• Tidak ada hasil yang ditemukan

ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

AGUNG PANGESTU NIM : 11160480000075

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS : PUTUSAN

NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

AGUNG PANGESTU NIM : 11160480000075

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii

ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AGUNG PANGESTU NIM 11160480000075

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Alfitra, S.H., M.Hum. Drs. Noryamin Aini, M.A. NIP. 19720203 200701 1 034 NIP.19630305 199103 1 002

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “ULTRA PETITA TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR 111/PID.SUS/2017/PNSAG)” telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Maret 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Saru (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Agung Pangestu

NIM : 11160480000075

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jalan Masjid Nurul Huda RT. 001, RW. 006, Kec. Bojongsari, Kel. Bojongsari, Kota Depok.

No. HP. : 085714394741

Email : agungpangesttt@gmail.com

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelas strata satu (S1) di Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini ntelah saya cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah asli hasil saya tau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia meneriman sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 17 Maret 2021

(6)

v

ABSTRAK

AGUNG PANGESTU, NIM 11160480000075, “ULTRA PETITA

TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS : PUTUSAN NOMOR : 111/PID.SUS/2017/PNSAG)”, Konsentrasi Praktisi Hukum, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Permasalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai ketidakadilan hakim dalam memutuskan suatu perkara terhadap Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag yang menjadi obyek penelitian ini. Hakim memberikan putusan melebihi tuntutan jaksa yang sangat terang tercantum dalam surat dakwaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan vonis terhadap terdakwa dengan mengkomparasikan aturan hukum dan prinsip keadilan. Secara khusus skripsi ini mencoba mendalami

tentang penerapan hukum dalam perkara Putusan Nomor :

111/Pid.Sus/2017/PnSag dalam perkara penggunaan narkotika jenis ganja untuk pengobatan.

Metode Penelitian yang digunakan merupakan penelitian yuridis artinya penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan hukum oleh aparat/ahi hukum pada suatu kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdakwa terbukti melakukan tindak pidana sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu penyalahgunaan zat terlarang jenis ganja untuk orang lain dalam keperluan medis. Namun, sangat disayangkan dalam persidangan sama sekali tidak dihadirkan saksi ahli untuk memberikan keterangan terkait dengan kemanfaatan ganja.

Berdasarkan hasil penelitian putusan hakim juga telah sejalan dengan Putusan MA No. 68 K/Kr/1973 dan No. 47 K/Kr/1956, dua putusan yang lahir sebelum era KUHAP, yang menyatakan bahwa putusan harus sesuai dengan dakwaan dan tuntutan. Terdapat Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa hakim bebas dalam menentukan putusan, namun perlu dicermati bahwa kata bebas adalah bebas yang sifatnya terbatas dan harus tetap berpijak pada norma-norma dan ketentuan yang berlaku. Hakim juga telah sesuai dalam menerapkan asas legalitas yang berlaku.

Kata Kunci : Narkotika, Ganja, Ultra Petita, Kekuasaan, Kehakiman

Pembimbing Skripsi: 1. Dr. Alfitra S.H.,M.Hum 2. Drs. Noryamin Aini., M.A Daftar Pustaka : Tahun 1985 sampai Tahun 2019

(7)

vi KATA PENGANTAR

ِﻦَﻤْﺣﱠﺮﻟا ِ ﱠﷲ ِﻢْﺴِﺑ

ﻢﯿِﺣﱠﺮﻟا

Assalammu’alaikum.Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil‘alamin segala puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah mengatur seluruh kehidupan dan penguasa seluruh kehendak hati manusia. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan selamanya kepada uswah hasanah kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana memaknai hidup ini sesungguhnya, tak lupa kepada keluarganya, sahabat dan umatnya yang senantiasa kukuh dan istiqomah dalam memegang sunnahnya sampai hari pembalasan.

Selama masa penyusunan skripsi ini dan selama peneliti belajar Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak mendapat bantuan dan sumbangan motivasi dan hasil pikiran dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, izinkan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.

3. Dr. Alfitra S.H, M.Hum. dan Drs. Noryamin Aini, M.A. sebagai pembimbing skripsi dan Dr. Alfitra S.H, M.Hum. sebagai Dosen Penasihat Akademik di tengah kesibukannya telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas dan mengizinkan peneliti untuk mencari dan meminjam buku-buku referensi dan sumber – sumber data lainnya untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

(8)

vii

5. Khususnya Kepada orang tua saya yakni Bapak Dede Hidayat S.E. Ibu Mayang Widiansari dan Alm. Ibu Erna Lisa berserta adik-adik saya Khansa, Abian, Aishwa. Dan juga Om, Tante, dan saudaraku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat saya, Terimakasih kepada Orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral dan materiil kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

6. Teman-teman Kampus Ngadi-Ngadi People, teman-teman Futsal Syariah dan Hukum, dan WRGN crew yang turut membantu, memberikan semangat dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Khususnya Kepada Belitha yang selalu memberikan dukungan serta semangat kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

8. Semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Tidak ada yang peneliti dapat berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali doa dan ucapan terimakasih.

Demikian ucapan terimakasih ini. Semoga Allah memberikan balasan yang setara kepada para pihak yang telah berbaik hati terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca serta pihak yang memerlukannya. Aamiin.

Wassalammu’alaikum.Wr.Wb

Jakarta, 17 Maret 2021

Agung Pangestu NIM: 11160480000075

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... II LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... III LEMBAR PERNYATAAN ... III ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... VI DAFTAR ISI ... VIII

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Pembatasan Masalah ... 4

3. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D.Metode Penelitian ... 5

1. Jenis Penelitian ... 5

2. Pendekatan Penelitian ... 6

3. Sumber Data ... 6

4. Metode Pengumpulan Data ... 7

5. Metode Pengolahan Data dan Metode Analisis Data ... 7

E.Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI ULTRA PETITA DAN KEWENANGAN HAKIM MENJATUHKAN PIDANA DALAM ULTRA PETITA ... 10

A. Kerangka Konseptual ... 10

1. Ultra Petita ... 10

2. Kewenangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan di Luar Tuntutan Jaksa ... 12

(10)

ix

3. Kewenangan Hakim Dalam Memberikan Putusan Sesuai Dengan

Unsur-Unsur Dalam Undang-Undang ... 13

4. Aturan dalam Membuat Pertimbangan Putusan Hakim ... 15

B. Kerangka Teori ... 18

1.Teori Kepastian Hukum ... 18

2. Asas legalitas ... 20

C. Ketentuan Hukum Islam terhadap Narkotika ... 21

D. Tinjauan (review) kajian terdahulu ... 23

BAB III PROFIL PUTUSAN PENGADILAN NOMOR :111/PID.SUS/2017/PNSAG ... 27

A. Profil Terdakwa ... 27

B. Kronologis Kasus Fidelis ... 28

C. Pasal yang Didakwakan ... 31

D. Tuntutan Pidana Penuntut Umum ... 31

E. Putusan Majelis Hakim ... 32

BAB IV ULTRA PETITA HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NOMOR : 111/PID.SUS/2017/PNSAG ... 34

A.Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor : 111/Pid.sus/2017/PnSag ... 34

B. Penerapan Hukum dalam Putusan Nomor : 111/Pid.sus/2017/PnSag ... 46

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Rekomendasi ... 59

(11)

1

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan bahwa Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili. Putusan Hakim harus dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat, dalam hal memutus suatu perkara hakim mempunyai kebebasan, hal ini sesuai dengan salah satu unsur negara hukum yang menyatakan, bahwa adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak. Hakim selain memperhatikan ketentuan yang tertulis dalam Undang-Undang juga memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat serta menggunakan hati nurani yaitu berdasarkan keyakinan Hakim dan rasa keadilan masyarakat, hal ini sejalan dengan gagasan tipe penegakan hukum yang progresif.1

Pada awal tahun 2017 telah terjadi dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Fidelis Arie Suderwato yang merupakan PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang beralamtkan di suatu desa yang berada di wilayah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Fidelis ditangkap karena telah menanam salah satu golongan I Narkotika, yaitu ganja dengan berat melebihi 1 kilogram. Ganja tersebut digunakannya untuk pengobatan istrinya yang mengidap penyakit Syringomyelia atau tumbuh kista pada sumsum tulang belakang. Dalam pengakuannya tanaman ganja tersebut digunakan hanya untuk pengobatan.

Perkara ini telah masuk ke dalam proses persidangan yang dimulai pada tahun 207 tepatnya bulam Mei. JPU (Jaksa Penuntut Umum) memvonis Fidelis bersalah dan terbukti melakukan tindak pidana sesuai dengan Perkara Nomor : 111/Pid.Sus /2017/PnSag. Putusan hukum ini menyebabkan pro dan kontra dan perdebatan hukum dalam masyarakat, karena hakim menjatuhkan vonis melebihi tuntutan Penuntut Umum. Padahal pada fakta persidangan

1Erna Dewi, Peranan Hakim dalam Penegakan Hukum Pidana di Indonesia, PRANATA HUKUM , Volume 5, Nomor 2, Juli 2010. h. 1.

(12)

2

Fidelis telah menyampaikan pengakuannya bahwa Fidelis benar melakukan sebuah tindak pidana, yakni menanam ganja untuk pengobatan istrinya, tanpa didasari niat jahat, tidak untuk diperjualbelikan, dan tidak untuk menguntungkan dirinya sendiri. Fidelis hanya seorang suami yang ingin mengobati penyakit yang diderita sang istri. Sehingga, perlu di telaah lebih lanjut apa yang kemudian menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan vonis tersebut dan peraturan serta undang-undang apa yang kemudian menjadi acuan hakim dalam menjatuhkan vonis.

Putusan Hakim tersebut melahirkan putusan Ultra Petita, yang mana hakim menjatuhkan vonis diluar dari apa yang tercantum dalam surat dakwaan. Dalam hukum formil Ultra Petita didefinisikan sebagai penjatuhan putusan atas tindak pidana yang tidak dituntut atau meluluskan lebih daripada apa yang di minta. Dalam hal ini seorang terdakwa dapat dipidana apabila benar-benar terbukti melakukan suatu tindak pidana yang tercantum dalam dakwaan. Namun, apabila terdakwa terbukti melakukan suatu tindak pidana tetapi tidak disebut dalam dakwaan maka terdakwa tidak dapat dipidana.2

Penelitian ini akan mencoba memaparkan apa yang menjadi acuan hakim dalam menjatuhkan vonis. Karena hukum seringkali ketinggalan zaman dan sebaik apapun hukum apabila jatuh kepada tangan yang salah maka dapat disalahgunakan, maka hakim sebagai penengah dan wakil Tuhan apabila merasa bahwa hukum sedang dipermainkan atau terdapat kesalahan Penuntut Umum, maka hakim dalam persidangan tidak dapat hanya tunduk pada teori yang ada karena diatas hukum ada yang dinamakan prinsip keadilan.

Salah satu tugas utama hakim adalah menegakan keadilan (gerech’tigdheid) bukan kepastian hukum (rechtsze’kerheid) atau dalam bahasa K. Wantjik Saleh, pekerjaan hakim berintikan keadilan. Namun, yang dimaksud dengan keadilan adalah bukan keadilan menurut bunyi perkataan undang-undang semata (let’ternechten der wet), menurut versi

(13)

penguasa atau menurut selera kaum powerfull, melainkan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, secara akademik hal seperti ini tidak dapat dibiarkan. Hal inilah yang membuat penulis menitikberatkan pada perdebatan hukum ini dari sudut pandang ilmu hukum yaitu dari sudut padang komparasi aturan hukum dan sudut pandang prinsip keadilan. Karena ini, Penulis mengangkat skripsi dengan judul :ULTRA

PETITA TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi kasus : Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Apakah Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika untuk Pengobatan Mandiri dapat dikenakan pidana?

b. Bagaimana pemikiran hakim dalam menginterpretasikan pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Undang-undang Narkotika juga aturan-aturan terkait sehingga menjatuhkan vonis tersebut?

c. Apakah Hakim memiliki Kewenangan untuk memutus suatu perkara di luar dakwaan Jaksa Penuntut Umum?

d. Apakah penerapan hukum dalam Putusan No. 111/Pid.Sus/2017/ PnSag sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku?

e. Bagaimana pandangan Pakar Hukum mengenai putusan ultra petita khususnya Ultra Petita di dalam Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/ 2017/PnSag

f. Bagaimana pertimbangan majelis hakim dalam menerapkan Ultra Petita pada Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag?

3 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta:

(14)

4

g. Apa yang menyebabkan Pro-Kontra yang terjadi di masyarakat setelah keluarnya Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan serta masalah yang berhasil diidentifikasi peneliti, maka permasalahan yang timbul semakin kompleks sehingga peneliti membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dengan tujuan agar peneliti fokus terhadap permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai penerapan hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag.

3. Perumusan Masalah

Masalah utama pada hal ini adalah adanya suatu perkara yang terdakwanya dipidana namun tidak terbukti melakukan suatu tindak pidana sehingga melahirkan Ultra Petita dalam putusan Hakim

Dalam penelitian skripsi ini terdapat 2 (dua) pertanyaan penelitian yang hendak dijawab oleh peneliti mengenai sudut pandang ilmu hukum yaitu dari sudut padang komparasi aturan hukum dan sudut pandang prinsip keadilan. Dan berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti mempertegas dalam bentuk pertanyaan yakni sebagai berikut :

a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menerapkan Ultra Petita pada Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag?

b. Apakah penerapan hukum dalam Putusan Hakim Nomor 111/Pid.Sus/ 2017/PnSag sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Peneliti telah memaparkan mengenai layar belakang dan rumusan masalah sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan untuk :

(15)

a. Dasar pertimbangan hakim dalam menerapkan Ultra Petita dalam Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag.

b. Penerapan hukum dalam perkara Nomor : 111/Pid.Sus /2017/PnSag.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari adanya penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis dalam pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum pidana mengenai penerapan Ultra Petita dalam putusan hakim terhadap penyalahgunaan

Narkotika, khususnya dalam Putusan Nomor :

111/Pid.Sus/2017/PnSag.

2) Menerapkan/ merekontruksi teori yang dipelajari. b. Manfaat Praktis.

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan dijadikan sebagai rujukan, sumber informasi, bahan referensi penelitian untuk proses penelitian yang akan datang yang sesuai dengan bidang penelitian ini. Kemudian hasil dari penelitian ini juga merupakan jawaban atas perdebatan hukum yang timbul dikalangan masyarakat mengapa kemudian hakim memutuskan untuk menerapkan Ultra Petita dalam putusan Nomor : 111/ Pid.Sus/2017 /PnSag.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis artinya penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan hukum oleh aparat/ahi hukum pasa kasus tertentu. Obyek

(16)

6

utamanya merupakan hasil aplikasi hukum oleh profesional atau aparat penegak/ahli hukum.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kasus Pendekatan ini digunakan untuk memahami kasus yang terjadi di lapangan tentang penyalahgunaan narkotika dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-ketentuan perundangan-undangan yang berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana

3) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika 5) Putusan Pengadilan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang bersumber dari semua publikasi tentang hukum seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal hukum, dapat dikatakan bahwa bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat berkaitan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu peneliti menganaslisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi:

1) Buku-buku yang membahas tentang pemidanaan dalam penyalahgunaan narkotika.

(17)

2) Hasil karya ilmiah tentang ultra petita dalam putusan hakim yang melibatkan penyalahgunaan psikotropika.

3) Hasil karya ilmiah tentang Penyalahgunaan narkotika dalam kebutuhan medis.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier disebut juga sebagai sumber nonhukum, dan sangat dibutuhkan untuk digunakan sebagai penunjang dari penelitian. Sumber tersier yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), koran, dan sumber-sumber informasi lain yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan data-data yang memenuhi standar. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah Studi Dokumen. Studi Dokumen, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.4 Peneliti mengumpulan data dengan membaca dokumen yang memuat informasi terkait Ultra petita Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus : Putusan Nomor 111/Pid.Sus/ 2017/PnSag).

5. Metode Pengolahan Data dan Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari studi dokumen yang telah dilakukan selanjutnya akan disederhanakan lalu akan diolah menjadi analisis deskriptif-komparatif, yaitu dengan memaparkan atau menarasikan pertimbangan hakim serta mencoba menilai pertimbangan hakim dengan cara komparasi sesuai atau tidak penerapan hukum yang digunakan dengan aturan yang ada dalam bentuk rangkaian kalimat-kalimat hingga mudah dipahami.

4 Supriyadi, Community Of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar Pustakawan, (Semarang: Jurnal Lentera Pustaka, 2016). h. 85.

(18)

8

E. Sistematika Pembahasan

Masing-masing bab dalam penelitian ini terdiri atas beberapa sub bab sesuai dengan pembahasan dan materi yang akan diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah dan Perumusan Masalah yang akan dibahas dalam penelitian hukum ini. Selain itu terdiri pula dari Tujuan dan Manfaat diadakannya penelitian, Metode Penelitian yang digunakan untuk mendukung penelitian ini, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI ULTRA PETITA DAN KEWENANGAN HAKIM MENJATUHKAN PIDANA DALAM ULTRA PETITA

Bab ini berisikan membahas mengenai kajian pustaka, kerangka konseptual mengenai pengertian ultra petita, pengertian narkotika dan kekuasaan kehakiman, kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini seperti teori keadilan dan asas legalitas. Yang terakhir dibahas dalam bab ini adalah tinjauan (review) kajian terdahulu yang terkait dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

BAB III PROFIL PUTUSAN PENGADILAN NOMOR : 111/PID.SUS/2017/PNSAG

Bab dengan judul Profil Putusan Pengadilan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag akan menyajikan data yang berkaitan dengan Duduk Perkara (Profil Terdakwa, Kronologi, Pasal yang Didakwakan, Tuntutan Pidana Penuntut Umum, Putusan Majelis Hakim) pada Kasus

(19)

Fedelis, Tuntutan Penuntut Umum, serta Putusan Hakim Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag.

BAB IV ULTRA PETITA HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NOMOR : 111/PID.SUS/2017/PNSAG

Analisis yang dihadirkan dalam bab ini berupa gabungan pemikiran antara Bab II dan Bab III mengenai Ultra Petita Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan (Studi kasus : Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag) serta membahas mengenai Analisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan Putusan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag serta Ultra Petita dalam Putusan Pengadilan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini peneliti membuat kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan hasil penyederhanaan dari analisis data yang telah didapatkan serta hasil pembuktian maupun uraian yang dideskripsikan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan pokok masalah.

(20)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI ULTRA PETITA DAN KEWENANGAN HAKIM MENJATUHKAN PIDANA DALAM ULTRA

PETITA

A.

Kerangka Konseptual 1. Ultra Petita

Ultra Petita adalah penjatuhan vonis atau putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan tuntutan melebihi apa yang diminta oleh Jaksa Penuntut Umum. Ultra Petita menurut I.P.M.Ranuhandoko dalam buku Putusan Ultra Petita Dalam Perkara Pidana adalah melebihi yang diminta.1 Yahya Harahap turut mendefinisikan Ultra Petita sebagai hakim yang mengabulkan tuntutan melebihi atau diluar dari apa yang di tuntut.2 Ketentuan ini berdasarkan H.I.R Pasal 178 ayat (2) dan ayat (3) Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR), serta RBg Pasal 189 ayat (2) dan (3) Reglement tot Regeling van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura gge (RBg), yang melarang seseorang hakim memutus melebihi apa yang dituntut (Petitum).3

a. Jenis Putusan Ultra Petita

1) Putusan yang dijatuhkan pengadilan melebihi jangka waktu proses pidana yang diprakarsai oleh Jaksa. Hakim sebenarnya bisa menjatuhkan hukuman yang melebihi ketentuan Jaksa, dengan syarat hakim memberikan hukuman dengan maksimal sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

2) Putusan pengadilan yang memutuskan untuk menghukum terdakwa, tetapi tidak berdasarkan ketentuan yang dituntut oleh Jaksa. Putusan majelis yang ekstrim ini bertentangan dengan

1 Rosalina Devi Kusumaningrum, Putusan Ultra Petita dalam Perkara Pidana,

(Yogyakarta : Jurnal Putusan Ultra Petita dalam Perkara Pidana, 2017), h.3.

2Yahya Harahap, Hukum Acara Pidana Tentang Gugatan Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.801.

3 Haposan Siallagan, Masalah Putusan Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-Undang, Mimbar Hukum, XXII, 1 Februari, 2010, h. 74

(21)

ketentuan Pasal 182 ayat (4) Undang - Undang Acara Pidana yang menetapkan bahwa pertimbangan hakim harus berdasarkan dakwaan, dan semuanya harus dibuktikan di pengadilan. Hakim harus mengambil keputusan berdasarkan Surat dakwaan diajukan oleh Jaksa dan tidak mencari barang lain yang tidak ada hubungannya dengan perilaku terdakwa.

3) Putusan Pengadilan yang memvonis terdakwa terbukti melakukan kesalahan dan tindak pidana sesuai yang didakwakan penuntut umum dan kemudian Majelis memvonis hukuman dengan ancaman maksimal atau dibawah ancaman minimum.4 b. Putusan Ultra Petita Dalam Hukum Acara Pidana

Putusan Ultra Petita yang dilarang, dalam hukum acara pidana, yaitu :

1) Putusan hakim yang dijatuhkan tidak termasuk dalam klausul/pasal yang didakwakan oleh jaksa. Hal seperti ini tentu tidak boleh terjdi karena akan menimbulkan rasa ketidakadilan, sebab terdakwa dinyatakan bersalah dan divonis pidana atas perbuatan yang sama sekali tidak didakwakan oleh jaksa penuntut umum. Keputusanyang demikian juga akan merugikan terdakwa karena terdakwa tidak dapat melakukan pembelaan untuk mempertahankan hak-haknya di persidangan. Aturan Hukum Acara Pidana Pasal 182 ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sangat terang mengatur bahwasannya hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan pada surat dakwaan, dan dnegan adanya putusan yang dijatuhkan oleh hakim diluar pasal yang tidak didakwakan olehh Jaksa Penuntut Umum telah bertentangan dengan Pasal 182 ayat (4) KUHAP.

(22)

12

2) Putusan pidana hakim yang dijatuhkan melebihi atau dibawah ancaman maksimum dan minimum yang tertuang dalam pasal undang-undang hukum pidana yang dipergunakan oleh jaksa penuntut umum dalam dakwaannya. Perlu dicermati meskipun hakim memiliki kebebasan dalam proses penjatuhan putusan, namun kewenangan hakim tentulah dibatasi oleh peraturan perundang-undangan. Telah ditentukan pula dalam peraturan perundang-undangan hakim dalam menjatuhkan putyusan pemidanaan tidak boleh melebihim anvaman maksimum dan kurang dari ancaman minimum, dan apabila hakim melanggar maka hakim dianggap telah melampaui batas kewenangannya.5 Dengan adanya jenis-jenis putusan Ultra Petita ini dapat memberikan gambaran secara general tentang bagaimana pengertian ultra petita.

2. Kewenangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan di Luar Tuntutan Jaksa

Acuan majelils hakim di dalam menjatuhkan putusan atas suatu perkara adalah surat dakwaan jaksa, bukan surat tuntan. Penjatuhan hukuman pemidanaan terhadap seorang terdakwa sepenuhnya bergantung pada penilaian dan keyakinan majelis hakim terhadap semua bukti dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan. Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana, maka pengadilan menjatuhkan pidana kepadanya sesuai dengan pasal 193 ayat (1) KUHAP.

Sebenarnya putusan majelis hakim yang melebihi tunturan Jaksa secara normative, tidaklah melanggar hukum acara pidana. Sehingga majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari rekuisitor penuntut umum.

(23)

Pada prinsipnya, hakim bebas dan mandiri dalam menentukan hukuman. Tetapi tetap ada batas-batas yang mengatur agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dan aturan-aturan tersebut haruslah dipatuhi. Dalam praktiknya, hakim sudah berkali-kali menjatuhkan vonis penjara lebih tinggi dari yang dituntut Jaksa. Bahkan selain kurungan atau penjara, majelis hakim beberapa kali menaikkabn jumlah denda atau uang pengganti yang harus dibayarkan terdakwa.6

Adalah kewenangan daripada seorang kami memutus suatu perkara sesuai dengan fakta yang hadir dipersidangan dan keyakinannya memberikan putusan pemidanaan melebihi apa yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum apabila memang benar-benar dirasa adil dan rasional. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa tuntutan yang diberikan dari Jaksa Penuntut Umum tidaklah selalu sesuai denga napa yang dimaksud oleh peraturan perundang-undangan. Hakim dapat menjatuhkan putusan melebihi tuntutan jaksa asal tidak melebihi batas maksimum ancaman pidana yang ditentukan Undang - Undang.7

3. Kewenangan Hakim Dalam Memberikan Putusan Sesuai Dengan Unsur-Unsur Dalam Undang-Undang

Pada perkara pidana pelaksanaan penegakan hukumnya diatur dalam KUHAP, seperti pada pasal 183 KUHAP menjelaskan jika hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, seperti alat bukti dalam pasal 184:

a. Keterangan Saksi; b. Keterangan Ahli; c. Surat;

6 Muhammad Yasin, “Batasan Ultra Petita dalam Putusan Perkara Pidana”, diakses dari

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59127a57206a8/batasan-iultra-petita-i-dalam-putusan-perkara-pidana/, (diakses pada tanggal 20 Januari 2021)

7 Muhammad Ainul Syamsu, Penjatuhan Pidana dan Dua Prinsip Dasar Hukum Pidana.

(24)

14

d. Petunjuk;

e. Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan.

Proses peradilan yang disajikan merupakan serangkaian dari penegakan hukum yang kita kenal dengan pembuktian, dimana bukti-bukti yang dihadirkan dalam persidangan harus saling berkaitan satu-sama lain. Proses peradilan yang bebas dan tidak memihak selaras dengan kekuasaan kehakiman yang memiliki kebebasan dalam melakukan penegakan hukum.

Fungsi hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan, di mana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem pembuktian negatif,yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak atau kejadian atau kesalahan yang dianggap telah terbukti, selain dengan adanya alat bukti sesuai undang-undang juga diisi dengan keyakinan hakim yang dilandasi dengan integritas moral yang baik. Ada tiga jenis esensi yang terkandung di dalam kebebasan hakim dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman, yaitu :

1. Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan.

2. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim.

3. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan kewajiban dan fungsi yudisialnya,8

Pengadilan memeriksa, mengadili dan memutus perkara dengan susuan majelis sekurang-kurangnya tiga orang hakim, kecuali undang-undang mengatur lain. Hal ini sesuai dengan pasal 11 peraturan perundang-undangan. Majelis hakim terdiri atas tiga orang. Yaitu terdiri dari seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota. Untuk perkara pidana wajib pula hadir seorang penuntut umum, kecuali disebutkan lain dalam undang-undang. Putusan pemidanaan diambil berdasarkan sidang

8 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, (Jakarta:

(25)

permusyawaratan, setiap hakim diharuskan menyampaikan pertimbangan atau pendapat dan pandangan tertulis terhadap perkara yang diperiksa, hal ini sesuai pula dengan Pasal 14 ayat (1).

4. Aturan dalam Membuat Pertimbangan Putusan Hakim

a. Pengertian Pertimbangan Majelis Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang ex aequo et bono (mengandung keadilan) dan mengandung kepastian hukum, serta mengandung kemanfaatan hukum bagi semua pihak yang berkaitan sehingga segala pertimbangan hakim harus didikapi dengan cemat, teliti, baik, dan hati-hati. Apabila putusan hakim tidak cermat, teliti, dan baik maka putusan hakim tersebut dapat di batalkan oleh pengadilan Tinggi Mahkamah Agung.9

Pembuktian merupakan hal yang sangat krusial dalam pemeruiksaan suatu perkara, karena hasil dari pembuktian tersebut nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memeutus suatu perkara. Tujuan penting dalam tahap pembuktian dari suatu persidangan adalah untuk Hak Pengelolaan seluas 152.198 m2 di Jalan Boelevard Green Pramuka City mendapatkan kepastian bahwa suatu

peristiwa yang dipersoalkan itu benar-benar terjadi, supaya tercapai keadilan dalam putusan hakim. Sebelum terlihat hubungan hukum yang pasti terhadap suatu perkara, maka hakim tidak dapat menjatuhkan putusan.10

Pertimbangan dalam putusan majelis hakim juga harus mengandung:

9 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama cetakan ke- V,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h. 140.

10Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama cetakan ke-V, … , h.141.

(26)

16

1) Inti persoalan dan butir-butir yang diakui atau dalil-dalil yang tidak disangkal.

2) Memuat Analisa yuridis atas segala putusan yang mengandung semua fakta yang terungkap dan terbukti benar di dalam persidangan.

3) Kesimpulan yang mengandung penjelasan semua detil petitum penggugat yang harus dipertimbangkan dan diadili secara satu demi satu yang menjadi sebab mengenai terbukti atau tidak terbukti dan Kabul atau tidak kabulnya tuntutan tersebut dalam amar putusan. b. Dasar Pertimbangan Hakim

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasar kepada teori dan hasil penelitian yang saling bertaut agar mendapatkan hasil penelitian yang yang maksimal dan seimbang baik tataran teori maupun paraktek. Putusan Hakim adalah salah satu usaha untuk mendapatkan kepastian hukum karena putusannya dijadikan tolak ukur dalam mencapai kepastia hukum dan karena hakim sebagai salah satu tokoh penting aparat penegak hukum.

UUD 1945 Bab Sembilan Pasal 24 dan 25 juga Undang-Undang No 48 Tahun 2009 mengatur mengenai pokok kekuasaan kehakiman. UUD 1945 menjamin adanya kekuasaan kehakiman yang bersifat bebas. Secara tegas pula telah termuat dalam Pasal 24 ayat (1). Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1), yakni kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan Negara yang merdeka dengan tujuan menyelenggarakan peradilan guna membantu penegakkan hukum serta keadilan berdasarkab Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 agar terselenggara Negara Hukum RI.11

11 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama cetakan ke-V, … ,

(27)

Kekuasaan kehakiman didefinisikan sebagai kebebasan dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial sehingga disebut juga kekuasaan yang merdeka, kecuali diatur lain menurut Undang-Undang. Putusan Hakim harus mencerminkan rasa keadilan dan menegakkan hukum berdasarkan Pancasila, sehingga kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial tidak bersifat mutlak.Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan badan peradilan dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, dan Mahkamah Konstitusi.12

Impartial Judge atau hakim yang tidak memihak dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Yang dimaksud dengan tidak memihak harus tidak harfiah, karen pada parkteknyna Ketika hakim menjatuhkan putusan, hakim harus memihak yang benar dan hal tersebut tidak termasuk berat sebelah dalam pertimbangan dan penilaiannya. Atau lebih tegas lagi dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.13

Hakim diharuskan untuk menegakkan hukum dan keadilan serta tidak memihak. Dalam memberikan keadilan seorang hakim wajib menelaah terlebih daulu tentang fakta yang diajukan, baru kemudian hakim membrikan penilaian terhadap kejadian tersebut dan menghubungkannya dengan peratura hukum yang berlaku. Barulah kemudian hakim dapat menjatuhkan putusan pada perkara tersebut.

Pada Undang Nomor 35 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 menyatakan bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang

12 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), h. 94 13 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, … , h. 95.

(28)

18

jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Hal tersebut dikarenakan hakim sebgaai aparat penegak hukum dianggap tahu akan segala hukumnya sehingga hakim tidak boleh menolak perkara yang diajukan padanya.

Dalam penemuan hukum hakim diizinkan untuk melihat yurisprudensi dan pendapat ahli hukum yang cukup dipercaya karen ahakim dalam memutuskan suatu perkara dan memberika pertimbangan hukum tidak hanya berdasar pada nilai-nilai hukum materiil semata namun juga harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Sebagaimana sejalan dengan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nlai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.

B. Kerangka Teori

1) Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. 14 Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bias dijawab secara normatif, bukan sosiologi.

Kepastian hukum mengandung arti bahwa seorang hakim dalam memvonis tidak boleh melebihi aturan yang didalamnya mengatur ancaman hukuman atas sebuah tindak pidana. Dalam kasus Fidelis ini Jaksa mengajukan tuntuan dengan Pasal 111 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang menyatakan setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau

14 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,

(29)

menyediakan narkotika golongan I berbentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000 (delapan ratus juta) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000 (delapan milyar rupiah).

Perbuatan seperti menanam, memiliki, memelihara, menyimpan, menguasai,atas menyediakan narkotika golongan I berbetuk tanaman yang beratnya melebihi satu kilogram arau lebih dari lima batang pohon, maka pelaku dapat dipidana penjara seumur hidup atau pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama dua puluh tahun serta pidana denda maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sepertiga. Maka Majelis Hakim dalam memutus perkara ini dapat dikatakan mengandung kepastian hukum apabila tidak melebih ancaman maksimal diatas.

Kelsen berpendapat bahwa hukum merupakan sistem norma. Dimana norma merupakan kalimat yang mempertegas aspek “seharusnya”/das sollen, yang menyertai beberapa peraturan mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan. Peraturan perundang-undangan yang memuat aturan-aturan bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat. Semua aturan itu menjadi pedoman dan Batasan bagi warga negara dalam melakukan Tindakan terhadap individu juga dengan adanya aturan tersebut pelaksanannya akan memberikan sebuah kepastian hukum.15

Dari sisi normatif kepastian hukum tercapai Ketika suatu aturan dibuat dan diundangkan dengan pasti dan mengatur secara jelas juga logis. Jelas artinya tidak menimbulkan keraguan atau ambigu atau multi tafsir dan logis. Jelas artinya aturan tersebut menjadi sebuah sistem norma danberkesinambungan dengan norma lain sehingga tidak menimbulkan konflik antar norma yang ada.16

15 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta : Kencana, 2008) h.158. 16Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N

(30)

20

2. Asas legalitas

Kata “asas” memiliki beberapa makna, salah satunya yakni kebenaran sebagai tumpuan berpikir/berpendapat, yang berarti pula alas/ landasan seseorang berpikir atau melakukan sesuatu. Apabila kata tersebut dikaitkan maka definisi asas merupakan kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan seseorang dalam berpikir atau alasan berpendapat terutama dalam Tindakan hukum. Keadilan adalah sebuah legalitas, setidaknya itu yang disampaikan Hans Kelsen yang mana sebuah aturan umum dikatakan adil jika dijalankan sebagaimana aturan yang tertulis.17

Asas Legalitas ini bertujuan untuk mengetahui ketika majelis hakim menjatuhkan vonis mengacu pada undang-undang dan pasal - pasal yang sudah sesuai atau belum. Begitu juga dengan Jaksa ketika menjatuhkan dakwaan dan tuntutan. Asas ini juga menegaskan bahwasannya seseorang hanya boleh dihukum berdasarkan hukumnya. Dalam penelitian ini majelis hakim menjatuhkan vonis telah sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu menyebutkan Fidelis Arie S sebagai terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan sebuat tindak pidana tanpa hak serta melawan hukum menggunakan narkotika dengan jenis golongan I untuk orang lain sebagai mana tercantum dalam Pasal 111 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Legalitas meruapakan asas yang menjadi tiang utama dari Hukum Pidana, sebagaimana tersurat dalam Pasal 1 Kitab Undang-undang hukum pisana yang dirumuskan bahwa tidak ada perbuatan yang dapat dipidana apabila tiada suatu hukum yang mengaturnya. Apabila setelah perbuatan dilakukan ada peubahan dalam peraturan perundang-undangannya, maka yang digunakan adalah aturan yang paling ringan bagi terdakwa.18

17Moejianto, Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h.27. 18Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta. 2009. h.45

(31)

C. Ketentuan Hukum Islam terhadap Narkotika

Hukum Islam yang disyariatkan Allah bertujuan untuk merealisasikan dan melindungi kemaslahatan manusia baik individu maupun dengan masyarakat. Sehingga narkotika dikategorikan ke dalam suatu benda yang dapat menghilangkan akal pikiran dan digaris bawahi bahwa benda tersebut hukumnya haram. Sebab salah satu ‘illat diharamkannya benda itu adalah memabukkan, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi yang menyatakan “Setiap yang memabukkan adalah khammar dan setiap khammar adalah haram.

Sebagaimana kaidah fikih pada umumnya, kaidah ini pun berlandaskan beberapa ayat dari Alquran. Diantaranya:

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang Dia haramkan, kecuali yang terpaksa kalian makan.” [QS.Al-An’am:119]

Allah Ta’ala juga berfirman,

“Siapa yang dalam kondisi terpaksa memakannya sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak pula malampaui batas, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang”. [QS. Al-Baqarah 173]

Berdasarkan kaidah tersebut secara tidak langsung adanya suatu keadaan darurat yang secara bahasa diartikan mendesak dan sangat dibutuhkan. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam rahimahullah mendefinisikan makna darurat yang menyebabkan bolehnya melakukan suatu perkara yang dilarang. Sehingga, hal-hal yang dilarang dalam syariat

(32)

22

boleh dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak. Yaitu sebuah keadaan yang mana apabila ia tidak melakukan hal yang diharamkan tersebut, ia bisa mati.19

Hal tersebut sejalan dengan penerapan kaidah dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

1. Seorang dokter boleh menyingkap sebagian aurat pasiennya jika memang pengobatan tidak bisa dilakukan kecuali dengannya;

2. Bolehnya seseorang makan harta orang lain dalam keadaan terpaksa; 3. Bolehnya berobat dengan sesuatu yang najis jika tidak terdapat obat

selainnya. Contohnya narkotika;

4. Bolehnya membunuh perampok jika hanya dengan cara itu ia bias menyelamatkan diri, keluarga dan hartanya.

Tidak setiap keadaan darurat seperti 4 (empat) hal di atas diperbolehkan sesuatu hal yang sejatinya telah diharamkan. Ada syarat dan ketentuan darurat, diantaranya:

1) Darurat tersebut benar atau diprediksi kuat akan terjadi, bukan sebuah praduga maupun asumsi; Contohnya ada seorang musafir di tengah perjalanan merasa lapar. Padahal sorenya dia akan sampai ditempat tujuan. Sehingga keadaan tersebut tidak diperbolehkannya mencuri dengan suatu alasan akan mati dan keadaan mendesak. 20

2) Tidak ada pilihan lain yang bisa menghilangkan mudarat tersebut; Contohnya seorang Musafir yang sedang kelelahan dan lapar kemudian ditengah perjalanan melihat bangkai sapi tergeletak. Maka ia tidak boleh memakan bangkai tersebut.

3) Kondisi darurat tersebut benar-benar memaksa untuk melakukan hal tersebut karena dikhawatirkan kehilangan nyawa atau anggota badannya;

19 Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. 1416 H. Taudhih Ahkam fi Bulugh al-Maram. Dar alQiblah li atas-Tsaqafah al-Islamiyah, (Jeddah: KSA Cetakan ke-1, jilid ke-1), h.

80. Terjemahan

20 Roni Nuryusmansyah, Dalam Kondisi Darurat Hal yang Terlarang Diperbolehkan,

https://muslim.or.id/19369-dalam-kondisi-darurat-hal-yang-terlarang-dibolehkan.html, (diakses pada tanggal 22 Maret 2021).

(33)

4) Keharaman yang ia lakukan tidaklah menzalimi orang lain; Jika seseorang dihadapkan dua pilihan antara mencuri atau memakan bangkai. Maka hendaknya Ia memilih memakan bangkai. Karena mencuri termasuk perbutaan yang menzalimi orang lain. Kecuali jika tidak ada pilihan selain memakan harta orang lain tanpa izin, maka diperbolehkan dengan syarat ia harus tetap menggantinya.

5) Tidak melakukannya dengan melewati batas. Cukup sekedar yang ia perlukan untuk menghilangkan mudarat. Seorang dokter ketika mengobati pasien perempuan yang mengalami sakit di tangannya, maka boleh baginya menyikap aurat sebatas tangan.

Narkotika dan obat terlarang merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dilarang dan diharamkan oleh Islam, dan bagi pengedar maupun pengguna dapat dipidanakan. Namun, Islam sangat memperhatikan keselamatan akal dan jiwa seorang Muslim. Sehingga narkotika dilarang keras untuk dikonsumsi. Tetapi, dengan adanya suatu keadaan mendesak dan mengikuti syarat kaidah maka ada beberapa hal yang diperbolehkan.

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

1. Putusan Ultra Petita pada Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur21

Merupakan karya ilmiah Hukum yang ditulis oleh Denty Suci Mareta Femylia dan Muchammad Chasani, selesai ditulis pada tahun 2017 dari Indonesian Journal Of Criminal Law Studies (IJCLS). Persamaan penelitian ini terletak pada Ultra Petita dan rumusan masalah terkait dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan dan juga penerapan hukum yang dilakukan sudah sesuai atau belum dengan aturan yang berlaku. Perbedaannya terletak pada obyek penelitian, dimana

21 Denty Suci Mareta Femylia, Muchammad Chasani, “Putusan Ultra Petita pada Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur”, Indonesian Journal of Criminal Law Studies II

(34)

24

penelitian ini berfokus pada Tindak Pidana Pembunuhan Putusan Pengadilan Nomor 537/Pid/B/2007/PN.Jkt.Tim.

2. Analisis Yuridis Ultra Petita Putusan Hakim Terhadap Kasus Penistaan Agama Ir.Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok (Studi Putusan 1537/Pid.B/2016/Pn.Jkt.Utr.22

Merupakan skripsi oleh Andi Zulfadillah Marwanda yang selesai ditulis pada tahun 2019 dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas kasus Ultra Petita dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan suatu putusan, namun perbedaannya teletak pada obyek penelitian dimana penelitian ini membahas putusan Nomor 1537/Pid.B/2016/Pn.Jkt.Utr perkara Penistaan agama terdakwa Ir. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sedangkan peneliti menggunakan obyek penelitian Putusan Nomor 111/ Pid.Sus/2017/PnSag pada perkara Fidelis di kasus penyalahgunaan Narkotika untuk Pengobatan.

3. Penerapan Prinsip Ultra Petita dalam Hukum Acara Pidana Dipandang dari Aspek Pertimbangan Hukum Putusan Perkara Pidana23

Dalam karya ilmiah yang ditulis Yagie Sagita Putra di tahun 2019 dari UBELAJ, Universitas Diponegoro, menjelaskan bahwa putusan hakim tidak harus berpedoman pada Undang-Undang sebagai prosedur mutlak sebab bila putusan Hakim hanya berlandaskan prosedur tersebut maka tidak sejalan dengan cita-cita dari hukum Materiil dan hukum

22 Andi Zulfadillah Marwandana,Skripsi: Analisis Yuridis Ultra Petita Putusan Hakim Terhadap Kasus Penistaan Agama Ir.Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok (Studi Putusan 1537/Pid.B/2016/Pn.Jkt.Utr), (Makassar : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Aluddin Makassar,

2019).

23 Yagie Sagita Putra, 2017, Penerapan Prinsip Ultra Petita dalam Hukum Acara Pidana

Dipandang dari Aspek Pertimbangan Hukum Putusan Perkara Pidana, Jurnal UBELAJ, Volume 1, Nomor 1, 2017, h. 5.

(35)

Formil yang tertuang dalam asas-asas hukum sehingga tidak dapat diwujudkan. Putusan pengadilan yang dijatuhkan oleh Hakim tidak sesuai dengan surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum sehingga persamaan dengan penelitian ini adalah penerapan Prinsip Ultra Petita dalam Hukum Acara Pidana dan pertimbangan Hakim dalam memutuskam perkara tersebut berdasarkan yurisprudensi. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana penelitian ini merupakan Tindak Pidana Korupsi Nomor : 17/PID.SUS/TPK/2014/PN.JKT.PST.

4. Ultra Petita Dalam Putusan Hakim Menurut Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam24

Merupakan Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zaelani dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019 menjelaskan mengenai fakor-faktor diterapkannya Ultra Petita dalam Putusan Pidana oleh Hakim serta untuk mengetahui pandangan Hukum Islam mengenai Ultra Petita. Persamaan dengan penelitian ini adalah pertimbangan Hakim memasukkan Ultra Petita dalam putusan Pidana serta mengenai adanya prinsip keadilan dikarenakan Hakim dalam menjalankan tugasnya harus berperilaku adil melalui sebuah Putusannya karena seorang hakim telah disumpah oleh Negara dan Agama, dikarenakan masalah utamanya adalah adanya terdakwa yang dipidana namun tidak terbukti melakukan suatu tindak pidana. Sedangkan perbedaannya terdapat pada pengkajian Hukum Islam dikarenakan peneliti berfokus pada kajian Hukum Pidana Indonesia untuk melihat pertimbangan Hakim dalam menerapkan Ultra Petita pada tindak pidana, serta Objek Putusan yang digunakan oleh penulis adalah Putusan Nomor

17/Pid.Sus/TPK/2014/PN.JKT.PST dan Putusan Nomor

394/Pid.Sus/2015/PT.Mdn. Sedangkan peneliti menggunakan obyek

24 Ahmad Zaelani, Skripsi : Ultra Petita Dalam Putusan Hakim Menurut Hukum Pidana

(36)

26

penelitian Putusan Nomor 111/ Pid.Sus/2017/PnSag pada perkara Fidelis di kasus penyalahgunaan Narkotika untuk Pengobatan.

5. Ultra Petita Oleh Hakim Dalam Penegakan Hukum Pidana Di Indonesia25

Merupakan Skripsi oleh Rizka Meisa yang selesai ditulis pada tahun 2015 dari Fakultas Hukum, Universitas Jember. Persamaan skripsi ini adalah sama-sama membahas mengenai Ultra Petita dalam penegakan hukum Pidana di Indonesia, namun perbedaannya adalah penelitian ini membahas penegakan hukum Ultra Petita secara umum. Sedangkan peneliti fokus pada Ultra Petita yang terjadi pada Putusan No.111/Pid.sus/2017/PnSag terkait dengan analisis putusan yang menyebabkan majelis Hakim mengambil putusan Ultra Petita.

25 Rizka Meisa, Skripsi : Ultra Petita Oleh Hakim Dalam Penegakan Hukum Pidana Di Indonesia, (Jember: Fakultas Hukum Universitas Jember, 2015).

(37)

27

A. Profil Terdakwa

Peradilan tingkat pertama Pengadilan Negeri Sanggau mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa menjatuhkan putusan berikut dalam perkara penyalahgunaan narkotika terdakwa yang bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx Surajio. Terlahir di Sanggau pada tanggal 24 Bulan April Tahun 1981. Berjenis kelamin laki-laki dan pada saat persidangan Fidelis berusia 36 Tahun dengan kebangsaan Indonesia, Fidelis beralamatkan di Jl. Jendral Sudirman Nomor 28 Rt 01 RW 01, Desa Bunur, Kec. Kapuas, Kab. Sanggau, Kalimanta Barat.

Terdakwa Fidelis beragama Katholik dengan pekerjaannya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Fidelis diringkus sejak tanggal 9 Februari 2017 sampai tanggal 22 Februari 2017 dan kemudian di perpanjang sampai tanggal 25 Februari 2017 setelah itu menjadi tahanan di Rumah Tahanan Negara Sanggau oelh penyidik tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan tanggal 16 Maret 2017.

Kemudian diperpanjang lagi oleh penyidik atas perpanjangan ole Penuntut Umum dari tanggal 18 Maret – 26 April 2017. Selanjutnya ditahan oleh penuntut umum tanggal 19 April – 8 Mei 2017 dan ditahan Hakim 21 April-20 Mei 2017. Perpanjangan Ketua PN Sanggau sejak 21 Mei-19 Juli 2017. Pertamakali perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak dari tanggal 20 Juli-18 Agustus 2017. Fidelis didampingi oleh kuasa hukumnya yaitu Marcelina Lin, SH berdasarkan kuasa khusus tanggal 19 April Tahun 2017 dan terdaftar di Kepaniteraan Negeri Sanggau dengan Nomor 23/SK/V/2017/PnSag tangga 2 bulan Mei tahun 2017. 1

(38)

28

B. Kronologis Kasus Fidelis2

Terdakwa Fidelis Arie Sadewarto merupakan pegawai negeri sipil yang berkelahiran di sangau tanggal 24 april 1981 dan bertempat tinggal dijalan jenderal sudirman Desa Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sangau, Provinsi Kalimantan Barat. Terdakwa ditangkap pada tanggal 19 bulan Februari tahun 2019 menjalani rangkaian penyidikan mulai tanggal 25 Februari dan disidangkan di muka pengadilan tertanggal 20 mei 2017.

Terdakwa memilih didampingi oleh kuasa hukum berlandaskan surat kuasa khusus pada tanggal 19 Februari tahun 2019 yang telah ditetapkan pula oleh ketua pengadilan negeri sangai tanggal 2 mei 2017. Berawal pada tahun 2013 istri daripada terdakwa sedang hamil anak kedua mereka dengan usia kehamilan lima bulan dan istri terdakwa terjatuh sehingga mengakibatkan lumpuhnya kaki kanan kemudian dirawat di rumah sakit kabupaten Sanggau selama tujuh hari baru kemudian istri Fidelis dinyatakan sembuh. Di Tahun 2014 istri Fidelis ini sakit dan lumpuh pada kaki kanan dan kirinya dan dirawat di Rumah Sakit Antonius Pontianak selama dua minggu. Selama dua minggu dirawat ternyata tidak mengalami kemajuan maka terdakwa Fidelis membawanya ke pengobatan alteratif daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau selama 30 hari dan akhirnya istri terdakwa dapat beraktivitas kembali.

Tahun 2015 istri terdakwa Kembali jatuh sakit dan mengalami lumpuh lagi di kedua kakinya kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso dan dirawat selama dua minggu, namun lagi-lagi tidak ada kemajuan akhirnya Fidelis membawa pulang istrinya untuk dirawat olehnya sendiri dirumah. Ketika itu istri terdakwa sudah mengalami lumpuh di kedua kakinya, badan dan tangan sebelah kiri serta mengalami bebrapa luka ditubuhnya akibat jatuh.

Terdakwa sangat terpukul karena istrinya tak kunjunng sembuh, maka terdakwapun mencoba berbagai pengobatan alternatif dan mencari informasi

(39)

di internet metode untuk mengobati penyakit istrinya. Terdakwa membaca banyak buku, hingga sampai pada menemukan informasi bahwa ganja dapat mengobat istrinya. Terdakw ayang sudah hamper putus asa pun akhirnya memutuskan membeli ganja. Pada bulan April terdakwa bertemu seseorang yang tak dikenal dan menawarkan ganja kepadnya untuk pengobatan dan orang tersbeut meminta imbalan sebsar Sembilan sartus ribu rupiah untuk ganja seberat satu ons. Kemudian terdakwa memberikan nomor handphone untuk mengabari apabila barang dating sekitar dua atau tiga hari.

Tidak sampai menunggu selama 3 hari, barang yang dinantikan terdakwa pun datang. Terdakwa ditelephone oleh seorang kernet bis ayng memintanya datang ke terminal untuk mengambil paket kiriman dari Pontianak. Terdakwa pun bergegas ke terminal untuk mengambil paket dan sesampainya dirumah, terdakwa membuka paket yang ternyata berisi ganja kering dan biji bunga ganja.

Selanjutnya ganja kering tersebut dioah sehingga menjadi cairan dan biji bunganya disemai di dalam pot. Ditanam dengan pencahayaan dari lampu listrik dan diatur suhunya menggunakan alat pengatur serta diberi pupuk agar tumbuh dengan baik. Setelah batang ganja tumbuh maka terdakwa memasak daunnya bersama-sama dengan makanan yang terdakwa berikan kepada istri terdakwa. Bunganya di keringkan didalam rumah dan di rendam menggunakan alcohol dalam mangkok dan berubah sampai hijau sambal terus diaduk selama lima menit. Kemudian bunga ganja tersebut dipisahkan dan airnya di kukus menggunakan panic atau alat memasak nasi hingga tinggal endapannya saja untuk kemudian dicampur menggunakan madu dan minyak kelapa. Hasil dari proses tersebut oleh terdakwa dimasukkan kedalam botol bening dan digunakan untuk mengobati luka-luka ditubuh istrinya.

Saksi Sudijarto mendapatkan informasi dari warga sekitar yang mengatakan bahwa Terdakwa menanam ganja dirumanhya pada hari Minggu tanggal Sembilan belas Februari tahun 2017. Sudijarto Bersama dengan saksi lain yaitu Eko Wahyudi juga Salbani mendatangi rumah terdakwa dan menemukan beberapa batang pohon ganja serta melihat istri terdakwa yaitu

(40)

30

Yeni Riwati dalam keadaan sakit parah terbaring lemah dikamarnya. Terdakwa menceritakan bahwa istrinya sudang sakit selama tiga tahun tidak dapat bergerah dan mudah shock.

Melihat temuannya tersebut Sudijarto membawa Terdakwa Fidelis ke kantor Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sanggau untuk di interogasi dan pada saat interogasi terdakwa mengakui bahwa memang benar menanam ganja untuk keperluan pengobatan istrinya yang sakit parah. Sudijarto Kembali kerumah terdakwa Bersama saksi lain yakni Dimitri Indastri Putra dan menemukan 39 batang ganja yang termasuk ke dalam narkotika golongan satu, sebuah motor vario dengan plat nomor KB 3235 UY, dua botol pupuk, satu rangkaian listrik, buku-buku dan peralatan lainnya yang digunakan untuk memproses ganja sebagai pengobatan istrinya. Barang-barang tersebut akhirnya dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau.

Kemudian, berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor:LP-17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. Ketut Ayu Sarwetini, Apt NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut : 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima) gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) kantongberat Netto4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga) gram.

Laporan Pengujian Badam POM Nomor LP-17.098.00.20.06.0005 .K menyatakan bahwa benar yang ditemukan adalah ganja jenis narkotika golongan I. Dilakukan pula test urine terhadap terdakwa dan istrinya, terdakwa dinyatakan negative menggunakan f=ganja sedangkan Yeni yang tak lain adalah istrinya dinyatakan positif menggunakan ganja.

(41)

C. Pasal yang Didakwakan

Pada perkara ini Jaksa mendakwa tersangka Fidelis dengan dakwaan

alternatif, yaitu :

1. Pasal 113 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi :

“Bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana paling singkat lima tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak sepuluh milyar rupiah.”

Alternatif

2. Pasal 111 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang berbunyi :

“Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat satu beratnya melebihi satu kilogram atau melebihi lima batang pohon pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud ayat (1) ditambah sepertiga.”

Alternatif

3. Pasal 116 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang berbunyi :

“Bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika golongan I untuk digunakan orang lain dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit satu miliar rupiah dan paling banyak sepuluh miliar rupiah.”

D. Tuntutan Pidana Penuntut Umum3

Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa Fidelis Arie sebagai

terdakwa benar bersalah, terbukti, dan meyakinkan melakukan sebuah tindak pidana yakni menanam narkotika golongan I dengan beratnya melebihi satu

(42)

32

kilogramnatau melebihi lima batang pohon sesuai dengan dakwaan ke-2 Penuntut Umum, yakni Pasal 111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan hukuman pidana kepada Fidelis Arie selaku terdakwa selama lima bulan dikurangi selama waktu terdakwa selama dalam tahanan dengan membayar denda sebesar delapan ratus juta rupiah subsidair satu bulan penjara. Barang-barang bukti berupa batang pohon tanaman ganja, alat yang digunakan untuk memproses ganja, dan barang bukti lainnya yang dibawa dibagi dalam beberapa kategori seperti dirampas untuk dimusnahkan sedangkan satu buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Terdakwa dan satu unit motor Honda dikembaliakn kepada saksi Tri Raman Jaya dan Jaksa Penuntut umum menetapkan bahwa terdakwa harus membayar biaya perkara sebesar dua ribu rupiah.

E. Putusan Majelis Hakim4

Putusan Pengadilan Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PnSag Majelis Hakim

menyatakan bahwa Fidelis sebagai terdakwa telah benar terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Tanpa Hak dan Melawan Hukum menggunakan Narkotika golongan I terhadap orang lain. Dan Majelis Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa pidana penjara selama delapan bulan dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Majelis Hakim menetapkan terdakwa ditahan karena tanpa hak menyalahgunakan narkotika golongan I yang berdampak pada terdakwa melanggar ketentuan Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Majelis Hakim menyatakan sebanyak 23 barang bukti yang ada selama

(43)

persidangan dibagi menjadi dua kategori, yakni yang pertama dirampas untuk dimusnahkan dan yang kedua adalah dikembalikan kepada saksi. Majelis hakim juga menetapkan bahwa terdakwa harusmembayar biaya perkara sebanyak dua ribu rupiah. Putusan ini dijatuhkan oleh Majelis Hakim yakni Achmad Irfir Rochman,S.H.,M.H. sebagai Hakim Ketua, John Malvino Seda Noa Wea, S.H. dan Maulana Abdillah, S.H.,M.H. sebagai Hakim anggota, diputuskan pada rapat permusyawaratan tanggal 24 bulan Juli tahun 2017.5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

19 Rajah di bawah merujuk kepada kegiatan ekonomi dagangan di Tanah Melayu pada awal abad ke-20. Apakah implikasinya terhadap ekonomi

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga

Setelah suhu medium teradaptasi pada suhu 50°C, kemudian sebanyak satu ose isolat bakteri berumur 24 jam di inokulasikan ke dalam medium tersebut secara

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2011 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi di

dalam Pengajaran Bidang Studi Al quran Hadist di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar...43 Tabel 8: Pendapat responden tentang efektifitas Media

 Dibutuhkan input maupun output atau library untuk Arduino yang secara tidak menentu karena disesuaikan dengan kondisi atau permintaan dari user atau orang –

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan volume darah pada saat menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru Tahun

Perancangan ulang alat pemeras madu yang dibuat akan digunakan dalam proses pemerasan madu yang masih berupa bongkahan sarang madu atau madu yang didapat dari kebun atau