• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENYEBARAN PERMUDAAN ALAM JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B.) TINGKAT SEMAI DI AREAL KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENYEBARAN PERMUDAAN ALAM JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B.) TINGKAT SEMAI DI AREAL KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Oleh :"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENYEBARAN PERMUDAAN ALAM JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B.) TINGKAT SEMAI DI AREAL

KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

Oleh : Fitriyadi Idris Nim. 090 500 004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2012

(2)

STUDI PENYEBARAN PERMUDAAN ALAM JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B.)TINGKAT SEMAI DI AREAL

KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

Oleh : Fitriyadi Idris Nim. 090 500 004

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2012

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : STUDI PENYEBARAN PERMUDAAN ALAM JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B.)TINGKAT SEMAI DI AREAL KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Nama : Fitriyadi Idris

NIM : 090 500 004

Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing

Rudi Djatmiko, S.Hut,MP

NIP. 19700915 199512 1 001

Penguji I

Ir. M. Fadjeri, MP

NIP. 19610812 198803 1 003

Penguji II

Ir. Herijanto Thamrin, MP

NIP. 19621107 198903 1 015

Meyetujui

Ketua Program Studi ManajemenHutan

Ir. M. Fadjeri, MP

NIP. 19610812 198803 1 003

Mengesahkan

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005

(4)

ABSTRAK

FITRIYADI IDRIS. Studi Penyebaran Permudaan Alam Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) Tingkat Semai di Areal Kebun Raya Unmul Samarinda (di bawah bimbingan Rudi Djatmiko).

Penelitian ini dilatar belakangi oleh semakin langkanya jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B.) akibat dari …….Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran permudaan alam jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) tingkat semai disekitar pohon induk Ulin pada Areal Kebun Raya Unmul Samarinda. Hasil yang di harapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi/gambaran tentang penyebaran permudaan alam pohon jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B.) tingkat semai agar dapat menjadi acuan/bahan pertimbangan tindakan silvikultur untuk mempertahankan kelestariannya.

Penelitian ini dilaksanakan di Arel Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). selama 3 bulan (Juni-Agustus), meliputi kegiatan persiapan penelitan, pengamatan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan semai Ulin secara langsung di lapangan menggunakan 5 plot pengamatan berbentuk lingkaran dengan titik pusat Pohon Induk Ulin, setelah mendapat data -data di lapangan, kemudian melakukan kegiatan pengolahan data.

Hasil dari penelitian ini adalah jumlah anakan terbanyak terdapat pada plot pengamatan ke-1 dengan jumlah 26 anakan, sedangkan jumlah anakan paling sedikit terdapat pada plot pengamatan ke-4 dengan jumlah 15 anakan. Jumlah ankan Ulin yang ditemukan pada semua plot pengamatan 91 anakan, selain itu diperkirakan rata-rata jumlah anakan Ulin dalam 1 hektar adalah 178 anakan/Ha.

(5)

RIWAYAT HIDUP

FITRIYADI IDRIS lahir pada tanggal 05 April 1991 di Kota Tarakan, merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan Ibu Sumitra Amin dan Ayah Idris Tobe.

Pada tahun 1996 memulai pendidikan di Taman Kanak - Kanak (TK) Handayani Tarakan dan lulus pada Tahun 1997. Pendidikan dasar ditempuh di Sekolah Dasar (SD) Negeri 005 Nunukan dari tahun 1997 dan memperoleh ijazah pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan di tempuh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2006. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pancasila Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2009.

Pendidikan Tinggi ditempuh di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Angkatan Tahun 2009, dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Hutan. Selama menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pernah memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) Dirjen Dikti Pada Tahun 2010.

Pada Tanggal 05 Maret Sampai 29 April 2012 mengikuti Program Prektik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di Perusahaan HPH PT. Hanurata Unit Sangkulirang Sub Unit Mandu/Kelolokan.

(6)

KATA PENGANTAR Assalamua’laikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puli dan syukur berkat rahmat Allah SWT yang telah selalu melimpahkan rahmat, mikmat, taufik serta hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Sebuah penghargaan yang setinggi-tingginya tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan kegiatan Penelitian Karya Ilmiah dan penyusunannya.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih setulus hati kepada:

1. Ibu dan Bapak serta saudara yang memberi semangat dan arti hidup; 2. Bapak Rudi Djatmiko, S.Hut, MP., selaku Dosen Pembimbing Penelitian 3. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP., selaku Dosen Penguji I

4. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP., selaku Dosen Penguji II

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian; 6. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda;

7. Seluruh Staf dan Karyawan Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) 8. Teman Satu Kelas/angkatan yang telah banyak memberikan bantuan

serta canda dan tawa ketika laporan ini di buat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, di karenakan oleh keterbatasan penulis dalam penguasaan materi. Namun penulis berharap informasi yang tersaji didalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan dibidang kehutanan.

Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan-masukan bagi yang memerlukan.

Fitriyadi Idris Kampus Hijau Samarinda, September 2012

(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR………. I

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL……… iv

DAFTAR GAMBAR……… V I. PENDAHULUAN ……….. 1

II. TINJAUAN PUSTAK A……….... 3

A. Tinjauan Umum Ulin (Eusideroxylon zwageri)……….. 3

B. Suksesi Hutan……… 6

C. Permudaan Alam Dari Biji……… 8

III. METODE PENELITIAN ……….. 10

A. Waktu dan Tempat Penelitian………. 10

B. Bahan dan Peralatan Penelitian………. 10

C. Prosedur Penelitian……….. 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 15

A. Hasil Pengukuran Pohon Induk………... 15

B. Jumlah dan Komposisi Anakan Ulin……….. 15

C. Penyebaran (Distribusi) Anakan Ulin………. 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 20

A. Kesimpulan………...……… 20

B. Saran………. 21

DAFTAR PUSTAKA……… 22

(8)

DAFTAR TABEL

No Tubuh Utama Hal

1. Hasil Pengukuran Pada Setiap Pohon Induk……….. 15

2. Jumlah Anakan Pada Masing-masing Plot Pengamatan……….. 15

3. Jumlah Anakan Dari Setiap Jalur Pengamatan Pada Masing-masing

Plot………. 17

4. Jumlah Tinggi Rataan, Jarak, Cover Crop Rataan dan Frekuensi

anakan Ulin pada masing-masing Plot Pengamatan………. 18

Lampiran

5. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 1 di Kebun Raya Unmul

Samarinda………. 24

6. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 2 di Kebun Raya Unmul

Samarinda………... 25

7. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 3 di Kebun Raya Unmul

Samarinda.……… 26

8. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 4 di Kebun Raya Unmul

Samarinda ……… 27

9. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 5 di Kebun Raya Unmul

Samarinda ……… 28

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Tubuh Utama Hal

1. Sketsa Plot PenyebaranAnakanPohon di Sekitar Pohon Induk 12

2. Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 1……… 30

3. Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 2……… 31

4. Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 3……… 32

5. Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 4……… 33

6. Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 5……… 34

7. Keadaan Pohon Induk 1……… 35

8. Keadaan Pohon Induk 2……… 35

9. Mengikat Pohon Induk Ulin ……… 35

10. Membuat Jalur……… 35

11. Pengukuran Pada Plot 1……… 35

12. Pengukuran Pada Plot 2……… 35

13. Mengompas Arah Jalur……… 36

14. Mengukur Kelerengan Jalur……… 36

15. Mengukur Tinggi Anakan Ulin………. 36

(10)

BAB I PENDAHULUAN

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable), namun kita semua wajib berusaha agar fungsi hutan dapat diusahakan seoptimal mungkin dan diawetkan secara lestari agar berkesinambungan. Hutan juga mempunyai fungsi yang sangat penting dan serbaguna bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai pencegah erosi, tempat rekreasi, tempat kepentingan ilmu pengetahuan atau pendidikan serta tempat kehidupan flora dan fauna yang dilindungi.

Adanya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) ataupun Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan penebangan liar (illegal logging) di indonesia, jadi semakin banyak pula kegiatan eksploitasi terhadap hutan indonesia. Dengan adanya kegiatan ini berarti semakin banyak pula areal-areal hutan yang terbuka, pada akhirnya mengakibatkan adanya tanah-tanah kosong dan langkanya suatu jenis tanaman seperti Ulin (Eusidaroxylon zwageri), Bangkirai (Shorea leavifolia), dan lain-lain. Untuk mengantisipasi kebutuhan kayu di masa yang akan datang maka pemerintah telah memprogram pembangunan hutan tanaman industri (HTI), selain itu permudaan buatan dan reboisasi merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dalam proses pengelolaan hutan dalam usaha mempertahankan kelestariannya serta kesinambungan ekosistem hutan.

Selain kegiatan yang dijalankan oleh pemerintah tersebut, jenis tanaman yang langka akibat kegiatan eksploitasi seperti Ulian

(11)

(Eusidaroxylon zwageri), kemudian dilindungi oleh pemerintah melalui beberapa peraturan, oleh sebab itu tidak boleh ditebang dan diperjual belikan agar dapat berkembang biak secara alami (generatif) maup un buatan (vegetatif), sehingga jumlah individunya bertambah dan tidak menjadi suatu jenis yang langka.

Informasi tentang permudaan alam jenis Ulin dari berbagai tempat tumbuhnya di wilayah Kalimantan Timur perlu dihimpun untuk diperoleh data yang akurat agar dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan informasi guna melestarikannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran permudaan alami tanaman Ulin (Eusidaroxylon zwageri) tingkat semai di sekitar pohon induk pada Areal Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi/gambaran tentang penyebaran alam pohon Ulin (Eusidaroxylon zwageri) tingkat semai agar dapat menjadi acuan/bahan pertimbangan tindakan silvikultur yang tepat guna mempertahankan kelestariannya.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B.)

Menurut Anonim (2009c), hirarki klasifikasi dan tata nama tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Angiospermae

Sub Divisio : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Eusideroxylon

Species : Eusideroxylon zwageri T. et B.

1. Tempat Hidup

Tanaman Ulin merupakan salah satu pohon yang menjadi suatu ciri khas dari Pulau Kalimantan. Di Pulau Kalimantan, tanaman ini diperkirakan tumbuh di antara 5? LU -3? LS. Namun di Palembang, Jambi dan Biliton ditemukan juga tanaman Ulin tetapi hanya berkelompok yang luasnya beraneka ragam, luasnya mencapai 100 Ha. Tanaman ini tumbuh pada dataran rendah berpasir yang terletak di atas batas permukaan air dan sungai (Heyne 1978).

Menurut Anonim (2009a), habitat pohon Ulin menyebar di kawasan hutan primer tua dan hutan campuran. Terkadang juga di jumpai di hutan sekunder tua sebagai sisa tebangan di tanah berpasir liat, baik di lahan

(13)

yang mendatar atau pun miring pada ketinggian 20-600 meter di atas permukaan laut. Jenis ini juga tumbuh baik pada tanah podsolik merah kuning yang drainasenya cukup baik.

Di Indonesia, pohon Ulin tumbuh liar di kawasan hutan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat serta Sumatra bagian Selatan, termasuk Bangka dan Belitung. Jenis ini juga ditemukan di Filipina, yakni di Pulau Tawitawi, Sulu dan Palawan. Di Jawa, jenis ini telah dibudidayakan.

2. Habitus

Pohon Ulin memiliki tinggi hingga 60 meter dengan diameter 1-1,5 meter. Batangnya lurus tegak dengan bagian bebas cabang 5 – 20 meter. Kulit luar batang berwarna coklat kemerahan sampai coklat keabuan, beralur kecil dan tanpa alur. Daun tersusun spiral, tunggal, tebal, berbentuk lonjong. Permukaan atas gundul sedangkan urat-urat permukaan bawah berbulu halus. Daun muda berwarna ungu. Mahkota bunga berwarna kehijauan dan berbulu halus. Buah tergolong buah batu dengan tangkai berbentuk benjolan, elips dan berwarna hitam. Biji besar, berkulit keras dan beralur memanjang. (Anonim, 2009a).

Menurut Anonim (2009b), pohon Ulin berubah setiap tahun, pada bulan Juli – Oktober. Buah Ulin berbentuk bulat lonjong dengan garis tengah 5- 10 cm dan panjang 10 – 20 cm. Buah muda berwarna hijau dan menjadi coklat setelah masak. Daging buah akan lepas dari biji melalui proses pembusukan selama 1-2 bulan. Biji berwarna putih gading dengan kulit biji yang keras stebal 1-2 mm.

(14)

3. Sifat Kayu dan Kegunaan

Ulin merupakan salah satu jenis kayu yang paling berat, paling keras dan paling awet yang dihasilkan oleh alam. Dalam keadaan kering angin, kayu ini dapat tenggelam dalam air. Berat 1 m3 kayu yang di gergaji adalah 1.200 kg. Pada kayu yang masih segar atau baru saja ditebang merupakan kayu yang indah berkurai dan berwarna coklat kekuning-kuningan yang kemudian berubah menjadi warna coklat lebih tua dan akhirnya menjadi hitam. Kayu ini awet sekali, dalam keadaan yang buruk, karena dasar tanah yang lembab dan dibiarkan terkena pengaruh cuaca dapat tahan selama 80 tahun dan kalau dilindungi terhadap cuaca dapat tahan untuk waktu yang sangat lama (Heyne, 1987).

Selanjutnya dikatakan bahwa kayu Ulin tergolong kelas kuat I dan kelas awet I dengan berat jenis 0,88 – 1,20 berwarna kuning atau kelabu muda. Kayu Ulin tergolong tahan terhadap serangan rayap dan dan penggerak batang, juga tahan terhadap perubahan cuaca serta air laut. Selain kayu sebagai bahan baku kontruksi, isi biji ulin digunakan penduduk setempat untuk mengobati bengkak dengan cara meremas isi biji lalu dioleskan pada bagian yang bengkak. Pohon Ulin biasa diperbanyak melalui biji. Namun karena kulit biji beras dan tebal, maka dianjurkan menggnakan zat tumbuh. Data dari Balai Penelitian Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pohon Ulin telah banyak dibudidayakan di jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan degan bibit yang berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.

(15)

Sementara usaha pelestarian telah dilakukan di Pusat Penelitian Hutan Tropika Wanariset, Samarinda dengan cara menyemai biji-bijian yang telah dikumpulkan di hutan tempat tumbuh asalnya. (Anonim, 2009a).

Kayu Ulin memiliki kekuatan seperti namanya hingga kerap digunakan sebagai bahan baku kontruksi berat, seperti kontruksi jembatan, tiang pelabuhan, alas jalan, tiang transmisi dan juga bahan baku utama rumah panjang suku Dayak di Kalimanta n. Sayangnya persediaan kayu Ulin mulai menyusut seiring dengan jumlah populasinya yang terus menurun. Pasalnya, penebangan pohon yang juga di juluki belian ini tidak diiringi dengan peremajaan atau penanaman kembali. (Anonim, 2009a).

B. Suksesi Hutan

Istilah Suksesi digunakan pertama kali oleh Hult pada tahun 1885 dalam studi tentang perubahan pada komunikasi. Mengenai dasar studi suksesi itu sendiri dicetus oleh Cowles pada tahun 1899, sedangkan prinsip-prinsip dan teori suksesi dikemukakan secara mendalam seksama oleh Clements pada masa stelah Cowles, yaitu tahun 1907 (Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indriyanto, 2006).

Beberapa pengertian tentang istilah suksesi dikemukakan sebagai berikut:

a. Suksesi, yaitu perubahan langsung secara keseluruhan pada selang waktu lama, bersifat komulatif, di dalam komunitas tertuntu, dan terjadi pada tempat yang sama (Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indriyanto, 2006).

(16)

b. Suksesi, yaitu proses perubahan dalam komunikasi yang berlangsung menuju ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti dan diramalkan (Irwan,1992).

c. Suksesi, yaitu perubahan dalam komunitas yang berlangsung secara teratur dan menuju ke satu arah (Resosoudarmo dkk, 1986).

Menurut Indriyanto (2006), komunikasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh, sekaligus sebagai sistem yang dinamis. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi perubahan, misalnya pohon yang telah tua menjadi tumbang dan mati, terjadilah pembukaan tajuk hutan, sehingga sinar matahari masuk ke lapisan tajuk bagian bawah, maka anakan pohon yang semula tertekan akan tumbuh dengan baik hingga menyusun lapisan tajuk atas. Demikian seterusnya, setiap perubahan pasti ada mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan keseimbangan.

Selama proses suksesi akan terjadi perubahan yang mengarah kepada perkembangan atau kemajuan kondisi habitat yang mendukung terbentuknya komunitas baru, beberapa perubahan itu antara lain:

? Adanya perkembangan sifat substrat (tanah),

? Adanya peningkatan idensitas, tinggi tumbuhan, dan struktur komunikasi

yang semakin kompleks,

? Adanya peningkatan produktivitas komunitas sejalan dengan perkembangan

sifat substrat,

? Adanya peningkatan jumlah spesies organisme sampai tahap tertentu dalam

(17)

? Adanya peningkatan pemanafaatan sumber daya lingkungan sesuai (sejalan) dengan peningkatan jumlah spesies organisme,

? Adanya perubahan iklim setempat, dan

? Komutas berkembang menjadi lebih kompleks.

Adapun kecepatan proses suksesi pada setiap habitat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

? Luasnya komunitas awal yang rusak oleh adanya gangguan,

? Spesies-spesies tumbuhan yang terdapat di sekitar tempat terjadinya

suksesi,

? Sifat-sifat setiap spesies tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya

suksesi,

? Kehadiran bakal kehidupan (biji, buah, spora, dan lain-lain),

? Jenis substrat baru yang terbentuk, dan

? Kondisi iklim.

Suksesi sebagai suatu proses perubahan komunitas atau ekosistem terjadi melalui beberapa tahap yang meliputi tahap nudasi, invasi, kompetitis dan reaksi, serta stasbilitas dan klimaks. Nudasi adalah proses pembentukan atau terjadinya daerah (wilayah) gundul baru. Invasi adalah datangnya bakal kehidupan bermacam-macam organisme dari suatu daerah ke daerah yang barudan menetap di daerah tersebut. Bakal kehidupan yang dimaksudkan di atas dapat berupa buah, biji, spora, telur, larva dan lain sebagainya. Invasi dikatakan sempurna jika telah ditempuh tiga tahap proses invasi yang meliputi: migrasi, penyesuaian, dan agregasi. Selanjutnya setiap organisme akan bersaing dan berusaha memodifikasi lingkungan dalam wilayahnya agar meraka dapat bertahan hidup. Modifikasi lingkungan berjalan sedemikian rupa sehingga

(18)

lingkungan tersebut menjadi sangat cocok dengan organisme yang telah ada, dan sebaliknya lingkungan semakin menjadi kurang baik bagi spesies organism lain yang akana hadir berikutnya ke wilayah itu. Tingkatan terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil.

C. Permudaan Alami Dari Biji

Permudaan alam adalah suatu permudaan yang terjadi secara alami mulai dari berkecambah sampai penyebarannya, tetapi meskipun demikian diperlukan bantuan manusia untuk merawatnyaar dapat mencapai hasil yang baik (Djiun 1963 dalam Djatmiko, 2008).

Proses terjadinya permudaan alam menurut Anwarsyah (1980) dikutip oleh Djatmiko (2008), dimulai berkecambahnya biji-biji dorman yang terbesar dari lantai hutan, dilanjutkan dengan tumbuhnya akar rambut, bakal batang serta daun dan kelangsungannya tergantung viabilitas benih dan kondisi lingkungannya.

Adanya semai pada lantai hutan, baik sebelum maupun sesudah penebangan sangat mempengaruhi regenerasi dan kelangsungan hidup suatu jenis di hutan alam Dipterocarpaceae. Sehingga kematian, kerapatan serta pola penyebaran dari jenis itu perlu untuk diketahui.

Darjadi dan Hardjono (1972) dikutip oleh Djatmiko (2008), menyatakan bahwa regenerasi yang baik pada hutan hujan tropis biasanya dilakukan oleh alam itu sendiri. Oleh karena itu permudaan alam terutama dari jenis-jenis komersil perlu untuk dipelihara. Permudaan di hutan hujan tropis sebagian besar tergantung pada permudaan alam

(19)

(natural regeneration). Pada umumnya permudaan alam sering mendapat gangguan berupa pengaruh faktor lingkungan dan faktor biotik.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni 2012 sampai bulan Agustus 2012, meliputi kegiatan persiapan penelitian, pengamatan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di Areal Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan yang di gunakan pada penelitian ini adalah anakan (semai) pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri). Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah:

Alat :

? Meteran, untuk mengukur plot.

? Parang, untuk merintis batas plot dan rintisan jalan.

? Kamera, untuk dokumentasi penelitian.

? Phiband, untuk mengukur diameter pohon induk.

? Kompas, untuk menentukan arah dan jalur pengamatan.

? Clinometer, untuk mengukur kelerengan.

? Calculator, untuk mengolah data hasil penelitian.

? Alat tulis menulis.

Bahan :

(21)

C. Prosedur Penelitian 1. Orientasi lapangan

Orientasi lapangan dilakukan untuk menentukan dan mempersiapkan lokasi penelitian, mencari informasi tentang lokasi pohon induk Ulin (Eusideroxylon zwageri) serta permudaan alamnya melalui perantara pihak berwenang yang berada di sekitar Areal Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).

2. Menyiapkan bahan dan alat

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan bahan dan alat akan digunakan selama kegiatan penelitian, sebelum menuju objek penelitian di lokasi pohon Ulin yang akan di teliti.

3. Penentuan dan pembuatan plot

Kegiatan dilakukan berdasarkan hasil orientasi lapang dengan bantuan teknisi lapangan setempat yang tahu posisi/keberadaan pohon induk Ulin. Plot dibuat berupa jalur-jalur pengamatan dengan pohon Ulin (pohon induk) sebagai titik sentral pengamatan. Jalur pengamatan dibuat sebanyak 8 jalur disesuaikan dengan arah mata angin dangan panjang jalur sejauh tiga kali lebar tajuk. Panjang jalur tiga kali lebar tajuk dimaksudkan untuk membatasi batas terjauh pengamatan semai ulin yang menjadi objek penelitian, sedangkan pembuatan batas jalur dimaksudkan sebagai pembatas pengamatan semai ulin supaya tidak terjadi perhitungan berulang (tumpang tindih perhitungan). Jumlah pohon induk ditentukan masing-masing sebanyak 5 pohon yang berada di sekitar Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Sebagai gambaran pembuatan plot/sketsa penyebaran anakan (semai) ulin di sekitar pohon induk dapat di lihat pada Gambar 1 berikut ini:

(22)

Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk)

Jalur 8 Jalur 1

Jalur 7

Jalur 2

(23)

Dari Gambar 1 di atas terdapat garis lingkar batas plot dengan luas 0,1 ha (r = 13,7 m) hal ini dimakksudkan untuk mengetahui jumlah anakan (semai) Ulin jika diasumsikan per hektar luasan.

4. Pengumpulan dan pengambilan data

Pengumpulan dan pengambilan data di lapangan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:

a. Data Pohon Induk

Mendata pohon induk Ulin degan mengukur tinggi, diameter, dan lebar tajuk pada setiap puhon induk.

b. Data Permudaan Ulin (semai)

Mendata dan menginventarisir permudaan alami jenis Ulin tingkat semai pada masing-masing jalur pengamatan, dengan mencatat jumlah, diameter, tinggi dan jarak anakan terhadap pohon induk.

5. Pengolahan data

Dari hasil tabulasi dan pengukuran di lapangan kemudian diolah untuk

mengetahui jumlah, potensi, penyebaran dan kerapatan dengan

menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

a. Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel. Atau jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu jenis dari sejumlah petak contoh yang dibuat (Indriyanto, 2006).

Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis F = --- x 100 %

(24)

Frekuensi suatu jenis ke-i FR = --- x 100 %

Frekuensi seluruh jenis

b. Luas Bidang Dasar (Basal Area) Pohon Induk

Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh jenis tumbuhan tertentu terhadap luas total habitat. Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk pohon atau luas bidang dasar (luas basal area) (Indriyanto, 2006).

LBD = ¼ p d 2

Keterangan : p : 3,1415.... d : diameter pohon

C. Luas Proyeksi Tajuk

Luas proyeksi tajuk adalah besarnya/luasnya proyeksi tajuk dari tiap-tiap

individu pada lantai hutan. Satuannya m2, d2, cm2. Dasar perhitungan

untuk menentukan luas penutupan adalah dari hasil pengukuran luas tajuk (diameter tajuk) yang bdiukur dua kali pengukuran (d1 dan d2) Luas Proyeksi Tajuk (LPT) diperoleh dengan rumus :

LPT = [(d1 + d2)/4]2 * ?

Dimana :

? d1 = Lebar diameter tajuk 1

? d2 = Lebar diameter tajuk 2

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran Pohon Induk

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pada masing-masing pohon induk Ulin (Eusideroxylon zwageri) memiliki perbedaan data pada masing-masing pohon induk mulai dari pendataan diameter, tinggi, dan lebar tajuk. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Hasil Pengukuran Pada Setiap Pohon Induk.

Pohon Induk Diameter (cm) Tinggi (m) Lebar Tajuk LBD (m2) LPT D1 (m) D2 (m) 1 53 18 9 11 0.2206 0.0079 2 47 15 10 9 0.1735 0.0071 3 50 17 8 10 0.1963 0.0064 4 59 17 12 14 0.2734 0.0133 5 45 14 7 9 0.1590 0.0050

B. Jumlah dan Komposisi Anakan Ulin

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pada masing-masing lokasi plot penelitian yang di temukan pohon induk Ulin (Eusideroxylon zwageri), memiliki keanekaragaman data tentang jumlah anakan ulin. Secara garis besar mengenai jumlah anakan dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 2. Jumlah Anakan Ulin Pada Masing-masing Plot Pengamatan. Nomor Pohon Induk Jumlah Anakan (Semai ulin) Jarak Terjauh Anakan (m) LPT Semai Ulin Perkiraan Jumlah Anakan Perhektar 1 2 3 4 5 26 17 17 15 16 17 11 12 10 13 0.4475 0.1850 0.2236 0.1765 0.3861 240 170 170 150 160 Jumlah 91 63 1.4187 890 Rata-rata 18,2 12,6 0.0156 178

(26)

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa anakan terbanyak terdapat pada plot pengamatan ke-1 dengan jumlah 26 anakan, sedangkan anakan paling sedikit terdapat pada plot pengamatan ke-4 dengan jumlah 15 anakan. Jumlah anakan (semai) Ulin yang ditemukan pada semua plot pengamatan adalah 91 anakan, selain itu di perkirakan rata-rata anakan Ulin perhektar adalah 178 anakan/Ha.

Pada plot 1 ditemukan anakan (semai) Ulin dangan jumlah 26 anakan, dari plot ini yang yang terdapat anakan terbanyak ada pada jalur 2 dan 3 dengan juamlah 4 anakan, sedangkan yg paling sedikit berada di jalur 6 dengan jumlah 2 anakan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel 5 pada lampiran.

Pada plot 2 diemukan anakan (semai) Ulin dengan jumlah 17 anakan, dari plot ini yang terdapat anakan terbanyak di jalur 3 dengan jumlah 4 anakan, sedangkan di jalur 6 tidak terdapat anakan sama sekali. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6 pada lampiran.

Pada plot 3 di temukan anakan (semai) Ulin dengan jumlah yang sama pada plot kedua yaitu 17 anakan, dari plot ini yang terdapat anakan terbanyak ada pada jalur 3 dengan jumlah 5 anakan dan jalur 4 dengan 4 anakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7 pada lampiran.

Pada plot 4 ditemukan anakan (semai) Ulin dengan jumlah 15 anakan, dari yang terdapat anakan tebanayak di jalur 6 dan 8 dengan jumlah 3 anakan, sedangkan di plot 3,4, dan 7 mendapatkn jumlah anakan

(27)

paling sedikit dengan jumlah 1 anakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8 pada lampiran.

Pada plot 5 ditemukan anakan (semai) Ulin dengan jumlah 16 anakan, dari plot ini yang terdapat anakan terbanyak ada apada jalur 4 dengan jumlah 5 anakan sedangkan di jalur 5 dan 6 tidak terdapat anakan sama sekali. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9 pada lampiran.

C. Penyebaran (Distribusi) Anakan Ulin

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah anakan dengan jarak 1 m dari semua pohon induk adalah 12 anakan, sedangkan jumlah anakan dengan jarak 2 m dari semua pohon induk adalah 9 anakan, pada jarak 3 m dari jumlah semua pohon induk adalah 17 anakan, kemudian jumlah anakan dengan jumlah 4 m dari semua pohon induk adalah 17 m sama seperti jumlah pada jarak 3 m, selain itu jumlah anakan dengan jarak 5 m dari semua pohon induk adalah 8 anakan, sedangkan jumlah anakan dengan jarak 6 m dari semua pohon induk adalah 10 anakan, kemudian jumlah anakan dengan jarak 7 m dari semua pohon induk adalah 8 anakan, dan pada jarak 8 m dari semua pohon induk adalah 10 anakan. Dari seluruh jumlah anakan yg ada ada setiap meter, jarak 5 dan 7 mendapatkan jumlah anakan paling sedikit yaitu dengan jumlah 10 anakan, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 3 di bawah ini:

(28)

Tabel 3. Jumlah Anakan dari Setiap Jalur Pengamatan Pada Masing-Masing Pohon Induk.

No Pohon Induk

Jumlah Anakan Pada Setiap Jalur

Pengamatan F N 1 2 3 4 5 6 7 8 1 4 3 4 4 3 2 3 3 8 26 2 2 2 4 3 1 3 2 0 7 17 3 2 1 5 4 2 2 0 1 7 17 4 2 2 1 1 2 3 1 3 8 15 5 2 1 3 5 0 0 2 3 6 16 Jumlah 12 9 17 17 8 10 8 10 36 91 Rangkuman hasil penghitungan tinggi dan cover crop rataan, jarak terdekat, jarak terjauh serta frekuensi anakan Ulin pada masing-masing pohon induk pada lokasi plot pengamatan di sajikan pada Tabel 4 berikut di bawah ini:

Tabel 4. Jumlah Tinggi Rataan, Jarak, Cover Crop Rataan dan Frekuensi Anakan Ulin Pada Masing -Masing Pohon Induk .

Pohon Induk Jumlah Anakan Tinggi Rataan (cm) Jarak Terjauh (m) Jarak Terdekat (m) LPT Rataan (m2) Frekuensi (%) 1 2 3 4 5 26 17 17 15 16 30,84 33,94 27,88 16,66 36,81 17 11 12 10 13 1 1 1 2 2 0.0172 0.0109 0.0131 0.0117 0.0241 100 87,5 87,5 100 75

Pada Tabel 4 menggambarkan data yang berbeda pada setiap parameter yang diamati. Jumlah jumlah anakan pada pohon induk ke-1 lebih banyak anakannya yaitu 26 anakan, dibandingkan pohon induk lainnya khususnya pohon induk ke-5 yaitu hanya 15 anakan. Dari tinggi rataan anakan yang ditemukan, terlihat tinggi rata-rata tertinggi ditemukan pada anakan pohon induk ke-5 yaitu 36,81 cm. sedangkan tinggi rata-rata

(29)

terendah ditemukan pada pohon induk ke-4 yaitu 16,66 cm. di samping itu dari frekuensi juga nampak terlihat perbedaannya bahwa anakan yang di temukan pada pohon induk ke-1 dan 4 mencapai 100% sehingga pada setiap jalur plot pengamatan dapat di temukan anakan Ulin, sedangkan frekuensi anakan pada pohon induk ke-5 hanya 75%.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi dan keadaan pertumbuhan Ulin (Eusideroxylon zwageri) serta regenerasinya di masing-masing pohon induk tersebut sangat berbeda. Dari pengamatan secara sepintas, terdapat perbedaan yang mencolok dalam hal ini kondisi pohon induk, yang nampak jelas perbedaannya adalah umur dan kondisi pohon Ulin yang terpilih berbeda kondisinya. Untuk pohon induk ke-1 diduga lebih matang dalam hal umur dan dan kondisi pohonnya dibandingkan dengan pohon induk ke-4. Hal ini di sebabkan karena sulitnya mencari pohon Ulin yang memenuhi standar untuk kriteria pohon induk. Walaupun dengan survey dan penyisiran lokasi juga tidak ditemukan pohon ulin yang unggul, akhirnya di pilih yang ada walaupun sebenarnya umurnya masih muda dan belum cukup untuk di jadikan pohon induk.

Bila pohon induk tumbuh pada areal dengan kelerengan yang tajam (ekstrim) maka akan berpengaruh terhadap kehadiran anakan pada jalur-jalur yang diamati dalam hal jarak, karena secara fisik biji Ulin retatif lonjong, kulit biji yang sangat keras, berat sehingga apabila terjatuh kelantai hutan akan menggelinding pada tempat-tempat yang rendah, sehingga pada lahan tersebut akan banyak di temukan anakan. Namun

(30)

pada tempat penelitian, kelerengan (helling) relative datar, dapat dilihat data tentang kelerengan setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 5 hingga Tabel 9 pada lampiran.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan penelitian di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Anakan terbanyak terdapat pada plot pengamatan ke-1 dengan jumlah 26 anakan, sedangkan anakan paling sedikit terdapat pada plot pengamatan ke-4 dengan jumlah 15 anakan. Jumlah anakan (semai) Ulin yang ditemukan pada semua plot pengamatan adalah 91 anakan, rata-rata perkiraan jumlah anakan perhektar adalah 178 anakan/Ha.

2. Jarak terjauh anakan tearhadap pohon induk adalah 17 meter hal ini lebih disebab kan karena tajuk pohon induk yang lebar dan bentuk percabangan yang panjang, sehingga pada saat biji terjatu maka akan menggelinding ke tempat jauh dari pohon induknya.

3. Tinggi rata-rata anakan Ulin di temukan pada pohon induk ke-5 yaitu 36,81 cm. sedangkan tinggi rata-rata terendah anakan Ulin di temukan pada pohon induk ke-4 yaitu 16,66.

(32)

B. Saran

1. Perlunya dilakukan penelitian yang sama pada daerah lain di Kalimantan Timur untuk mengetahui penyebaran dari pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) di masing- masing daerah

2. Perlu dilakukan penelitian tentang regenerasi jenis Ulin di Kalimantan Timur guna mengetahui perkembangan dan keberadaannya mulai dari biji, semai hingga pohon dewasa.

3. Perlunya campur tangan manusia terhadap semai-semai Ulin agar dapat memulihkan anakan Ulin, sehingga keberadaan jenis Ulin ini dapat berkembang/tumbuh dewasa, agar dapat mengurangi resiko kelangkaan dan kepunahan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Kayu Ulin Bahan Baku Rumah Panjang Suku DayakYang Mulai Langka. www.sinarharapan.co.id (diakses tanggal 1 Agustus) Anonim. 2009b. Teknik Penanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri).

www.dephut.go.id/informasi/propinsi/JAMBI/ulin.html. (diakses tanggal 1 Agustus)

Anonim. 2009c. Eusideroxylon zwageri. www.iucnredlist.org. (diakses tanggal 1 Agustus)

Djatmiko, R. dan Fadjeri, M. 2008. Studi Tentang Kehadiran Permudaan Alam dan Regenerasi Jenis Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Beccari) di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) dan Hutan Pendidikan UNMUL Bukit Soeharto Kalimantan Timur. Samarinda.

Fadjeri, M. 1999. Studi Mengenai Trubusan Tunggul serta Mudaan Alami Ulin di Areal Hutan Pendidikan Lempake, Bukit Soeharto, dan Wanariset Samboja. Samarinda.

Hasanudin, dkk. 2002. Diktat Ilmu Ukur Hutan. Jurusan Penggelolaan Hutan Politeknik Negeri Samarinda. Samarinda

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Irwan, Z.D.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi : Ekosistem,

Komunitas, dan Lingkungan. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, dan A. Soegiarto. 1996.

(34)

Tabel 5. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 1 di Kebun Raya Unmul Samarinda Jalur Tinggi Diameter Tajuk Jarak Cover Crop Kelerengan (0) Frekuensi (%) No Individu D1 D2 1 1 24 15 10 3 0.0123 -2 100 2 21 18 15 5 0.0214 3 25 5 10 10 0.0044 4 17 10 12 10 0.0095 2 1 32 16 14 2 0.0177 0 2 40 10 15 5 0.0123 3 44 8 11 8 0.0071 3 1 50 35 40 4 0.1104 -3 2 58 32 18 9 0.0491 3 37 11 14 10 0.0123 4 30 10 12 17 0.0095 4 1 15 10 6 1 0.0050 -5 2 18 5 13 4 0.0064 3 15 10 8 7 0.0064 4 20 12 10 14 0.0095 5 1 39 21 15 5 0.0254 -5 2 35 10 8 11 0.0064 3 40 6 11 17 0.0057 6 1 31 23 17 2 0.0314 -3 2 27 18 11 7 0.0165 7 1 38 13 15 4 0.0154 -1 2 22 14 17 7 0.0189 3 11 5 10 13 0.0044 8 1 21 15 11 3 0.0133 -3 2 35 5 12 7 0.0057 3 57 15 9 14 0.0113

(35)

Tabel 6. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 2 di Kebun Raya Unmul Samarinda Jalur Diameter Tajuk

Tinggi Jarak Cover

Crop Kelerengan (0) Frekuensi (%) No Individu D1 D2 1 1 40 15 10 6 0.0123 -3 2 25 5 10 10 0.0044 2 1 15 10 12 3 0.0095 -2 2 15 16 11 5 0.0143 3 1 30 10 12 1 0.0095 -2 2 40 5 8 5 0.0033 3 40 11 15 7 0.0133 4 37 16 10 10 0.0133 4 1 15 10 4 6 0.0038 -2 87,5 2 35 6 11 7 0.0057 3 60 15 18 11 0.0214 5 1 70 15 12 9 0.0143 -3 6 1 25 5 10 3 0.0044 -3 2 15 16 13 6 0.0165 3 40 15 10 10 0.0123 7 1 35 11 17 2 0.0154 -5 2 40 9 15 4 0.0113 8 - - - - -5

(36)

Tabel 7. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 3 di Kebun Raya Unmul Samarinda Jalur Diameter Tajuk

Tinggi Jarak Cover

Crop Kelerengan (0) Frekuensi (%) No Individu D1 D2 1 1 31 18 15 2 0.0214 0 2 27 13 10 2 0.0104 2 1 20 12 10 2 0.0095 -2 3 1 30 20 15 3 0.0241 -3 2 51 17 15 4 0.0201 3 30 10 13 4 0.0104 4 44 17 18 7 0.0241 5 47 9 15 12 0.0113 87,5 4 1 15 9 11 2 0.0079 -3 2 24 17 15 3 0.0201 3 31 11 10 5 0.0087 4 20 7 11 7 0.0064 5 1 21 12 10 6 0.0095 -2 2 24 17 11 7 0.0154 6 1 23 10 11 7 0.0087 -1 2 19 8 10 8 0.0064 7 - - - - -1 8 1 17 12 10 11 0.0095 2

(37)

Tabel 8. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 4 di Kebun Raya Unmul Samarinda Jalur Diameter Tajuk

Tinggi Jarak Cover

Crop Kelerengan (0) Frekuensi (%) No Individu D1 D2 1 1 11 10 13 7 0.0104 2 2 17 14 20 10 0.0227 2 1 16 11 9 3 0.0079 6 2 7 7 10 4 0.0057 3 1 16 12 15 3 0.0143 2 4 1 15 15 10 4 0.0123 4 100 5 1 19 10 7 2 0.0057 1 2 22 13 12 2 0.0123 6 1 18 10 14 4 0.0113 -3 2 22 16 14 4 0.0177 3 20 12 10 3 0.0095 7 1 15 10 11 3 0.0087 -3 8 1 17 14 17 3 0.0189 -4 2 20 10 15 2 0.0123 3 15 10 9 2 0.0071

(38)

Tabel 9. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 5 di Kebun Raya Unmul Samarinda Jalur Diameter Tajuk

Tinggi Jarak Cover

Crop Kelerengan (0) Frekuensi (%) No Individu D1 D2 1 1 35 10 15 2 0.0123 0 2 20 5 5 4 0.0020 2 1 25 15 20 7 0.0241 -2 3 1 33 25 30 5 0.0594 -5 2 41 15 27 6 0.0346 3 55 30 17 13 0.0434 4 1 37 17 20 2 0.0269 -4 2 40 22 25 6 0.0434 3 36 15 20 9 0.0241 75 4 44 17 22 9 0.0299 5 53 20 14 13 0.0227 5 - - - 0 6 - - - 0 7 1 27 10 8 2 0.0064 0 2 31 12 11 4 0.0104 8 1 43 20 14 3 0.0227 -2 2 37 11 17 7 0.0154 3 32 10 11 9 0.0087

(39)

Tabel 10. Distribusi Anakan Ulin di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)

Nomor Jarak terjauh ditemukan anakan kayu ulin terhadap pohon induk F N

Pohon Jalur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 1 1 2 3 4 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 1 3 4 5 1 1 1 3 3 6 1 1 2 2 7 1 1 1 3 3 8 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 1 4 4 2 4 1 1 1 3 3 5 1 1 1 6 1 1 1 3 3 7 1 1 2 2 8 0 0 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 1 4 5 3 4 1 1 1 1 4 4 5 1 1 2 2 6 1 1 2 2 7 0 0 8 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 4 1 1 1 4 5 2 1 2 6 1 2 2 3 7 1 1 1 8 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 3 3 5 4 1 1 2 1 4 5 5 0 0 6 0 0 7 1 1 2 2 8 1 1 1 3 3 Jumlah 2 13 12 12 7 6 13 1 5 8 3 1 3 2 0 0 2 81 90

(40)

Gambar 2 : Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 1 Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk) : Anakan/Semai Ulin Jalur 8 Jalur 1 Jalur 7 Jalur 2 Jalur 6 Jalur

(41)

Gambar 3 : Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 2 Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk) : Anakan/Semai Ulin Jalur 8 Jalur 1 Jalur 7 Jalur 2 Jalur 6 Jalur

(42)

Gambar 4 : Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 3 Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk) : Anakan/Semai Ulin Jalur 8 Jalur 1 Jalur 7 Jalur 2 Jalur 6 Jalur

(43)

Gambar 5 : Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 4 Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk) : Anakan/Semai Ulin Jalur 8 Jalur 1 Jalur 7 Jalur 2 Jalur 6 Jalur

(44)

Gambar 6 : Penyebaran Anakan di Sekitar Pohon Induk 5 Keterangan :

: Proyeksi Tajuk Pohon Ulin

: Lingkar Batas Plot 0,1 Ha (r = 13,7 m)

: Lingkar Batas Pengamatan Penyebaran (r = 3x lebar tajuk) : Anakan/Semai Ulin Jalur 8 Jalur 1 Jalur 7 Jalur 2 Jalur 6 Jalur

(45)

Gambar 7 . Keadaan Pohon Induk 1 Gambar 8 . Keadaan Pohon Induk 2

Gambar 9 . Mengikat Pohon Induk Ulin

Gambar 10. Membuat Jalur

Gambar 11. Pengukuran Pada Plot 1

Gambar 12. Pengukuran Pada Plot 2

(46)

Gambar 13. Mengompas Arah Jalur Gambar 14. Mengukur Kelerengan Jalur

Gambar 15. Mengukur Tinggi Anakan Ulin

Gambar 16 Mengukur Jarak

Anakan Dari Ulin Pohon Induk

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengukuran Pada Setiap Pohon Induk.
Tabel 3.    Jumlah  Anakan dari  Setiap  Jalur  Pengamatan  Pada  Masing- Masing-Masing Pohon Induk
Tabel 5. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 1 di Kebun Raya Unmul  Samarinda   Jalur     Tinggi  Diameter  Tajuk     Jarak       Cover Crop        Kelerengan (0)       Frekuensi (%)    No  Individu  D1  D2  1  1  24  15  10  3  0.0123  -2           100
Tabel 6. Penyebaran Anakan Ulin Pada Plot 2 di Kebun Raya Unmul  Samarinda   Jalur     Diameter  Tajuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu peran atau fungsi kelompok tani harus diperkuat untuk menghadapi lingkungan yang mempengaruhinya dengan menyentuh tiga aspek sesuai dengan Peraturan

Dari iman seseorang dapat dikatakan mu’min, karena iman merupakan masalah yang berkaitan dengan keyakinan hati nurani dan pikiran oleh karena itu agar orang lain dapat

kota A ke kota B hendak ditempuh dengan kecepatan 60 km/jam, maka waktu yang diperlukan Bryan untuk menempuh jarak tersebut adalah ….. Usman berangkat dari kota A pukul 08.35

Nilai koefisien absorpsi bunyi material akustik serat lumut yang didapatkan dari hasil pengujian menggunakan metode tabung impedansi terlihat bahwa kelima sampel

Hasil penelitian didapatkan hanya sebagian kecil kegiatan persiapan pada hari pemulangan klien yang dilakukan diantaranya: memberikan kesempatan pada klien dan

S impulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar SGPT pada perokok aktif usia > 40 tahun di Desa Kolombo lingkungan IV RT 04

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik kebiasaan merokok dan kebiasaan

Konflik kepentingan terjadi karena masalah yang mendasar atau substantif (misalnya uang dan sumberdaya), masalah tata cara (sikap dalam menangani masalah) atau masalah