• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

AGROPROSS National Conference Proceedings of Agriculture

Conference Info:

Event: Seminar, Ekspo dan Diskusi (SEEDs) Perbenihan Nasional 2017 Tempat: Gedung serba guna Soetrisno Widjaja, Politeknik Negeri Jember Tanggal: 27 November 2017 (07.00 – 16.00 WIB)

Publisher:

Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember Online Ver. https://jpp.polije.ac.id/conference

Jl. Mastrip Po.Box 164 Sumbersari, Kab. Jember 68121

RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.)

MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN.

RizkiAdi Purnomo1, Nurul Sjamsijah1, Mochamat Bintoro1

1Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Pertanian, Politeknik Negeri Jember Jl. Mastrip PO. BOX 164 Jember

Corresponding author : rizkia5994@gmail.com

ABSTRACT

This research is aimed to determine the response of plants and obtain plants with more morphological appearance, so that pods contains 2 and 3 on edamame soybean can be increased by using soaking treatment of edamame soybean seed using colchicine. This research was conducted in December 2016 until March 2017 in vacant land of PT. Gading Mas Indonesia Teguh, in Klompangan village, Ajung sub-district, Jember district. This research used Factorial Randomized Completely Block Design (RCBD) with 3 repetitions: the first factor is the seed was soaked for (1; 2; 3 hour) the second factor is concentration of colchicine, (25; 50; 75 ppm). The result of the research showed that the long treatment of colchicines immersion showed no significant difference in almost all observation parameters except for the pod contains one which showed significant difference. While the concentration treatment showed no significant difference in all parameters. The interaction between the duration of immersion and concentration showed no significant difference in all parameters.

Keyword: Colchicine, Edamame, soybean Kata Kunci: Kedelai edamame, kolkisin, ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman dan memperoleh tanaman dengan tampilan morfologis lebih, sehingga polong isi 2 dan 3 pada kedelai edamame dapat ditingkatkan dengan menggunakan perendaman perlakuan benih kedelai edamame dengan menggunakan kolkisin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 di lahan kosong PT. Gading Mas Indonesia Teguh, di Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Rangkap Faktorial (RAK) dengan 3 pengulangan: Faktorpertama adalah benih yang direndam selama (1; 2; 3 jam) faktor kedua adalah konsentrasi kolkisin, (25; 50; 75 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendamanmenunjukkan tidak berbeda nyata pada hampir semua parameter pengamatan kecuali polong isi satu yang menunjukkan berbeda nyata. Sedangkan perlakuan konsentrasi menunjukkan tidak berbeda nyatapada semua parameter. Interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi menunjukkan tidak berbeda nyatapada semua parameter.

(2)

I. PENDAHULUAN

Kedelai edamame merupakan salah satu jenis kedelai putih yang berasal dari Jepang tetapi sudah dibudidaya di Indonesia. Kota Jember terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dibidang produksi kedelai edamame segar. Kedelai edamame yang sekarang dibudidayakan oleh salah satu perusahaan tersebut adalah varietas Ryoko. Kedelai edamame varietas Ryoko masih dinilai mempunyai kekurangan yakni masih terdapat polong isi satu sebanyak 4 - 5 buah pertanaman dengan produksinya yang masih rendah apabila dibanding dengan varietas lainnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas panen segar edamame karena polong isi satu akan masuk ke grade terbawah dalam proses sortasi.

Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara untuk melakukan perbaikan genotip tanaman dan mendapatkan variertas unggul dengan berbagai cara, yaitu persilangan, mutasi, atau melalui rekayasa genetik tanaman (Anggraito, 2012).

Mutasi adalah salah satu cara yang sering dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang berbeda dengan tanaman sebelumnya, salah satu mutagen yang sering digunakan dalam mutasi dan dapat menyebabkan poliploidi adalah kolkisin. Kolkisin (C22H25O6N) adalah salah satu jenis alkaloid yang berasal dari umbi serta biji tanaman Autumn crocus (Suryo, 1995). Kolkisin dapat digunakan untuk mendapatkan tanaman mutasi, hal ini terbukti pada penelitian Herman et al, (2014) dimana terjadi perubahan warna biji dan warana polong masak pada kacang hijau dapat berpengaruh terhadap jumlah biji perpolong, serta dapat menyebabkan poliploidi pada penelitian bawang merah (Suminah and Setyawan, 2002).

Haryanti et al, (2009) menambahkan bahwa tanaman poliploidi mempunyai pola pertumbuhan, seperti penampakan morfologi, anatomi, fisiologi, genetik, dan produktivitas yang berbeda dibandingkan dengan tanaman diploidnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman dan mendapatkan tanaman dengan penampilan morfologi lebih jagur sehingga polong isi 2 dan 3 pada kedelai edamame dapat meningkat dengan menggunakan perlakuan perendaman benih kedelai edamame menggunakan kolkisin.

II. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain: cangkul, pipet, sarung tangan, ember, meteran, gembor, penggaris, polibag, dan alat tulis, benih dasar kedelai Edamame varietas Ryoko, Kolkisin 100 ppm (Indo Biotech Agro), Furadan 3G, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk Urea, pupuk KCL, herbisida, pasir, tanah, fungisida, pupuk Petroganik, pupuk daun MKP, insektisida, dan aquades

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua Faktor dengan 3 kali ulangan:

Faktor pertama adalah (R) untuk taraf lama rendaman, terdiri dari:

R1 = direndam selama 1 Jam R2 = direndam selama 2 Jam R3 = direndam selama 3 Jam

Faktor kedua adalah (K) untuk taraf konsentrasi, terdiri dari :

K1 = 25 ppm K2 = 50 ppm K3 = 75 ppm

Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat yang dibutuhkan yaitu cangkul, sabit, timba, gelas ukur, knapsack sprayer, gembor, penggaris, alat tulis menulis, timbangan analitik, serta menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu : benih kedelai edamame varietas Ryoko, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk Urea, pupuk KCL,herbisida, fungisida, insektisida.

2. Persiapan media tanam

Media yang digunakan adalah

percampuran tanah, pasir, dan petroganik dengan perbandingan 5:1:1. Kemudian tanah diaduk secara merata dan dimasukkan ke dalam polibag hingga memenuhi setengah dari tinggi polibag. 3. Persiapan larutan

Persiapan larutan kolkisin dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm. Setiap perlakuan menggunakan larutan sebanyak 50 ml

(3)

4. Perendaman benih dengan kolkisin

Benih direndam dengan larutan kolkisin sebanyak 50ml sesuai dengan perlakuan (25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm) sebanyak 60 benih direndam secara bersamaan menggunakan gelas dengan diameter dalam 5,2 cm dengan lama perendaman sesuai perlakuan (1, 2, dan 3 jam). 5. Penanaman

Penanaman dilakukan pada sore hari dengan tujuan untuk meminimalisir penguapan akibat intensitas cahaya matahari yang tinggi, setiap polibag diisi dengan lima benih yang telah dilakukan perlakuan sebelumnya.

6. Panen

Panen dilakukan ketika tanaman pada satu plot atau unit 80% dalam keadaan masak fisiologis dengan ditandai warna polong kuning kecoklatan. Dilakukan dengan cara mencabut tanaman.

Parameter Pengamatan 1. Tinggi tanaman (cm) 2. Lebar daun (cm)

3. Jumlah polong pertanaman (Buah) 4. Jumlah polong isi satu, dua, dan tiga. 5. Umur panen (HST)

6. Berat 100 biji (gr)

7. Produksi pertanaman (gr)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan lama perendaman kolkisin (R) menunjukkan berbeda tidak nyata (ns) pada hampir semua parameter pengamatan kecuali parameter polong isi satu yang menunjukkan berbeda nyata. Sedangkan perlakuan konsentrai (K) menunjukkan tidak berbeda nyata (ns) pada semua parameter. Interaksi antara lama

perendaman dan konsentrasi (RxK)

menunjukkan tidak berbeda nyata (ns) pada semua parameter.

Menurut Suryo (1995) Perlakuan kolkisin yang diberikan pada setiap jenis tanaman mempunyai respon yang berbeda - beda, hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman meskipun dalam satu family apabila diberi perlakuan kolkisin akan mendapat respon yang berbeda, senada dengan penelitian Sutrisno (2014) dimana dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa hampir dari semua parameter yang diamati tidak berbeda nyata hanya pada perlakuan dengan beda

varietas menunjukkan berbeda nyata, hal ini diduga karena pada waktu perkecambahan efek kolkisin telah habis atau keberadaan kolkisin pada benih edamame telah habis, apabila pengaruh dari kolkisin telah menghambur, pada sel tanaman poliploidi yang baru dapat membentuk benang - benang spindel selaku aparatus mitosis pada kedua kutubnya dan membentuk nukleus anakan poliploidi seperti pada telofase dari mitosis biasanya (Nofitahesti and Daryono, 2016) sehingga respon yang diberikan tanaman tidak berbeda nyata.

Tinggi Tanaman

a. Tinggi tanaman 30 hst

Gambar 1 Diagram Rerata tinggi tanaman pada 30 HST

Hasil dari F hitung perlakuan pemberian kolkisin pada kedelai edamame menunjukkan tidak berbeda nyata, akan tetapi apabila dilihat dari Gambar 1 maka perlakuan pemberian kolkisin cenderung mempunyai hasil yang berbeda tapi tidak nyata. Pada grafik dapat diketahui bahwa tanaman kedelai mempunyai respon yang cenderung baik hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol atau tanaman yang tidak diberi perlakuan kolkisin

Kolkisin merupakan zat yang menghambat terbentuknya mikrotubula, yang nantinya akan menjadi aparatus mitosis yakni benang – benang spindle Anggraito (2012) dengan terhambatnya pembentukan benang – benang spindle sebagai agen pembelahan pada sel, maka kromosom yang telah mengalami penggandaan tidak dibagi kearah berlawanan, sehingga tidak terjadi pemisahan kromosom dan membentuk sel yang poliploidi. Poliploidi yang terjadi akan meningkatkan jumlah kromosom dalam sel sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap aktivitas gen dan metabolisme sel sehingga produksi hormon meningkat (Syaifudin et al., 2013). Akibat peningkatan produksi hormon

(4)

maka menyebabkan tinggi tanaman meningkat bila dibandingkan dengan kontrol, hormon yang menjadi faktor internal dalam pertumbuhan adalah auksin dan giberelin. Pada gambar 1 perlakuan perendaman satu jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K1) mempunyai respon cenderung lebih baik dari perlakuan yang lain termasuk kontrol yang tidak diberi kolkisin dengan tinggi 32.08cm. Hal ini senada dengan pendapat Haryanti et al, (2009) yang menyatakan pada umumnya tanaman poliploidi mempunyai kenampakan tanaman dan produktivitasnya lebih baik atau lebih jagur.

b. Tinggi tanaman 70 hst

Gambar 2. Diagram Rerata tinggi tanaman 70 HST

Pada gambar 2 perlakuan kolkisin dengan lama perendaman tiga jam dengan konsentrasi 50 ppm (R3K2) pada kedelai edamame mempunyai respon tinggi tanaman yang terbaik yakni 38.19 cm bila dibandingkan dengan semua perlakuan yang diberikan. Apabila konsentrasi ditingkatkan atau diturunkan maka mengalami penurunan tinggi tanaman. Akan tetapi rerata tinggi tanaman tidak mengalami penurunan atau peningkatan tinggi tanaman yang setabil. Konsentrasi kolkisin serta lama waktupada saat perendaman diduga belum mencapai keadaan yang tepat, sehingga poliploidi belum dapat diperoleh dari kolkisin, namun apabila perlakuan konsentrasi yang diberikan pada benih terlalu tinggi atau waktu perendaman perlakuan benih terlalu lama, maka kolkisin dapat menunjukkan berpengaruh negatif, serta dampaknya penampilan fisik tanaman menjadi kurang optimal, dan sel-sel banyak yang rusak atau

bahkan menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati (Suryo, 1995).

Lebar Daun

Gambar 3 Diagram Rerata lebar Daun pada Umur 30 HST

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa semua respon kedelai edamame cenderung baik karena dari sembilan perlakuan yang diberikan terhadap kedelai edamame mempunyai lebar daun yang lebih lebar dari tanaman kontrol sedangkan, respon terbaik tanaman kedelai edamame dengan pemberian kolkisin yakni perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K1) dengan rerata lebar daun 8.73cm sedangkan rerata lebar daun tanaman kontrol atau tanaman yang tidak diberi perlakuan kolkisin hanya mempunyai lebar daun sebesar 6.6 cm. Hal ini senada dengan pendapat Haryanti et al., (2009) mengungkapkan adanya ciri morfologi yang berbeda pada tanaman poliploididibandingkan tanaman diploidnya. Pada tanaman poliploidimempunyai sel yang ukurannya lebih besar hal ini disebabkan jumlah kromosom yang lebih banyak sehingga menghasilkan bagian tanaman seperti daun, bunga, buah maupun tanaman secara keseluruhan yang lebih besar.

(5)

Jumlah Polong Isi Satu

Tabel 1 Hasil Uji Lanjut DMRT 5% pada Perlakuan Lama Perendaman

Lama Perendaman Jumlah Polong Satu (buah)

R1 8,07 a

R2 9,38 ab

R3 10,96 b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan R1 dengan perendaman selama 1 jam tidak berbeda nyata dengan perlakuan R2 dengan perendaman selama 2 jam, tetapi perlakuan R1 berbeda nyata dengan R3 dengan perlakuan lama perendaman selama 3 jam. Menurut Suryo, (1995) apabila waktu perlakuan yang terterlalu lama, dapat berpengaruh negatif, yaitu penampilan tanaman menjadi kurang baik, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan kematian pada tanaman.

Perlakuan R1 merupakan perlakukan yang terbaik karena mempunyai jumlah polong satu hal ini terjadi karena tanaman poliploidi rata rata mempunyai penampakan tanaman yang lebih jagur. Hilman and Rosliani, (2002) menyatakan bahwa pada saat memasuki fase generatif, biji akan memperoleh asimilat dari hasil remobilisasi cadangan makanan yang dihasilkan dari fase vegetatif yang disimpan pada organ akar, batang, dan daun serta memperoleh hasil fotosintesis saat fase generatif. Sehingga tanaman poliploidi memiki pengisian polong yang baik bila dibanding dengan tanaman diploidnya, sehingga jumlah polong satu dapat menurun.

Gambar 4 Diagram Rerata Jumlah Polong Isi Dua Dan Tiga

Pada gambar 4 hasil dari rerata menunjukkan bahwa rerata dari jumlah polong isi dua terdapat perbedaan. Respon tanaman kedelai edamame cenderung lebih baik dari pada tanaman kontrol karena dari hasil rerata perhitungan polong isi dua dapat dilihat pada gambar 4 bahwa rerata tanaman yang diberi perlakukan dengan kolkisin mempunyai rerata yang lebih baik dari tanaman kontrol. Untuk perlakuan yang terbaik pada prameter polong isi dua yakni perlakuan dengan perendaman selama tiga jam dengan konsentrasi 75 ppm (R3k3) dengan rerata 37.33 buah sedangkan untuk tanaman kontrol rerata dari polong isi dua yakni 21.83. hal ini menunjukkan bahwa tanaman polipoid mempunyai penampilan yang lebih jagur ditandai dengan peningkatan jumlah polong isi dua yang senada dengan pendapat Sulistianingsih et al, (2004) uaitu perubahan pada jumlah kromosom akan menunjukkan dampak yang berbeda - beda pada penampakan fenotipe dan pertumbuhan tanaman, seperti tanaman menjadi lebih jagur.

Pada gambar 4 juga menunjukkan rerata polong isi tiga mempunyai respon yang cenderung kurang baik karena dari beberapa

(6)

perlakuan yang diberikan kepada tanaman kedelai edamame masih mempunyai rerata dibawah tanaman kontrol, sedangkan perlakuan lainnya memilliki respon yang baik bila dibanding dengan tanaman kontrol. Perlakuan dengan lama perendaman 2 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R2K3) mempunyai nilai rerata tertinggi yakni sebesar 12.50 buah sedangkan untuk perlakuan dengan nilai rerata terendah adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3) dengan rerata 5.44 buah, hal ini senada dengan pendapat Herman et al, (2014) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada tanaman akibat pemberian kolkisin sangat bervariasi. Kolkisin yang diberikan pada setiap individu tanaman tidak mempengaruhi semua sel tanaman, tetapi hanya sebagian sel-sel saja. Adanya pengaruh yang berbeda pada sel-sel tanaman disebabkan kolkisin hanya efektif pada sel-sel meristem yang sedang aktif membelah. Hal ini diduga yang menyebabkan polong isi dua pada tanaman dengan perlakuan R3K3 mempunyai rerata cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sedangkan untuk polong isi tiga tanaman dengan perlakuan R2K3 mempunyai rerata yang cenderung lebih baik dari pada perlakuan lainnya.

Jumlah Polong Pertanaman

Gambar 5 Diagram Rerata Jumlah Polong

Respon tanaman kedelai edamame mempunyai respon cenderung lebih baik hal ini ditunjukkan denga jumlah polong tanaman kedelai edamame mempunyai jumlah polong yang rata- rata di atas jumlah polong tanaman kontrol, hanya saja pada tanaman kedelai edamame yang diberi perlakuan dengan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi kolkisin 75 ppm (R1K3) mempunyai rerata sama dengan tanaman kontrol dengan jumlah polong sebanyak 37,50. Perlakuan terbaik pada jumlah polong ini adalah perlakuan dengan lama perendaman 3 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R3K3). Menurut Ariyanto et al, (2011) jika konsentrasi kolkisin serta lama perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka belum dapat diperoleh tanaman poliploidi. Hal ini yang diduga meskipun dengan konsentrasi yang sama yakni 75 ppm namun dengan lama perendaman yang berbeda mempunyai hasil yang berbeda bahkan perlakuan (R1K3) mempunyai rerata yang sama dengan tanaman kontrol.

Umur Panen

Gambar 6 Diagram Rerata Umur Panen

Pada gambar 6 diatas menunjukkan bahwa respon kedelai edamame dengan perlakuan kolkisin sangat bervarian, meskipun selisih umur panen tidak begitu berbeda. Pada gambar 6 tersebut terlihat bahwa perlakuan terbaik adalah

(7)

tanaman edamame dengan perlakuan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K3). Tanaman poliploidi biasanya pembelahan pada selnya melambat, sehingga umur vegetatif lebih lama (Suryo, 1995). Hal ini diduga yang menyebabkan beberapa tanaman

mempunyai umur panen lebih lama

dibandingkan dengan tanaman kontrol. Beberapa faktor lain dapat menjadi penyebab umur panen seperti kadar air buah, besar biji pada polong, jumlah polong. Jumlah polong yang semakin banyak diduga dapat memperpanjang umur panen karena tanaman membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pembentukan dan pengisian polong, kemudian tanaman juga akan membutuhkan waktu yang lebih lama juga untuk membuat polong menjadi masak secara fisiologi. Hal ini dapat dikaitkan dengan gambar 5 dimana R1K3 mempunyai rerata polong paling rendah sehingga R1K3 mempunyai umur panen tercepat dan R3K3 mempunyai rerata polong tertinggi, sehingga R3K3 mempunyai umur panen terlama. Berat 100 Butir

Gambar 7 Diagram Rerata Berat 100 Butir Benih Kedelai Edamame

Respon kedelai edamame cenderung lebih baik karena semua perlakuan menunjukan nilai rerata yang di atas nilai rerata tanaman kontrol. Perlakuan terbaik pada berat 100 butir benih edamame yakni perlakuan denga lama perendaman satu jam dengan konsentrasi 50 ppm dengan rerata berat 100 benih kedelai edamame yakni 43.03 gr, sedangkan perlakuan terendah

adalah kontrol dengan berat 100 butir benih yakni 32.54 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kolkisin memberi dampak yang baik karena semua perlakuan memberikan hasil di atas rerata tanaman kontrol.

Menurut Suryo (1995) tanaman yang diberi perlakuan kolkisin pada umumnya mempunyai penampilan yang jagur atau lebih baik. Syaifudin et al, (2013) menyatakan bahwa sifat umum tanaman hasil poliploidisasi biasanya tanaman yang memiliki penampakan fisik yang lebih kekar, bagian-bagian tanaman menjadi lebih besar, sel-selnya juga terbentuk lebih besar, inti sel juga lebih besar, diameter buluh-buluh pengangkutan lebih besar, serta stomata pada daun tanaman juga lebih besar.

Jaringan daun yang membesar menyebabkan cahaya matahari dapat diserap oleh daun lebih banyak menyebabkan fotosintesis pada tanaman menjadi berjalan lebih maksimum karena menurut Syaifudin et al, (2013) proses fotosintesis yang meningkat akibat suatu jaringan daun yang membesar sehingga bahan kering yang dapat disimpan tanaman lebih banyak, dengan membesarnya jaringan buluh pengangkut dimana hal ini akan mempermudah transportasi zat hara ke daun dan hasil fotosintesis, sehingga menyebabkan tanaman dengan perlakuan pemberian kolkisin mempunyai rerata berat 100 butir benih diatas tanaman kontrol.

Produksi Pertanaman

Gambar 8 Diagram Rerata produksi pertanaman.

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa respon kedelai edamame terhadap pemberian kolkisin cenderung kurang baik, karena rata rata

(8)

dari rerata perlakuan yang diberikan mempunyai nilai dibawah tanaman kontrol, sedangkan rerata tertinggi adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 50 ppm (R1K2) dan perlakuan dengan rerata terendah adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3).

Menurut Syaifudin et al, (2013) umumnya penampakan tanaman dan produktivitas tanaman hasil poliploidisasi lebih baik, sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan. Pembentukan dan pengisian polong sangat mempengaruhi hasil kedelai edamame. Pada umumnya periode pengisian polong sangat dipengaruhi oleh unsur hara, air, dan cahaya yang tersedia. Pada akhir pertumbuhan di fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil proses fotosintesis pada organ-organ tanaman seperti buah, biji, dan batang (Maryanto et al, 2002).

Pada gambar 8 didapatkan tanaman dengan perlakuan dengan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3) mempunyai nilai rerata terendah karena pada jumlah polong perlakua R1K3 mempunyai nilai terendah ditambah dengan nilai 100 butir benih yang terendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

KESIMPULAN

a. Tanaman kedelai edamame dengan perlakuan lama.

b. perendaman menunjukkan respon yang tidak berbeda nyata hampir pada semua parameter, kecuali parameter polong isi satu menunjukkan berbeda nyata. Lama perendaman 1 jam mempunyai jumlah polong isi satu paling sedikit dibanding perlakuan lainnya.

c. Tanaman kedelai edamame dengan perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin tidak menunjukkan respon yang berbeda nyata pada semua parameter.

d. Interaksi antara lama perendaman dengan konsentrasi kolkisin menunjukkan respon yang tidak berbeda nyata pada semua parameter.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraito, Y. U. (2012). Identifikasi Berat, Diameter, dan Tebal Daging Buah Melon (Cucumis melo L.) Kultivar Action 434

Tetraploid Akibat Perlakuan Kolkisin. Journal of Biological Researches, 10(1), 37–42.

Haryanti, S., Hastuti, R. B., Setiari, N., & Banowo, A. (2009). Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase Dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau ( The Influence Of Kolkisin To Grow, Metafase Cell Size, Vigna Radiata (L) Wilczek). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 10(2), 112– 120.

Herman, Natalina Malau, I., & Roslim, D. I. (2014). Pengaruh Mutagen Kolkisin Pada Biji Kacang Hijau (Vigna radiata L.) terhadap Jumlah Kromosom dan Pertumbuhan. BioETI. Retrieved from https://semnasbiounand.files.wordpress.co m/2014/03/herman-dkk.pdf

Hilman, Y., & Rosliani, R. (2002). Pemanfaatan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) untuk Meningkatkan Kualitas Hara Limbah Organik dan Hasil Tanaman Mentimun. J. Hort, 12(3), 148–157.

Maryanto, E., Suryati, D., & Setyowati, N. (2002). Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Galur Harapan Kedelai pada Kerapatan Tanam Berbeda. Akta Agrosia, 47–52. Nofitahesti, I., & Daryono, B. S. (2016).

Karakter Fenotip Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Hasil Poliploidisasi Dengan Kolkisin. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains, 5(2), 1–8.

Parjanto, A., & Eko, S. (2011). Pengaruh Kolkisin Terhadap Fenotipe dan Jumlah Kromosom Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Sains Dan Teknologi, 4(1).

Sulistianingsih, R., & Suyanto ZA dan Noer Anggia E. (2004). Peningkatan Kualitas Anggrek Dendrobium Hibrida dengan Pemberian Kolkhisin. Ilmu Pertanian, 11(1), 13–21. Retrieved from http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no3_dend robium.pdf

(9)

Suminah, S., & Setyawan, A. D. (2002). Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin. Biodiversitas, 3(1), 174–180. Suryo, H. (1995). Sitogenetika. Gadjah Mada

University Press (Vol. 6). Yogyakarta. Sutrisno, & Kuswantoro, H. (2014). Keragaan

Dua Varietas Kedelai Pada Enam Konsentrasi Kolkisin. Retrieved from http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-

content/uploads/2015/05/128-134_Sutrisno-1.pdf

Syaifudin, A., Ratnasari, E., & Isnawati, I. (2013). Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkhisin terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum) Varietas Lado F1. LenteraBio, 2(2).

Gambar

Gambar 1 Diagram Rerata tinggi tanaman pada 30 HST
Gambar 3 Diagram Rerata lebar Daun pada Umur 30 HST
Tabel 1 Hasil Uji Lanjut DMRT 5% pada Perlakuan Lama  Perendaman
Gambar 6 Diagram Rerata Umur Panen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah untuk mengidentifikasi persoalan terkait persetujuan tindakan kedokteran adalah, bagaimana pemahaman dokter terhadap Persetujuan Tindakan Kedokteran

14 Dari ketiga fokus tersebut, persoalan proses produksi pendidikan sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam karena di satu pihak ketersediaan sumberdaya yang diperlukan

Kaidah tanda untuk jarak bayangan: bila bayangan itu berada pada sisi yang sama dari permukaan yang bersifat merefleksikan atau merefraksikan seperti cahaya yang keluar,

Strategi Pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Standar pelayanan

Berdasarkan hasil observasi lapang yang dilakukan, kegiatan kali ini melakukan uji kadar TSS ( Total Suspended Solid ) pada jambu biji merah dan jambu biji kristal yang

Melihat kenyataan tersebut kawasan wisata Senggigi sejak dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata pada tahun 1983 sampai saat ini, keberadaan bar memberikan

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai FEV1 dan FVC pada subjek dengan lingkar pinggang normal dan obesitas pada Mahasiswa laki- laki FK