• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIBAH HIBAH LAPORAN PENELITIAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIBAH HIBAH LAPORAN PENELITIAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

HIBAH HIBAH PENELITIAN PENELITIAN DOSEN MUDA

TAHUN ANGGARAN 2009

JUDUL PENELITIAN

Nama Tim Peneliti Lengkap dengan Gelarnya

NAMA FAKULTAS/PUSAT STUDI UNIVERSITAS GADJAH MADA

2008

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN

Hibah Riset Untuk Penyusunan Tesis atau Disertasi

TAHUN ANGGARAN 2010

PENYUSUNAN PROTOTYPE DISAIN GEODATABASE PENGALAMATAN

SEBAGAI DASAR IDENTIFIKASI INDIVIDU

Barandi Sapta Widartono, S.Si. M.Si.

Dilaksanakan atas biaya:

Anggaran Dana Masyarakat Fakultas Geografi sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: UGM/GE/3113-J/M/09/10 tanggal 2 September 2010

Program S2 Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS GEOGRAFI UGM

1.

Judul Penelitian

:

Penyusunan Prototype Disain Geodatabase

Pengalamatan sebagai Dasar Identifikasi Individu

2.

Ketua Peneliti

a. Nama

:

Barandi Sapta Widartono, S.Si., M.Si.

b. Jenis Kelamin

:

Laki-laki

c. Pangkat/Golongan

:

Asisten Ahli / III a

d. NIP

:

197003281999031002

e. Jabatan

: -

f.

Prodi/Jurusan

: Kartografi & Penginderaan Jauh / SIGPW

g. Alamat Kantor&Telp./Fax/E-mail

:

Sekip, Sleman, Yogyakarta / 0274-589595

h. Alamat Rumah&Telp./Fax/E-mail

:

Tahunan UH III/321 Yogyakarta / 0274-867657

3.

Perguruan Tinggi

: Universitas Gadjah Mada

4.

Jangka Waktu (Bulan)

: 3 (tiga) bulan/ 90 hari

5.

Biaya total yang disetujui

: Rp 10.000.000,-

Hasil Penelitian

: 1. Laporan akhir

2. Laporan keuangan

3. Makalah Seminar

4. Manuskrip publikasi jurnal ilmiah nasional

atau

prosiding

seminar

tingkat

nasional/internasional

Mengetahui

Dekan Fakultas Geografi UGM

Prof. Dr. Suratman, M.Sc.

NIP 195406061982011001

Yogyakarta, 30 November 2010

Ketua Peneliti

Barandi Sapta Widartono, S.Si, M.Si.

NIP 197003281999031002

Pembimbing

Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S.NIP

NIP 195101031978031001

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Identitas dan Pengesahan... ii

Daftar isi... iii

Ringkasan... iv

Bab I. Pendahuluan... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan... 2

1.3. Sasaran... 2

Bab II. Tinjauan Pustaka... 4

Bab III. Metode Penelitian... 7

3.1. Bahan... 7

3.2. Alat ... 7

3.3. Cara Kerja... 7

Bab IV. Hasil dan Pembahasan... 10

4.1. Hasil 10 4.2. Pembahasan 14 Bab V. Kesimpulan dan Saran ... 17

5.1. Kesimpulan 17 5.2. Saran 17 Daftar Pustaka... 19

(4)

RINGKASAN

Penentuan keberadaan individu sering dihadapi dengan ketidakpastian lokasinya, sejauh ini alamat sering dikaitkan dengan lokasi secara deskriptif, yang masih menuntut penafsiran (interpretasi) dan pengetahuan setempat (localknowledge) yang baik, yang cukup sulit dan membutuhkan waktu yang panjang untuk menghasilkan data yang akurat. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan penentuan alamat yang lebih akurat dengan menggunakan referensi standar penentuan posisi di muka bumi dalam suatu sistem koordinat referensi yang baku. Berbagai kepentingan yang berhubungan dengan keberadaan individu dalam posisi absolut dan relatif, administrasi, dan aksesibilitasnya, dapat diakomodasi dalam suatu sistem pengalamatan baru yang terpadu dalam suatu

geocoding yang berbasiskan data spasial. Diharapkan dengan pemanfaatan citra

penginderaan jauh, peta, GPS, serta partisipasi masyarakat dalam suatu sistem pengalamatan yang baku, masalah keberadaan individu dapat lebih disempurnakan. Perbandingan berbagai sistem penentuan ini diharapkan pula dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan alamat secara umum dan akurat bagi kepentingan masyarakat dan instansi secara luas serta sosialisasi data spasial di Indonesia.

(5)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dihadapkan pada permasalahan identifikasi obyek yang hingga saat ini belum dapat dipecahkan secara tepat dan memadai, khususnya yang berkaitan dengan keberadaan individu penduduk yang bertempat tinggal di Indonesia. Ada Beberapa hal penting yang seharusnya dapat diatasi dengan baik bilamana identitas keberadaan individu dapat diketahui.

Kasus bencana alam kejadian Tsunami di Aceh 26 Desember 2004 dan bencana gempabumi 27 Mei 2006 yang terjadi di Bantul Yogyakarta, membuktikan kesulitan dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi tempat tinggal, serta penerimaan bantuan yang tidak kunjung terealisasi akibat tidak jelasnya informasi mengenai jumlah dan keberadaan korban bencana. Walaupun dari kasus tersebut dapat dipetik pelajaran dengan diterbitkannya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB, tetapi pensyaratan tentang lokasi-lokasi bencana, individu dan tempat tinggal belumlah diyakini memiliki informasi yang rinci dan tepat, yang tentu saja akan mengakibatkan terhambatnya proses yang berjalan, bahkan termasuk juga pada tahapan kegiatan penanggulangan bencana selanjutnya yaitu rekonstruksi dan rehabilitasi.

Kepentingan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2007 di Indonesia yang diwarnai dengan isu ketidakpercayaan peserta pemilu terhadap jumlah pemilih dan berbagai tuduhan rekayasa terhadap pihak-pihak tertentu dengan bergandanya identitas diri pemilih (Kartu Tanda Pengenal Penduduk dan Kartu Pemilih), serta wacana dan usulan untuk menerapkan pemilih dengan memperhatikan tempat tinggal sebagai dasar keikutsertaan Pemilu (http://adminduk.depdagri.go.id/index.php?action=content&id=2009041514305336, akses 6 September 2010).

Pendataan kebutuhan rumah (Housing Need Assesment) dari kasus perumahan dan

permukiman yang terbentur dengan permasalahan jumlah individu pemukim

(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/02/14/0028.html_ suara pembaharuan online, 14 Februari 1997, akses 3 September 2010). Termasuk juga didalamnya berbagai kasus epidemi di bidang kesehatan dengan maraknya penyakit demam berdarah, malaria dan kasus-kasus epidemi lainnya yang membutuhkan informasi keberadaan individu untuk mengetahui distribusi dan pola penyebarannya belum dapat dipetakan dengan detil hingga pada analisis lokasi tempat tinggal penderita (Cassa, et al, 2008) . Bila dikembangkan lebih jauh permasalahan dan kasus-kasus lain yang berhubungan dengan keberadaan lokasi individu masih dihadapkan pada permasalahan yang belum tuntas.

(6)

Secara teoritis keberadaan individu tersebut dimungkinkan diidentifikasi dengan melalui pendekatan tempat tinggal maupun lingkungan kerjanya, tetapi pada kenyataannya realisasi masalah ini belum dapat diterapkan secara sistematis di lingkungan masyarakat. Masalah kependudukan dan jumlah penduduk Indonesia yang menempati peringkat ke 5 dunia, kondisi geografis dan budaya bukanlah suatu hal mudah untuk diselesaikan bila tidak ditangani dengan tepat dan sistematis serta melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Revitalisasi keberadaaan individu sebagai bagian dari data spasial penduduk diharapkan dapat didukung dengan berbagai kemudahan di bidang teknologi informasi yang berkembang pesat dewasa ini.

Teknologi Informasi dan perkembangan visualisasi data spasial saat ini berkembang pesat di masyarakat sebagai tuntutan informasi di dunia maya seperti Google Maps, Google

Earth, Wikimapia, Nokia Maps dan sebagainya dalam tampilan citra resolusi sangat tinggi,

memberikan pandangan baru tentang alamat dan lokasi individu dimana posisi tempat tinggal mampu disajikan lebih akurat dalam posisi koordinat.

Disisi lain dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi tersebut, masyarakat memiliki peluang untuk berpartisipasi aktif, dikarenakan berbagai teknologi informasi tersebut sebagain besar menyentuh langsung dan berorientasi pada masyarakat secara luas. Informasi yang cukup valid dan menyentuh kepentingan yang besar bagi masyarakat ini sesungguhnya dapat berfungsi sebagai pendorong yang sangat kuat bagi partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya akan kembali memiliki nilai timbal balik positif kepada masyarakat seperti kasus-kasus yang telah digambarkan diatas yang terkait dengan informasi lokasi individu, lembaga-lembaga jasa di masyarakat, dan sebagainya yang dapat dijadikan referensi yang sangat memadai yang saat ini juga sudah mulai berkembang di masyarakat.

Sehingga perlu kiranya dibangun suatu model yang dapat menjawab permasalahan, (1) Disain sistem pengalamatan, (2) metode atau cara yang efisisen, dan (3) Penerapan yang tepat di masyarakat.

1.2. Tujuan

1. Mendisain sistem pengalamatan yang didasarkan pada informasi spasial berupa lokasi geografis dalam basis Sistem Informasi Geografis

2. Membandingkan dan mengkaji pemanfaatan berbagai sumber data spasial dan metode pengukuran atau penentuan posisi yang melibatkan peran serta / partisipasi masyarakat dalam penentuan alamat individu

3. Mengaplikasikan sistem pengalamatan berbasis data spasial untuk kepentingan yang lebih luas

(7)

1.3. Sasaran

1. Diperolehnya suatu disain sistem pengalamatan yang berakomodasi pada informasi spasial yang berupa kode khusus yang mengakomodasi semua informasi pengalamatan dan mengarahkan pada indeks atau referensi informasi spasial dan atau referensi variabel alamat yang umum digunakan di Indonesia

2. Diperolehnya perbandingan penentuan pengalamatan secara spasial dari berbagai sumber data spasial

3. Diterapkannya disain sistem pengalamatan spasial untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas yaitu alamat rumah tinggal dan model sistem informasi pencarian alamat rumah.

(8)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Manusia atau individu memiliki fenomena geografis yang khas (spesifik), sebagai mahluk hidup manusia dapat melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain, tidak pernah menetap secara permanen. Pendataan fenomena yang semacam ini dalam data spasial memiliki kendala khusus dalam penentuan posisi yang tetap karena peta merupakan potret sesaat keberadaan fenomena dan obyek, selain itu manusia tidak memiliki suatu ritme pergerakan yang tetap seperti halnya fenomena bulan terhadap matahari, yang bilamana dikembangkan menjadi informasi spasial yang dinamik tentulah membutuhkan perangkat dan infrastruktur yang luar biasa. Fenomena yang demikian menyebabkan “saat ini” manusia hanya dapat di”peta”kan dalam suatu relasi dengan obyek lain di muka bumi dimana ada hubungan tertentu antara individu dengan obyek tersebut. Oleh karena itu individu ini seringkali diikatkan dengan alamat obyek berupa tempat tinggal, tempat bekerja atau lokasi-lokasi lainnya yang dapat memberikan gambaran dimana individu ini berada (Cassa, et al, 2008)

Alamat bangunan tempat tinggal atau alamat rumah sebenarnya merupakan suatu informasi keberadaan tempat tinggal individu atau status tinggal individu, yang bila dikembangkan lebih jauh dapat berarti dominasi waktu tinggal, status tinggal, dan banyak pengertian lainnya yang pada dasarnya merupakan suatu link individu dengan lokasi keberadaanya bertempat tinggal. Kebutuhan data tempat tinggal tentu saja akan berbeda satu dengan lain berkaitan dengan kepentingan analisis dan pendataan, sehingga batasan dalam pengertian lokasi individu tersebut dapat dikembangkan pula menjadi suatu permasalahan penting yang dapat dihasilkan dari penelitian di bidang ini. Alamat-alamat yang lain juga dapat memberikan gambaran dan analisis yang berbeda berkaitan dengan dinamika individu, seperti halnya alamat kantor, alamat sekolah dan sebagainya yang memberikan gambaran keberadaan individu pada keperluan dan waktu yang berbeda. (Davis, et al, 2003).

Di Indonesia, penentuan alamat saat ini umumnya menggunakan alamat benchmark dan Administrasi. Benchmark atau kenampakan fisik obyek, paling sering digunakan sebagai penentuan lokasi tempat tinggal, Biasanya nama jalan dan no urut bangunan pada jalan tersebut. Menemukan suatu alamat dengan model alamat ini paling sering dimanfaatkan sebagai suatu teknik pencarian alamat. Keberadaan obyek sebagai link mencari alamat individu didekati melalui pengenalan obyek yang dikenal secara umum, baru kemudian mencarinya dalam lingkup yang lebih sempit. Nama Jalan dikenal dalam peta jaringan jalan khususnya di kota-kota yang memiliki informasi jaringan jalan yang memadai, yang sengaja diberi nama khusus sebagai benchmark untuk menentukan lokasi obyek-obyek yang lain. Tidak tertutup kemungkinan memanfaatkan informasi selain nama jalan,

(9)

seperti gedung bersejarah, nama tempat legendaris, dan sebagainya. Informasi alamat rumah juga sering memanfaatkan lingkup wilayah administrasi sebagai sarana penentuan lokasi tempat tinggal, khususnya pada alamat surat dan alamat pada lingkungan pedesaan, walaupun disadari model alamat yang semacam ini memiliki akurasi yang lebih kasar. Penentuan wilayah administrasi tempat tinggal seperti satuan administrasi terkecil RT (Rukun Tetangga) sering luput dari dokumentasi wilayah adminsitrasi daerah, secara administrasi RT hanya dianggap sebagai unit terkecil administrasi yang ditampilkan dalam suatu tabel informasi yang tidak memperhatikan informasi secara spasial, bahkan hal ini tidak pula dilakukan untuk hirarki wilayah administrasi diatasnya yaitu RW (Rukun Warga). Umumnya wilayah adminstrasi setingkat kelurahan atau desalah yang menjadi unit spasial terkecilnya, sehingga memperoleh informasi wilayah RT menjadi kurang. Kurangnya perhatian pada wilayah RT mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yaitu; secara administrasi pemerintah wilayah RT bukanlah termasuk dalam struktural pemerintah yang formal, keberadaan RT dan RW adalah suatu bentuk organisasi partisipasi masyarakat yang mengkoordinir warga pada level dibawah desa untuk memudahkan berbagai kepentingan secara administratif dari desa; belum banyak kepentingan desa yang membutuhkan informasi secara spasial (dalam hal ini adalah proses pengembangan informasi yang semakin tinggi); peran ketua RT dan ketua RW adalah peran sukarela, dimana pemilihan merupakan hasil keputusan rapat warga tanpa mempertimbangkan aspek-aspek kepentingan administrasi tertentu serta tidak memiliki jam kerja tertentu. Hal ini bertolak belakang dengan berbagai kepentingan diluar kepentingan internal administrasi, seperti kasus-kasus bencana alam; gempa bumi, tsunami, angin topan; kesehatan masyarakat, epidemi, endemi, distribusi penyakit, dan sebagainya; dimana informasi individu lebih banyak melalui identitas tempat tinggal secara administratif. Sehingga pemetaan dan plotting distribusi secara spasial sering kali menimbulkan kendala terutama mengenai lokasi. Baik alamat dalam lingkup benchmark maupun administrasi, memiliki keterkaitan yang sangat erat karena semuanya merujuk pada penentuan alamat yang memiliki lokasi atau posisi di bumi yang khas. Perkembangan teknologi saat ini khususnya informasi spasial sesungguhnya memungkinkan untuk menetapkan alamat secara spesifik (khas) karena setiap obyek yang ada di bumi memiliki koordinat bumi dalam referensi yang sama tak mungkin terduplikasi.

Sistem pengalamatan tempat berbasiskan GIS pernah dilakukan oleh Aziz (2005), dengan tujuan untuk mengelola data supaya lebih efektif dalam mendukung pengambilan keputusan secara optimum. Disebutkan Address-Based Information System (AIS) adalah suatu hal penting bagi pemerintahan / negara untuk menyediakan beberapa layanan yang berharga kepada masyarakat. System ini dapat menghubungkan antara layer data geospatial yang merupakan dasar suatu wilayah dengan data geospatial yang dapat secara

(10)

langsung menunjukkan suatu lokasi objek tertentu. Sehingga, AIS dapat menghemat waktu maupun biaya pada institusi dan pemerintah untuk menentukan dan mencari suatu data alamat yang ada. Hubungan antara peta digital dan database alamat yang saling berhubungan merupakan komponen yang utama dari AIS. Pekerjaan awal yang harus dipersiapkan adalah penomoran alamat dan identifikasi dari sebuah alamat. Penggunaan layer peta seperti bangunan, jalan, dan wilayah daratan serta data-data yang menghubungkan antara layer itu dengan alamat harus ditunjukkan didalam AIS. Address

Base Information System sangat penting untuk pencarian keruangan (query) dan analisis

keruangan (analysis spatial). Sebab sistem ini adalah berbasis Peta (map-based), dan dapat digunakan secara efektif di segala bidang, seperti menganalisa keadaan darurat, pencarian lokasi tertentu, penentuan pajak hak milik, penentuan jarak terpendek dan lain sebagainya. Dalam penulisan tersebut disajikan tentang bagaimana mendisain dan mengimplementasi suatu Address Base Information System (AIS).

Sistem informasi Geografis yang berbasiskan ada penentuan lokasi sudah selayaknya tersosialisasi secara meluas di masyarakat. Teknologi SIG menuntut percepatan penerapannya dikarenakan sistem ini sudah mampu secara lebih terbuka untuk dipergunakan seluas-luasnya oleh masyarakat. ESRI dengan pemodelan realword-nya melalui SIG memiliki perhatian khusus dengan modul finding locations, dimana berbagai input masukan seperti alamat bangunan, nama jalan, nama tempat, zona kodepos, dan rute lokasi dapat diakomodasi dalam suatu sistem penentuan alamat yang terpadu sehingga dalam pencarian alamat sebagai suatu aplikasi presentasi data SIG, dapat membantu penentuannya secara tepat, cepat dan akurat (Arctur et al. 2004)

ISO 19112 Geographic information — Spatial referencing by geographic identifiers,

merupakan suatu standar internasional berkaitan dengan penentuan lokasi yang didasarkan pada spasial referensi. Standar ini mengakomodasi fitur (fenomena dunia nyata), gazetteer, pengenal geografis (geographic identifier), letak geografis, referensi spasial, dan sistem referensi (___, 2003).

(11)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Bahan

1. Indeks Peta RBI dan peta RBI Lokasi Penelitian sebagai basis pengkodean

2. Citra Penginderaan Jauh Resolusi Sangat Tinggi (Quickbird, Ikonos, Foto Udara, dll.) 3. Informasi Spasial Media Massa (Internet) dalam berbagai aplikasi penentuan lokasi

alamat

4. Data digital Peta RBI lokasi Penelitian

5. Berbagai referensi standar internasional dan dari beberapa negara yang telah menerapkan sistem pengalamatan secara spasial.

3.2. Alat

1. Komputer dalam spesifikasi aplikasi SIG dan internet 2. Penindai

3. Global Positioning System (GPS) receiver 4. Kompas

5. Meteran

3.3. Cara Kerja

1. Pengumpulan Informasi dan Referensi sistem pengalamatan khususnya yang digunakan di Indonesia (daerah penelitian).

Menggunakan studi referensi, membandingkan ber bagai macam sistem dan mengumpulkan berbagai macam keuntungan atau kelebihan sistem tertentu untuk kemungkinan diadopsi pada prototype yang akan dibangun.

2. Disain Kodifikasi Posisi Geografis dan Geodatabase Alamat

a. Penentuan Sistem Alamat yang digunakan di Indonesia, pemilihan sistem alamat yang dianggap baku di Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan analisis spasial

b. Turunan Sistem Alamat yang digunakan dalam spasial geodatabase,

menindak lanjuti kenyataan sistem pengalamatan dengan data model spasial c. Penyusunan Geodatabase Alamat di Indonesia, penyusunan data pada

daerah terpilih.

d. Penentuan tingkat akurasi posisi geografis alamat individu (bangunan), menentukan skala ketelitain dari kemungkinan perolehan data alamat secara spasial

(12)

e. Penyusunan Kode Pengalamatan Invidu (bangunan), menyusun kode yang dianggap memenuhi kepentingan informasi alamat individu.

3. Pengkajian penggunaan berbagai metode dan teknik penentuan posisi dengan partisipasi masyarakat: Penginderaan Jauh, Pemetaan Lapangan dan Sistem Informasi Media Massa.

a. Penentuan Teknik dan Metode penentuan posisi yang dapat diterapkan pada masyarakat

b. Uji validasi data hasil penentuan lokasi ditinjau dari aspek akurasi, membandingkan hasil yang diperoleh dengan penentuan tingkat akurasi posisi geografis alamat individu.

c. Komparasi tingkat akurasi dan metode penentuan posisi dari beberapa aspek untuk penentuan level kepercayaan

4. Aplikasi Sistem Informasi Pencarian Alamat

a. Penyusunan perangkat aplikasi untuk kompatibilitas data b. Penerapan hasil pada aplikasi pencarian alamat

(13)

Gambar. Diagram Alir Penelitian INPUT OUTPUT MENEJE MEN DATA DAN PROSES

(14)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Beberpa hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut.

4.1.1. Format / Style alamat di daerah penelitian

Pada kegiatan ini langkah pertama yang diambil adalah menentukan seluruh format alamat yang ada di daerah penelitian (Yogyakarta). Penentuan seluruh format ini untuk melengkapi semua input data model alamat yang berlaku di Yogyakarta, baik yang resmi ataupun merupakan kebiasaan masyarakat setempat.

Pada daerah penelitian (Kota Yogyakarta) secara resmi sistem pengalamatan mengacu pada peraturan daerah kotamadya daerah tingkat II Yogyakarta, Nomor : 7 tahun 1984 tentang pemberian no rumah/bangunan dan pemasangan papan nama kepala keluarga. Rumah/ bangunan yang memiliki no rumah (kode alamat) yang ditunjukkan dengan suatu papan nomor rumah/bangunan.

Ada dua type alamat rumah yang dapat diidentifikasi dari peraturan daerah ini yaitu: (a) Type A, yaitu no rumah/bangunan yang mengacu pada nomor urut rumah/bangunan sepanjang Jalan, artinya semua bangunan yang berada di tepi suatu jalan akan diurutkan nomor rumah/bangunannya. Bila terjadi pengembangan maka akan disusun dengan abjad yang menyertai no rumah/bangunan yang lebih kecil yang ada disekitarnya, walaupun mekanisme ini cukup beresiko dalam jangka waktu yang panjang

Misal : Jl. Simanjuntak No 12, Yogyakarta

<nama jalan> <kilometer> <no urut rumah/bangunan terhadap jalan> <kota>

(b) Type B, yaitu no rumah/bangunan yang berada di dalam kampung, didasarkan pada wilayah administrasi sesuai dengan hirarki wilayah administrasinya dari propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, hingga kode rukun tetangga (RT) dan nomor rumah itu sendiri. Belum diketahui bilamana terjadi pengembangan wilayah yang berkaitan dengan kode no urut wilayah adminsitarsi dan no bangunan.

Misal : Terban Gk.V.248, RK.01, RT 03

<nama kelurahan> <kode wilayah kecamatan><kode wilayah kelurahan> <no urut rumah/bangunan> <no urut rukun Kampung><no urut rukun tetangga>

(15)

alamat di yogyakarta yaitu:

(a) Sistem pengalamatan untuk kepentingan pos / distribusi surat juga disertakan kode pos untuk semua wilayah di indonesia termasuk yogyakarta, sehingga informasi tentang kode pos biasanya disertakan pula dalam penulisan alamat. Kode ini mengacu pada sistem adminsitrasi wilayah, dan memiliki kode unik yang telah distandarkan. Belum diketahui bilamana terjadi pengembangan wilayah.

Misal: 55223 untuk wilayah Gondokusuman, kecamatan Terban <kode pos>

(b) faktor budaya masyarakat Jogja juga menyertakan nama wilayah yang didasari pada lingkungan tempat tinggal yang terkait dengan kebiasaan menyebutkan suatu lokasi atau sejarah kota yogyakarta. Walaupun hal ini tidak berlaku di seluruh wilayah

Misal: Gondolayu, Sagan, dsb. .... <nama lokasi dikenal>...

(c) Areal komplek atau Bangunan Gedung yang cukup besar hingga sangat besar biasanya digunakan oleh banyak pengguna yang memiliki tempat tersendiri dalam bentuk lokasi kapling ruangan atau tanah secara mandiri. Sehingga dalam sistem penentuan alamatnya pengelola bangunan memberikan alamat tambahan dan atau berupa pengkaplingan di dalam bangunan atau blok.

Misal: Jl. Sudirman No. 59, Wisma Hartono (eks BDNI) lantai 2, Kapling No 3, Yogyakarta ... <nama bangunan><lantai/blok><nomor kapling>

Dalam perkembangan lebih lanjut ke depan, sistem alamat ini juga berkaitan dengan keberadaan lokasi suatu tempat didasarkan pada koordinat georeferensi, yang berlaku di seluruh dunia.

Misal: 7.782589° LS, 110.368344° BT, 345 m <latitude><longitude><height>

Beragamnya style alamat ini selanjutnya digunakan sebagai kunci untuk memadukan penentuan lokasi alamatnya rumah atau bangunan.

4.1.2. Interpretasi, Deliniasi, Survei dan Konversi Data

Data spasial citra penginderaan jauh quickbird sebagai dasar dari kegiatan penyusunan ini, digunakan sebagai data primer untuk peta dasar dan sumber pengenalan obyek rumah dan bangunan. Sebelumnya citra ini telah mengalami proses koreksi geometri

(16)

untuk menyesuaikan dengan georeferensi.

Semua style dari komponen alamat yang ada selanjutnya disusun menjadi basis data dalam layer spasial (jika berhubungan dengan fitur spasial) maupun yang diikatkan dengan layer spasial yang mempunyai hubungan (linking) didasarkan pada kunci. Semua datela dipilah dan dibangun menjadi suatu geodatabase.

Interpretasi dan deliniasi sebagai suatu input data spasial menghasilkan data sebagai berikut:

(1) Data peta dasar wilayah penelitian, (jaringan jalan, sungai, dll) (2) Data spasial rumah/bangunan pada daerah penelitian

Selain data yang diperoleh dari hasil interpretasi diperoleh juga data dari hasil konversi (3) Data spasial persil lahan, diperoleh dari data Dinsa Pajak, dikarenakan informasi dari

Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kedua lembaga ini memiliki informasi yang sama (4) Data spasial administrasi batas wilayah, diperoleh dari perda Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta dan hasil survei

(5) Data kode pos, diperoleh dari sistem alamat surat kantor pos.

4.1.3. Penyusunan Geodatabase

Geodatabase, tersusun dari hasil data spasial maupun data non spasial yang dipadukan dalam suatu basis data dalam ESRI format ArcGIS, basisdata tersusun dari semua komponen dan hasil proses konversi dan pengolahan spasial. Geodatabase merupakan satu paket data yang tersusun lengkap berdasarkan pada semua komponen alamat yang ada pada suatu wilayah.

Penyusunan geodatabase dipilah dalam beberapa layer, layer-layer didasarkan pada style alamat yang digunakan di daerah penelitian dan kemampuan penyadapan informasi dari citra penginderaan jauh.

Penyusunan geodatabase pada daerah penelitian yang dihasilkan meliputi:

(1) Fitur dengan alamat; terdiri atas: Bangunan, Titik Penting (landmark), Persil, dan Jalan (2) Fitur alamat dan tabel, terdiri atas; alamat dan subalamat, nama, zona yang terdiri dari wilayah adminsitrasi dan kodepos.

(17)

4.1.4. Posisi Geografis Individu

Individu yang akan ditentukan alamat rumahnya atau sebaliknya ditentukan sebagai suatu sampel lokasi yang digunakan sebagai dasar penentuan alamatnya atau sebaliknya. Penentuan alamat ini menggunakan suatu kode tertentu yang digunakan untuk dapat membaca posisi suatu tempat secara lebih baik yaitu menggunakan koordinat geografis.

Koordinat geografis yang diputuskan menggunakan sistem format koordinat geografis dalam format derajat desimal dengan nilai desimal hingga 6 angka. Pertimbangan ini dimaksudkan agar:

(1) Ketelitian ini diharapkan dapat setingkat lebih tinggi daripada ukuran bangunan umum yang ada di daerah penelitian, ukuran ini diperoleh dari hasil perhitungan yang memiliki akurasi ketelitian paling besar hingga 0.12 m, sebagai ukuran yang secara konsepsual merupakan ukuran posisi manusia dalam kondisi tegak.

(2) Penggunaan derajat desimal dimaksudkan untuk menampilkan format data yang paling sederhana, sehingga mudah dalam proses matematis dan dapat disusun menjadi suatu kodifikasi yang sederhana. Penggunaan 25 karakter latitude longitude dan ketinggian, setidaknya cukup menampung 25 karakter untuk kodifikasi.

4.1.5. Kodifikasi Posisi Individu

Posisi individu diwakilkan oleh suatu kodifikasi yang melekat pada suatu model kode yang dapat menampung informasi Identitas dan lokasi individu yang dapat diimplementasikan pada model pengalamatan sesuai format yang berlaku pada suatu tempat atau menyesuaikan dengan format yang diperlukan.

Barcode (kode batang) yang dipilih adalah kode dua dimensional QR. Kode QR

adalah suatu jenis kode matriks atau kode batang dua dimensi yang dikembangkan oleh

Denso Wave, sebuah divisi Denso Corporation yang merupakan sebuah perusahaan

Jepang dan dipublikasikan pada tahun 1994 dengan fungsionalitas utama yaitu dapat dengan mudah dibaca oleh scanner/pemindai QR merupakan singkatan dari quick

response atau respons cepat, yang sesuai dengan tujuannya adalah untuk menyampaikan

informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, kode QR mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis Kode QR dapat menampung informasi yang lebih banyak daripada kode batang (wikimapia). Kode QR tingkat pertama saja mampu menyimpan 25 karakter, yang berarti mampu untuk

(18)

menyimpan nilai posisi keberadaan individu berdasarkan koordinat geografis. Kode QR memiliki kapasitas tinggi dalam data pengkodean, yaitu mampu menyimpan semua jenis data, seperti data numerik, data alphabetis, kanji,kana,hiragana,simbol,dan kode biner. Secara spesifik, kode QR mampu menyimpan data jenis numerik sampai dengan 7.089 karakter, data alphanumerik sampai dengan 4.296 karakter, kode binari sampai dengan 2.844 byte, dan huruf kanji sampai dengan 1.817 karakter. Selain itu kode QR memiliki tampilan yang lebih kecil daripada kode batang. Hal ini dikarenakan kode QR mampu menampung data secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis ukuran dari tampilannya gambar kode QR bisa hanya seperspuluh dari ukuran sebuah kode batang. Tidak hanya itu kode QR juga tahan terhadap kerusakan, sebab kode QR mampu memperbaiki kesalahan sampai dengan 30%. Oleh karena itu, walaupun sebagian simbol kode QR kotor ataupun rusak, data tetap dapat disimpan dan dibaca. Tiga tanda berbentuk persegi di tiga sudut memiliki fungsi agar simbol dapat dibaca dengan hasil yang sama dari sudut manapun sepanjang 360 derajat

Disisi yang lain dalam pencapaian pemanfaatannya yang luas dan sosialisasi pada masyarakat maka perlengkapan perlu menjamin ketersediaan yang paling memadai. Pemanfaatan kamera digital pada smartphone, pda, notebook, dan berbagai perangkat berteknologi tersebut harus tersedia, mudah diperoleh dan menjangkau budget masyarakat. Hampir semua produk smartphone, notebook dan PDA generasi terakhir dapat digunakan sebagai penindai dan terintegrasi dengan berbagai software geo location seperti

Google Maps, yang saat ini dimodifikasi dan diaplikasikan dalam berbagai website yang

berorientasi pada data spasial.

4. 2. Pembahasan

Berbagai style pengalamatan yang dipakai oleh masyarakat cukup beragam, hal ini menyebabkan penentuan style alamat memang harus ditetapkan secara lugas dalam aturan yang jelas yang menetapkan format yang baku. Sosialisasi penerapan ini akan berdampak pada efisiensi dalam penyusunan geodatabase dan memudahkan dalam aplikasinya. Selain itu dari pandangan sebaliknya dengan diterapkannya model pengalamatan ini setidaknya akan mengarahkan masyarakat untuk menggunakan format standar agar dapat terintegrasi dengan teknologi yang diterapkan. Sebagai contoh penerapan sistem alamat pada Kartu Identitas Penduduk (Kartu Tanda Penduduk) memberikan dampak pada penggunaan alamat tertulis sebagai dasar penulisan alamat masing-masing penduduk, walau hal ini belum ketat terlaksana mengingat standar yang belum ditetapkan ini menyebabkan format yang digunakan masyarakat masih beragam.

(19)

Diharapkan dengan penggunaan aplikasi ini yang semakin luas kesadaran dan pengarahan masyarakat untuk menggunakan suatu model database yang seragam dapat lebih cepat terlaksana bila masyarakat sendiri terarah untuk harus menggunakan suatu model yang penggunaannya semakin meluas dan merupakan bagian dari kepentingan masyarakat itu sendiri.

Data penginderaan jauh sebagai bagian dari input memberikan peranan yang tidak sedikit. Dalam kasus ini penentuan bangunan cukup efisien menggunakan data penginderaan jauh khususnya fitur bangunan, jalan, sungai dan pengenalan berbagai obyek penting, Pemanfaatan data penginderaan jauh dalam resolusi sangat tinggi relatif mutlak digunakan untuk mendapatkan informasi yang rinci. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan data citra ini, yang pertama adalah kualitas data dalam pengertian presisi cukup baik dengan menerapkan citra penginderaan jauh resolusi sangat tinggi sedangkan akurasi masih harus memperhatikan proses georeferensi yang menuntut refrensi yang memadai, pemanfaatan georefrensi yang diperoleh dari Google Earth setidaknya membantu untuk proses keseragaman akurasi secara umum bagi masyarakat, pemanfaatan ini sudah cukup memadai digunakan dalam kegiatan penelitian ini. Sebaiknya pengembangan georeferensi yang lebih tepat dengan mengacu pada ground referensi dari titik-titik pasti berupa tugu referensi dari BPN atau lembaga yang berwenang menetapkan atau bahkan dari hasil pengukuran sendiri dengan ketelitian yang tinggi. Umpan balik dari semakin lengkapnya refrensi dan peran masyarakat dalam menetapkan posisi bangunan rumahnya akan menjadi poin sendiri dari kelengkapan informasi referensi yang digunakan.

Penyusunan struktur geodatabase khususnya pada penelitian ini, pada intinya tidak mengalami banyak kendala, dengan memperhatikan kelengkapan dan masukan alamat dari masyarakat atau pengelola (pemerintah daerah setempat), akan menghasilkan suatu format yang dapat distandarisasi, penerapannya pada lingkungan yang lebih luas (di luar daerah penelitian) akan meningkatkan keragaman style alamat yang menyebabkan semakin kompleksnya geodatabase yang harus dibangun. Tetapi pada prinsipnya dengan pemodelan ini semua informasi baik yang bersifat fitur spasial maupun tabular database dapat terakomodasi dengan baik.

Pemilihan suatu model kodifikasi bagi rumah dan bangunan dengan suatu perangkat yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat secara luas dengan menggunakan

QR code dapat terakomodasi dengan baik. Beberapa kemudahan diperoleh dengan mulai

berkembangnya metode ini untuk keperluan banyak aplikasi dalam teknologi informasi menyebabkan penerapannya dapat dikembangkan secara luas dan dipergunakan untuk kepentingan yang spesifik (khusus). Berbagai aplikasi yang dapat diterapkan dengan cara ini sesungguhnya dapat meningkatkan akselerasi pemanfaatan di masyarakat secara luas.

(20)

Identitas dan posisi individu yang dapat dikaitkan dengan geodatabase alamat sangat bermanfaat bila dikembangkan dalam suatu komunitas masyarakat, misalkan lingkungan perusahaan hingga lingkungan wilayah (bahkan negara) karena dapat diaplikasikan dengan suatu sistem informasi apa saja yang terkait denga keberadaan individu.

(21)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan penelitian ini adalah:

(1) Disain geodatabase pengalamatan individu pada penelitian ini disusun dari berbagai input style alamat rumah dan bangunan yang menjadi tempat tinggal atau lingkungan tinggal manusia secara spasial dengan memanfaatkan informasi alamat yang dipakai serta posisi geografis yang mengikat dimana peran data spasial memegang peranan sangat penting. (2) Input data alamat dan penentuan alamat dapat diperoleh dari berbagai

sumber, dan menyesuaikan kepentingan dan kemampuan individu. Data penginderaan jauh resolusi sangat tinggi memiliki keunggulan dalam presisi, tetapi harus didukung dengan georefrensi yang memadai serta kemampuan interpretasi yang memadai untuk menghasilkan akurasi yang baik, teknik pengukuran GPS memiliki akurasi yang baik dan presisi yang membutuhkan kondisi lapangan dan keterampilan penggunaan receiver yang memadai, pengukuran lapangan secara manual dengan membandingkan keberadaan rumah/bangunan yang telah memiliki informasi posisi dapat ditelusuri dengan suatu formulasi yang dapat dikembangkan dalam masyarakat dengan teknologi yang sederhana dan umum digunakan di masyarakat.

(3) Pemodelan ini bisa dikembangkan dalam basis teknologi informasi yang lebih luas, pemanfataan sistem barcode 2 dimensi dapat diterapkan karena kandungan informasinya yang semakin besar dan diantaranya dapat diaplikasikan dalam produk sistem informasi berbasis web atau mandiri untuk kepentingan identifikasi individu dan keberadaan tempat tinggal atau lingkungan aktifitasnya.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat direkomendasikan bagi kepentingan penelitian dan palikasi ke depan adalah sebagai berikut:

(1) Sudah sepatutnya semua pengambil kebijaksanaan dan pengelola yang berurusan dengan pengalamatan individu ini dan berkepentingan untuk berbagai aplikasi seperti kependudukan, kesehatan, kebencanaan dan lain-lain, mulai menerapkan model ini untuk efisiensi dan memanfaatkan teknologi secara maksimal.

(22)

(2) Sudah saatnya penerapan model ini dilakukan secepatnya, mengingat belum berkembangnya sistem ini di lingkungan masyarakat, agar tidak tertinggal dengan aplikasi teknologi informasi yang semakin cepat. Secara sadar pemanfaatan teknologi yang berkaitan dengan penelitian ini sudah tersedia dan dimanfaatkan dalam keseharian masyarakat di Indonesia, tinggal bagaimana penerapan ini dapat dikembangkan dan mau diaplikasikan pada masyarakat mengingat kepentingannya yang sangat luas dan semakin meluas dan membiasakan masyarakat memanfaatkannya.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

----, 2007, Guidelines for BS 7666:2006

----, 2003, International Standard ISO 19112, Geographic information — Spatial referencing by geographic identifiers

----, 2005, Oregon Geospatial Data Addressing Standard, US

A A. Fanar Syukri, Standardisasi Alamat, Inovasi Online, Edisi Vol.3/XVII/Maret 2005

Aziz, Aplikasi Penentuan Alamat Berbasis GIS (Address Information System), Jurnal Ilmiah Dinamik, Januari 2005, Volume X, No. 1, Hal. 19 s/d 24, ISSN : 0854 – 9524. Cassa, C.A., Wieland Shannon C, dan Mandl Kenneth D., Re-Identification Of Home

Addresses From Spatial Locations Anonymized By Gaussian Skew, International Journal Health Geographics. 2008; 7: 45.

David Arctur dan Michael Zeiler, Designing Geodatabases – Case Studies in GIS data Modelling, ESRI, 2004

Davis CA. Jr., Fonseca FT, Borges DV, dan Albuquerque K, A Flexible Addressing System for Approximate Geocoding, Geoinfo, 2003.

Victoria A. Beard, Household Contributions to Community Development in Indonesia, World Development Journal, Vol. 35, No. 4, pp. 607–625, 2007

(24)

BIODATA PENGUSUL HIBAH PENELITIAN FAKULTAS GEOGRAFI UGM

I. IDENTITAS DIRI

1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Barandi Sapta Widartono, S.Si., M.Si. L/P

1.2. Jabatan Fungsional -

1.3. NIP 197003281999031002

1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Langkat, 28 Maret 1970

1.5. Alamat Rumah Tahunan UH III/321

1.6. Nomor Telepon/Fax Rumah 0274-867657

1.7. Nomor HP 08156883922

1.8. Alamat Kantor Sekip, Yogyakarta

1.9. Nomor Telepon/Fax Kantor 0274-6492334/0274-589595

1.10. Alamat e-mail barandi@geo.ugm.ac.id

1.11 Mata Kuliah yg diampu 1. Aplikasi SIG

2. Penginderaan Jauh Sistem Fotografi

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1. Program: S1 S2

2.2. Nama PT UGM UGM

2.3. Bidang Ilmu Geografi Lingkungan

2.4. Tahun Masuk 1989 2005

2.5. Tahun Lulus 1997 2007

2.6. Judul Skripsi/ Tesis

2.7. Nama Pembimbing Drs. Suharyadi, M.Sc. Dr. Hartono, DEA, DESS

III. PENGALAMAN PENELITIAN

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1

IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL

No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/

Nomor

Nama Jurnal

1 2007 Mobile GIS untuk Survei Cepat ISBN: 978- Prosiding

(25)

pemetaan Kondisi Bangunan Pasca Bencana 979-3369-36-5 Forum Riset Geomatika 2007 2 2008 Geoinfomation-Based Response to The 27 May Indonesia

Earthquake-An Initial Assessment ISBN: 978- 3-540-79258-1 Environtmental Science and Engineering (Book Series)

VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

No. Tahun Judul Buku Jumlah

Halaman

Penerbit

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu syarat pengajuan hibah penelitian fakultas.

Yogyakarta, 5 Agustus 2010 Pengusul,

Barandi Sapta Widartono NIP: 197003281999031002

(26)

ANGGARAN

Justifikasi anggaran berisi rincian biaya kegiatan (dalam ribuan) : Rekapitulasi biaya yang diusulkan

No Uraian Jumlah (Rp)

1 Gaji dan Upah 2200000

2 Bahan Habis Pakai 1000000

3 Peralatan 5180000

4 Perjalanan 420000

5 Lain-lain 1200000

Total 10000000

1. Gaji dan Upah No Pelaksanaan

kegiatan

Jumlah Jumlah Jam/Minggu Honor/Jam Biaya (Rp)

1 Koord. Kegiatan/ Peneliti Utama 1x 12 minggu 4 30000 1440000 2 Pelaksanan/Peneliti - 3 Teknisi 2 x 2 minggu 4 50000 800000 4 Administrasi - Jumlah 2220000

2. Bahan Habis Pakai

No Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1. Cetak Citra / Peta 10 100000 1000000

Jumlah Biaya 1000000

3. Peralatan

No Jenis Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1 Sewa PDA 2 x 20 hari 50000 2000000

2 Sewa GPS 2 x 30 hari 30000 1800000

3 Sewa Viewer 2 x 2 hari 100000 400000

4 Laser Scanner 1 x 14 hari 60000 840000

5 Sewa Kamera 1 x 14 hari 10000 140000

Jumlah Biaya 5180000

4. Perjalanan

No Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1 Survey 2 x 14 hari 15000 420000

Jumlah 420000

5. Lain-lain

No Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1 Diskusi 2 x 20 orang 5000 200000

2 Publikasi dan Pelaporan 1000000

Jumlah 1200000

Gaji dan Upah Maksimum 30% dari dana yang disetujui 

Lihat lampiran keputusan SK Rektor Nomor 1/PII/SK/HT/2009, tentang Pedoman satuan biaya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kantor pusat Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Mahmud Machfoedz -  Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau

Selanjutnya menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Menengah Kejuruan (1983:12) “ motif adalah titik tolak dalam menciptakan ornament”. Jadi, dari

d) Untuk mengatasi kecelakaan &amp; gangguan kesehatan kerja bisa dilakukan melalui Pendekatan Ergonomy. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan pendekatan ergonomy. e)

Kondisi saat ini, pemanfaatan KP Singamerta belum optimal dalam mendukung kinerja BPTP Banten seperti belum adanya pemetaan/lay out tentang display inovasi

Modul sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat belajar secara mandiri dimana saja dan kapan saja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta dapat

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak-anak Sekolah Dasar tingkat awal (kelas 1 sampai kelas 3) di RT 02/RW 03 Desa Semawung yang mengikuti

Admin Login Melakukan verifikasi login Sistem 6 Berhasil Data Kriteria Memasukkan data kriteria yang akan digunakan pada sistem dan menampilkan data kriteria Sistem

saham, dividen satu peringkat pertama dan terakhir sebanyak 4.50 sen untuk setiap saham biasa bagi tahun kewangan berakhir 31 Disember 2016 akan dibayar pada 27