• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING. Oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEBAGAI

VARIABEL MODERATING Oleh

Putri Wulandani1. R, Yeasy Darmayanti1, Dandes Rifa1 1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail : [email protected]

Abstract

This research aims to obtain the empirically evidence the influence of locus of control toward the auditors’ performance with situational style of leadership as moderating variable. In order to execute the stages of data processing do the collection of data and information earlier. A mount of respondents in this research were 71 respondents who work in the public accounting firm located in the area of Padang, Pekabaru and Medan. This research used three groups of variable. First, independent variable, locus of control. Second, moderating variable, situational leadership style and dependent variable, the auditors’ performance. The examination of hypothesis was done by using multiple linear regressions were processed by using SPSS program. Related to the result of first hypothesis showed that locus of control have significant influence toward the auditors’ performance. In the second stage of data processing showed that locus of control with situational leadership style partially have positive influence and significant toward dependent variable of the auditors’ performance.

(2)

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi auditor merupakan profesi yang unik, Setiawan dan Ghozali (2006), menyatakan bahwa pada umumnya profesional (contoh: pengacara dan dokter) sebagai pihak pertama, bekerja untuk kepentingan klien yang merupakan pihak kedua (pemohon jasa). Profesi akuntan publik bukan saja dituntut untuk melayani klien (pihak kedua), tetapi lebih mengutamakan tanggung jawab kepada masyarakat (pihak ketiga). Oleh sebab itu, auditor diharapkan mampu menjalankan tanggung jawab yang ada dalam profesinya.

Prestasi kerja auditor merupakan salah satu tolak ukur kinerja auditor. Cahyono dan Ghozali (2002) menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia ditempat kerja.

Locus of control merupakan indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi kerja auditor. Sikap seorang auditor terhadap pekerjaan yang ditekuni, secara potensial dipengaruhi oleh bagaimana persepsi auditor tersebut terhadap pekerjaan. Locus of control merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu.

Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih menarik

untuk diperbincankan sampai saat sekarang ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak sering kali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi merupakan motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelididki seluk beluk yang terkait dengan kepemimpinan sehingga bias mempengaruhi prestasi kerja seorang karyawan.

Siagian (1998) mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar dari organisasi ditentukan juga oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi itu. Pendapat tersebut mencerminkan betapa besar peran kepemimpinan dalam suatu organisasi, sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan untuk memotivasi, mengarahkan, mempengaruhi dan berkomunikasi dengan bawahannya.

Gaya kepemimpinan seseorang akan berpengaruh terhadap prestasi kerja yang dihasilkan, karena sikap, prilaku, sifat dan wawasan pemimpin menentukan keberhasilan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan guna mencapai tujuan. Bawahan akan sangat tanggap terhadap pimpinan, bila

(3)

2 atasan sangat mengerti akan kebutuhan karyawan dalam pelaksanaan kerja, karena hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja auditor? 2. Apakah terdapat pengaruh locus of

control terhadap prestasi kerja auditor dengan gaya kepemimpinan situasional sebagai variabel moderating?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris tentang:

1. Pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja auditor

2. Pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja auditor dengan gaya kepemimpinan situasional sebagai variabel moderating

1.4 TINJAUAN PUSTAKA 1.4.1 Prestasi Kerja

Prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Maier, 1965). Lebih tegas lagi adalah Lawler dan Porter (1967)

mengatakan bahwa job performance adalah “successful role achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya.

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya (Heidjrahman, 1992). Sedangkan Bernardin dan Russel (1993) memberikan definisi “performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu).

Prabowo (2005) mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai.

Blumberg & Pringle (1984), dalam Jewell & Siegall (1990) juga menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan prestasi kerja seseorang, yaitu:

1. Kesempatan, meliputi alat, material, pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan kerja, perilaku pimpinan, mentorisme, kebijakan, peraturan, prosedur organisasi, informasi, waktu, serta gaji.

2. Kapasitas, terdiri dari usia, kesehatan, keterampilan, inteligensi, keterampilan

(4)

3 motorik, tingkat pendidikan, daya tahan, stamina, dan tingkat energi.

3. Kemauan, terdiri dari motivasi, kepuasan kerja, status pekerjaan, kecemasan, legitimasi, partisipasi, sikap, persepsi atas karakteristik tugas, keterlibatan kerja, keterlibatan ego, citra diri, kepribadian, norma, nilai, persepsi atas ekspektasi peran, dan rasa keadilan.

Untuk dapat mengevaluasi karyawan secara objektif dan akurat, seorang penyelia harus mampu mengukur tingkat kinerja mereka. Pengukuran kinerja dapat berfungsi sebagai target atau sasaran, sebagai aktivitas pengukuran standard dan sebagai informasi yang dapat digunakan para karyawan, dalam mengarahkan usaha-usaha mereka melalui serangkaian prioritas tertentu. Menurut Filippo (2005), dalam Suyono, (2012), prestasi kerja seseorang dapat diukur melalui:

1. Mutu kerja, berkaitan dengan ketepatan waktu, keterampilan, dan kepribadian dalam melakukan pekerjaan.

2. Kualitas kerja, berkaitan dengan pemberian tugas-tugas tambahan yang diberikan oleh atasan kepada bawahannya. 3. Ketangguhan, berkaitan dengan tingkat

kehadiran, pemberian waktu libur dan jadwal keterlambatan hadir di tempat kerja. 4. Sikap, merupakan sikap yang ada pada karyawan yang menunjukkan seberapa

jauh sikap tanggung jawab mereka terhadap sesama teman, dengan atasan dan seberapa jauh tingkat kerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan.

1.4.2 Locus of control

Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personaility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005).

Engko dan Gudono (2007) mendefenisikan locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah ia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Manusia dalam melaksanakan berbagai kegiatan dalam hidupnya selalu berupaya memberi respon terhadap faktor–faktor internal dan eksternal yang ada didalam diri dan lingkungan sekitar manusia (Kelly, 2006)

Sedangkan menurut Robbins dan Judge (2007) locus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun

(5)

4 yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.

Menurut Rotter (1975), dalam Ghufron dan Risnawita, (2006) Locus of Control atau Lokus Pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi.

2. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi.

Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai

tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya.

1.4.3 Gaya kepemimpinan situasional Menurut Rivai dan Mulyadi, (2012) gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seseorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkam falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari prilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika dia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

Gaya kepemimpinan situasional itu sendiri adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami prilakunya, siat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu (Rivai dan Mulyadi, 2012).

Menurut Rivai dan Mulyadi (2012) model kepemimpinan situasional, maksudnya disini bagaimana seorang manajer mampu mengidentifikasi isyarat-isyarat yang terjadi dalam lingkungannya, mendiagnosanya,

(6)

5 kemudian menghadapi prilaku kepemimpinan sesuai kondisi lingkungan tersebut. Model gaya kepemimpinan situasional itu terbagi atas tiga:

1. Model kepemimpinan kontingensi

Model ini dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinann dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh. 2. Model partisipasi pemimpin

Model ini dikembangkan oleh Vroom dan Yetton yang menyatakan bahwa kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi- situasi yang berlainan. Kebalikan dari Fiedler, Vroom dan Yetton berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi.

3. Model jalur- tujuan

Model ini berusaha meramalkan eektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model yang dikembangkan oleh Robert J. House, pemimpin menjadi efektif

karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Pada model ini berfokus kepada bagaimana pemimpin mempengaruhi presepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan.

Dasar kepemimpinan situasional Menurut Rivai dan Mulyadi (2012) yaitu: a. Kadar bimbingan dan pengarahan yang

diberikan oleh pimpinan (prilaku tugas) b. Kadar dukungan sosio emosional yang

disediakan oleh pemimpin (perilaku hubungan), dan

c. Tingkat persiapan atau kematangan yang diperlihatkan oleh anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu.

1.5 PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.5.1 Pengaruh Locus Of Control Terhadap

Prestasi Kerja Auditor

Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2007) tentang pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja auditor, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara locus of control terhadap prestasi kerja. Sejalan dengan riset sebelumnya Imani (2007) juga meneliti tentang analisis pengaruh locus of control terhadap kinerja dengan kepuasan kerja, juga menunjukkan terdapat pengaruh signifikan

(7)

6 locus of control terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kinerja

Selanjutnya Hadi (2010), juga melakukan penelitian ulang tentang pengaruh locus of control terhadap kinerja kerja auditor pada Kantor Akuntan Publik Sumatra Barat dan Pekanbaru, menemukan bahwa locus of control itu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Kemudian Ayudiati (2010) meneliti tentang pengaruh locus of control terhadap kinerja dengan etika kinerja sebagai variable moderating juga menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara locus of control terhadap prestasi kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2011) tentang pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja auditor dengan kepuasan kerja menunjukkan bahwa pengaruh langsung locus of control terhadap prestasi kerja terbukti signifikan yang artinya Jika seorang auditor cenderung memiliki internal locus of control, dia yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka akan menimbulkan kepuasan kerja dan diharapkan akan meningkatkan kinerja atau prestasi kerja auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor mempunyai kecenderungan mempercayai faktor–faktor diluar dirinya sebagai penentu keberhasilan, maka dapat dikatakan dia

memiliki eksternal locus of control, hal ini justru akan menurunkan prestasi kerja dan mengakibatkan menurunnya kinerja auditor.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Semakin kuat locus of control, maka semakin tinggi prestasi kerja auditor.

1.4.1 Pengaruh Locus Of Control Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Prestasi Kerja Auditor Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2003) mengenai analisis pengaruh gaya kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap prestasi kerja dan kinerja pegawai dilingkungan kecamatan Gayang Sari Kota Semarang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan dari pengaruh gaya kepemimpinan iklim organisasi terhadap prestasi kerja dan kinerja pegawai. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Purnawijayanti (2005) tentang Pengaruh faktor gaya kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja pegawai, menunjukkan hubungan atasan bawahan, struktur tugas, dan kekuasaan dan wewenang secara bersama–sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja.

Selanjutnya, Imani (2007) meneliti tentang analisis pengaruh locus of control terhadap kinerja dengan gaya kepemimpinan

(8)

7 sebagai variabel moderating juga menunjukkan pengaruh signifikan dari locus of control melalui gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Susanto (2007) melakukan penelitian serupa di Indonesia yang menyatakan bahwa aspek kepemimpinan situasional dan mentoring mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2007), pengaruh gaya kepemimpinan situasional, motivasi kerja, locus of control terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja auditor menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan situasional, motivasi kerja, locus of control secara simultan terhadap prestasi kerja auditor

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2011), pengaruh locus of control dan perilaku kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja auditor dengan kepuasan kerja sebagai variable intervening menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara locus of control melalui gaya kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja auditor. Kemudian Susanti (2012) meneliti kembali tentang pengaruh gaya kepemimpinan situasional, locus of control, terhadap prestasi kerja auditor pada akuntan pemerintah di Kota Padang, menemukan bahwa terdapat hubungan secara simultan

antara locus of control, gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja auditor.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Semakin kuat gaya kepemimpinan situasional maka semakin kuat hubungan antara locus of control terhadap prestasi kerja auditor.

2. Metodologi

2.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Padang, Medan dan Pekanbaru.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan secara langsung oleh peneliti, dengan cara melakukan observasi lapangan kepada responden.

2.2 Pengukuran Variabel

Semua instrument menggunakan Skala Likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, dan Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Kuesioner dalam penelitian ini untuk variabel independent locus of control diukur dengan instrument The Work Locus Of Control (WlLCS) yang

(9)

8 dikembangkan oleh Agustia, (2011) yang terdiri atas 20 butir pertanyaan.

Variabel dependent pada penelitian ini adalah prestasi kerja yang diukur dengan instrument yang dikembangkan Agustia (2011) yang terdiri atas 7 butir pertanyaan, Sedangkan Variabel Moderating dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Rivai dan Mulyadi (2012) terdiri dari 10 butir pertanyaan.

2.3 Analisis Data

Dari 152 buah kuesioner yang telah disebarkan, baik diantar secara langsung maupun dikirimkan lewat pos pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Padang Medan dan Pekanbaru hanya 71 kuesioner atau 46,71 % dari kuesioner yang disebarkan dikembalikan oleh responden.

2.3.1 uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai Kaiser Meyer Olkin Of Sampling (KMO) – MSA) dari variabel berada diatas 0,50 dan factor loading harus bernilai besar atau sama dengan 0,40. Berdasarkan hasil uji validitas item variabel locus of control, prestasi kerja dan gaya kepemimpinan situasional didapatkan nilai KMO untuk semua item lebih besar dari 0,50. Dengan demikian

setiap item pertanyaan dalam tiap-tiap variabel dinyatakan valid. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah ini :

Tabel 1

Hasil Pengujian Validitas Variabel `KMO Faktor

loading

Ket

Locus of control

0,608 0,519- 0,780 Valid

Prestasi kerja 0,639 0,554- 0,870 Valid

Gaya

Kepemimpinan situasional

0,608 0,551- 0,826 Valid

Sumber: hasil pengolahan data SPSS

2.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Croncbach alpha. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian dinyatakan reliabel dengan nilai Croncbach alpha lebih besar dari 0,60. Variabel locus of control, prestasi kerja dan gaya kepemimpinan situasional dinyatakan reliabel. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah ini :

(10)

9 Tabel 2 Uji Reliabelitas Variabel Cronbach Alpha Ket

Locus Of Control 0,650 Reliabel

Prestasi Kerja 0,612 Reliabel

Gaya Kepemimpinan

Situasional

0,693 reliabel

Sumber: hasil pengolahan data SPSS

2.3.3 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya pola distribusi data. Dalam melakukan pengujian normalitas digunakan uji one sample kolmogrov smirnov. Normalnya sebuah variabel dapat dilihat dari Asymp. Sig (2-tailed) > alpha 0,05. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah ini :

Tabel 3 Uji Normalitas

Variabel Asymp. Sig Ket Locus Of Control 0,518 Normal Prestasi Kerja 0,161 Normal Gaya

Kepemimpinan Situasional

0,272

Normal

Sumber: hasil pengolahan data SPSS

2.4 Pengujian Hipotesis

untuk membuktikan pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja dengan gaya kepemimpinan situasional sebagai variabel moderating maka dilakukan pengujian statistik. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah ini :

Tabel 4 Pengujian Hipotesis variabel Koefisien regresi sig ket Konstanta 4,611 0.000 Locus of control (X1) 0,327 0,003 H1 diteri ma Gaya kepemimpinan situasional (X2) 0,347 0,001 X1. X2 0,532 0,000 H2 diteri ma R- Square 0,608 F- Test 12,578 sign = 0,000

Sumber: hasil pengolahan data SPSS Sesuai dengan nilai koefisien regresi

yang terbentuk didalam tahapan pengujian

statistik, maka masing- masing nilai koefisien

(11)

10 dapat dibuat kedalam sebuah persamaan

regresi linier seperti terlihat di bawah ini:

Y = 4,611 + 0,327X1 + 0,347X2 + 0,532 X1.X2

Pada tahapan pengujian statistik

diperoleh nilai koefisien determinasi 0,608

artinya variabel independen yang diteliti

mampu menjelaskan variasi variabel dependen

sebesar 0,608 atau 60,8% sedangkan sisanya

0,392 atau 39,2% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak ada dalam penelitian ini.

Pada tahapan pengujian statistik diperoleh nilai signifikan untuk uji F-statistik atau F-hitung sebesar 12,578 dengan nilai signifikan sebesar 0,000a. Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama untuk menguji pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja auditor, dari proses pengujian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,327 dengan nilai thitung 3,367 signifikan sebesar 0,003. Didalam tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh 0,003< alpha 0,05. Keputusannya adalah Ha diterima Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa locus of control

berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja auditor.

Artinya jika seorang auditor cenderung memiliki internal locus of control, dia yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka akan menimbulkan kepuasan kerja dan diharapkan akan meningkatkan kinerja atau prestasi kerja auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor mempunyai kecenderungan mempercayai faktor-faktor diluar dirinya sebagai penentu keberhasilan, maka dapat dikatakan dia memiliki eksternal locus of control, hal ini justru akan menurunkan prestasi kerja dan mengakibatkan menurunnya kinerja auditor. Hasil pengujian hipotesis kedua untuk menguji pengaruh locus of control, gaya kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja auditor, dari proses pengujian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,532 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Didalam tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh 0,000 < alpha 0,05. Variabel bebas locus of control dengan gaya kepemimpinan situasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat prestasi kerja auditor. Keputusannya adalah Ha diterima Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kuat gaya kepemimpinan situasional maka semakin kuat

(12)

11 hubungan antara locus of control terhadap prestasi kerja auditor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pegaruh tidak langsung antara gaya kepemimpinan situasional dan locus of control terhadap prestasi kerja seorang auditor. Prestasi kerja auditor di suatu kantor akuntan publik, tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang ada di kantor akuntan publik tersebut. Keberhasilan seorang pemimpin umumnya terlihat dari prestasi kerja karyawannya. Dimana tinggi atau rendahnya prestasi kerja karyawan, umumnya menunjukkan efektif atau tidaknya gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin kepada karyawannya. Para karyawan akan dapat termotivasi untuk berprestasi kerja dengan baik, apabila kebutuhan di dalam hidupnya telah terpenuhi, baik kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Semakin luas pengetahuan seorang karyawan, semakin ia dapat mengembangkan aspirasinya untuk meningkatkan kesejahteraannya

4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh locus of control terhadsap prestasi kerja auditor dengan gaya kepemimpinan situasional sebagai variabel moderating. Pada penelitian ini digunakan 71 responden yang bekerja di Kantor akuntan Publik yang berada didaerah

Padang, Pekanbaru dan Medan. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama

ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel locus of control (X1) terhadap prestasi kerja auditor (Y). 2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan

bahwa variabel bebas locus of control dengan gaya kepemimpinan situasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat prestasi kerja auditor.

4.2 Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis maka diajukan beberapa saran yang dapat memberikan manfaat positif bagi peneliti selanjutnya 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya

memperluas sampel penelitian atau menggunakan sampel yang lebih banyak atau yang lebih luas cangkupannya sehingga dapat mewakili lebih banyak dari populasi yang dapat digeneralisasi.

2. Masih perlu dilakukan penelitian pada aspek yang sama untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian ini.

(13)

12 3. Sebaiknya menambah faktor- faktor lain

yang mempengaruhi prestasi kerja auditor, sehingga penelitian yang mendatang akan menghasilkan penelitian yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Rivai, Mulyadi. 2012. “gaya kepemimpinan dan prilaku organisasi”. Jakarta

Prabowo. 2005. “Sumber Daya Manusia”. Yogyakarta

Jewell & Siegall, 1990 “organisasi dan manajemen: prilaku, struktur, proses”, Jakarta

Sutrisno,2009. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta

Suyono,2012, “teori, kuesioner dan analisis data sumber daya manusia (praktik penelitian)”. Jakarta

Putri, 2000, “A Manager’s Primer on Performance Appraisal”. Semarang Ayudiati,2010, skirpsi analisis pengaruh locus

of control terhadap kinerja dengan etika kerja sebagai variabel moderating. Semarang

Sekaran,2007, “ research methods for business”. Jakarta

Ghozali, 2010, “Aplikasi analisis Multivatiate dengan program SPSS”,.Jakarta

Ghufron dan Risnawita, 2006, “Manajemen prilaku organisasi: pendayagunaan sumber daya manusia. Jakarta: erlangga

Phares, 2005, “locus of controlattitudes to working in virtual times, international journal of project management”

Hersey, 2004, “teori dan praktek kepemimpinan”, Jakarta: Rinika Cipta Siahaan, 2007, “kepemimpinan dalam

manajemen: suatu pendekatan prilaku”. Jakarta

Asnawi, 1999, “peranan kepemimpinan dalam peningkatan prestasi kerja (kajian pengembangan organisasi secretariat wilayah/ daerah kabupaten jombang), Universitas brawijaya. Malang

Agustia, 2011, “pengaruh locus of control dan prilaku kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja auditor dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening”. Surabaya: Universitas Airlangga

Akdon, 2011, “Manajemen konfilk Dalan

(14)

Gambar

Tabel 4  Pengujian Hipotesis  variabel  Koefisien  regresi  sig  ket  Konstanta  4,611  0.000  Locus  of  control (X 1 )  0,327  0,003  H 1  diteri ma  Gaya  kepemimpinan  situasional  (X 2 )  0,347  0,001  X 1

Referensi

Dokumen terkait

Sarita dan Agustia (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, Locos of control Terhadap Kepuasan Kerja Dan Prestasi

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan locus of control terhadap kepuasan

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah kompleksitas tugas, locus of control, gaya kepemimpinan, dan kepuasan kerja auditor junior.. Variabel independen

gaya kepemimpinan yang situasional, locus of control, dan stres kerja auditor. pada beberapa kantor akuntan publik

Variabel Independen -Gaya kepemimpinan situsional -motivasi kerja, -locus of control Variabel Dependen -Kepuasan kerja -prestasi kerja Penelitian ini menunjukkan

Sarita dan Agustia (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, Locos of control Terhadap Kepuasan Kerja Dan Prestasi

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan locus of control terhadap kepuasan kerja

dengan locus of control adalah penelitian Dian Agustia (2009) yang mengemukakan di dalam penelitiannya bahwa locus of control memiliki pengaruh yang kuat dan