• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perum Perhutani merupakan sebuah perusahaan berbentuk Badan Usaha. Tahun 1972, yang sebagaimana telah diubah dengan PP No.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perum Perhutani merupakan sebuah perusahaan berbentuk Badan Usaha. Tahun 1972, yang sebagaimana telah diubah dengan PP No."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. lJmum

Perum Perhutani merupakan sebuah perusahaan berbentuk Badan Usaha Mililc Negara (BUMN) yang berada dibawah naungan Departemen Kehutanan, didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 15 Tahun 1972, yang sebagaimana telah diubah dengan PP No. 2 Tahun 1978, dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usaha-usaha berdasarkan ketentuan- keter~tuan dalarn PP No. 36 Tahun 1986, serta PP. 53 Tahun 1999.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam PP 53 tersebut, Perum Perhutani dibe~i tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pengurusarl hutan dalam wilayah kerjanya, yang meliputi seluruh kawasan hutan P. Jawa dan Madura kecuali kawasan hutan DI Yogyakarta. Selain itu Perum Perhiltani diserahi juga tugas dan wewenang pada areal bekas HPH di Propinsi Kalirnantan Barat dan Propinsi Kalimantan Timur.

Maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana tercantum pada pasal 7 PP tersebut adalah : (1). mengelola hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan ~nasyarakat sejalan dengan tujuan pembangunan nasional, (2) melestarikan dan meningkatkan mutu su~nberdaya hutan dan mutu lingkungan hidup, dan (3) menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang rrlenghasillcan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak

(2)

Namun demikian, disamping berorientasi pada keuntungan finansial, Perum Perhutani juga memiliki tanggungjawab sosial (misi sosial), sehingga BUMN tersebut harus berkewajiban nlempertahankan kelestarian sumberdaya alam sesuai dengan konsep pengelolaan hutan lestari (sustainable forest managementlSFM). 1,ebih kurang 6.000 desa hutan yang berbatasan atau bersinggungan langsung dengal wilayah kerja Perum Perhutani.

Dalam mengelola hutan di Pulau Jawa, secara administrasi kehutanan, dibagi menjadi tiga unit pengelolaan yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Unit Unit-unit tersebut adalah Unit I (Propinsi Jawa Tengah) dengan pusat administrasinya terletak di Semarang, Unit I1 (Propinsi Jawa Timur) dengan pusat administrasinya di Surabaya, dan Unit 111 (Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten) yang pusat administrasinya di Bandung. Masing-masing Unit tersebut merupakan pusat administrasi pengelolaan hutan yang membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yang secara keseluruhan bertanggungjawab kepada Direksi Perum Perhutani yang berkedudukan di Jakarta.

Visi Perum Perhutani, yaitu : Pengelolaan sumberdaya hutan sebagai ekoslstem di Pulau Jawa secara adil, demokratis, epsien dan profesional guna menjamin keberlanjutan jingsi dun inanfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat.

Misi Perum Perhutani, yaitu :

1. hlelestarikan dan meningkatkan mutu sumberdaya hutan dan mutu lingkungan hidup.

2. hlenyelenggarakan usaha di bidang kehutanan berupa barang dan jasa guna rriemupuk keuntungan perusahaan dan memenuhi hajat hidup orang banyak.

(3)

3. Mengelola sumberdaya hutan sebagai ekosistem secara partisipatif sesuai dengan karalteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan masyarakat.

4. Memberdayakan sumberdaya manusia melalui lembaga perekonomian nlasyarakat untuk mencapai kesej ahteraan dan kemandirian.

Visi dan misi tersebut diterjemahkan dalam program-program yang selain mendatangkan keuntungan juga bersifat sosial. Dengan demikian, merupakan suatu "beban sosial" apabila Perum Perhutani hanya berorientasi pada pencarian keun tungan semata.

Dalam upaya mencapai dan mendukung misi perusahaan, Perum Perhutani menetapkan kebijakan dibidang pemasaran, yaitu :

1. hlleningkatkan peran serta masyarakat desa hutan dalam pemasaran hasil hutan dan peran serta koperasi dalam distribusi hasil hutan.

2. hleningkatkan kepuasan pelanggan melalui peningkatan pelayanan penjualan hasil hutan.

3. hleningkatkan perolehan devisa.

Dengan terbitnya PP No. 14 tahun 2001, status Perum yang selama ini melekat pada Perhutani berubah menjadi Persero, sehingga nama yang disandang bukan lagi Perum Perhutani melainkan PT. Perhutani (Persero).

R. Potensi dan Produksi PT. Perhutani

Luas hutan yang dikelola PT. Perhutani sampai tahun 2000 adalah 3.009.779,8 Ha yang sebagian besar adalah Hutan Produksi seluas 1.916.964,4 Ha

(4)

(63,69%); Hutan Lindung, Tak Baik untuk Penghasilan (TBP), Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) seluas 650.617,9 (21,62%); serta Suaka Alam, Hutan Wisata, Taman Nasional dan Cagar Alam seluas 442.197,5 Ha (1 4,69%).

Secara kelas perusahaarl, pengelolaan hutan tersebut dibagi menjadi pengelolaan hutan jati dan pengelolaan hutan non jati. Akan tetapi beberapa KPH yang mempunyai kelas perusahaan non jati, sebenarnya juga memiliki tanaman jati, namun secara eksplisit dikategorikan sebagai kelas perusahaan non jati (disebut kelas perusahaan rimba). Hal ini disebabkan luas tanaman jatinya yang relatlf sedikit dibanding dengan luas tanaman non jati.

Sedangkan jumlah karyawan Perum Perhutani sampai tahun 2000 adalah sebayak 26.607 terdiri dari 15.487 orang tenaga kerja tetap dan 11.120 tenaga kerja kontrak, terdiri atas 1.373 tenaga teknis kehutanan, 652 sarjana non kehutanan, serta 13.388 SLTA, SLTP, SD, dan non SD. Kualifikasi tenaga teknis kehutanan terdiri atas 400 sarjana, 255 diploma dan 718 SKMAIKKMAISUKMA. Selain itu terdapat karyawan dengan kualifikasi pasca sarjana sebanyak 74 orang. Karyawan tersebut tersebar dari mulai Direksi, Unit sampai KPH.

Selain potensi sumberdaya hutan dan sumberdaya manusia tersebut di atas, poterlsi yang juga dimiliki PT. Perhutani berupa industri penggergajian sebanyak 12 unit, industri kayu jati terpadu 2 unit, pabrik gondorukem 8 unit, serta pabrik kayu putih sebanyak 10 unit. Disamping itu terdapat Pusat Pengembangan Suml~erdaya Manusia di Madiun dan Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan di Cepu, Pusat Perlebahan serta sejumlah unit perkantoran (Direksi, Unit dan KPH) dan sarana prasarana lainnya.

(5)

Produk yang dihasilkan oleh PT. Perhutani terdiri dari produk kayu bulat dan turunannya (veneer, kayu gergajian, teak overlay plywood, garden furniture, flooring, parket dll.), produk non kayu (gondorukem, terpentin, minyak kayu

putill, seedlak, sutera raw silk dll.) serta produk jasa wisata.

Dalam memproduksi kayu bundar jati, PT. Perhutani menerapkan maniijemen batang per batang, yaitu suatu manajemen dimana sebelum memotong, seluruh pohon dilihat seutuhnya dan urutan pelaksanaan pemotongan dimulai dari pangkal ke ujung dengan tetap memperhatikan mutu kayu pada cabang yang dapat dipungut untuk kayu pertukangan. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan potongan berikutnya, bila dijumpai cacat pada permukaan bontos setelah dipotong. Sehingga diperoleh sortimen kayu yang terdiri dari :

1. Kayu Bundar Kecil (KBK) atau sortimen A-I : 0 < 1 9 c m , 2. Kayu Bundar Sedang (KBS) atau sortimen A-I1 : 0 = 2 0 - 2 9 c m , 3. Kayu Bundar Besar (KBB) atau sortimen A-I11 : 0 > 30 cm,

dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan permintaan pasar, serta Kayu Bahan Parket (KBP), Kayu Bakar dan Brongkol.

Di tempat pengurnpulan (TPK) kayu-kayu dengan jenis sortimen dan kualitas yang sama dikelompokkan dan disebut kapling.

C. Sistem Penjualan Kayu Bundar Jati

Sarnpai saat ini penjualan kayu bundar jati oleh PT. Perhutani dilaksanakan melalui sistem lelang dan non lelang. Sistem atau cara penjualan melalui non lelang sendiri berupa penjualan perjanjian dan penjualan langsung.

(6)

Penjualan melalui lelang dibagi dalam lelang besar dan lelang kecil. Vohtme kayu bundar jati yang dijual melalui cara ini ditetapkan oleh Direksi. Alokasi volume penjualan yang didistribusikan melalui kedua cara tersebut untuk masing-masing produsen (KPH) ditetapkan oleh Kepala Unit berdasarkan persetujuan Direksi.

Lelang besar dilaksanakan di pusat-pusat pemakaian kayu yang diatur Unit, pelaltsananya adalah Kantor Lelang Negara setempat. Frekuensi lelang besar adalah tiga sampai lima kali dalam sebulan. Pada dasarnya semua sortimen non hara dan viner dapat dijual melalui cara ini. Harga lelang didasarkan pada Harga Penawaran Lelang (HPL) yang ditetapkan Direksi.

Lelang lecil dilaksanakan dimasing-masing KPH produsen dan diatur oleh Administratur. Frekwensi lelang ini adalah dua kali dalam satu bulan. Volume kayu bundar jati yang dijual melalui cara ini maksimum 400 m 3 / b u l a n / ~ ~ ~ produsen. Seperti halnya lelang besar, ketentuan harga penjualan lelang kecil juga diatur Direksi melalui penetapan Harga Penawaran Lelang (HPL).

2. Penjualan dengan Perjanjian

Sistem distribusi ini dilakukan dengan konsumen industri besar, koperasi, perusahaan yang ditunjuk PT. Perhutani dan perusahaan pemakai khusus. Penjixalan dengan perjanjian iiii diutamakan kepada industri yang hasilnya untuk tujuan ekspor (eksportir) yang memerlukan bahan baku dengan persyaratan tertentu. Semua sortimen dan kualitas tertentu dapat dijual dengan cara

(7)

perj anj ian. Volume kayu bundar j ati yang dij ual melalui perj anj ian minimum adaliih 2.000 m3. Harga jual didasarkan pada harga jual dasar sesuai dengan penetapan Direksi. Prosedur pembelian melalui permohonan tertulis disertai dengan persyaratan tertentu ditujukan kepada Direksi. Permohonan pembelian n~elalui perjanjian oleh konsumen tersebut dapat disetujui sesuai permintaan, namun bisa juga permohonan tersebut tidak semuanya dapat disetujui.

3. IJenjualan Melalui Cara Langsung

Penjualan melalui cara langsung dilakukan oleh Direksi, Unit atau Administratur dengan menerbitkan surat perjanjian jual beli. Surat perjanjian tersebut adalah, Surat Penetapan Alokasi Penjualan (SPAP) oleh Direksi, Surat Perir~tah Penjualan (SPP) oleh Kepala Unit dan Surat Ijin Pembelian (SIP) oleh Administratur.

Penjualan melalui cara ini ltonsumennya adalah industri (besar, menengah, kecil), pemerintah, dan pembeli lain yang ditetapkan secara khusus oleh PT. l'erhutani. Semua sortimen kayu bundar dapat dijual melalui cara ini, namun biasanya hanya sortimen tertentu saja yang dikehendaki konsumen yang bersangkutan.

Volume kayu bundar jati yang dijual melalui cara langsung ini, diatur sebapai berikut : Pembelian maksimal 2.000 m3/konsumen adalah kewenangan Direksi, Pembelian maksimal 600 m3/konsumen adalah kewenangan Kepala Unit dan pembelian maksimal 100 m3/ltonsumen adalah kewenangan Administratur.

(8)

Harga jual melalui penjualan langsung didasarkan pada harga jual dasar (HJD) sesuai dengan ketetapan Direksi.

Disamping cara penjualan kayu bundar jati seperti tersebut di atas, PT. Perhutani juga menerapkan cara penjualan lain yaitu penjualan melalui retribusi yang diutarnakan bagi rakyat kecil di sekitar hutan.

D. Sistem Penetapan Harga Juai Kayu Bundar Jati

Sistem penetapan harga jual kayu bundar jati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat peraturan, kebijaksanaan dan cara penetapan hargii jual kayu bundar jati yang sekarang diberlakukan oleh PT. Perhutani. Harga jual kayu bundar jati yang diberlakukan oleh PT. Perhutani ditetapkan oleh Direltsi melalui surat keputusan yang diedarkan ke masing-masing Unit. Direltsi menetapkan harga penjualan kayu bundar dengan dua cara, yaitu : Harga Jual Dasar (HJD) dan Harga Penawaran Lelang (HPL).

1. Harga Jual Dasar

Harga Jual Dasar (HJD) adalah harga dasar yang ditetapkan Direksi untuk kayu bundar jati yang dipasarkan melalui cara penjualan langsung dan penjualan perjanjian. Harga Jual Dasar ditetapkan per 1 Januari dan 1 Juli setiap tahun.

Besarnya HJD menurut sortimen ditetapkan sama untuk semua wilayah administrasi hutan. Artinya, untuk sortimen yang sama, kualitas yang sama antara Unit I, Unit I1 dan Unit I11 memiliki harga sama. Harga tersebut adalah harga loko tempat pengumpulan kayu (TPK) atau loko tempat penimbunan kayu (TPn).

(9)

Secara singkat sistem penetapan HJD tersebut didasarkan pada beberapa parameter yaitu sortimen d.an kualitas yang ditentukan atas dasar diameter, panjdng batang dan tingkat kenampakan produk tersebut antara lain tidak ada cacat kayu, lurus atau bengkok dan indikator lain yang ditetapkan penguji. Nilai harga jual yang sudah ditetapkan menurut dimensi waktu tersebut tidak dapat diubah tanpa persetujuan Direksi.

2. Ilarga Penawaran Lelang

Menurut Surat Direksi Perum Perhutani Nomor. 025107 l.l/Sar/Dir tanggal 9 Februari 1999 perihal Penjualan Kayu Bundar Jati, HJD kayu bundar jati ditetapkan pada tanggal 1 Januari dan tanggal 1 Juli dan setiap bulan dilakukan peniiijauan/penyesuaian harga jual dalam bentuk pemberian surcharge yang ditetapkan oleh Direksi dengan mempertimbangkan usulan tiin yang dibentuk oleh Direksi.

Harga jual tersebut ditetapkan setiap awal bulan dengan dasar antara lain persentase kenaikan yang terjadi dalam pelaksanaan lelang besar, diperhitungkan dari rats-rata kenaikan yang terjadi dalam 4 minggu terakhir (minggu ke IV bulan sebelumnya, minggu I, minggu I1 dan minggu 111) terhadap HJD yang berlaku untuk masing-masing sortimen. Apabila harga rata-rata lelang yang terjadi lebih rendah dari HJD, maka harga jual bulan berikutnya ditetapkan sama dengan HJD. Namun, apabila harga lelang rata-rata riil yang terjadi lebih besar dari HJD, maka harga jual bulan berikutnya diusulkan sarna dengan kenaikan harga lelang rata- rata riil tersebut.

(10)

Menurut surat tersebut, sistem penetapan harga jual kayu bundar jati adalah sebagai berikut :

Unit : --

1. Melakukan analisa harga yang terjadi pada setiap lelang besar berdasarkan k.apling murni. Data yang diambil adalah data harga yang terjadi pada lelang hesar minggu ke IV bulan sebelumnya serta minggu I, I1 dan I11 bulan herj alan.

2. Mengusulkan besarnya surcharge untuk bulan berikutnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Apabila harga lelang rata-rata riil yang terjadi lebih rendah dari HJD, malca harga jual bulan berikutnya diusulkan sama dengan HJD yang berlaku. b) Apabila harga lelang rata-rata riil yang terjadi lebih besar dari HJD, maka

harga jual bulan berikutnya diusulkan sama dengan kenailcan harga lelang rata-rata riil tersebut.

Direksi :

--

Setiap bulan dilakukan peninjauan atau penyesuaian dalam bentuk pemberian surcharge yang ditetapkan oleh Direksi dengan mempertimbangkan usulan tim yang dibentuk oleh Direksi. Harga jual tersebut ditetapkan setiap awal bulan dengan dasar antara lain prosentase perubahan harga yang terjadi dalam pelak.sanaan lelang besar di masing-masing Unit, diperhitungkan dari rata-rata kenalkan yang terjadi dalarn 4 (empat) minggu terakhir, dihitung mulai dari

(11)

masing sortimen.

Skema berikut menggambarkan sistem penetapan harga jual kayu bundar jati yang berlaku di PT. Perhutani.

Analisa harga lelang besar minggu IV, I, I1

rm7

Usulan dan 111 besarnya sur-

charge bulan berikut- Harga Penawaran Lelang (HPL) bulan berikutnya nya Keputusan tentang : HJD (tangga 1 Januari dan 1 Juli) Besarnya surcharge setiap bulan Tim I Pemantau

I

Harga j ... ,

Gambar 4. Sistem Penetapan Harga Jual Kayu Bundar Jati di PT. Perhutani.

Tabel Lampiran 3 merupakan HJD kayu bundar jati yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi No. 502/K.pts/Dir/200 1 tanggal 29 Juni 200 1 dan berlaku mulai tanggal 2 Juli 2001. Harga tersebut adalah harga loko di TPK atau TPn, yang merupakan penjumlahan dari harga tegakan (stumpage) dengan biaya tegakan (eksploitasi, penyaradan) sampai ke tempat pengumpulan.

Gambar

Tabel  Lampiran  3  merupakan  HJD  kayu  bundar  jati  yang  ditetapkan  berdasarkan Keputusan Direksi No

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara penguasaan simple past tense dan kemampuan menulis dalam teks recount

positif terhadap kecerdasan budaya, Hal ini terjadi karena orang yang mempunyai gaya belajar Independent pada umumnya mau mencari tahu hal- hal yang baru dengan kemampuan yang

Mengaskan Menentukan Menerapkan Memodifikasi Membangun Mencegah Melatih Menyelidiki Memproses Memecahkan Melakukan Mensimulasikan Mengurutkan Membiasakan Mengklasifikasi

Pola pemanfaatan ruang koridor jalan Kramat II pada aktivitas selamatan desa berbentuk memanjang di sepanjang jalan Kramat II dari spot 4 hingga spot 14

 Tumbuhan yang umbuhan yang dapat bereproduksi dengan dapat bereproduksi dengan bagian tubuhnya bagian tubuhnya tanpa bantuan tanpa bantuan manusia manusia inilah yang

Untuk itu pemerintah membuat program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) melalui bantuan modal langsung kepada petani yang lebih dikenal dengan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat

Adapula pesan dakwah yang terkandung pada lirik lagu “Hasbunallah” ini dibuktikan pada lirik (dia selalu ada, untuk kita, untuk semua,dia selalu ada, tuk hambanya, yang

Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot erector spine, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi