada saluran pemasaran II Uraian Biaya Rp/ekor/hari Peternak

Harga Jual (1 ekor sapi) 7.750.000 Blantik Harga Beli Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi Pasar Jumlah Biaya Harga Jual Margin Pemasaran Keuntungan 7.750.000 30.000 20.000 2000 34.000 8.200.000 450.000 416.000 Pedagang Pemotong Harga Beli Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi RPH - Tenaga kerja - Sewa Kios Jumlah Biaya

Harga Jual Daging dan Ikutannya Margin Pemasaran Keuntungan 8.200.000 20.000 2.000 25.000 200.000 10.000 257.000 8.900.000 700.000 433.000 Total Biaya Pemasaran

Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Farmer’s Share 291.000 1.150.000 894.000 87,08% Sumber: Data Primer Diolah (2011) Saluran pemasaran IV melibatkan pedagang antara lain blantik, pedagang pengumpul, pedagang besar dan jagal. Peternak pada saluran pemasaran ini tidak mengeluarkan biaya transportasi, hal ini

disebabkan karena peternak menjual sapi pada umumnya langsung ke blantik, sehingga biaya transportasi dikeluarkan oleh blantik. Harga yang diterima blantik sebesar Rp. 7.750.000/ekor, karena kondisi sapi tersebut masih berada di peternak.

Tabel 3. Rata-rata biaya pemasaran setiap pedagang pada saluran pemasaran III Uraian Biaya Rp/ekor/hari Peternak (Harga Jual) 7.750.000 Blantik Harga Beli Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi Pasar Jumlah Biaya Harga Jual Margin Pemasaran Keuntungan 7.750.000 30.000 2.000 2.000 34.000 8.200.000 450.000 416.000 Pedagang Besar Harga Beli Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi Pasar - Pakan - Tenaga Kerja Jumlah Biaya Harga Jual Margin Pemasaran Keuntungan 8.200.000 75.000 2.000 2.000 25.000 35.000 139.000 8.750.000 550.000 411.000 Pedagang Pemotong Harga Beli Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi RPH - Sewa Kios - Tenaga Kerja Jumlah Biaya Harga Jual Daging dan Ikutannya Margin Pemasaran Keuntungan 8.750.000 20.000 2.000 25.000 10.000 200.000 257.000 9.450.000 700.000 443.000 Total Biaya Pemasaran

Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Farmer’s Share 430.000 1.700.000 1.270.000 82,01% Sumber: Data Primer Diolah (2011)

(6)

Tabel 4. Rata-rata biaya pemasaran setiap pedagang pada saluran pemasaran IV

Uraian Biaya Rp/ekor/hari

Peternak: Harga Jual (1 ekor sapi) 7.750.000 Blantik: a. Harga Beli

a. Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi Pasar Jumlah Biaya b. Harga Jual c. Margin Pemasaran d. Keuntungan 7.750.000 30.000 2.000 2.000 34.000 8.200.000 450.000 416.000 Pedagang Pengumpul: a. Harga Beli

b. Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Tenaga Kerja - Parkir - Retribusi Pasar - Pakan Jumlah Biaya b. Harga Jual c. Margin Pemasaran d. Keuntungan 8.200.000 25.000 35.000 2.000 2.000 25.000 89.000 8.750.000 550.000 461.000 Pedagang Besar: a. Harga Beli

b. Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Tenaga Kerja - Parkir - Retribusi Pasar - Pakan Jumlah Biaya c. Harga Jual d. Margin Pemasaran e. Keuntungan 8.750.000 75.000 35.000 2.000 2.000 25.000 134.000 9.250.000 500.000 466.000 Pedagang Pemotong: a. Harga Beli

b. Biaya Pemasaran - Pengangkutan - Parkir - Retribusi RPH - Tenaga Kerja - Sewa Kios Jumlah Biaya

c. Harga Jual Daging dan Ikutannya d. MarginPemasaran e. Keuntungan 9.250.000 20.000 2.000 25.000 200.000 10.000 257.000 9.950.000 410.000 153.000 a. Total Biaya Pemasaran

b. Total Margin Pemasaran c. Total Keuntungan d. Farmer’s Share 514.000 2.200.000 1.786.000 77,89% Sumber: Data Primer Diolah (2011)

(7)

Blantik mengeluarkan biaya transportasi rata-rata sebesar adalah Rp.30.000 dan keuntungan yang diperoleh blantik sebesar Rp. 416.000/ekor. Margin pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 450.000/ekor, sehingga blantik bisa menjual sapi dengan harga sebesar Rp. 8.200.000/ekor.

Pedagang pengumpul pada saluran pemasaran ini mengeluarkan biaya meliputi biaya transportasi, tenaga kerja, parkir, retribusi pasar, dan pakan. Biaya paling tinggi adalah biaya tenaga kerja, yaitu sebesar Rp. 35.000/orang/hari. Biaya pakan dan transportasi masing-masing sebesar Rp. 25.000/ekor. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 461.000/ekor dan dengan margin pemasaran sebesar Rp. 550.000/ekor. Harga jual ternak sapi potong di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp. 8.750.000/ekor.

Total biaya pemasaran ternak sapi potong pada saluran ini diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang antara lain blantik, pedagang pengumpul, pedagang besar dan jagal yaitu sebesar Rp. 519.000/ekor. Total keuntungan pemasaran ternak sapi potong pada saluran ini diperoleh dari penjumlahan keuntungan dari masing-masing pedagang yang terlibat yaitu sebesar Rp. 1.786.000/ekor dan total margin pemasarannya sebesar Rp. 2.220.000/ekor. Jadi farmer's share yang diterima pada saluran pemasaran ini adalah 77,89%. Melihat nilai farmer's share sebesar 77,89% sehingga saluran pemasaran IV belum efisien, karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak, sehingga harga jual sapi menjadi lebih tinggi.

Efisiensi Pemasaran Ternak Sapi Potong Pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya murah. Tinggi rendahnya margin pemasaran dan bagian yang diterima peternak merupakan indikator dari efisiensi pemasaran, semakin rendah margin pemasaran dan semakin besar bagian yang diterima peternak, maka sistem

pemasaran tersebut dikatakan efisien (Mubyarto, 1995) dan dilanjutkan oleh Yusuf dan Nulik (2008) menyatakan bahwa margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima peternak dengan pedagang dalam pemasaran ternak potong. Keuntungan yang diterima oleh masing-masing pedagang berbeda-beda tergantung dari tingkat usahanya. Saluran pemasaran IV memiliki margin pemasaran yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 2.200.000/ekor dan dengan nilai farmer’s share yang paling kecil dari saluran I, II dan III. Hal ini disebabkan karena pada saluran ini pedagang yang terlibat lebih banyak dan biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi. Hal ini sesuai pendapat Soekartawi (1993) bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran, besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena, macam komoditas, lokasi pemasaran, dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan, maka semakin efektif pemasaran dijalankan.

Berdasarkan tinggi dan rendahnya margin pemasaran maka saluran pemasaran pertama lebih efisien. Hal ini dikarenakan pedagang yang terlibat lebih sedikit yaitu dari peternak langsung ke konsumen. Nilai

farmer’s share pada alur pemasaran yang pertama lebih tinggi dibadingkan dengan saluran pemasaran yang lain, yaitu sebesar 100% dan dengan total margin yaitu Rp. 0/ekor yang jauh lebih kecil dari total margin pada saluran II, III, dan IV, hal ini disebabkan karena perbedaan biaya yang dikeluarkan dan tingkat keuntungan yang berbeda.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul terdapat empat macam yaitu, saluran pertama (peternak langsung konsumen), saluran II (peternak, blantik, jagal, konsumen), saluran III (peternak, blantik,

(8)

pedagang besar, jagal, konsumen), saluran IV (peternak, blantik, pedagang pengumpul, pedagang besar, jagal, konsumen). Saluran yang pertama merupakan saluran yang paling efisien karena biaya pemasarannya paling rendah yaitu Rp. 0.00 dan mempunyai nilai farmer’s share tertinggi sebesar 100%, akan tetapi pada saluran ini hanya dipakai dalam satu tahun sekali ketika Hari Raya Qurban. Peternak dalam menjual sapi disarankan memilih saluran pemasaran yang paling banyak digunakan di wilayah tersebut yaitu saluran pemasaran yang ke III dan dengan persentase 48,33%, karena pada saluran ini dapat mempermudah dan memperlancar peternak dalam proses pemasaran sapi potong dan dapat memenuhi kebutuhannya lebih cepat. Bagian yang diterima peternak pada saluran ini tidak terlalu kecil dan biaya pemsarannya juga tidak terlalu besar.

DAFTAR PUSTAKA

Azzaino, Z. 1983. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kartono, K. 1983. Pengantar Metodologi

Research Sosial. Penerbit Alumni, Bandung.

Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga, Jakarta.

Mosher, A. T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Yogyakarta.

Saliem, H.P. 2004. Analisis Margin Pemasaran: Salah Satu Pendekatan dalam Sistem Distribusi Pangan. Dalam: prosiding Prospek Usaha dan Pemasaran Beberapa Komoditas Pertanian. Monograph Series No. 24. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen

Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Swastha, B. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta.

Yusuf dan J. Nulik. 2008. Kelembagan pemasaran ternak sapi potong di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 11, No.2: 132-1

Gambar

Gambar  1.  Saluran  Pemasaran  Ternak  Sapi  Potong  di  Kecamatan  Playen  Kabupaten Gunungkidul
Tabel  2.  Rata-rata  biaya  pemasaran  setiap  pedagang pada saluran pemasaran II
Tabel 4. Rata-rata biaya pemasaran setiap pedagang pada saluran pemasaran IV

Referensi

Dokumen terkait

Seiring berkembangnya perguruan tinggi diperlukan suatu sistem komputerisasi yang dirancang untuk mempercepat proses dalam pelayanan administrasi registrasi akademik

Dari hasil penelitian ada beberapa hal yang disarankan, yaitu: (1) Bagian kayu dari berbagai kelas umur pohon (yang saat ini hanya merupakan limbah dari pemanenan kulit

Secara rinci tulisan ini bertujuan untuk menganalisis (1) seberapa besar sumbangan produksi kabupaten kawasan ubi kayu terhadap produksi ubi kayu di tingkat wilayah dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar fisika yang menggunakan model PBL-BL lebih tinggi dibandingkan siswa

Hasil dari penelitian ini adalah model statistik berupa persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara variabel terikat berupa frekuensi kecelakaan lalu-lintas,

Kepada semua teman-teman Fakultas Teknik Program Studi Sistem Informasi khususnya angkatan 2010 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

Pola distribusi zakat profesi yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak

Kebijakan akuntansi dalam pengukuran persediaan untuk persediaan administrasi umum pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara dicatat berdasarkan harga perolehan yang