• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Radio

Rahanatha menerangkan mengenai pengertian radio, bahwa “Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).” (Rahanatha, 2008: 42). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar, studio, dan pesawat penerima sekaligus.

Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus.

Ardianto dan Erdinaya (2004) menjelaskan bahwa perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran mendapat julukan The Fifth Estate (kekuatan kelima). Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya, yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara. Salah satu contoh pada peristiwa pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945, Bung Tomo dengan gayanya yang khas melalui mikrofon “radio pemberontak” berhasil membangkitkan semangat bertempur, bukan saja di kalangan pemuda-pemuda Jawa Timur, tetapi juga di daerah lainnya untuk melawan Belanda.

Radio memiliki kelebihan dibandingkan media komunikasi siaran lainnya seperti televisi, yaitu daya jangkau yang luas (tanpa satelit komunikasi) dan penyampaian pesan yang mudah. Keuntungan lain dari radio siaran ialah (1) sifatnya yang santai, (2) lebih mudah menyampaikan pesan dalam bentuk acara menarik dan (3) daya pikat untuk dapat melancarkan pesan. Beberapa kelemahan radio adalah pesan yang disampaikan hanya sekilas dan arus balik (feedback) tertunda (Effendy, 1991: 14).

(2)

Radio merupakan media yang memiliki ciri khas tersendiri. Media siaran radio termasuk pada media elektronik yang sifatnya khas sebagai media audio (didengar). Karena itu, ketika khalayak menerima pesan-pesan dari pesawat radio siaran, khalayak berada dalam tatanan mental yang pasif dan bergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. Kelebihan media radio siaran yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek suatu sebagai unsur dramatisasi. Radio siaran juga dapat dinikmati khalayak dalam segala situasi, misalnya sambil makan, bekerja, menyetir kendaraan dan sebagainya (Ardianto dan Erdinaya, 2004).

Beberapa tingkatan peran sosial radio sebagai media masyarakat adalah (1) radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain, (2) radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan, (3) radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang paling menguntungkan dan (4) radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran (Effendy, 1991: 24).

Menurut Effendy (1991:31) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran radio yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Daya tembus memungkinkan khalayak dapat mengakses informasi, sekalipun terbentang jarak yang jauh. Daya tarik radio siaran disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect).

Effendy (1991: 15) menjelaskan bahwa radio siaran memiliki gaya tersendiri (radio siaran style). Gaya radio siaran ini disebabkan oleh beberapa sifat radio siaran. Pertama, imajinatif, karena hanya indera pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Kedua, auditori yang merupakan konsekuensi dari radio siaran untuk didengar secara selintas. Ketiga, sifat radio siaran adalah akrab dan intim karena pada umumnya seseorang mendengarkan radio siaran sambil melakukan pekerjaan sesuatu. Keempat, materi siaran kata radio siaran bergaya percakapan (conversational style).

Radio sebagai media massa tentu mempunyai kekuatan dan kelemahannya dalam fungsinya sebagai sarana/media penyampaian pesan atau informasi. Kekuatan yang dimiliki media radio mampu menarik khalayak untuk tetap mempercayakan media radio sebagai sarana

(3)

informasi, hiburan, pendidikan dsb. Menurut Riswandi (2009: 56) adapun kekuatan-kekuatan yang dimiliki media radio, antara lain :

a. Cepat dan langsung

Radio dapat menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses yang rumit dan butuh banyak seperti siaran televisi atau sajian media cetak. Cepat dalam arti, informasi yang disampaikan penyiar adalah kejadian yang terjadi saat itu juga atau beritanya adalah yang bersifat up to date. Langsung dalam arti, informasi yang diterima langsung sampai ke telinga pendengar saat itu juga tanpa melalui perantara.

b. Akrab/dekat/hangat

Radio adalah media komunikasi yang paling akrab dengan khalayaknya. Paduan kata-kata, musik dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Seolah-olah penyiar sedang berbicara dengan audiens layaknya seorang teman yang akrab di mana pun audiens berada.

c. Sederhana

Radio merupakan media yang tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola maupun pendengar. Radio hanya membutuhkan penyiar, mikrofon, operator, dan reporter (jika perlu). Tidak seperti televisi yang membutuhkan penata lampu, penata rias, studio, dsb.

d. Tanpa batas

Siaran radio menembus batas-batas geografis (jarak jangkauan siaran siaran radio), demografis (menembus gunung, lembah, bukit, dsb, karena menggunakan gelombang elektromagnetik), SARA (suku, agama, ras, antar golongan), dan kelas sosial (kaya, miskin, pelajar, petani, pedagang,dsb.)

e. Murah

Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah. Pendengar tidak dipungut biaya apapun untuk mendengarkan radio.

(4)

Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain. Misalnya, sambil menyetir mobil, memasak, membaca buku, dsb.

g. Realitas

Radio menggiring pendengar ke dalam kenyataan dengan suara-suara aktual dan bunyi dari fakta yang terekam dan disiarkan.

h. Tempat mendengarkan musik

Radio sebagai media yang paling identik dengan musik. Tujuan utama orang mendengarkan radio umumnya adalah untuk mendengarkan musik.

i. Memberi kejutan

Radio memberi kejutan kepada pendengarnya melalui program-program yang disajikan. Misalnya, program musik, audiens tidak akan tahu lagu-lagu apa saja yang akan diputarkan. Atau program feature membahas profil seorang artis, audiens tidak tahu siapa artis yang profilnya akan dibahas sampai pada saatnya acara tersebut disiarkan.

Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan dari media lainnya, tetapi tentu saja radio juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan yang dimilikinya antara lain (Riswandi, 2009: 57):

a. Bersifat auditif

Radio hanya bersifat auditif yaitu hanya dapat didengar, karena itu isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas saja, sehingga mudah dilupakan.

b. Mengandung gangguan

Gangguan yang dimaksud berupa gangguan teknis karena media radio melalui gelombang elektromagnetik yang bisa terpengaruh oleh kondisi geografis atau alam.

c. Tidak dapat diulang

Siaran radio tidak dapat diulang, tidak seperti media cetak yang dapat dibaca berulang-ulang. Meskipun format radio bersifat rekaman, namun tetap saja tidak dapat diulang kembali.

d. Global

Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail. Oleh karena itu angka-angka pun dibulatkan. Misalkan ada berita tentang „253 orang karyawan pabrik sepatu di PHK

(5)

secara sepihak‟ maka sang penyiar akan mengatakan ‟dua ratus orang lebih karyawan pabrik sepatu di PHK secara sepihak‟.

e. Batasan waktu

Waktu siaran radio terbatas, umumnya siaran dibuka mulai pukul 05.00 – 24.00, maksimal 20 jam bila memungkinkan.

f. Beralur linier

Program acara disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada (rundown). Tidak seperti koran atau majalah, pembaca bisa langsung ke halaman tengah atau terakhir sesuai yang diinginkan.

Merujuk kepada kelebihan dan kekurangan radio, seperti sudah dijelaskan diatas maka radio harus dikelola dengan baik agar pendengarnya bisa mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Kebutuhan tersebut bisa berupa informasi atau hiburan.

2.2. Acara Talkshow

Wawancara dalam bahasa Inggris disebut interview, yaitu dari kata inter (antara) dan view (pandangan). Makna ini menunjukkan terjadi saling pandangan atau kontak antara pewawancara dan yang diwawancarai. Meskipun demikian, saling pandang ini tidak selalu bemakna tatap muka, sebab wawancara telepon tidak memenuhi syarat itu. Wawancara adalah proses komunikasi selaku makhluk sosial. Siapapun pasti pernah melakukan kegiatan wawancara. Hanya saja dalam komunikasi radio, wawancara tidak sekedar percakapan spontan, tetapi merupakan bentuk komunikasi efektif, yang pertama dipersiapkan, kedua dilaksanakan dan yang ketiga hasilnya untuk kegiatan berkomunikasi juga.

Definisi yang paling sering digunakan untuk menjelaskan arti wawancara adalah salah suatu bentuk komunikasi tutur yang melibatkan dua pihak, satu pihak diantaranya dirancang sebagai penyampai sesuatu untuk tujuan yang serius. Kedua belah pihak melakukan kegiatan bertutur, saling mendengarkan dari waktu ke waktu. Tujuan wawancara adalah untuk menggali fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan

(6)

berlangsung, dalam jurnalistik radio, setiap kegiatan wawancara memiliki tujuan khusus, sesuai dengan format program yang akan disiarkan (Masduki, 2001:37-38).

Talkshow dewasa ini merupakan program primadona. Sebab, bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment), karena salah satu “keharusan” sifat berita radio, yang sampai saat ini masih mengandung kontroversi. Entertainment sebenarnya bukan sekedar berarti menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemuda atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. Metode talkshow menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :

a. Mengambil keputusan

b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat

c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng

d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber e. Memadukan kemasan program secara interaktif.

Perbedaan paling penting antara talkshow dan wawancara berita adalah talkshow bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel. Talkshow dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talkshow, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran). Dua komponen yang selalu ada dalam program talkshow adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001: 44-45).

Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara dalam talkshow memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara (Wahyudi, 1996: 90).

Pertanyaan diajukan secara santai, tetapi harus tetap berbobot, misalnya tentang keberhasilan usaha pelayanan kepada masyarakat. Acara talkshow diudarakan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan telivisi NB, dengan judul mata acara Tonight Show (Wahyudi, 1996:91). Mata acara ini dengan cepat menjadi kegemaran khalayak pemirsa karena narasumber yang ditampilkan sangat variatif dan dinamis. Jika suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara ini disebut talkshow. Disini, pembawa acara juga berfungsi

(7)

sebagai pewawancara. Pembawa acara bisa juga dibantu oleh pewawancara untuk melakukan wawancara dengan narasumber (Wahyudi, 1996:92).

2.3. Evaluasi Siaran Talkshow Radio

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Pusat Bahasa, 2008: 403). Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik.

Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan.

Selain itu menurut Jones, evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357). Selanjutnya, Weiss (dalam Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata kriteria yang meliputi segala macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati suatu fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dan kriteria. Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan di masa mendatang. Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana evaluasi program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek tidak jarang

(8)

ditemukan suatu evaluasi terhadap suatu program justru memunculkan ketidakjelasan fungsi evaluasi, institusi, personal yang sebaiknya melakukan evaluasi dan biaya untuk evaluasi.

Dalam industri media penyiaran, pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program siaran yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program siaran. Evaluasi dalam proses produksi sebuah program acara radio adalah tahap pasca produksi. Dalam tahap pasca produksi untuk proses produksi siaran langsung biasanya hanya terdiri dari evaluasi, lain halnya untuk proses produksi rekaman yang biasanya terdiri dari evaluasi dan editing. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil dari kegiatan produksi yang telah dilakukan terkait dengan penyiaran. Evaluasi juga dijadikan bahan penilaian agar produksi untuk selanjutnya bisa dilakukan lebih baik lagi. Evaluasi terhadap kegiatan produksi dan penyelenggaraan acara siaran dilakukan dengan 3 cara, yakni (Sri Sartono, 2008: 110):

a. Evaluasi kualitas produksi, evaluasi terhadap kualitas teknis yang dimaksudkan untuk mengukur kejernihan suara dan hal lain yang menyangkut teknis produksi atau penyajian oleh seorang penyiar. Evaluasi ini bisa juga untuk mengukur kinerja petugas atau penyelenggara acara siaran, apakah sudah sesuai dengan prinsip profesionalitas.

b. Evaluasi biaya produksi, untuk mengukur soal biaya apakah cukup efisien untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan produksi siaran.

c. Evaluasi khalayak, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jumlah khalayak yang mendengarkan serta bagaimana reaksinya terhadap suatu acara siaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu :

- Menghimpun atensi, berupa surat tanggapan maupun telepon dari pendengar.

- Diskusi dengan kelompok khusus dengan cara mengundang atau mendatangi kelompok-kelompok masyarakat untuk mengetahui reaksi dan keinginannya terhadap suatu siaran.

- Dapat pula dilihat pada partisipasi pendengar dalam sebuah acara, melalui surat berisi jawaban kuis, telepon interaktif, sms pada acara request lagu dan dari hubungan via telepon dengan pendengar.

(9)

Evaluasi di sini mempunyai dua maksud, pertama ialah evaluasi program yang bertujuan untuk menilai sejauh mana program-program acara radio bisa dianggap baik menurut sasaran. Kedua, evaluasi instruksional, disini dibahas mengenai kemampuan dan kelemahan program. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai dari sisi kemasan acara (pembuka-penutup, efek, kontrol suara, durasi dll.) serta sisi materi acara. Tujuan dari evaluasi tersebut adalah mengukur kekurangan materi dan kemasan acara, mengukur kedisiplinan dan kreativitas pelaksana acara serta mengukur reaksi pendengar. Dalam konsep acara talkshow radio, evaluasi materi dan kemasan acara dapat dinilai dari indikator: 1) topik yang dipilih aktual dan sedang menjadi sorotan; 2) bersifat analitis, tidak sekedar mendeskripsikan kasus; 3) terjadi interaksi seimbang antara narasumber, penyiar maupun pendengar, tidak dimonopoli satu orang atau satu sudut pandang; 4) terjadi kontroversi, perdepatan pro-kontra; 5) ada solusi terbuka pada akhir perbincangan (Masduki, 2005: 80).

Referensi

Dokumen terkait

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengukuran variabel yang diukur yaitu perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran

Belajar bahasa pemrograman adalah memakai suatu bahasa, aturan, tata bahasanya, instruksi-instruksinya, tata cara pengoperasian compiler-nya untuk membuat program yang ditulis

Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah kelompok siswa-siswi yang diberi bacaan dengan gambar memiliki skor pemahaman membaca yang

Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada KAP di Surabaya.. Menyatakan bahwa

Adapun Hasil Perbandingan biaya dan waktu pekerjaan bekisting plat dan balok semi sistem berdasrkan rotasi dan skenario zona. adalah sebagai

sering terjadi. Efek samping yang pernah dilaporkan diantaranya sakit kepala, pusing, demam, mual, muntah, sakit otot, lemas, gatal, diare, dan mengantuk. Menurut WHO,

Mereka juga mengemukakan bahwa pendekatan asli terhadap konsep keselarasan adalah bahwa kehilangan hara dapat diminimumkan dengan pencocokan pola ketersediaan hara dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 mengetahui bentuk perilaku bullying pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Islam Lukman Hakim Pakesaji Malang, 2 mengetahui terbentuknya