• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DAGING DAN LIMBAH ITIK ALABIO AFKIRAN DI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DAGING DAN LIMBAH ITIK ALABIO AFKIRAN DI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Peiernakan don Peterrner 1997

PEMANFAATAN DAGING DAN LIMBAH ITIK ALABIO AFKIRAN DI KALIMANTAN SELATAN

ENt SiltROHAENI 1 , MASKARTINAH 1 danTARtuPiDrn z

Instalasi Penelitian dun Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarmasin a Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Ba»jarbanr

RINGKASAN

Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Selatan yaitu di Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah clan Kotamadya Banjarmasin pads bulan September 1995 sampai Januari 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan daging dan limbali itik Alabio afkir. Penelitian dilaksanakan dengan cars survey yang menggunakan alat bantu berupa kuisioner. Responden yang diwawancarai terdiri dari masyarakat/konsumen itik, waning/ rumah makan itik, pembuat/pedagang dendeng itik dan pengumpul/pedagang limbali yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik betina afkir/pasta produksi akan dimanfaatkan dagingnya untuk dikonsumsi. Masakan yang disukai terutama oleh masyarakat Banjar yaitu panggang clan sate itik. Dendeng itik kurang memasyarakat dibandingkan kedua masakan di atas. Pembuatan dendeng itik dikerjakan secara sederhana dalam jumlah terbatas sebagai usaha sambilan. Daya tahan dendeng itik selama 2-3 minggu clan penjualannya belum dikemas secara kornersil . Limbah itik yang telah dimanfaatkan yaitu berupa kotoran clan bulu itik . Kotoran itik akan digunakan sebagai pupuk, namun terbatas untuk dipergunakan sendiri . Bulu itik yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal, rataan harga bulu itik kering di Kalimantan Selatan Rp. 850/kg jauh lebih rendah dibandingkan harga bulu itik di P. Jawa.

Kata kunci : Daging, limbali, itik Alabio, aikir

PENDAHULUAN

Populasi itik di Kalimantan Selatan sampai tahun 1995 sekitar 2,6 juta ekor dengan peningkatan sekitar 4,69%/tahun (DIVAS PETERNAKAN KALSEL, 1996) . Produksi telur clan daging itik di Kalsel sekitar 72,81% dan 8,99% dari prodidcsi telur dan daging. Populasi dan produksi dari itik ini tentu saja menunjukkan salah satu potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sebagai komoditas agribisnis.

Selain untuk produksi telur tetas, kebanyakan pemeliharaan itik ditnaksudkan untuk memproduksi telur konsumsi. Apabila masa produksinya telah selesai atau pasta produksi, itik-itik betina tersebut akan segera diafkir dan dijual sebagai itik potong.

DiRJOPRATONo (1990) menyatakan bahwa, itik betina afkiran akan dimanfaatkan dagingnya. Di Kalimantan Selatan, daging itik telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang dapat dijumpai di waning-waning atau rumah makan berupa itik panggang atau sate itik. Sebagian daging itik jugs dibuat dendeng.

(2)

SerninorNasionalPeternakondon 6etertner 1997

Sampai scat ini, laporan yang mengungkapkan tentang penggunaan itik pasca produksi atau itik afkir dan pemanfaatan limbahnya khususnya di Kalimantan Selatan masih sedikit. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pemanfaatan itik betina pasca produksi atau itik afkir dan pemanfaatan limbahnya sehingga dapat menambah nilai usahatani itik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahiii pemanfaatan itik Alabio afkir dan limbahnya.

Lokasi dan waktu

Metodologi

a. Masyarakat konsumen daging itik

c. Pembuat/pedagang dendeng itik d. Pemotong itik/pengumpul limbah

984

MATERI DAN METODE

Pengumpulan data dilakukan di daerah-daerah paddt itik dan respondennya diharapkan dapat memberikan informasi-informasi yang diperlukan. Daerah tersebut meliputi empat Kabupaten (Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara) -dan Kotamadya Banjarmasin. Pengkajian ini dilakukan pada bulan Agustus 1995 s/d Februari 1996.

Data yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi data primer yang diperoleh dengan cara survei pada responden yang dipilih secara acak dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas-dinas Peternakan setempat. Kuesioner yang dipersiapkan untuk empat macam responden terdiri dari

b. Pemilik warung/rumah makan yang menyediakan menu daging itik

Untuk masing-masing kuesioner yang diambil dari responden pada lima Kabupaten/ Kotamadya terselwt diolah dan ditabulasi. Selanjutnya dari data ini dianalisa secara deslcriptif untuk mendapatkan gambaran tentang potensi dan pemanfaatan itik afkir serta pemanfaatan limbahnya.

HASIL

Sejumlah responder dari lima Kabupaten/Kotamadya yang telah distuvei/diwawancarai terdiri dari masyarakat konsumen daging itik (265 orang), pemilik warung/rumah makan yang menyajikan masakan daging itik (49 orang), pembuadpedagang dendeng itik (6 orang) dan pemotong itik/ pengumpul limbahnya (25 orang). Penyebaran responden perkabupaten/ kotamadya tercantum pads Tabel 1 .

Pada Tabel 2 tercantum data tentang respon masyarakat konsumen terhadap daging itik. Masyarakat konsumen yang sebagian besar berasal dari suku Banjar (78,79%) dengan jumlah anggota keluarga rata-rata empat orang menyukai daging itik . Itik panggang mempakan jenis masakan yang disukainya, meskipun dagingnya terasa anyir dan liat. Sedang pemilik warung makan mendpakan bahwa masakan daging itik yang dijualnya sebagian besar berasal darn Wk tua yang telah diatkir (Tabel 3).

(3)

Tabel 1. Identitas responden hasil penelitian di Kalimantan Selatan

Keterangan

Serninor Nas7onal Perernakan don Veteriner 199

1 . Responden animo masyarakat terhadap daging itik 2. Responden warung/rumah makan itik

3. Responden pembuit/pedagang dendeng itik 4. Resprniden pedagang/pengumpul

Itik afkiran dimanfaatkan juga untuk membuat dendeng itik. Nanutn dendeng itik tersebut belum memasyarakat dan pemasarannya masih terbatas di pasar-pasar lokal (83,33%). Sebagian besar dendeng itik yang dipasarkan belum dikemas secara baik. Pembuatan dendeng itik ini merupakan usaha sambilan sehingga produksinya sangat rendah, berkisar antara 4-10 ekor per hari (Tabel 4).

No. Uraian

1 2Resp nden3 4

1. A. 7umlah responden (orang) 265 49 6 25

B .Penyebaran responden(orang) * Kabupaten HSU 61 12 6 6 * Kabupaten HST 59 19 0 9 * Kabupaten HSS 25 7 0 7 * Kabupaten Banjar 60 6 0 2 * Kodya Banjarmasin 60 5 0 1

2. Rataan umur (tahun) 32 39 36 37

3 . Pekerjaan (%) A.Pokok * Pedagang itik 83,33 * Peternak * Petani 0.75 - - 22,22 * PNS dll 99,25 1,09 16,67 22,22 * Rumah makan - 98,91 - -* Pemotong itik _ - - 55,56 B. Sampingan * Petani 6,52 * Pedagang itik * Tidak ada 83,90 46,62 - 22,23 * Peternak 4,01 - - -* Lain-lain 5,57 53,38 100 77,77

(4)

Seminar Nosional Perernokan dan Verernner 1997

Tabel 2. Respon masyarakat konsumen terhadap daging itik

886

N : 265

No. Uraian Jumlali

1 . Asal responden dari suku (%)

a. Banjar 78,79

b. Jawa 13,66

c. Dayak 0.5

d. Sunda 5,87

e. Lain-lain 1,18

2. Selera terhadap daging itik (%%)

a . Sangat suka 15,19

b. Suka 68,08

c. Kurang suka 11,61

d. Tidak suka 5,12

3. Alasan kurang suka daging itik karena (%)

a. Anyir 48,07

b. Liat 38,25

c. Sulit didapat 7,15

d. Lain - lain 6,53

4. Masakan yang paling disukai (°/,)

a. Panggang 66,03

b . Sate 22,88

c. Dendeng 3,26

d . Lain - lain 7,83

5 . Mengkonsumsi daging itik dalam sebulan (0/0)

a. 1 - 3 kali . 71,14

b. 3 - 6 kali 17,42

c. 6 kali 11,44

6. Cara memperoleh masakan itik (%)

a. Beli masakan di nimah makan 55,69

b. Beli itik hidup untuk dimasak sendiri 13,1

c. Beli itik potong untuk dimasak sendiri 31,21

7. Kisaran jumlah anggota keluarga (orang) 2-8

(5)

Seminar N'asional Pefernakan don Veteriner 1997

N : 49

Identitas responden

PEMBAHASAN

Hasil wawancara dengan berbagai macam responden mengenai masalah itik betina pasca produksi yang telah di afkir dan pemanfaatannya linmbah dari pemotongan itik, dibahas pada sajian berikut ini .

Unttilc mengetahui animo masyarakat Kalimantan Selatan terhadap daging itik, telah dibagikan kuesioner kepada 265 responden untuk diisi . Responden yang rataan umurnya 31,98

tahun kebanyakan adalah PNS (99,25%).

Hampir semua pemilik rumah makan (98,91%) mengatakan bahwa rumah makan/warung makannya dikelola sendiri sebagai usaha pokoknya. Sedang pembuat/penjual dendeng itik menyatakan bahwa usahanya tersebut merupakan usaha.sambilan yang pekerjaan utamanya adalah pedagang itik (83,33%) dan PNS (16.67%).

Tabel 3. No.

Variasi masakan yang dijual di rumab makan/warung bakunya daging itik

Uraian

makan dehtgan salah satu bahan Jumlah 1 . Jenis masakan yang dijual (%)

a. Sate 32,34

b. Panggang 31,35

c. Sate dan panggang 9,26

d. sate dan lain-lain 6,24

e. Panggang dan lain-lain 20,65

2. Menu utama sebagai balian baku (%

a. Daging itik 51,75

b. Daging ayam 35,71

c. Lain - lain 12,57

3. Masakan daging itik yang paling disukai (%)

a. Panggang 45,30

b. Sate 48,43

c. Lain - lain 6,27

4. Jenis itik yang digunakan (%)

a. Betina afkir 54,35

b. Jantan afkir 25,41

c. Jantan dan betina muda 18

(6)

Pemanfaatan itik pasca produksi

SentinorNosionalPeternokandonVeteriner /997

Sedang 25 orang pengumpul limbah bulu itik, 55,56%, nya sehari-sehari pekerjaannya sebagai pemotong itik dan setelah itu mereka bekerja untuk pekerjaan lainnya sebagai sambilan . Selebihnya sebagai pengumpul bulu itik adalah petani clan PNS.

1. Pemanfaatan daging itik a. Itik panggang dan sate

Respon masyarakat untuk mengkonsumsi daging itik cukup besar, meskipun bahan bakunya berasal dari itik tux atau itik afkiran. Sebagian besar diantara responden menyukai daging itik (68,08%) dan 15% responden sangat menyukainya (label 2). Demikian juga anggota-anggota keluarganya yang sebagian besar berasal dari suku Banjar, pada umumnya menyukai daging itik. Hal ini menunjukkan bahwa daging itik dapat diterima masyarakat Kalimantan Selatan sebagai makanan kesukaan mereka. Dengan demikian pemeliharaan itik untuk produksi daging merupakan peluang usaha yang cukup besar di daerah Kalimantan Selatan karena pasarannya sudah jelas.

Diantara responden memang ada yang menyajikan kurang suka atau tidak suka terhadap daging itik. Alasanya karena daging itik berbau anyir (48,07%) dan liat (38,35%). Hal ini dapat dipahami karena daging itik yang dijual di warung-warung makan berasal dari itik tux atau itik afkir sehingga dagingnya lint . Dan rasa anyir barangkah dapat diatasi dengan pengasapan . Oleh karena itu, bentuk masakan yang paling disukai konsumen (66,07%) adalah panggang itik dan 22,88% nya menyukai sate itik. Jenis masakan lain yang disukai responden adalah ungkep clan kukus (untuk menghilangkan lemak) sampai empuk kemudian digoreng.

Pada Tabel 3. terlihat bahwa, pemilik rumah makan/ waning makan menjual menu masakan yang bervariasi antara lain : sate, panggang, kombinasi antara keduanya dan lain-lain. Sebagian besar responden (51,75%) menyajikan menu utama daging itik sebagai bahan bakunya. Selebihnya menggunakan daging ayam (37,71%) dan daging lain atau bahan makanan lainnya (12,57%). Mereka memanfaatkan itik betina afkir (54,35°/x) dan itik jantan afkir (25,41%) sebagai bahan bakunya. Hanya sedikit yang memanfaatkan itik jantan atau betina much atau entok untuk dibuat sate atau panggang.

Dilihat dari tingkat konsumsi sebagian besar responden (71,14%) mengkonsumsi daging itik rata-rata 1 - 3 kali per bulan. Dan 55,64% diantara mereka umumnya membeli masakan jadi diwarung/rumah makan. Selebihnya mereka membeli itik hidup untuk dipotong atau itik potong yang dijual dipasar untuk diproses dan dibuat masakan sendiri sesuai dengan seleranya (label 2).

Menurut RAHARDJO e1 al. (1989), produksi daging itik dan pemanfaatan daging itik secara nasional di Indonesia masih rendah dibandingkan di negara Malaysia dan Thailand. Hal ini kemungkinan disebabkan karena vita ram daging itik kurang disukai oleh masyarakat (HARDjoswoRO, 1990 dan DIRDJOPRATONO, 1990), sehingga pengembangan itik sebagai itik pedaging tidak banyak dilakukan di Indonesia.

b. Dendeng itik

Dendeng itik merupakan bahan makanan awetan yang bahan bakunya daging itik. Dendeng tersebut ternyata kurang diminati oleh masyarakat konsumen. Pada Tabel 2 terlihat hasil bahwa, 888

(7)

hanya 3,26% responden yang menyukai dendeng itik. Hal ini menunjukkan bahwa dendeng itik belum memasyarakat di daerah Kalimantan Selatan. Barangkali karena dendeng itik belum tersedia di warung-warung makan sebagai makanan siap santap seperti itik panggang atau sate itik, sehingga belum banyak masyarakat yang mengenal atau mencobanya. Di samping itu produksi dendeng itik juga masih terbatas dan sebagai daerah produsen utamanya ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Menurut responden pembuat dan juga penjual dendeng, bahan baku untuk membuat dendeng umumnya berasal dari itik betina afkiran (66,67%). Sedang sisanya 33,33% berasal dari itik campuran jantan dan betina afkir. Mereka yang mengkhususkan diri untuk membuat dendeng itik muda ataa itik penggemukan belum ada. Sedang itik betina afkiran cukup banyak tersedia dan harganya relatif murah. Harga beli rata-rata Rp. 5 .300,-/ekor, dan kalau sudah jadi dendeng itik harganya rata-rata Rp. 7.800,-/ekor (Tabel 4).

Tabel 4. Pembuatan dendeng itik, kemasan dan pemasarannya

No. Uraian Jumlah

N :6

Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997

Faktor lain yang diduga sebagai penyebab animo masyarakat terhadap dendeng itik rendah, antara lain : proses pembuatan dendeng itik yang belum sempurna. Daging itik mempunyai banyak lemak sehingga dendeng tidak bisa kering betul dan tidak tahan disimpan lama. Dari responden diperoleh keterangan bahwa dendeng itik hanya tahan kira-kira dua sampai tiga minggu.

1 . Bahan baku untuk pembuatan dendeng itik (%)

a. Itik betina afkir 66,67

b. Itik jantan afkir 0

c . Itik muda 0

d. a. b, dan c 33,33

2. Kisaran jumlah itik yang diperiukan per hari (ekor) 4-10

3. Rataan harga beli itik per ekor (Rp.) 5

.500,-4. Rataan hargajual dendeng itik per ekor (Rp.)

7.800,-5. Kemasan dendeng itik dalam penjualannya

a. Ya, dengan plastik di dalam dus 16,67

b. Tidak dikemas 83,33

6. Rataan ketahanan dendeng itik (minggu) 3

7. Pemasaran dendeng itik (%)

a. Dalam kota (pasar lokal) 83,33

b. Luar kota 16,67

8. Masalah yang dihadapi

a. Modal 16,67

b. Pemasaran 50

(8)

Pembuatan dendeng itik yang merupakan usaha sampingan, pemasarannya masih terbatas di dalam kota yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Utara (tempat pembuatan dendeng tersebut) dengan kemasan sederhana atau kadang-kadang tidak dikemas secara profesional. Faktor yang merupakan masalah adalah pemasaran produk dendeng itik tersebut (50%). Disamping itu masalah lain adalah selera konsumen dan permodalan . Kadang-kadang dendeng itik jugs dijual di luar Kabupaten melalui promosi PKK setempat.

Menurut SUNARLIM et al. (1984), dendeng itik yang ada di Kalimantan Selatan kurang disukai panelis karena masih berbau anyir clan warnanya kurang menarik. Dan oleh TRIYANTINI et al. (1992) dilaporkan bahwa penggunaan lengkuas 2 % memberikan hasil yang terbaik berdasarkan uji organoleptik dan kandungan zat gizinya.

Limbah dari sisa-sisa pemotongan itik dapat memberikan nilai tambah apabila tahu pemalifaatannya . Limbah tersebut dapat benipa bulu, kaki clan kepala itik, setelah dagingnya dimanfaatkan sebagai bahwn makanan.

Dari 25 responden pemotong itik/pengumpul bulu itik yang diwawancarai, 93,94% mereka memanfaatkan limbah bulu itik untuk dikeringkan dan dijual kepada pedagang pengumpul. Sedang 6,06% responden memanfatkan kaki clan kepala itik (label 5).

Tabel 5. Pemanfaatan limbah itik clan pemasarannya

890

2. Pemanfaatan limbah itik

N : 25

Seminar NasionalPeternakan don Veteriner 1997

Harga jual rata-rata bulu itik kering di Kalimantan Selatan Rp. 850,-/kg. Harga ini sangat jauh berbeda dengan bulu itik di Jawa yang mencapai rata-rata Rp. 1 .500 - 2.250,-/kg bulu itik kering(RAHARDJO, 1990).

Penanganan bulu itik yang dilakukari oleh pemotong itik di Kalimantan Selatan yaitu berupa penjemuran dan pengumpul bulu itik akan datang untuk mengambil bulu itik tersebut sekitar 1 - 3 bulan sekali. Melihat kenyataan ini maka kualitas bulu itik yang dihasilkan kurang baik. Disebutkan oleh RAHARDJO (1990) bahwa bulu itik yang tidak mengalami pencucian yang baik dapat menimbulkan pembusukan clan kerusakan bulu.

No. Uraian Jumlah

1. Limbah vang dimanfaatkan (%)

a . Bulu itik 93,94

b. Lain - lain : kaki, kepala 6,06

2. Harga rataan bulu itik kering/kg (Rp.) 850

3 . Penjualan limbalt kepada

a. Konsumen langsung 0

(9)

SeminarNasional Petemakan dan Veteriner 1997 KESIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1 . Pemanfaatan itik betina pasta produksi yang telah diafkir untuk dikonsumsi dagingnya. Panggang daging itik dan sate daging itik lebih disukai konsumen dibanding dengan dendeng itik, terutama oleh masyarakat Banjar. Dan selama ini produksi daging itik di Kalimantan

Selatan, sebagian besar dari itik betina afkiran .

2. Pembuatan dendeng itik dikerjakan secara sederhana dan terbatas sebagai -usaha sambilan, sehingga tidak adajaminan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh produsen . Dendeng itik hanya tahan selama 2-3 minggu dan dalam penjualannya belum di kemas secara baik atau tidak dikemas.

3 . Bulu itik merupakan limbah dari pemotongan itik yang berharga dan dapat digunakan sebagai bahan industri kerajinan namun belum dimanfaatkan secara optimal .

DAFTAR PUSTAKA

DINAS PETERNAKAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALimANTAN SELATAN. 1995/1996 . Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan. Banjarbaru .

DIRDIOPRATONO, W. 1990. Usaha Pemotongan Ternak dan Penyerapan Daging di Jawa Tengall. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah No. 5. Ungaran. 9 Januari 1990. Sub BALITNAK Klepu. P. 106 - 114.

HARDJOSWORO, P.S . 1990. Usaha-usaha Peningkatan Manfaat ltik Tegal untuk Produksi Telur. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan Pengembangan Usaha Ternak di Jawa Tengah No.5. Ungaran . 9 Januari 1990. Sub Balitnak Klepu. p. 6-9.

RAHARDJo, Y.C. 1990. Potensi, Prospek dan Kendala dalam lndustri Bulu Itik di Indonesia. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan : Pengembangan Usalla Ternak Itik di Jawa No. 5 Ungaran, 9 Januari 1990. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu. P. 25-34.

RAHARDJo, Y.C., T. ANTAWIJAYA, A.R . SETIOKo, S. SASTRODIHARDJO, S. PRAWIRODIGDO, V. WIJAYA, W. DMDJOPRATONo, T. SARTIKA . dan D. GULTom. 1989. Laporan Survei Potensi Bulu . Unggas . Air di Jawa dan Bali. Kedasama Penelitian antara Balai Penelitian Ternak dengan PT. Bina Cipta Warna Karya. Balai Penelitian Ternak Bogor.

SuNARLim, R., C.H. SIRAIT. 1984. Survey Pengolahan Telur dan Daging Itik Tradisional di Daerah Hulu Sungai, Kalimantan Selatan. Dalam TRIYANTINI, H. SETIYANTO, N. CAHYADI dan SUGIARTO 1992. Pros. Agro. Industri Peternaka i di Pedesaan. Ciawi 10 - 11 Agustus 1992 Balitnak Bogor.

TwYANTIm, H. SETIYANTO, N. CAHYADI dan SUGIARTO. 1992. Dendeng sebagai alternatif dalam upaya penganekaragaman pengelolahan Dagng itik. Pros. Agro - Industri Peternakan di Pedesaan. Ciawi, 10 - 11 Agustus 1992. Balitnak Bogor.

(10)

Seminar Nasiona(Peternakondan L'eteriner 1997

TANYA JAWAB

Zulbardi M. : Daging itik warnanya menjadi persoalan karena warna cukup mempengaruhi. Apakah ada cara untuk mengubah warna (misalnya itik + cabe hijau).

Eni Sid Rohaeni : Tidak menjadi masalah. Dendeng, mengenai warna kurang menarik belum ada teknik mengubah warna.

Hadi S. : Apakah penyerapan itik afkir tidak mengalami kendala ? Bagaimana dengan pemanfaatan penjantan afkir ?

Gambar

Tabel 1. Identitas responden hasil penelitian di Kalimantan Selatan
Tabel 2. Respon masyarakat konsumen terhadap daging itik
Tabel 4. Pembuatan dendeng itik, kemasan dan pemasarannya
Tabel 5. Pemanfaatan limbah itik clan pemasarannya

Referensi

Dokumen terkait

Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). 7) Tinggi dan rendahnya nilai kerja seseorang

Kajian ini dilatar belakangi oleh tatanan geologi daerah Harau dan sekitarnya, Sumatera Barat yang diidentifikasi sebagai daerah favourable bagi akumulasi uranium yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam

Keterbatasan lain yang muncul dalam sistem informasi keuangan klasik adalah memungkinkan user untuk melakukan manipulasi dan kecurangan pada saat melakukan pengolahan laporan

Sudjana (2013) menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang telah direncanakan,

Adapun yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum

Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dalam Rupiah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 125% (seratus dua puluh lima persen) dari rata-rata suku

Namun dalam perjalannya transaksi tersebut rusak ketika pihak penyewa meminta tambahan biaya dari biaya yang telah di tentukan di awal akad sehingga disini terjadi