• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Kepala Badan Narkotika Nasional TTD. Anang Iskandar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Kepala Badan Narkotika Nasional TTD. Anang Iskandar"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur layak kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun Anggaran 2012 ini berhasil disusun dan dipublikasikan.

Laporan Tahunan BNN ini berisi tentang penyelenggaraan dan hasil penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama satu tahun, sebagai bentuk pertanggungjawaban BNN sebagai vokal point dalam penanganan permasalahan Narkoba di tanah air.

Hal ini tentunya sudah sejalan dengan amanat dari Pasal 70 (j) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun terakhir ini Badan Narkotika Nasional telah berkali-kali mengalami perubahan status kelembagaan, yang terakhir adalah dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada tanggal 12 Oktober 2009, sebagai Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang vertikal ke bawah hingga tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Lembaga BNN yang sekarang ini telah memiliki kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Narkotika.

Diharapkan dengan statusnya sekarang ini, BNN akan semakin dapat meningkatkan kemampuannya lebih optimal sesuai peran sebagai vokal point yang profesional dalam penanganan permasalahan narkoba di tanah air.

Semoga Laporan Tahunan ini dapat lebih mensinergikan komitmen bersama segenap komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dalam memerangi permasalahan narkoba.

Jakarta, Januari 2013

Kepala Badan Narkotika Nasional TTD

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

KATA SAMBUTAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG ……….. 1

B. DASAR HUKUM ……… 2

C. MAKSUD DAN TUJUAN ……….. 3

D. RUANG LINGKUP ……… 4

E. SISTEMATIKA ………... 4

BAB II SITUASI PERMASALAHAN NARKOBA ……….. 5

A. PERMASALAHAN NARKOBA GLOBAL ………... 5

B. PERMASALAHAN NARKOBA REGIONAL ……….. 6

C. PERMASALAHAN NARKOBA NASIONAL ……….. 8

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN TAHUN 2012 ………... 11

A. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN ……… 11

1. Bidang Pencegahan ……… 11

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ………. 15

3. Bidang Rehabilitasi ………. 22

4. Bidang Pemberantasan ……….. 28

5. Bidang Hukum dan Kerja sama ……… 45

6. Kegiatan Pendukung Layanan Administrasi di BNN …………. 56

B. HAMBATAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN ………... 69

1. Hambatan ………. 69

2. Upaya yang Dilakukan ………... 69

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak perubahan Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) bulan Agustus 2002 atau sejak satu dekade (10 tahun) pemerintah bersama masyarakat menanggulangi masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya kecuali Tembakau dan Alkohol) telah banyak upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang dicapai. Namun demikian, permasalahan Narkoba tidak berhenti begitu saja, tetapi terus tumbuh dan menggunakan modus operandi terkini melewati lintas batas negara.

Sebagaimana diketahui bersama, kejahatan Narkoba merupakan kejahatan yang bersifat lintas negara (transnational crime), kejahatan terorganisir (organized crime), dan kejahatan serius (serious crime) yang dapat menimpa dan mengancam setiap negara dan bangsa dengan dampak kerugian yang sangat besar, terutama dari segi kesehatan, sosial ekonomi, dan keamanan bahkan ketahanan suatu bangsa, terbukti generasi muda bangsa dapat dilemahkan dengan kejahatan Narkoba. Oleh karena itu, sebagaimana pesan Presiden RI, bahwa Negara tidak boleh kalah melawan sindikat kejahatan Narkoba.

Berdasarkan kajian dan pertimbangan seksama, Pemerintah merevisi Undang-undang Narkotika Nomor 22 Tahun 1997 menjadi Undang-undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 yang lebih keras dalam menghukum dan memberikan efek jera sindikat dan kejahatan namun lebih humanis dalam merawat korban-korban Narkoba yang terus berjatuhan. Seiring dengan revisi UU tersebut, Pemerintah juga memperkuat Kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

(4)

Sebagai LPNK, BNN memegang posisi yang sangat strategis dalam menyatukan langkah untuk menggerakkan seluruh komponen masyarakat dengan lebih serius, aktif, dan ambisius melalui implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang P4GN Tahun 2011-2015. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, BNN telah mampu membawa perubahan cukup signifikan terutama dalam penataan visi dan misi, kebijakan dan strategi nasional tentang akselerasi di bidang penyidikan, serta upaya ekstensifikasi dan intensifikasi dalam menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat akan arti dan pentingnya kesehatan yang bebas dari pengaruh penyalahgunaan Narkoba.

Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 75 BNNK/Kota. Secara bertahap, perwakilan ini akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tingkat kerawanan penyalahgunaan Narkoba di daerah. Dengan adanya perwakilan BNN di setiap daerah, memberi ruang gerak yang lebih luas dan strategis bagi BNN dalam upaya P4GN. Dalam upaya peningkatan performa pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran gelap Narkoba, dan demi tercapainya visi “Indonesia Bebas

Narkoba Tahun 2015”.

Oleh karena itu, dalam rangka mempertanggungjawabkan program, kegiatan dan capaian kinerja BNN, setiap tahun disusun Laporan Tahunan BNN yang dimaksudkan agar semua capaian program dan kegiatan BNN setiap tahun dapat didokumentasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat sebagai pertanggungjawaban badan publik, secara transparan dan akuntabel. Diharapkan pula dengan laporan tahunan ini upaya P4GN dapat diapresiasi masyarakat melalui peran serta yang aktif dalam upaya P4GN menuju masyarakat Indonesia yang imun dari Narkoba, masyarakat yang sehat, sejahtera dan maju.

B. DASAR HUKUM

(5)

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025.

4. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

5. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

6. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 – 2015.

7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 04 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud.

Maksud penyusunan laporan tahunan ini sebagai pertanggungjawaban BNN kepada masyarakat tentang pemberian informasi kegiatan, khususnya P4GN secara jelas, transparan, akuntabel dan faktual. Selain itu, sebagai implementasi mendokumentasikan seluruh kegiatan P4GN ke dalam sebuah media cetak yang dapat dipelajari, dipahami dan disikapi masyarakat tentang bahaya Narkoba dan upaya penanggulangannya oleh BNN.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang perkembangan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta pentingnya upaya P4GN bagi seluruh anak bangsa untuk berkomitmen, bersinergi secara komprehensif dan terintegrasi dalam mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba.

(6)

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam laporan tahunan ini memberikan gambaran terkini yang komprehensif dan faktual tentang tren masalah Narkoba baik di tingkat global, regional dan nasional yang disikapi dengan penanggulangan P4GN oleh BNN selama setahun. Dengan situasi dan kondisi serta besaran permasalahan Narkoba yang dihadapi, diharapkan mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk lebih meningkatkan peran serta, khususnya dalam implementasi kebijakan dan strategi P4GN sesuai Inpres Nomor 12 Tahun 2011.

E. SISTEMATIKA

Bab I Pendahuluan

Bab II Situasi Permasalahan Narkoba.

Bab III Pelaksanaan Program dan Kegiatan P4GN TA 2012 Bab IV Penutup

(7)

BAB II

SITUASI PERMASALAHAN NARKOBA

A. PERMASALAHAN NARKOBA GLOBAL.

Sejak lama dunia telah dilanda masalah Narkoba. Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba sudah mewabah di hampir semua negara di dunia dan tidak satu bangsa pun yang terbebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, yang mengakibatkan jutaan jiwa, menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan dan ketahanan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya, upaya P4GN telah disepakati dunia sebagai gerakan bersama yang terus dilakukan kerjasama dalam pelaporan dan upaya penanggulangannya.

Berdasarkan Laporan Badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan kejahatan narkotika (United Nations Office on Drugs Crimes/UNODC) World Drugs Report 2012, diketahui bahwa upaya pengawasan Narkoba yang ketat oleh negara-negara di dunia telah dapat mengendalikan peredaran Narkoba di Eropa, Amerika dan Asia. Namun demikian transaksi dan peredaran gelap Narkoba yang dilakukan oleh pelaku kejahatan terorganisir (organized crime) ternyata terus meningkat, sehingga diperlukan berbagai macam upaya untuk melindungi masyarakat dari bahaya Narkoba.

Diperkirakan antara 153 – 300 juta jiwa atau sebesar 3,4%-6,6% penyalahguna Narkoba dunia usia 15-64 tahun pernah mengkonsumsi Narkoba sekali dalam setahun, di mana hampir 12% (15,5 juta jiwa sampai dengan 38,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat.

Laporan UNODC, juga menunjukkan bahwa perkiraan produksi opium meningkat dari 4.700 ton tahun 2010 menjadi 7.000 ton tahun 2011. Sedang produksi Kokain meningkat dari 13,3 juta ton tahun 2010 menjadi 19,7 juta ton tahun 2011. Peningkatan barang sitaan methamphetamine meningkat dari 31 ton tahun 2008 menjadi 45 ton tahun 2009 atau dengan peningkatan sebesar 45%.

(8)

Dari sisi jenis narkotika, ganja menduduki peringkat pertama yang disalahgunakan di tingkat global dengan angka prevalensi 2,3% dan 2,9% per tahun dari total populasi penduduk usia 15-64 tahun. Pasar terbesar ganja Oceania (9,3%-14,8%) dan USA (6,3%-6,6%). Ganja diketahui memiliki efek yang paling merusak dibanding jenis narkotika yang lainnya.

Sementara peringkat kedua, diikuti dengan penyalahgunaan kokain dengan angka prevalensi sebesar 15%-19% per tahun. Amerika Utara menjadi wilayah penyalahguna Kokain dengan angka prevalensi paling tinggi sebesar 2%, diikuti Oceania (1,4%-1,7%) dan Eropa Barat (1,5%). Kokain jika digunakan secara bersamaan dengan minumal beralkohol dapat memicu terjadinya penyimpangan perilaku dan kekerasan.

Amphetamine-Type Stimulants (ATS) menduduki peringkat ketiga, sebagai Narkoba yang disalahgunakan dengan estimasi sebesar 3,7 juta jiwa sampai dengan 52,9 juta jiwa usia 15-64 tahun. Oceania, Asia Selatan, Amerika Utara dan Eropa Barat dan Eropa Tengah telah menjadi wilayah penyalahgunaan ATS dengan angka prevalensi paling tinggi. Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang paling sering diproduksi gelap guna memberikan efek eupforia bagi penyalahgunanya.

Dari perspektif dampak buruk, penyalahgunaan Narkoba menduduki rangking ke-20 dunia sebagai penyebab angka kematian dan menduduki rangking ke-10 di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Penyalahguna Narkoba diketahui sangat rentan dan mudah terjangkit HIV/AIDS, Hepatitis dan Tuberculosis (TBC), yang lebih mudah menularkan ke masyarakat umum. Berdasarkan alasan ini UNODC menganggap bahwa penyalahgunaan Narkoba sebagai masalah kesehatan.

B. PERMASALAHAN NARKOBA REGIONAL.

Di kawasan regional, sebagaimana dilaporkan dalam World Drug Report 2012 bahwa 238 juta orang (5% dari populasi global memakai Narkoba dalam setahun). Kawasan Afghanistan, Pakistan dan Iran memiliki prevalensi tertinggi dari penggunaan opium, sementara Afrika Barat memiliki lebih dari 2 juta pengguna kokain. Produksi opium global telah melonjak menjadi 7.000 ton pada 2011, dibandingkan 2010, ketika penyakit tanaman

(9)

Berdasarkan Laporan UNODC Asia Pasifik, Global Smart Update 2012, sepertiga dari ATS global dan setengah dari metamfetamin global yang disita pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Sejumlah besar ATS terus diproduksi di Cina, Myanmar dan Filipina. Selain itu, produksi ATS gelap terus berkembang di negara-negara yang sebelumnya menjadi negara transit untuk ATS seperti Kamboja, Indonesia dan Malaysia. Diversi sediaan farmasi yang mengandung pseudoephedrine, yang akan disalahgunakan untuk produksi metamfetamin secara ilegal, terus terjadi di wilayah. Kelompok kejahatan transnasional terorganisir dari Afrika dan Iran terus terlibat dalam perdagangan metamfetamin ke Asia Timur dan Asia Tenggara.

Sementara di wilayah Asia Selatan, tetap menjadi target kelompok kejahatan terorganisir sebagai sumber ATS, terutama ephedrine dan pseudoephedrine. Fasilitas produksi ATS ilegal diungkap secara teratur. Sejumlah besar ketamine, suatu zat yang tidak termasuk dalam pengawasan internasional, dikirim dari India ke Asia Timur dan Amerika Utara.

Maraknya produksi dan peredaran gelap ATS di Kawasan Asia Pasifik, mengancam Negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia sebagai jalur peredaran gelap dan pangsa pasar yang menjanjikan. Dengan nilai jual narkotika yang tinggi dan jumlah permintaan yang terus tumbuh, menyebabkan kawasan ASEAN menjadi sasaran penyelundupan narkotika dan bahan-bahan prekursor dari berbagai jenis dan kemasan. Sebagaimana terjadi di Malaysia, penyelundupan besar-besaran prekursor dari padat menjadi cair telah menggunakan berbagai modus operandi.

Dari narkotika jenis Opiat, Afghanistan masih menempati rangking pertama produksi dan peredaran gelap Opium. Kemudian Myanmar adalah "nomor dua" dalam hal budidaya opium dan produksi global. Pada 2010, ketika terjadi penurunan tajam produksi opium di Afghanistan, pangsa pasar opium Myanmar telah tumbuh dengan cepat. Sementara "Segitiga Emas" hanya memproduksi sekitar 10% dari opium dunia, masalah ini harus ditangani secara serius.

(10)

Berdasarkan hasil pertemuan International Drugs Enforcement Conference Far East Working Group di Da Nang, Viet Nam (2012), diketahui bahwa sindikat Narkoba di kawasan Asia Timur Jauh terus tumbuh, antara lain: sindikat Iran-Nigeria (heroin dan shabu), sindikat China dan Malaysia (ATS), sindikat Amerika Latin (Kokain), Sindikat Australia dan sindikat dalam Negeri (Ganja). Meskipun sindikat Nepal semakin berkurang namun sindikat-sindikat yang lain terus merekrut TKI sebagai kurir Narkoba baik ras Asia maupun Eropa. Mereka telah banyak yang ditangkap serta diproses hukum di berbagai negara, sebagai agen sindikat Indonesia di Luar Negeri.

C. PERMASALAHAN NARKOBA NASIONAL.

Dari hasil Survey Nasional, Indonesia juga termasuk negara yang mengalami permasalahan tersebut, terbukti dari data hasil Survei BNN-UI (2011) tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10-60 tahun). Hal ini mengalami peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar 1,99% atau sekitar 3,3 juta orang. Dengan semakin maraknya peredaran gelap Narkoba, maka diestimasikan jumlah penyalahguna Narkoba akan meningkat 4,58 juta pada tahun 2013, apabila upaya P4GN tidak berjalan se-efektif mungkin.

Dari hasil pengungkapan kejahatan Narkotika, situasi peredaran shabu (methamphetamine) selama 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011) meningkat, yang digambarkan dengan bertambahnya jumlah kasus dan tersangka jenis shabu dengan peningkatan rata-rata sebesar 21,23% yaitu dari 5.456 kasus pada tahun 2007 menjadi 11.764 kasus pada tahun 2011, sedangkan tersangka mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,47% yaitu dari 8.651 orang pada tahun 2007 menjadi 15.683 orang pada tahun 2011. Barang bukti jenis shabu mengalami peningkatan yang sangat tajam yaitu sebesar 208,4% dari 354.065,84 gram (2010) menjadi 1.092.029,09 gram (2011). Hasil penyitaan shabu oleh Ditjen Bea dan Cukai tahun 2011 juga

(11)

Maraknya sindikat luar negeri yang beroperasi di Indonesia terbukti dengan Jumlah tersangka Warga Negara Asing yang mengalami kenaikan dari tahun 2007-2010 yaitu dari 68 tersangka pada tahun 2007 menjadi 134 tersangka pada tahun 2010 dengan persentase kenaikan sebesar rata-rata 26,1% atau 22 tersangka, sedangkan tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 10,4% atau sebesar 14 tersangka dari tahun 2010. Berturut-turut mayoritas WNA yang tertangkap di Indonesia karena Narkoba adalah : WN Malaysia, WN Iran, WN Nigeria, WN China, WN Perancis dan WN Australia.

Sindikat Narkoba telah menebar jaringan sindikasinya dengan membangun laboratorium gelap (clandestine laboratory). Faktor penyebab maraknya peredaran Narkotika jenis ATS di kota-kota besar bersumber dari adanya laboratorium gelap yang dibuat oleh sindikat Narkotika baik berskala rumahan dan pabrikan. ATS merupakan Narkoba jenis sintetis yang dibuat dari bahan-bahan kimia (prekursor) yang diperdagangkan dengan prosedur ketat namun disimpangkan ijin dan penggunaannya. Bahkan prosedur peracikannya dapat dipelajari melalui internet dengan peralatan yang tersedia di pasaran. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia yang semula hanya sebagai negara transit narkotika, telah berubah menjadi negara penghasil ATS, terbukti dengan kecenderungan naiknya jumlah laboratorium atau pabrik ATS dalam lima tahun terakhir.

Pada tahun 2006 jumlah pabrik ATS yang berhasil dibongkar sebanyak 12 kasus (4 pabrik berskala besar dan 8 pabrik berskala kecil), namun di tahun 2010 meningkat menjadi 25 kasus (7 pabrik berskala besar dan 18 pabrik berskala kecil). Kecenderungannya para pabrikan ATS membangun dengan skala kecil, agar dapat cepat berpindah. Sementara modus operandi lokasi laboratorium gelap umumnya di lokasi yang dekat dengan para penya-lah guna, seperti lingkungan perumahan mewah, tempat hiburan, tempat terapi dan rehabilitasi atau apartemen yang agak rendah tingkat interaksi antar warganya dan sistem keamanan yang tidak rumit, termasuk kawasan rawan narkotika di perkotaan. Pembangunan pabrik ATS tidak hanya di Jakarta saja, tetapi telah menyebar ke berbagai ibukota Provinsi seperti Surabaya, Medan, Batam, Pekanbaru, dan Bajarmasin. Bahkan di beberapa kabupaten/kota juga ditemukan seperti : Jepara (Jateng), Tulung Agung, Malang dan Banyuwangi (Jatim). Di Luar Jawa di temukan di Maros (Sulsel).

(12)

Berdasarkan dampak sosial dan ekonomi, bisnis Narkoba merupakan bisnis besar yang melibatkan banyak jaringan sindikat. Jumlah uang yang beredar omzetnya sangat besar, jika diasumsikan itu senilai biaya konsumsi Narkoba maka uang berputar di bisnis ini minimal Rp.17,5 trilyun. Tingkat keuntungan yang dijanjikan sangat besar, di tingkat pengedar antara 40% sampai 100% dari modal tergantung jenis Narkoba, misalkan shabu beli 1 gram sekitar 1,2 juta, maka setelah dijual per paket akan dihasilkan uang minimal Rp. 2,2 juta. Inilah fakta mengapa bisnis ini marak di kota-kota besar. Kompleksitas permasalahan Narkoba menyangkut aspek sikap/perilaku individu (nilai-nilai, kepribadian, dll) dan lingkungan (teman sebaya, keluarga, dll). Individu dan lingkungan yang terbiasa menyalahgunakan Narkoba perlahan tapi pasti telah mengancam nilai-nilai dan etika yang tumbuh dalam kearifan lokal masyarakat. Hal itu nampak dari berbagai kejadian kekerasan, kecelakaan, tawuran, perkelahian antar geng, tawuran antara kampung, mahasiswa dengan penegak hukum dan kejadian lain, dimana para pelaku tersebut dalam pengaruh Narkoba sebelum melakukan aksinya.

Dengan mencermati kejadian dan ulasan di atas, perlu kiranya Pemerintah dan jajarannya untuk terus mengajak dan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk bersama-sama bertanggung jawab melakukan P4GN menciptakan masyarakat yang imun (kebal) dari penyalahgunaan Narkoba sekaligus membantu para korban untuk dapat dirawat di tempat-tempat yang telah disediakan Pemerintah serta ikut berpartisipasi aktif melaporkan setiap tindak pidana Narkoba kepada aparat yang berwajib.

(13)

BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN

TAHUN 2012

A. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN.

1. Bidang Pencegahan.

Sebagai upaya untuk meminimalisir jumlah penyalahguna Narkoba dan untuk meningkatkan imunitas (daya tangkal) masyarakat agar senantiasa menolak penyalahgunaan Narkoba, Deputi Bidang Pencegahan BNN bersama BNNP dan BNNK/Kota telah melakukan berbagai langkah preventif, melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut : a. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye P4GN bidang

pencegahan melalui media elektronik dalam bentuk Talkshow Interaktif P4GN (Program Indonesia Bergegas) di televisi swasta nasional dan TVRI, serta di berbagai radio swasta nasional. Penayangan berbagai iklan layanan masyarakat P4GN bidang pencegahan di berbagai televisi swasta nasional dan TVRI serta 33 televisi lokal dan penayangan film Anti Narkoba di televisi swasta nasional.

Gambar 1. Iklan Anti Penyalahgunaan Narkoba Versi Remaja, Pekerja dan Keluarga

(14)

b. Membangun website Indonesia Bergegas, dengan mengakses

www.indonesiabergegas.com, sebagai salah satu referensi informasi pencegahan Narkoba. Berdasarkan hasil review terhadap 30 juta domain name di dunia, website www.indonesiabergegas.com masuk dalam peringkat ke 5 juta dari 30 juta domain name di dunia atau mendapat angka peringkat tertulis 2,5* dengan kategori website aman untuk diakses oleh siapa saja. Hingga saat ini website tersebut telah diakses oleh 17.000 orang. Sedangkan total pengakses www.youtube.com/user/indonesia bergegas mencapai 11.600 orang (per tgl 31 Desember 2012, pukul 12.00 WIB).

c. Pagelaran Seni Budaya Anti Penyalahgunaan Narkotika melalui atraksi Lenong, campur sari, wayang gaul, reog ponorogo, calung, operet, lawak, musik, teater kontemporer, dan kebudayaan lainnya. Kegiatan ini telah memberikan tontonan sekaligus tuntunan anti Narkoba kepada kurang lebih 46.292 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Gambar 2. Tayangan Talkshow Interaktif P4GN (Live)

(15)

d. Kampanye Nasional Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba bertepatan dengan HANI (Hari Anti Narkoba Internasional) pada tanggal 26 Juni 2012 di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar sekaligus peresmian operasional Balai Rehabilitasi BNN oleh Bapak Wakil Presiden RI. Kegiatan ini diikuti ± 2.600 orang, terdiri dari : unsur Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan Wakil Menteri, Jaksa Agung, Duta Besar, Perwakilan Organisasi Luar Negeri, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kwarnas Gerakan Pramuka, Anggota TNI dan POLRI, Pramuka, Pelajar, serta Pejabat Pemprov Sulawesi Selatan.

e. Penerbitan berbagai media cetak sebagai referensi maupun media kampanye P4GN bidang pencegahan (buku, majalah, buletin, artikel, leaflet, poster, dan kaos), serta pembuatan media luar ruang (spanduk, umbul-umbul, balon udara, banner, handbag, neon box, billboard, running text) yang disebarluaskan kepada masyarakat.

f. Forum Komunikasi Diseminasi Informasi Bidang Pencegahan tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota di 7 Provinsi (Bali, Bengkulu, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan).

(16)

g. Pembentukan 15.419 kader di lingkungan pelajar dan mahasiswa, serta 6.153 kader di lingkungan pekerja. Sebanyak 42.306 pekerja pada instansi pemerintah, BUMN maupun swasta juga telah mendapatkan advokasi dan sosialisasi tentang pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Sedangkan di lingkungan pelajar dan

mahasiswa, telah dilakukan advokasi dan sosialisasi kepada 55.394 orang.

h. Sosialisasi dan TOT (Training of Trainer) kepada 36.950 peserta dari berbagai instansi pemerintah (TNI, POLRI, PNS, BUMN, SWASTA) kelompok masyarakat dan organisasi masyarakat yang berada di wilayah DKI Jakarta.

i. Melaksanakan kerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga dan organisasi masyarakat dengan sasaran pelajar/mahasiswa dan pekerja, sesuai dengan INPRES Nomor 12 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang P4GN, antara lain :

1) Kementrian Kominfo

2) Kementerian Perhubungan

3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4) Kementerian PDT

5) BKKBN

6) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

7) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A)

(17)

9) IPP NU, BAZIS DKI, LKCI (Lembaga Cegah Kesehatan Indonesia), Gereja Advent Indonesia, INACA dan KONI. 10) Pemuda Muhammadiyah, IMM (Ikatan Mahasiswa Muslim),

PGI (Persatuan Gereja Indonesia), PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katholik Indonesia), Peradam (Persatuan Pemuda Hindu Indonesia), Perhimpunan Indonesia Tionghoa, GP. Anshor, PORPI (Persatuan Mahasiswa Putri NU), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Fatayat NU, Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia), Gerakan Pemuda Sehat (GPS), KOSGORO, PP Al Hidayah, PP GPI (Gerakan Pemuda Islam), PP Matakin, Gema Budi (Gerakan Mahasiswa Budha), PP Walubi, Persatuan Gereja Pantekosta, DPP GAMKI (Gerakan MahasiswaKristen Indonesia), Wanita Khatolik, KOWANI, PKK, PP Aisyiyah, MDI (Majelis Dakwah Islamiyah), PP Remaja Mesjid Indonesia, PP Al Wasliyah.

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh BNN, berorientasi pada upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program P4GN dan pemberdayaan alternatif baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :

a. Pemberdayaan Melalui Peran Serta Masyarakat

Dalam rangka melakukan optimalisasi penanggulangan bahaya penyalahgunaan Narkoba melalui peningkatan peranserta masyarakat, BNN menggulirkan program pemberdayaan peran serta masyarakat, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan seperti : Penyuluhan, Advokasi, Pembentukan Satuan Tugas (Satgas), Pemberdayaan Lingkungan dalam rangka mengantisipasi bahaya narkoba dan test rambut.

(18)

Gambar 5. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat di Lingkungan Pendidikan

Adapun kegiatan pemberdayaan peran serta masyarakat yang dilakukan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, yaitu :

1) Di Lingkungan Pendidikan Sekolah Menengah, sebanyak 17 sekolah dan menjangkau 2.400 siswa.

2) Di Lingkungan Pendidikan Tinggi (Kampus), sebanyak 18 kampus dan menjangkau 2.400 mahasiswa.

3) Di Lingkungan Kerja Pemerintah, sebanyak 20 Instansi Pemerintah dan menjangkau 800 PNS.

Gambar 6. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat di Lingkungan Pemerintah

4) Di Lingkungan Kerja BUMN, sebanyak 18 Instansi BUMN dan menjangkau 800 Pegawai.

5) Di Lingkungan Kerja Swasta, sebanyak 18 Instansi Swasta dan menjangkau 800 Pekerja.

(19)

6) Di Lingkungan Masyarakat, sebanyak 26 Lingkungan dan menjangkau 2.400 masyarakat.

7) Kegiatan Pemberdayaan peran serta Masyarakat melalui ABT (Anggaran Belanja Tambahan) dengan Test Urine, yang menyasar 28 lingkungan dan 4.075 orang, antara lain :

a) Lingkungan Kerja Pemerintah : Kopassus (1.260 orang), Dit Hukum TNI AD (75 orang), CPNS BNN (311 orang), LAPAN (219 orang), MK (190 orang) dan Pusat Penerbangan TNI AD (30 orang).

b) Lingkungan Kerja BUMN : PT KAI (Persero) DAOP 1 Jakarta (100 orang), DAOP 2 Bandung (50 orang), DAOP 3 Cirebon (50 orang), DAOP 4 Poncol Semarang (50 orang), DAOP 5 Purwokerto (50 orang), DAOP 6 Yogyakarta (50 orang), DAOP 8 Surabaya (50 orang); PT KAI Lampung (305 orang), PT KAI Palembang (365 orang), PT Garuda Airline (14 orang).

c) Lingkungan Kerja Swasta : PT Nusa Flying Indonesia (50 orang), PT JNE (150 orang), PT Airasia Indonesia Bandung (52 orang), PT Airasia Indonesia Medan (31 orang), PT Airasia Indonesia Denpasar (99 orang), PT Airasia Indonesia Surabaya (26

orang), PT Inti Shell (47 orang), PT Fastfood Indonesia (40 orang), PT BKJ Tanjung Priok (230 orang), Sriwijaya Air (21 orang), Batavia Air (25 orang), Lion Air (135 orang).

Gambar 7. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat di Lingkungan Kerja Sawsta

(20)

b. Pemberdayaan Alternatif

1) Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Perkotaan

(community development)

Dalam rangka memberdayakan Masyarakat Perkotaan pada daerah-daerah rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di wilayah Komplek Permata Jakarta Barat, Kampung Bali, dan Kampung Bonang Jakarta Pusat, Direktorat Pemberdayaan Alternatif BNN telah melakukan serangkaian upaya terobosan kegiatan agar dapat tercipta lingkungan yang bersih dari Narkoba.

Gambar 8. Kegiatan Dayamas Alternatif di Kampung Permata

Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah :

a) Memberikan kegiatan life skill berupa service HP yang diikuti oleh para Pemuda di 3 Kawasan (Komplek Permata, Kampung Bali dan Kampung Bonang) sebanyak 300 orang.

b) Pelatihan sablon di Komplek Permata sebanyak 100 orang.

c) Ketrampilan instalasi Listrik di Komplek Permata sebanyak 100 orang.

(21)

d) Pelatihan keterampilan Aksesoris di Komplek Permata sebanyak 30 orang.

e) Pelatihan keterampilan salon tingkat mahir di Komplek Permata sebanyak 30 orang.

f) Keterampilan menjahit tingkat mahir di Komplek Permata sebanyak 25 orang.

g) Pembinaan kesenian rakyat di wilayah Kampung Bali dan Kampung Bonang sebanyak 200 orang.

h) Masyarakat Kampung Bali dan Kampung Bonang telah berikrar untuk menciptakan lingkungan bebas dan bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang diikuti 200 orang dari seluruh elemen masyarakat.

2) Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Pedesaan

(alternative development)

Kegiatan pemberdayaan alternative masyarakat pedesaan diarahkan untuk melakukan penciptaan kawasan pedesaan, khususnya basis penanaman ganja di Aceh, yang bebas narkoba. Kegiatannya meliputi penyuluhan anti narkoba, pelatihan ketrampilan pertanian dan non pertanian di lahan-lahan bekas ganja dan pada petani ganja. Kegiatan itu dilaksanakan BNN dan BNNP Aceh.

(22)

BNN telah melaksanakan pelatihan pada petani di 8 Kawasan/desa di Mukim Lamteuba, Aceh Besar, dalam rangka alih fungsi lahan ganja, alih profesi petani ganja dan alih usaha penyalahguna Narkoba. Sebagaimana diketahui, hingga kini Aceh masih menjadi wilayah penghasil Narkotika Alami jenis Ganja, Khususnya yang berasal dari Lamteuba, Aceh Besar. Untuk mengatasi hal tersebut, BNN bersama seluruh jajaran Polda Aceh, Pemerintah Provinsi dan Komponen Masyarakat Aceh terus berupaya melakukan pemberdayaan alternatif bagi masyarakat pedesaan (Alternative Development).

Selama TA 2012, telah berhasil dialihfungsikan lahan ganja menjadi Lahan Nilam, Jabon dan Kunyit seluas 80 hektar. Telah berhasil mengalihprofesikan petani Ganja menjadi petani tanaman perkebunan Nilam, jabon dan Kunyit sebanyak 80 orang. Selain itu juga telah berhasil mengalihusahakan penyalahguna narkoba menjadi wirausaha dengan ketrampilan Service HP, Pengelasan besi dan Pertukangan sebanyak 140 orang.

Gambar 10. Deputi Memberikan Bantuan Modal Kerja & Hasil

(23)

Kini dengan beralihfungsinya lahan menjadi lahan nilam, petani dapat panen nilam selama 6 bulan. Tanaman nilam ini disuling dengan ketel (bantuan BNN) dan menghasilkan minyak atsiri (bahan dasar parfum) dengan kadar Pachouli Alcohol (PA) sebesar 31,5% yang mampu memberikan pendapatan kepada petani untuk setiap liternya sebesar Rp 1 juta Rupiah. Tanaman Kunyit yang dipanen selama 9 bulan telah banyak agen yang akan memasarkannya baik di Aceh mauapun ke Malaysia, sebagai bahan obat-obatan. Sedang tanaman jabon, kelak akan dapaat dipanen setelah 5-6 tahun.

Pada kawasan Kemukiman Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Kabupatean Aceh Besar (kira-kira berjarak 52 km arah tenggara Banda Aceh) dalam perkembangan setahun ini telah banyak dampak positif dari program AD ini, antara lain : sarana jalan semakin bagus, akses kendaraan yang melintasi wilayah ini semakin banyak, mulai banyak Dinas Pemerintah Kabupaten yang melakukan program di wilayah ini. Dari 5 kawasan / desa yang disasar dalam program ini berhasil mewujudkan situasi yang kondusif untuk P4GN mulai dari alih fungsi lahan hingga penyuluhan di 8 kawasan/Desa.

Kemudian dengan alihusaha di bidang non pertanian, para penyalahguna dan mantan Warga Binaan kasus narkoba, dapat berusaha menambah kesibukan yang positif dan mengembangkan wirausaha bidang jasa servis HP, Pengelasan dan Pertukangan yang peralatannya (modal kerja) dibantu dari BNN.

(24)

Sementara BNNP Aceh juga telah melaksanakan alternative development di kabupaten Bireuen pada lahan bekas Ganja seluas 25 Hektar yang dialihfungsikan menjadi pengembangan tanaman pisang, karet dan sayuran oleh 27 orang mantan petani. Di kawasan tersebut, kini telah dibangun fasilitas jalan yang memudahkan petani mengangkut hasil usaha taninya.

3. Bidang Rehabilitasi.

BNN melalui Deputi Bidang Rehabilitasi memiliki dokumen cetak biru program Rehabilitasi Berkelanjutan (Sustainability Rehabilitation) sebagai pedoman dalam melaksanakan rehabilitasi bagi penyalahguna dan atau pecandu Narkoba. Deputi Bidang Rehabilitasi melakukan berbagai upaya penguatan lembaga rehabilitasi yang dikelola instansi pemerintah maupun komponen masyarakat dan pelaksanaan rehabilitasi melalui dua pusat rehabilitasi BNN, yakni Unit Pelayanan Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi di Lido – Jawa Barat dan Balai Rehabilitasi di Baddoka – Sulawesi Selatan serta pelaksanaan program pasca rehabilitasi.

Wakil Presiden memberikan arahan pada Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2012 di Badokka – Makassar untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi dampak negatif dari permasalahan bertambahnya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, antara lain :

1. Meningkatkan intensitas dan ekstensitas pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dimulai dari diri dan lingkungan kita masing-masing, secara proaktif untuk segera mungkin melakukan apa yang bisa dilakukan demi menciptakan dan memelihara lingkungan yang bebas dari penyalahgunaan Narkoba.

(25)

2. Memperkuat komitmen, melalui pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang P4GN dengan pencapaian target atau sasaran yang telah ditetapkan sampai tahun 2015. Masing-masing Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Gubernur dan Bupati/Walikota, Pimpinan Organisasi Non Pemerintah, Pimpinan Lembaga Swasta serta Pimpinan Kelompok Masyarakat terdepan dimulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan, dan Desa bertanggung jawab terhadap lingkungan masing-masing bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Sejauh ini, terdapat + 303.000 penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur. Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 124.443 orang pecandu dan mereka semua memerlukan perawatan rehabilitasi. Dengan dibangunnya Balai Rehabilitasi yang memiliki kapasitas 200 orang residen ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan penyalahgunaan Narkoba di wilayah Indonesia Bagian Timur dan secara bertahap dapat memberikan pelayanan terhadap para penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang ada di wilayah tersebut.

BNN terus melakukan pembenahan dalam pengembangan pelayanan rehabilitasi ke arah pelayanan pasca rehabilitasi. Terdapat 91 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang menyelenggarakan program pasca rehabilitasi bagi mantan pecandu Narkoba, dan sejauh ini jumlah mantan residen yang mengikuti program pasca rehabilitasi sebanyak 2.127 orang. BNN sendiri melakukan pengembangan pelayanan pasca rehabilitasi dengan menggunakan pendekatan berbasis konservasi alam.

Pada tahun 2012 ini, BNN telah mengembangkan 4 (empat) program pascarehabilitasi, yakni :

a. Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi kelautan di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara yang diikuti oleh 30 pecandu, hasil kerjasama dengan Kementerian Kehutanan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan.

(26)

b. Pulau. Sebaru – Kepulauan Seribu, Jakarta

Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi kelautan di Pulau Sebaru, Taman Nasional Kep. Seribu Prov. DKI Jakarta yang diikuti oleh 120 orang mantan pecandu dengan para trainer dari Kementrian Kelautan dan Perikanan serta Arta Graha Peduli

c. Tambling, Lampung.

Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi alam/hutan di Taman Nasional Bukit Barisan, Tambling, Lampung Selatan yang diikuti oleh 240 orang pecandu dengan trainer dari Kementrian Kehutanan dan Arta Graha Peduli.

d. Bengo-Bengo, Sulawesi Selatan.

Program pasca rehabilitasi ini bertujuan agar para mantan penyalah guna Narkoba yang baru menyelesaikan program Therapeutic Community di tempat rehabilitasi dapat semakin memantapkan bakat dan ketrampilannya melalui pendekatan berbasis konservasi alam, sehingga mereka mampu kembali menjadi manusia yang mandiri dan produktif.

Setelah menyelesaikan program pascarehabilitasi, para mantan penyalahguna Narkoba tinggal di Rumah Dampingan dan Rumah Mandiri. BNN menyediakan sarana dan prasarana untuk itu sebagai tempat transisi sebelum bergabung kembali dengan keluarga atau masyarakat. Selama masa transisi, mereka akan bekerja di beberapa tempat. BNN telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta, BUMN dan kelompok organisasi kemasyarakatan lainnya guna memfasilitasi lapangan kerja bagi mereka.

Pembenahan di bidang rehabilitasi bertujuan mengajak masyarakat untuk hidup sehat dan merubah mindset bahwa penyalahgunaan Narkoba merupakan penyakit yang dapat dipulihkan. Melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPLW) diharapkan para penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba atau keluarganya bagi yang belum cukup umur dapat memanfaatkan sarana yang sudah ada

(27)

Jumlah penyalah guna dan atau pecandu Narkoba yang tengah menjalani rehabilitasi (residential) di pusat rehabilitasi milik BNN dalam kurun waktu Januari s/d November 2012 yaitu sejumlah 837 orang. Data tersebut terdiri dari UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN Lido sebanyak 740 residen (695 laki-laki, 45 perempuan) dan di Balai Rehabilitasi Baddoka sebanyak 97 residen (83 laki-laki, 14 perempuan). Kebanyakan mereka berada di rentang usia 25 – 30 tahun dengan pendidikan terakhir SMU dan jenis pekerjaan yang tidak tetap. Sedangkan jenis Narkoba yang banyak disalahgunakan adalah methampetamine (shabu).

Jika dilihat dari data keseluruhan, terdapat 6.373 orang pecandu Narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi yang tersebar di berbagai lembaga rehabilitasi pemerintah dan komponen masyarakat. Hal ini masih harus dikembangkan, mengingat jumlah panti rehabilitasi di Indonesia masih belum mampu menampung jumlah penyalah guna yang ada di Indonesia.

Program rehabilitasi lainnya yang dilakukan oleh BNN sepanjang tahun 2012, adalah sebagai berikut :

a. Program Gerakan Tanam Pelihara (PGTP) di Cipule, Karawang, Jawa Barat, yang diikuti oleh 50 orang pecandu perempuan bekerjasama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).

b. Pada tahun ini BNN juga telah melaksanakan perjanjian nota kesepahaman atau MoU dengan Universitas Hasanuddin. Universitas Hasanuddin merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang telah mendukung program P4GN dengan memberikan kepedulian terhadap korban penyalahgunaan Narkoba, melalui kegiatan :

(28)

1) Memfasilitasi hutan pendidikan di Bengo Bengo – Sulawesi Selatan untuk pelaksanaan program pasca rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan Narkoba melalui konservasi alam berbasis kehutanan, kerjasama dengan Kementerian Kehutanan.

2) Memberikan sarana pusat penelitian dan pengkajian kelautan dan perikanan di Barrang Lompo – Sulawesi Selatan untuk pelaksanaan program pasca rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan Narkoba melalui konservasi alam berbasis kelautan, kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3) Memberikan kesempatan dalam bidang pendidikan formal bagi korban penyalahgunaan Narkoba untuk memperoleh pendidikan sampai tingkat sarjana.

4) Melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa lintas fakultas di Pulau Sebatik – Kalimantan Timur yang melibatkan 20 peserta program pasca rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba dari Balai Rehabilitasi Baddoka– Makassar untuk dapat berintegrasi dengan komunitas mahasiswa dan masyarakat di Pulau Sebatik. Selama 1 bulan mereka bersama-sama melaksanakan bakti sosial di kalangan masyarakat yang sangat rentan kondisi keutuhan berbangsa dan bernegaranya karena hampir seluruh aspek kehidupannya didominasi oleh Malaysia. Tujuan KKN ini adalah untuk memelihara semangat kewiraan dalam bernegara dengan kebangsaan yang utuh.

b. Pendirian Rumah Dampingan di Jl. Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur dengan jumlah peserta sebanyak 2.400 orang yang terdiri dari mantan pecandu Narkoba. Rumah tersebut dibuat dengan tujuan sebagai fasilitas dan sarana program persiapan pengembalian mantan pecandu kepada keluarga dan masyarakat dilingkungan mereka masing-masing. Para mantan pecandu

(29)

c. Program Magang bagi mantan pecandu Narkoba yang diikuti oleh 15 orang mantan pecandu Narkoba. Program ini berlokasi di 3 (tiga) tempat, yakni Rumah Souvenir - Cipayung, Jakarta; Yayasan Hikmah Syahadah - Tigaraksa, Banten; dan Tim Kerja Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA (TKPPN) - Cimahi. d. Sertifikasi terhadap 5 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat

di Prov. Sumatera Utara, Prov. Sumatera Selatan, Prov. Jawa Barat, Prov. DIY, dan Prov. Jawa Tengah.

e. Pemberian penguatan, dukungan atau fasilitasi (capacity building) kepada 144 lembaga rehabilitasi milik komponen masyarakat. f. Pemberian penguatan, dukungan atau fasilitasi (capacity building)

kepada 186 lembaga rehabilitasi milik instansi pemerintah, termasuk didalamnya Rumah Sakit, Puskesmas, Panti Rehabilitasi Sosial, dan Lembaga Pemasyarakatan.

g. Menerima delegasi eksekutif Direktur UNODC dari pusat (Vienna, Austria) di fasilitas program pasca rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba berbasis konservasi alam di Tambling-Lampung Barat. Dinyatakan bahwa program pasca rehabilitasi berbasis konservasi alam hutan dengan pendekatan pemulihan fisik, psikis, dan sosial ini dinilai sangat komprehensif, terkait kondisi Indonesia yang memiliki banyak hutan dan perlu dipelihara kelangsungannya sesuai dengan Millenium Development Goals yaitu “Ensuring Environmental Sustainability”.

h. Asemen terhadap 153 penyalah guna Narkoba yang datang secara suka rela melaporkan diri (voluntary) dan penyalah guna yang terkait hukum (compulsary) serta asesmen yang dilakukan BNNP dan BNNKabupaten/Kota di seluruh Indonesia terhadap 337 pecandu Narkoba.

i. Implementasi program Wajib Lapor bagi pecandu Narkoba yang dilakukan oleh BNNP dan BNN Kota/Kabupaten seluruh Indonesia dengan mengantarkan 34 orang pecandu Narkoba yang telah melaporkan dirinya ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk di rujuk ke Panti Rehabilitasi setempat.

(30)

j. Program Pascarehabilitasi yang dilakukan BNNP dan BNN Kota/Kabupaten terhadap 172 orang pecandu yang telah mengikuti program rehabilitasi di panti rehabilitasi setempat.

4. Bidang Pemberantasan

BNN melalui Deputi Bidang Pemberantasan berkoordinasi dengan seluruh BNNP dan BNN Kabupaten/Kota telah melakukan berbagai langkah dan upaya untuk menghentikan serta memutus mata rantai jaringan dan pasokan Narkoba di pasaran. Adapun kasus-kasus yang berhasil diungkap oleh BNN adalah sebagai berikut :

a. Pengungkapan Jaringan Sindikat Narkoba yang Melibatkan

Napi di Lapas

1) Jaringan Obina Nwajagu dan Hillary K. Chimize – Lapas Nusakambangan

Kasus yang melibatkan seorang calon wartawati berinisial AC ini menyeret tersangka lainnya yaitu, BD, A, M, NL alias F (WN Afrika), dan J alias B (WN Kamerun) yang merupakan suami AC. Dari kasus ini petugas berhasil menyita 2.609,9 gram sabu yang disembunyikan dalam guling dan material kertas uang palsu U$ Dollar sebanyak ± 2 dus dan beberapa cairan kimia yang diduga sebagai bahan pengolah uang palsu.

Dari pengembangan kasus, diketahui bahwa otak di balik kasus ini adalah Obina Nwajagu (WN Nigeria), seorang narapidana di Lapas Batu, Nusakambangan. Selain Obina, diketahui bahwa AC dikendalikan oleh Hillary K. Chimize (WN Nigeria), yang juga narapidana di Lapas Pasir Putih, Nusakambangan.

(31)

2) Jaringan Silvester Obiekwe Nwaolise als Mustofa, Yadi Mulyadi als Bule als AA, dan Ruddi Cahyono – Lapas Nusakambangan

Petugas BNN berhasil menangkap IS di Pos Lintas Batas Sukauw dengan barang bukti 2.415,5 gram sabu yang disembunyikan di balik dinding koper. Dari tertangkapnya IS petugas mengamankan DA, CM alias CN, MS alias A, RG.

Petugas kemudian mengamankan tersangka lainnya berinisial M, A, dan J (Istri Ruddi Cahyono) karena diduga ikut terlibat dan diketahui memiliki alat-alat clandestine lab.

Otak dibalik kasus ini adalah tiga orang napi Nusakambangan, yaitu Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Lapas Batu), Yadi Mulyadi alias Bule alias AA (Lapas Batu), dan Ruddi Cahyono (Lapas Narkotika).

3) Jaringan Humphrey Ejike als Doktor als Koko – Lapas Nusakambangan

Pada tanggal 13 September 2012, petugas mengamankan seorang wanita berinisial YPD di bilangan Depok - Jawa Barat, dengan barang barang bukti 42 (empat puluh dua) kapsul berisi sabu seberat 536,8 gram.

Dari tertangkapnya YPD, petugas kemudian mengamankan BKM (WN Kenya) yang membawa sabu dari Kenya ke Indonesia dengan cara ditelan (swallowed).

Petugas kemudian melakukan penggeledahan di rumah kontrakan YPD di kawasan Citayam - Depok, dan menemukan sabu yang sudah dikemas dalam 55 kapsul dengan berat 713,8 gram.

(32)

Otak dari kasus ini adalah seorang Napi bernama Humphrey Ejike alias Doktor alias Koko, yang mendekam di Lapas Pasir Putih Nusakambangan.

4) Jaringan Hadi Sunarto als Yoyo – Lapas Nusakambangan

Hadi Sunarto als Yoyo diamankan oleh BNN karena terkait dengan kasus Marwan Adli, seorang Kepala Lapas Narkotika di Nusakambangan pada tahun 2011 lalu. Pada 27 November 2012, Yoyo kembali diamankan oleh BNN dari Lapas Narkotika Nusakambangan karena diduga terlibat dalam peredaran gelap Narkotika jenis sabu seberat 200 gram, yang dilakukan oleh seorang kurir berinisial YA di Buaran Plaza – Jakarta Timur. Hingga saat ini, Yoyo terhitung sudah 4 (empat) kali terlibat dalam kasus peredaran gelap Narkoba. Sebelumnya Yoyo telah mendapatkan vonis hukuman 35 tahun penjara.

5) Jaringan Jufriadi Tanjung – Lapas Pekanbaru

Jufriadi Tanjung, seorang Napi Kelas II A Pekanbaru diduga kuat sebagai pengendali peredaran Narkoba dari dalam Lapas. Hal ini diketahui setelah BNN menangkap 3 (tiga) orang yang tengah bertransaksi Narkoba di dekat Bandara Sultan Syarif Kasim II, pada tanggal 1 April 2012. Di tempat kejadian perkara, aparat BNN menyita sabu seberat 811,40 gram sabu. Dari hasil pemeriksaan, 500 gram diantaranya merupakan pesanan dari Jufriadi Tanjung. Selain barang bukti sabu, petugas juga menyita uang tunai senilai Rp 535.600.000,-. Saat ini, tersangka telah diserahkan ke Kejaksaan Negeri Pekanbaru atau P21.

(33)

6) Jaringan Emma alias Adam Wilson alias Abu Malawi- Lapas Nusakambangan

BNN membongkar jaringan Narkotika internasional dengan menangkap seorang terpidana mati Lapas Kembang Kuning, Nusakambangan, bernama Adam Wilson alias Abu (WN Nigeria). Abu diduga sebagai otak peredaran dan kepemilikan sabu seberat 8,7 Kg senilai Rp 17,4 miliar. Kasus ini berawal dari tertangkapnya tiga orang kurir berinisial ES, HS, dan SA, di Kupang, NTT dan Medan, Sumatera Utara. Ketiganya mengaku diperintah oleh Abu untuk berangkat ke India mengambil sabu, untuk kemudian dibawa ke Timor Leste.

7) Jaringan Muhammad Javad - Lapas Pemuda Tangerang

Muhammad Javad alias Javad

(WN Iran) diamankan di kamar selnya di Blok F, Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang, karena diduga sebagai otak peredaran Narkotika jenis sabu, jaringan sindikat Narkoba Internasional.

Penangkapan ini merupakan hasil pengembangan atas tertangkapnya Mahmed Mohammad (WN Iran) di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, saat tengah bertransaksi sabu seberat 3.103,5 gram dengan Yus (WNI).

Gambar 11. Pengungkapan 3 Kg Shabu yang Dikendalikan dari Lapas Pemuda

(34)

8) Jaringan Meirika Franola als Ola – Lapas Wanita Tangerang

Petugas BNNP Jawa Barat mengamankan seorang perempuan bernama Nur Aisyah (40) karena kedapatan membawa satu plastik besar berisi sabu dengan berat 775 gram yang diselipkan di bawah tas ransel. Penumpang jurusan Kuala Lumpur- Bandung ini ditangkap di Bandara Husein Sastranegara ketika tengah melakukan pemeriksaan X-Ray.

Berdasarkan hasil keterangan tersangka, diketahui bahwa Nur Aisyah dikendalikan oleh Meirika Franola als Ola, seorang terpidana mati kasus Narkoba yang mendapat grasi dari Presiden beberapa bulan lalu.

9) Jaringan Jarnawi als Teuku bin M. Tahir - Lapas Madiun

Petugas gabungan dari BNN Pusat, BNNP Jawa Timur, dan Ditreskoba Polda Jawa Timur berhasil mengungkap peredaran 588,5 gram sabu senilai Rp 1,5 miliar yang dikendalikan dari Lapas Madiun. Kasus ini berawal dari tertangkapnya Bambang Sakti Ariwibowo alias Ari alias Bambang bin Moch. Djaswari atas kepemilikan 201,4 gram sabu. Dari keterangan tersangka, diketahui bahwa sabu berasal dari Moch. Yusuf bin Moch. Ibrahim yang merupakan penghuni Lapas Madiun. Selanjutnya petugas mengamankan Agus Tjahjono alias Gan bin Bani dengan barang bukti 387,1 gram sabu. Petugas juga berhasil mengamankan tersangka lainnya yaitu, Yohanes Andrian bin Atmo Mariun, yang juga merupakan Napi Lapas Madiun.

(35)

b. Pengungkapan Kasus Hasil Kerjasama

1) Operasi Komodo – 1.412.476 Butir Ekstasi

Pengungkapan kasus ini merupakan hasil kerjasama BNN dengan Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Imigrasi, POLRI, TNI, dan instansi terkait lainnya yang

berhasil menggagalkan penyelundupan 1.412.476 butir ekstasi. Ekstasi dibawa dengan sebuah container dari Pelabuhan Lianyungan, Shenzhen, Cina, menuju Jakarta dengan tujuan Pelabuhan Tanjung Priok.

Penyelundupan ekstasi ini melibatkan oknum anggota Koperasi Primkop Kalta berinisial S dan AR. S memalsukan tanda tangan kepala Koperasi Primkop Kalta dan menambahkan tulisan institusi ”BAIS TNI” pada nama koperasi, sehingga alamat tujuan menjadi Primkop Kalta BAIS TNI, tanpa sepengetahuan dan seijin pimpinan BAIS.

S juga mengubah data packing list barang berikut invoice dari fish tank menjadi plastic fish tank part dengan maksud untuk menurunkan pembayaran bea masuk dan pajak-pajak impor lainnya.

Dari kasus ini petugas berhasil mengamankan 8 (delapan) orang tersangka dengan inisial S, RS, R, A, M, AR, MM, dan J.

Gambar 12. Pengungkapan Kasus 1.412.476 Butir Ekstasi Asal Cina

Gambar 13. Barang Bukti 1.412.476 Butir Ekstasi

(36)

2) BNN dan Policia Nacional De Timor Leste (PNTL) – 6,7 Kg Sabu

BNN bekerjasama dengan Policia Nacional de Timor Leste (PNTL) berhasil mengungkap kasus penyelundupan Narkoba jenis sabu seberat 6,7 Kg yang disamarkan oleh para tersangka di dinding koper dan dilaporkan sebagai bagasi (koper/ransel) yang hilang. Para tersangka kemudian mengambil koper dan ransel tersebut di counter Lost & Found Bandara Dili, Timor Leste.

Dari operasi ini, petugas berhasil mengamankan 4 (empat) WNI, masing-masing berinisial RS, SY, AG, AT, dan 1 (satu) orang WN Afrika Selatan berinisial ST.

Rute perjalanan yang digunakan oleh para tersangka adalah Medan – Jakarta – Kupang – Atambua – Dili. Sedangkan rute barang bukti sabu melalui India – Singapura– Dili – Atambua – Kupang – Surabaya – Jakarta – Medan. Setelah para tersangka berhasil membawa sabu tersebut, mereka kembali dengan jalur Dili – Atambua – Kupang – Jakarta – Medan.

3) BNN dan Cina – 500 Gram Heroin

Fabiola Merdeka Darmawan (38), tertangkap di Bandara Hang Zhow, Cina, pada 10 Februari 2012, karena kedapatan membawa Narkoba jenis heroin sebanyak 500 gram, yang disembunyikan di pembalut yang ia gunakan. Heroin tersebut dibawa dari Malaysia menuju Guang Zou atas perintah pacarnya bernama Don, WN Nigeria.

Don memanfaatkan Fabiola yang tengah hamil 4 (empat) bulan untuk menjadi kurir Narkoba menuju Cina dengan upah US$ 500.

(37)

Cina menganut aturan untuk tidak memproses secara hukum seorang wanita hamil yang berbuat kejahatan. Oleh karenanya, Fabiola dideportasi ke Indonesia untuk kemudian diadili.

4) BNNP Jawa Timur Bersama Bea dan Cukai Juanda

924,1 Gram Sabu

Pada tanggal 4 November 2012, sekitar pukul 18.00 WIB, petugas Bea dan Cukai Juanda berhasil mengamankan tersangka Nasir Bin Masruki yang tertangkap tangan membawa 23 bungkus plastik berisi sabu seberat 924,1 gram. Dari keterangan tersangka, diketahui bahwa sabu tersebut dibawa dari Malaysia yang merupakan pesanan dari Ali di Sampang - Madura. Rencananya sabu akan diambil oleh Ali di Terminal Bancaran, Kabupaten Bangkalan Madura.

Pada tanggal 5 November 2012, petugas melakukan controlled delivery dan berhasil mengamankan Sudi Pradana serta Khairil Wana Bin Asmoto. Keduanya merupakan orang suruhan Ali yang hingga kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

5) BNNP Lampung dan Polres Lampung Selatan – 448 Gram

Sabu

Pada tanggal 15 Oktober 2012, BNNP Lampung bekerjasama dengan Polres Lampung Selatan melakukan kegiatan pemeriksaan kendaraan dan orang yang akan menyebrang dari Pelabuhan Bakauheuni ke Merak yang dilaksanakan di Seaport Interdiction Bakauheuni. Dalam operasi ini berhasil diamankan tersangka Thoe Hendryk Masep Jua Bin Suprapto, Hamdan Wijaya bin Mulyadi, dan Chandra als Entuk bin M. Yusuf dengan barang bukti berupa 448 gram Narkotika jenis sabu.

(38)

c. Pengungkapan Kasus Narkoba yang Dilakukan oleh Jaringan Sindikat Narkoba Nasional

1) Jaringan Afdar – 12.192,3 Gram Sabu

Pada tanggal 1 Februari 2012, Afdar dan MY ditangkap oleh petugas BNN karena terbukti menerima sabu dari AN seberat 12.192,3 gram. Sabu yang dipesan Afdar dari seseorang berinisial M di Medan tersebut disembunyikan dalam tas hitam dan

dibawa oleh AN alias D melalui jalur darat dengan menggunakan truk.

Dari pengembangan kasus yang dilakukan petugas, berhasil diamankan tersangka lainnya bernama Imam Suhadi yang diduga terlibat dalam tindak pidana pencucian uang (money laundering) jaringan ini, dengan total transaksi mencapai Rp. 410.000.000,-.

Imam Suhadi adalah Direktur PT. Maulana Traders, yaitu sebuah perusahaan money changer. Perusahaan ini dimodali oleh seorang WN Malaysia keturunan India berinisial MM.

Barang bukti yang berhasil disita dari kasus ini adalah 12.192,3 gram sabu, 349 lembar bukti transaksi yang dilakukan oleh tersangka dari berbagai bank, dan uang tunai

Gambar 14. Pengungkapan Kasus 12 Gram Shabu Jaringan Afdar

(39)

2) Jaringan Aceh – Medan – Jakarta – Cirebon

Pada tanggal 31 Oktober 2012, petugas BNN mengamankan 3 (tiga) orang tersangka berinisial M bin MH, MY bin MN, dan MMI bin Z, yang diduga kuat terlibat dalam jaringan peredaran gelap Narkoba. MMI bin Z merupakan salah satu pembeli dan pengendali bisnis Narkoba yang berada di Jakarta. Ia mendapatkan Narkoba jenis sabu dari seseorang yang berada di Aceh, untuk selanjutnya di jual kepada pembeli yang berada di Jakarta. Jumlah barang bukti yang disita dari ketiga tersangka ini adalah 765 gram sabu.

Dari pengembangan kasus, petugas kemudian menangkap SR yang yang sedang melakukan transaksi dengan seorang pembeli berinisial SN di bilangan Jakarta Pusat. Petugas berhasil menyita 10,5 gram sabu dan 863,7 gram heroin.

Dari tertangkapnya SR, petugas kemudian mengamankan F dan U di daerah Cirebon yang merupakan otak dari peredaran gelap Narkoba jenis sabu ini. Barang bukti yang disita adalah 6.634,8 gram sabu.

Petugas juga berhasil mengamankan tersangka lainnya, yaitu RE, AF, P, MA, dan MAZ, yang diduga menyerahkan sabu ke F. Selanjutnya petugas mengamankan 1 (satu) tersangka lain berinisial A dengan barang bukti 2.353,68 gram heroin. Total barang bukti yang berhasil disita dari kasus ini adalah sebanyak 7.410,3 gram sabu dan 3.217,38 gram heroin.

3) Jaringan Z, AA, DAN S – 272.297,1 Gram Ganja

Pada tanggal 16 November 2012, sebuah perusahaan jasa ekspedisi di Medan menerima 12 paket kardus dari seseorang untuk dikirimkan ke Jakarta. Menurut data yang diberikan pengirim, barang tersebut berupa batu marmer.

(40)

Namun pada saat petugas ekspedisi mengangkat paket, timbul kecurigaan karena berat barang yang dianggap terlalu ringan. Karena posisi paket sudah masuk dalam mobil dan siap antar, pihak ekspedisi berencana untuk memeriksa paket tersebut setibanya di Palembang. Selanjutnya pihak ekspedisi melaporkan kecurigaan tersebut kepada pihak BNNP Sumatera Selatan (Sumsel).

Petugas BNN dan BNNP Sumsel kemudian mendatangi kantor perwakilan ekspedisi tersebut dan membuka 12 paket kardus yang ternyata berisi Narkotika jenis ganja, seberat 272.297,1 gram. Petugas kemudian melakukan controlled delivery dan berhasil mengamankan Z yang berperan sebagai supir. Z bertugas mengambil barang di kantor perwakilan ekspedisi Jakarta dan mengantarkan ke tempat tujuan di Serpong – Tangerang. Dari tertangkapnya Z, petugas kemudian juga mengamankan AA. Otak dari tindak kejahatan ini adalah S, yang hingga saat ini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

4) Jaringan Angel Cicilia dan Smith (DPO)-10.126,2 Gram Heroin.

Pada tanggal 30 April 2012 BNN bersama Bea dan Cukai Bandara Polonia Medan berhasil menangkap seorang tersangka yaitu Saning als Saning Sokhib Saji, 39 tahun dan menyita barang bukti heroin seberat 10.126,2 gram yang dibawa dengan menggunakan tas koper warna hitam merk Fendi, keterangan dari dua tersangka bahwa barang tersebut akan diantar ke Jakarta sebagai pemesan Angel dan Smith, selanjutnya dilakukan control deleveri ke Hotel Andalas Jl. Kalipasir Cikini Menteng sesuai petunjuk melalui HP dari Angel, namun yang bersangkutan tidak dapat ditemui selanjutnya menerima telepon kembali dari Angel agar keluar

(41)

Suprapto, ditempat tersebut sudah ada yang menunggu seorang perempuan setelah ditangkap bernama Marvelly Chandra 41 tahun, sedangkan pemesan / pemilik barang Angel Cicilia dan Smith masih DPO.

5) Jaringan Razali (Batam) – 5.987,3 Gram Sabu.

Pada tanggal 1 April 2012 telah diamankan satu unit mobil CRV No.Pol, BP-1558-CN di Parkiran Ruko Komplek Tg. Pantun Blok I Sei Jodok Batuampar Batam, didalamnya kedapatan sebuah tas warna biru yang berisi 4(empat) bungkus plastik berisi narkotika jenis kristal shabu dengan berat brutto 2.273, 5 gram, sebuah pasport atasnama Razali Awahab, kendaraan tersebut ditinggalkan oleh kedua orang tersangka yaitu Razali dan Murhadi yang sebelumnya dikejar oleh Petugas Polri, yang kemudian keduanya ditangkap di Hotel Kaputra Kamar 334 Jl. Wiratno No.18 Tanjung Pinang dan kedua orang tersebut mengaku bahwa mobil CRV dan narkotika tersebut miliknya yang ditinggalkan karena saat itu dikejar oleh petugas polisi, dari hasil pengembangan petugas berhasil menangkap Muslim Ismail, 40 tahun dan Novie Cahyati, 26 tahun;

Gambar 15. Pengungkapan Kasus 5.987,3 Gram Sabu Jaringan Razali

(42)

6) Jaringan Fredi Budiman als Osin, dkk – 1.412.476 butir Ekstasi.

Berawal dari informasi yang disampaikan masyarakat ada sebuah kontainer dari china yang memuat narkotika jenis ekstasi dengan nomor kontainer TGHU 0683898, setelah dilakukan penyelidikan oleh Petugas BNN didapat konteiner tersebut berada di Terminal JICT Tanjung Priok Jakarta Utara, selanjutnya dilakukan pengawasan pada tanggal 25 Mei 2012 terlihat truk kontainer tersebut keluar dari Pelabuhan Tanjung Priok dan menuju alamat alamat yang dituju, dipinggir jalan tol Kayu Besar Cengkareng ada seorang laki-laki mengarahkan truk kontainer tersebut ke gudang kemudian dilakukan penangkapan dengan mengamankan 9 orang tersangka yaitu :

a) Rudy Suwandi (PT. Bahtera Biru Nusaprima). b) Mohamad Muchtar (Pegawai PT. Navirimas). c) Supriadi (TNI AU) sebagai pengurus Dokumen. d) Aria sebagai pengurus dokumen.

e) Roni Samsuni (supir truk kontainer).

f) Asep Ramlan Hidayat (knek truk kontainer). g) Muhamad Muhtar (penjemput).

h) Juefri Tajudin Daeng Baco (dokumen). i) Abdul Syukur (dDokumen).

Hasil pengembangan dari para tersangka tersebut Pada tanggal 25 Juni 2012 petugas BNN berhasil menangkap sebagai pemilik barang bernama Fredi Budiman yang ditangkap bersama dua orang lainnya bernama Chandra Halim dan Hani Sapta Pribowo.

(43)

d. Kasus Penyalahgunaan Narkoba oleh Oknum. 1) SS - Pilot Lion Air

Pilot Lion Air, SS (40), ditangkap petugas BNN saat mengonsumsi 0,04 gram sabu di sebuah kamar hotel di Surabaya, tanggal 4 Februari 2012. Kejadian ini dipandang sangat mempermalukan dunia penerbangan Indonesia di mata internasional. Setelah terungkapnya kasus ini, BNN bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan dan seluruh maskapai penerbangan melakukan tes urine berkala bagi seluruh awak pesawat.

2) PW – Hakim PN Bekasi

Pada tanggal 16 Oktober 2012, petugas BNN berhasil melakukan penangkapan (tertangkap tangan) seorang Hakim bernama Puji Wijayanto yang menjabat sebagai Hakim di Pengadilan Negeri Bekasi, saat tengah berpesta Narkoba di tempat karaoke Illigals, Jakarta Pusat. Puji ditangkap bersama kedua rekannya berinisial SP dan MF, serta 4 (empat) orang wanita penghibur. Dari kasus ini, petugas berhasil menyita 5,2 gram ekstasi dan 0,4 gram sabu beserta bong (alat hisap).

3) S bin HK – Polisi Polres Kuningan

Pada hari selasa, 10 Juli 2012, sekitar pukul 23:30 WIB, petugas BNNP Jawa Barat berhasil mengamankan S bin HK yang merupakan anggota Polri yang bertugas di Polres Kuningan. S diamankan di perumahan puri pelangi, Kuningan-Jawa Barat, dengan BB berupa sabu. Petugas melakukan penangkapan dengan under cover buy dengan berpura-pura menjadi pembeli sabu.

(44)

e. Kasus Penyelundupan Narkoba Lainnya.

1) Kasus 2.600 Gram Sabu.

Pada tanggal 11 Oktober 2012, pukul 19.00 WITA, di terminal kedatangan Bandara Internasional Lombok, terjadi tindak pidana peredaran gelap Narkoba jenis sabu seberat 2,6 Kg yang dibawa oleh seorang warga negara Afrika Selatan bernama Kathlyn Dunn dengan modus operandi false compartment (disembunyikan dalam dinding koper buatan).

2) Kasus 3.700 Gram Ganja.

Pada tanggal 13 Oktober 2012, pukul 19.00 WITA, di Bandara Internasional Lombok, berhasil diamankan seorang WN Jerman bernama Rolf Oscar Josef Schweikert dengan barang bukti ganja seberat 3,7 Kg dengan modus operandi false compartment. Tersangka kemudian diamankan oleh petugas BNNK Lombok.

3) Kasus 500 Gram Ganja

Petugas BNNP Banten berhasil mengamankan tersangka atas nama Yusuf Maulana Ihsan dan M. Faturohman Tazi karena kedapatan membawa 500 gram ganja. Dari pengakuan tersangka diketahui bahwa ganja tersebut

(45)

4) Pengungkapan Kasus oleh BNNP DKI Jakarta

BNNP DKI Jakarta berhasil melakukan penangkapan terhadap beberapa tersangka yang terlibat dalam kasus peredaran gelap Narkoba, diantaranya :

a) Tanggal 26 April 2012, petugas menangkap seorang bandar ganja bernama Deni Rahmat als Engkay.

b) Tanggal 8 Mei 2012, petugas menangkap seorang bandar ganja dan sabu bernama Eko Cipto Hardiansyah.

c) Tanggal 2 Agustus 2012, petugas menangkap Rikay seorang pengedar Narkoba.

d) Tanggal 17 Maret 2012, petugas melakukan penangkapan terhadap seseorang yang dicurigai menjadi bandar ganja di wilayah Komp. Permata, Jakarta Barat.

e) Tanggal 7 April 2012, petugas melakukan penangkapan terhadap dua orang yang dicurigai bandar ekstasi di wilayah Pangeran Jaya Karta Ruko Kota Indah, Taman Sari, Jakarta Barat.

f) Tanggal 31 Mei 2012, petugas melakukan penangkapan terhadap 4 (empat) orang yang dicurigai sebagai bandar ganja dan sabu di wilayah Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat.

f. Operasi Eradikasi Lahan Ganja

1) Aceh

Pada tahun 2012, BNN bekerja sama dengan Polda Aceh berhasil menemukan sejumlah ladang ganja di Provinsi Aceh. Ada beberapa titik ladang ganja yang berhasil di temukan di wilayah Lamteuba, Aceh Besar, dengan total lahan seluas ±

(46)

2) Medan.

Selain eradikasi lahan ganja di Aceh, BNN bekerja sama dengan Polda Sumatera Utara juga melakukan eradikasi lahan ganja di Kabupaten Mandailing Natal, Medan, Sumatera Utara. Di kawasan ini berhasil ditemukan lahan ganja seluas ± 18 Hektar.

g. Rekapitulasi data Kasus Hasil Pengungkapan BNN

Berikut ini rekapitulasi kasus tindak kejahatan Narkotika yang berhasil di ungkap BNN sepanjang tahun 2012.

Gambar

Gambar 1. Iklan Anti Penyalahgunaan Narkoba  Versi Remaja, Pekerja dan Keluarga
Gambar 2. Tayangan Talkshow Interaktif P4GN (Live)
Gambar 3. FTV Anti Penyalahgunaan Narkoba
Gambar 4. Pembentukan Kader Anti Narkoba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kivlan, pemerintah akan membentuk dewan rekonsiliasi jilid dua, yang unsurnya dari Jaksa Agung, TNI, Kepolisian, Menkopolhukam dan Menkumham dalam rangka

Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat ditetapkan dengan keputusan Gubernur 2003 mengacu kepada keputusan Presiden Sebelum terbentuknya BNP Jawa Barat, wadah

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH

Off Jalan Klang Lama, Taman Abadi Indah Email: choyarchitect@yahoo.com 58100 Kuala Lumpur. Wilayah

Sedangkan untuk pengolahan databasenya menggunakan MySQL.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem yang digunakan adalah perancangan sistem

Kebijakan pelibatan dan langkah Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai lembaga rahasia dalam penanganan Covid-19 dinilai tidak sesuai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya..

Berdasarkan studi pendahuluan tentang kesadaran multikultural serta semakin dibutuhkannya layanan yang efektif terhadap konseli, maka penelitian ini relevan dan

Cagar Alam Pulau Sempu memiliki 4 (empat) tipe ekosistem dimana masing-masing memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, tetapi secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang