• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

besar Lepidocyclina spp., Amphistegina spp., Cycloclypeus spp., sedikit alga, porositas buruk berupa interpartikel, intrapartikel dan moldic, berlapis baik. Pada sayatan tipis (Lampiran A-5: analisis petrografi) ditunjukkan dengan kehadiran foraminifera yang cukup melimpah, butiran tersebut masih mengambang dalam matriks, dengan porositas yang cukup berupa porositas vug dan moldic, Berdasarkan model jalur Wilson (1975), fasies ini diendapkan pada jalur Fore slope atau pada jalur nomor 5.

Fasies foraminifera packestone, membentuk lapisan.

(2)

Fosil Foraminifera

Foto 33. Memperlihatkan tekstur grain-supported dengan mud cukup yang melimpah, butiran didominasi oleh fosil foraminifera.

4.4.3 Sub Fasies Head Coral Framestone

Merupakan bagian dari reef yang secara umum terdiri dari koral pada posisi tumbuh dimana jarak antara koral diisi oleh lumpur karbonat, pecahan koral, foraminifera besar dan sebagainya.

Framestone terdiri dari umumnya koloni massive head coral (Foto 34), seperti brain coral, Meandrina (Foto 35), sebagian terdapat pecahan Pelecypoda, kaya akan foraminifera yang umumnya ditemui diantara koloni koral. Batuan ini masif, padat, tetapi pada bagian puncak reef bagian koralnya lepas-lepas dan umumnya berwarna putih dengan bagian luar berwarna hitam akibat proses pelapukan, rekristalisasi sering terjadi. Batuan berwarna putih, abu-abu terang dan umumnya padat, masif, tidak berlapis hingga berlapis buruk, tanpa porositas primer.

Pada sayatan tipis (Lampiran A-6: analisis petrografi) dijumpai banyak foraminifera besar terutama dari genus Lepidocyclina spp., Amphistegina spp., Cycloclypeus spp. yang masih mengambang dalam matriks, dengan porositas yang berupa porositas interpartikel dan intrapartikel serta porositas vug dan moldic.

(3)

Foto 34.Morfolofi build-up batugamping fasies Head coral framestone.



Foto 35. Coral pada bagian puncak reef, merupakan bagian dari fasies head coral framestone.

4.4.4 Sub Fasies Branching Coral Bafflestone

Fasies ini juga merupakan bagian dari reef, umumnya terdiri dari branching coral (Foto 36), kebanyakan berada pada posisi tumbuh, beberapa fragmennya pecah, dan dilingkupi matriks lumpur karbonat. Framework bafflestone ini terdapat pocket membentuk packestone hingga wackestone.

Bafflestone dicirikan berwarna putih kekuningan-abu terang, mengandung fragmen branching coral, foraminifera, porositas buruk, batuan ini umumnya masif dan

(4)

berlapis buruk. Berdasarkan jalur pengendapan karbonat menurut Wilson (1975), fasies ini diendapkan pada organic build-up atau pada jalur nomor 5.

Framework dari branching coral

Foto 36. Branching coral bafflestone yang terdiri fragmen branching corals dan foraminifera.

4.5 DIAGENESIS BATUAN KARBONAT

Diagenesa merupakan perubahan kimia-fisika dan biologi dari batuan sedimen yang terjadi setelah atau hampir bersamaan dengan proses pengendapan namun tidak termasuk proses pelapukan dan proses lain yang melibatkan temperatur dan tekanan yang tinggi yang disebut metamorfisme (bates dan Jacson, 1980 op.cit. Boggs, Jr., 1992). Diagenesa karbonat meliputi seluruh proses yang mempengaruhi sedimen setelah pengendapan sampai mencapai lingkungan metamorfisme tingkat awal dan tekanan yang dinaikkan (Tucker dan Wright, 1990).

Pengontrol utama dari proses diagenesa adalah komposisi dan mineralogi sedimen asal, komposisi cairan pori serta kecepatan aliran fluida. Selain itu, faktor sejarah geologi sedimen tersebut seperti pengangkatan dan perubahan muka air laut juga akan mempengaruhi proses diagenesa. Proses diagenesa tahap dini bila batuan terangkat ke permukaan. Iklim memegang peranan penting pula. Pada iklim kering, sementasi di lingkungan air tawar kemungkinan akan terbatas dari porositas primer akan terawetkan. Sebaliknya pada iklim lembab, umumnya hanya sedikit sekali porositas primer yang

(5)

terhindar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder seperti moldic dan vug berkembang secara signifikan.

4.5.1 Proses dan Produk Diagenesa

Dalam diagenesa terdapat enam proses utama yang meliputi pelarutan, sementasi, neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikrobial dan kompaksi. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah tekanan, temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx, waktu dan kontrol struktur (Tucker & Wright, 1990). Di antara proses-proses diagenesa tersebut terdapat tiga proses diagenesa utama, yaitu pelarutan (dissolution), sementasi dan penggantian (replacement). Masing-masing dicirikan oleh kenampakan yang berbeda-beda yang menggambarkan kondisi pembentukan batuan karbonat.

Proses diagenesa yang teramati berdasarkan pengamatan dan analisa petrografi pada sayatan tipis conto batuan meliputi :

4.5.1.1 Proses Mikritisasi

Proses ini terjadi di lingkungan marine, aktivitas pemboran oleh endolithic algae, fungi dan bakteri. Butiran skeletal dibor di sekitar batas skeletal dan lubang yang terbentuk diisi dengan sedimen berbutir halus atau semen. Kegiatan organisme tersebut menghasilkan micrite envelope, yaitu mikrit yang mengelilingi cangkang. Apabila kegiatan organisme tersebut sangat aktif, maka akan menghasilkan cangkang yang sepenuhnya termikritisasi. Mikritisasi merupakan proses yang penting dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active marine phreatic zone (Longman, 1980) dan C.H Moore (2001).

Pada sayatan tipis (Gambar 24) ditunjukkan dengan penggantian matriks karbonat menjadi mikrit (mikrokistalin).

(6)

Gambar 24. Hasil proses mikritisasi dapat dilihat pada sayatan tipis, pada gambar di atas penggantian matriks menjadi mikrit (A1-A2, B1-B2).

4.5.1.2 Proses Pelarutan

Proses pelarutan memerlukan jumlah volume air yang kelewat jenuh dalam jumlah banyak dan dipengaruhi oleh selektivitas terhadap matriks, bentuk butir, ukuran butir serta sifat kerangka. Produk dari proses pelarutan banyak dijumpai pada hampir seluruh bagian batugamping gunung Sekerat (Foto 37). Proses pelarutan pada batuan karbonat dapat membentuk porositas sekunder seperti porositas moldic dan vuggy (Gambar 25). Proses pelarutan dapat terjadi pada lingkungan freshwater vadose maupun freshwater phreatic menurut Longman (1980) dan Moore (2001) .

(7)

Foto 37. Memperlihatkan rongga-rongga hasil proses pelarutan pada singkapan, serta munculnya sifat chalky (pengapuran).

Gambar 25. Hasil proses pelarutan dapat dilihat pada sayatan tipis yang membentuk porositas sekunder seperti moldic (D7-E4, A4-A3), vuggy (B2-C2, A6).

(8)

4.5.1.3 Proses Sementasi

Proses sementasi dalam sedimen karbonat merupakan proses diagenesis utama dan terjadi ketika pore-fluid supersaturated terhadap fase semen dan tidak ada faktor kinetik yang menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air yang stagnant hampir tidak/sedikit sekali terjadi sementasi (Koesoemadinata, 1984). Mineralogi dan fabric semen yang berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan diagenesa yang berbeda pula.

Berdasarkan analisa petrografi, mineralogi semen yang teramati berupa high Mg calcite, low Mg calcite, sedangkan tipe-tipe semen yang teramati berupa blocky, drussy, micritic, fibrous (Gambar 26).

Gambar 26. Hasil proses sementasi dapat dilihat pada sayatan tipis yang membentuk semen tipe blocky (C6), drussy (A4) Dan micritic (A3).

(9)

4.5.2 Lingkungan Diagenesis

Lingkungan diagenesa merupakan daerah dimana pola diagenesis yang sama muncul, lingkungan diagenesa ini dapat saja tidak ada kaitannya dengan lingkungan pengendapan dan dapat berubah sepanjang waktu. Mempelajari produk-produk diagenesa yang hadir pada lingkungan tertentu merupakan kunci penting untuk memprediksi kecenderungan porositas pada batuan karbonat. Gambar berikut menunjukkan suatu lingkungan diagenesa batuan karbonat.

Gambar 27. Lingkungan diagenesa batuan karbonat menurut C.H. Moore (2001)

4.5.2.1 Zona Marine Phreatic

Sedimen berada pada lingkungan marine phreatic bila semua rongga porinya terisi oleh air laut yang normal. Umumnya karbonat diendapakan dan memulai sejarah diagenesanya pada lingkungan marine phreatic. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air sedikit, dicirikan oleh kehadiran mikritisasi dan sementasi setempat. Lingkungan kedua berupa lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air yang baik dimana tingkat sementasi

(10)

intergranular dan mengisi rongga lebih intensif. Semen aragonit berserabut dan Mg Kalsit merupakan ciri lain dari lingkungan ini.

4.5.2.2 Zona Meteoric Phreatic

Zona ini terletak di bawah zona meteoric vadose dan zona mixing. Semua ruang pori batuan diisi air meteorik yang mengandung material karbonat hasil pelarutan dengan kadar yang bervariasi. Lingkungan ini dicirikan oleh proses pencucian, neomorfisme butir yang diikuti atau tanpa diikuti sementasi kalsit secara intensif.

4.5.2.3 Zona Meteoric Vadose

Zona Meteoric Vadose terletak di bawah permukaan dan di atas muka air tanah yang menyebabkan rongga pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik. Proses utama yang terjadi di lingkungan ini berupa pelarutan yang menghasilkan porositas sekunder vug dan saturasi yang membentuk semen pendant dan meniskus akibat air yang jenuh kalsit maupun penguapan CO2.

Pada pengamatan megaskopis ditunjukan oleh tingkat pengapuran (chalky appearance) pada batuan inti. Kecenderungan tinggi rendahnya pengapuran menunjukan tingkat rensistensi batuan terhadap pelarutan.

Gambar

Foto  32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis.
Foto  33. Memperlihatkan tekstur grain-supported dengan mud cukup yang melimpah, butiran  didominasi oleh fosil foraminifera.
Foto  35. Coral pada bagian puncak reef, merupakan bagian dari fasies head coral framestone.
Foto  36.  Branching coral bafflestone yang terdiri fragmen branching corals dan foraminifera.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan kami didukung dengan mesin cetak berteknologi tinggi dan system digital yang memiliki hasil kualitas cetakan sesuai dengan aslinya. Operator kami

Produk yang ditawarkan oleh PT.SINAR SOSRO sangat banyak sekali, salah satunya adalah Teh Botol Sosro, produk teh siap minum pertama di Indonesia yang dikemas

Di Kabupaten Aceh Besar hal tersebut dapat dilihat dari adanya partisipasi masyarakat, namun partisipasi yang tergambarkan sangat minim dan bahkan sebagian dari

Secara umum terdapat beberapa keuntungan dari metode granulasi basah, diantaranya adalah sifat kohesi dan kompresibilitas serbuk ditingkatkan melalui penambahan pengikat

Selalu kemo Tata Laksana parenteral kombinasi (lebih agresif) Radio Tata Laksana hanya berperan untuk tujuan paliatif Reevaluasi hasil pengobatan :. Setelah siklus kemo Tata

Pendidikan IPS selalu mendapat sorotan tajam sebagai kumpulan mata pelajaran yang sangat membebani siswa, khususnya mata pelajaran geografi, karena otak kiri siswa dituntut

dengan larutan pengenceran 10 -2. Metode yang sama dilakukan sampai pada sampel larutan pengenceran 10 -5. Selanjutnya dari setiap sampel larutan pengenceran, diambil sebanyak

e) Sambutan oleh Kepala LAN (apabila menteri yang membidangi pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi hadir maka Kepala LAN menyampaikan Laporan