• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penelitian An Analysis of Australian Company Carbon Emission

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penelitian An Analysis of Australian Company Carbon Emission"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Reviu Penelitian Terdahulu

Penelitian “An Analysis of Australian Company Carbon Emission Disclosure” dengan perusahaan-perusahaan besar Australia selama Tahun 2006-2008, dengan menggunakan check list index emisi karbon pada CDP (Carbon Disclosure Project) sebagai pengukuran emisi karbon. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas, tingkat emisi karbon perusahaan, ukuran perusahaan, dan kualitas corporate governance adalah pendorong utama yang menentukan tingkat sukarela pengungkapan emisi karbon. Selain itu, tipe industri juga memiliki pengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon (Bae Choi et al., 2013)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetisi, Pertumbuhan Laba, dan Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Informasi Emisi Karbon Pada Perusahaan” Penelitian ini menghasilkan variabel kompetisi dan pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon, sedangkan kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.(Hilmi et al., 2020) Penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Industri, Kinerja Lingkungan, dan Profitabilitas Terhadap Carbon Emission Disclosure”. Penelitian ini menghasilkan variabel tipe industri dan profitabilitas berpengaruh terhadap carbon emission disclosure, sedangkan kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh terhadap carbon emission disclosure. (Apriliana et al., 2019)

(2)

Penelitian dengan judul “The Role of Corporate Governance as a Moderating Variable on Earnings Management and Carbon Emission Disclosure”. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap carbon emission disclosure.(Astari et al., 2020)

Penelitian dengan judul “Carbon Emission Disclosure: Ditinjau dari Media Exposure, Kinerja Lingkungan, dan Karakteristik Perusahaan Go Public berbasis Syariah di Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja lingkungan dan media exposure tidak berpengaruh terhadap carbon emission disclosure sedangkan tipe industri berpengaruh terhadap carbon emission disclosure. (Cahya, 2016)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Media Exposure, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Pengungkapan Emisi Karbon pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018”. Hasil dari penelitian ini adalah media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon, dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon,(Suci Septriyawati, 2019).

Penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Industri, Media Exposure, dan Profitabilitas Terhadap Carbon Emission Disclosure”. Hasil dari penelitian ini adalah tipe industri memiliki pengaruh terhadap carbon emission disclosure, sedangkan media exposure dan profitabilitas tidak memliki pengaruh terhadap carbon emission disclosure (Pratiwi, 2016)

(3)

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Legitimasi

Dalam teori legitimasi menjelaskan mengenai adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat. Kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat membuat perusahaan terdorong untuk melakukan tanggung jawab lingkungan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat. Hal inilah yang kemudian membuat perusahaan melakukan pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial serta lingkungan.

Teori legitimasi dijelaskan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Pengungkapan pertanggung jawaban sosial ataupun lingkungan pada Annual Report ataupun Sustainability Report adalah untuk menggambarkan citra perusahaan kepada masyarakat mengenai kegiatan serta pencapaian perusahaan sehingga masyarakat dapat menerima kehadiran perusahaan. (Deegan, 2002)

Legitimasi merupakan jenis teori yang menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Legitimasi dapat dicapai oleh perusahaan jika aktivitas perusahaan sesuai dengan batasan dan norma yang berlaku. Jika perusahaan ingin bertahan, maka perusahaan harus menyesuaikan dirinya terhadap perubahan tersebut. (Suci Septriyawati, 2019)

2. Teori Stakeholder

Dalam teori stakeholder dijelaskan bahwa adanya hubungan antara perusahaan dengan stakeholder. Menurut Ghazali dan Chariri (2007) dalam teori stakeholder perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri serta hanya berorientasi pada keuntungan semata, namun

(4)

harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya yang dalam hal ini terdiri atas pemegang saham, kreditor, konsumen, pemasok, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain (Lindawati & Puspita, 2015). Jadi, dapat dikatakan bahwa keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut.

Melaksanakan kepedulian lingkungan dan melakukan pengungkapan terhadap hal tersebut merupakan salah satu strategi untuk menjaga hubungan harmonis dengan para stakeholder (Cahya, 2016). Dengan melakukan pengungkapan lingkungan, perusahaan berharap dapat memenuhi keinginan stakeholder sehingga menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholder.

3. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan bahwa adanya hubungan antara manager selaku agent dan investor selaku principal. Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih pihak, dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal (Arifin, 2005). Pendelegasian tanggungjawab dari principal kepada agent untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kontrak kerja yang telah disetujui kedua belah pihak. Dalam kenyataanya principal menerima lebih sedikit informasi dibandingkan dengan agent. Dalam teori agensi, principal (pemilik) dan agen (manajemen) mempunyai kepentingan yang berbeda. Dengan demikian, hubungan principal dan agent memberi konsekuensi, bahwa manajemen berkewajiban mempertanggung jawab-kan apa yang telah diamanahkan oleh principal. Agen dapat akuntabel kepada prinsipal, jika agen berkewajiban bertindak pada kepentingan principal dan principal

(5)

memberi kuasa untuk penghargaan (reward) terhadap kinerja agen atau hukuman (punish) dalam ketidak mampuan agent.

4. Emisi Karbon

Emisi karbon sendiri merupakan proses pelepasan gas karbon ke atmosfer. Hal ini terjadi karena adanya pembakaran terhadap senyawa karbon. Selain itu pembakaran bahan bakar dan bahan bahan organik lainnya juga dapat menyebabkan emisi karbon sehingga terjadi peningkatan suhu permukaan bumi dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Emisi karbon merupakan salah satu kontributor dalam perubahan iklim khususnya sebagai penyebab terbentuknya gas rumah kaca diudara. Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa senyawa-senyawa yang dapat digolongkan dalam gas rumah kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitroga oksida (N2O), chloro-flouro-carbon (CFC), hidro-flouro-carbon (HFCs), dan sulfur heksaflourida (SF) (United Nations Framework Convention On Climate Change, 1992)

Dengan perubahan lingkungan dan dunia bisnis yang semakin kompetitif tersebut membuat perusahaan sadar akan pentingnya kepedulian dan pengungkapan terhadap lingkungan yang nantinya akan membuat citra perusahaan akan baik dimata stakeholder.

5. Carbon Emission Disclosure

Untuk memperoleh legitimasi dari stakeholder, perusahaan dituntut untuk melakukan melaporkan laporan pertanggungjawaban khususnya dalam hal

(6)

lingkungan. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk memperlihatkan transparansi serta akuntabilitas perusahaan.

Dalam penelitian ini, pengungkapan emisi karbon diukur dengan menggunakan indeks yang telah dikembangkan oleh (Bae Choi et al., 2013) dari lembar permintaan informasi yang disediakan oleh oleh CDP (Carbon Disclosure Project). CDP merupakan lembaga independen non-profit yang menyediakan informasi tentang perubahan iklim dunia. Berikut ini merupakan indeks yang digunakan dalam penelitian ini (Bae Choi et al., 2013)

Tabel 2.1

Indeks Carbon Emission Disclosure

Kategori Item

Climate Change: Risiko dan Peluang

CC-1: Penilaian/deksripsi terhadap risiko (peraturan atau regulasi baik khusus maupun umum) dan tindakan yang diambil untuk mengelola risiko tersebut.

CC-2: Penilaian/deskripsi saat ini (dan masa depan) dari implikasi keuangan, bisnis, dan peluang dari perubahan iklim.

Green House Accounting GHG-1: Deksripsi metodologi yang di gunakan untuk menghitung emisi gas rumah kaca (mis., GHG Protokol atau ISO).

GHG-2: Keberadaan verifikasi eksternal kuantitas emisi GRK oleh siapa dan atas dasar apa. GHG-3: Total emisi gas rumah kaca (metric ton

CO2-e) yang dihasilkan.

GHG-4: Pengungkapan scope 1 dan 2 atau scope 3 emisi GRK langsung.

GHG-5: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan asal dan sumbernya. (mis., batu bara, listrik, dll.). GHG-6: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan fasilitas

atau segmen.

GHG-7: Perbandingan emisi GRK dengan tahun-tahun sebelumnya.

Energy Consumption Accounting

EC-1: Jumlah energy yang dikonsumsi (mis., tera-joule, PETA-joule).

EC-2: Kuantifikasi energy yang digunakan dari sumber daya yang dapat diperbaharui.

(7)

GHG Reduction and Cost RC-1: Detail/rincian dari rencana atau strategi untuk mengurangi emisi GRK.

RC-2: Spesifikasi dari target tingkat/level dan tahun pengurangan emisi GRK.

RC-3: Pengurangan emisi dan biaya atau tabungan (cost or savings) yang dicapai saat ini sebagai akibat dari rencana pengurangan emisi karbon. RC-4: Biaya emisi masa depan yang diperhitungkan Carbon Emission

Accountability

AEC-1: Indikasi dimana dewan komite (atau badan eksekutif lainnya) memiliki tanggung jawab atas tindakan yang berkaitan dengan perubahan iklim.

AEC-2: Deskripsi mekanisme dimana dewan (atau badan eksekutif lainnya) meninjau kemajuan perusahaan mengenai perubahan iklim. Sumber: (Choi et al., 2013)

6. Kinerja Lingkungan

Perusahaan dipandang tidak memiliki kinerja lingkungan dengan baik ketika perusahaan tersebut melakukan pencemaran. Masih banyak perusahaan-perusahaan yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki kinerja lingkungan yang baik. Ketika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang baik dan dapat diandalkan maka perusahaan akan memperoleh legitimasi dari para stakeholder khususnya investor. Pelaporan pertanggungjawaban lingkungan dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar tanggungjawab perusahaan untuk mengatasi dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 membentuk Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER), sebagai penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. PROPER dapat membantu masyarakat dalam menilai perusahaan mana yang

(8)

memiliki reputasi baik dalam pengelolaan lingkungan hidup dan yang kurang baik dalam mengelola lingkungan hidup. Hal ini dicerinkan dalam peringkat warna PROPER sebagai berikut :

Tabel 2.2

Tabel Tingkatan Proper

Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Hijau Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan system pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien melalui upaya 4R (reduce, reuse, recycle, dan recovery) dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR/comdev) dengan baik.

Biru Telah melakukan upaya pengelolaaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundangan yang berlaku. Merah Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang tidak

sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Hitam Telah sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi. Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup

7. Manajemen Laba

Menurut Davidson (2004) dalam (Suyono, 2017) manajemen laba merupakan proses pengambilan langkah-langkah yang disengaja dalam mengambil batasan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menghasilkan tingkat laba yang diharapkan untuk dilaporkan. Menurut Sulistyanto (2008) dalam (Indriani et al., 2019) secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi

(9)

informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja perusahaan. Pada level tertentu praktik manajemen laba justru terbukti mampu menyajikan informasi yang sangat efektif dalam mendukung proses pengambilan keputusan(Ronen & Varda, 2016)

8. Media Exposure

Dawkins dan Fraas (2011) dalam (Pratiwi, 2016) mengatakan bahwa pemberitaan media berpengaruh pada sikap public terhadap perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi stakeholder. Hubungan antara stakeholder dan pemberitaan media (media coverage) berdampak cukup besar terhadap pengungkapan lingkungan secara sukarela.

Tidak dapat dipungkiri, risiko mendapat kecaman dari masyarakat jika terdapat isu negatif mengenai perusahaan akan membuat nilai perusahaan turun. Dalam hal ini, media juga mengambil peran penting dalam memantau aktivitas perusahaan terkait isu perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon. Adanya pemberitaan melalui media kan membuat stakeholder menjadi lebih cepat memahami lingkungan sekitar dan mengambil sikap atas berita tersebut.

C. Perumusan Hipotesis

1. Kinerja Lingkungan terhadap Carbon Emission Disclosure

Penelitian Dawknis dan Fraas (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang tinggi berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan terutama perubahan iklim. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, penelitian (Hilmi et al., 2020) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan

(10)

berpengaruh terhadap carbon emission disclosure. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan lebih pro aktif terhadap pemberdayaan lingkungan serta melakukan pengungkapan lingkungan terutama komitmen untuk turut serta mengurangi emisi karbon dengan baik sehingga perusahaan mendapat legitimasi dari masyarakat.

H1 : Kinerja Lingkungan Berpengaruh Terhadap Carbon Emission Disclosure.

2. Manajemen Laba terhadap Carbon Emission Disclosure

Teori agensi menjelaskan bahwa investor selaku principal selalu menginginkan investasinya kembali dan menghasilkan keuntungan. Berlawanan dengan hal tersebut, manajer sebagai agen menginginkan bonus dan kompensasi sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Hal inilah yang mendasari praktik manajemen laba, yaitu perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Agent cenderung akan melakukan manajemen laba untuk melaporkan laba yang informatif dan menguntungkan sehingga manajemen mendapatkan bonus dan kompensasi.

Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgment dalam penyusunan laporan keuangan dan perstrukturan transaksi untuk merubah laporan keuangannya untuk mengelabuhi stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan atau mempengaruhi hasil kontrak yang menggantungkan pada angka-angka laporan akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999). Manajer akan memperoleh konsekuensi dari tindakan manajemen yang memanipulasi laba salah satunya yaitu manajer akan kehilangan dukungan dari stakeholder. Respon negative akan

(11)

dikeularkan oleh stakeholder berupa tekanan dari investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negative media massa (Prior et al., 2007).

Pada dasarnya, manajer percaya bahwa dengan memuaskan kepentingan stakeholder dan memproyeksikan kepedulian terhadap lingkungan dapat mengurangi pengawasan stakeholder tentang praktik manajemen laba (Prior et al., 2007). Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian (Astari et al., 2020) menunjukkan hasil bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap carbon emission disclosure.

H2 : Manajemen Laba Berpengaruh Terhadap Carbon Emission Disclosure. 3. Media Exposure terhadap Carbon Emission Disclosure

Media mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan penyampaian informasi kepada masyarakat. Kewaspadaan terhadap dampak yang dihasilkan oleh berita dari media sangat diperlukan karena berkaitan dengan nilai dan reputasi perusahaan. Semakin seringnya pemberitaan media mengenai lingkungan akan membuat perusahaan lebih terpacu untuk melakukan pengungkapan tentang lingkungan(Jannah & Muid, 2014)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh (Suci Septriyawati, 2019) yang menunjukkan bahwa media exposure berpengaruh terhadap carbon emission disclosure.

(12)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja Lingkungan Manajemen Laba Media Exposure Carbon Emission

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajar telah memiliki pola pemahaman yang baik mengenai puisi sebelum diberi tindakan hanya saja mereka tidak terbiasa menulis

penggunaan perangkat kamera video berkecepatan tinggi untuk menggambarkan pola renang dan aspek-aspek kecepatan renang ikan. Pengujian terhadap aspek-aspek kecepatan renang ikan

Madura(22/06) Tim SIDI Week 2014 telah melakukan kegiatan site visit menuju dua pulau adopsi yang telah direncanakan yaitu pulau Poteran di Madura dan Pulau Maratua.. Tim SIDI untuk

Merah hangat pada umumnya lebih disukai karena memiki keterlihatan yang baik. Merah merupakan warna istimewa, dan memiliki daya tarik impuls yang tinggi. Merah tua menarik bagi

Peraturan Daerah ini mengatur lebih lanjut persyaratan teknis tata bangunan dan keandalan bangunan gedung, agar masyarakat di dalam mendirikan bangunan gedung mengetahui

pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu adalah kemampuan menemukenali potensi wilayah yang ada untuk dikembangkan dengan berbagai masukang.

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima

Dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan, Perangkat Daerah Kecamatan Glagah sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi yang merupakan upaya – upaya khusus