• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui lembaga formal yang ada. Pendidikan bisa kita peroleh darimana saja. Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. melalui lembaga formal yang ada. Pendidikan bisa kita peroleh darimana saja. Dalam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak perlu dimiliki oleh seseorang untuk mengahadapi kehidupan di dunia ini. Pendidikan tidak selalu kita tempuh melalui lembaga formal yang ada. Pendidikan bisa kita peroleh darimana saja. Dalam kondisis era globalisasi seperti ini perlu kita ketahui bahwa persaingan untuk mencapai kemakmuran hidup semakin meningkat. Sumber Daya manusia (SDM) merupakan kunci utama yang harus dipersiapkan untuk memperoleh kemenangan dalam persaingan di era globalisasi ini. Secara kasat mata pendidikan di negara kita ini belum menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan. Maka dari itu siswa perlu diberikan keterampilan belajar supaya lulusan dari jenjang sekolah dasar, menengah maupun tingkat atas memiliki keterampilan yang bisa dipakai bekal untuk kehidupan mereka nantinya.

Suatu pembelajaran merupakan kebutuhan yang penting untuk seorang anak dalam rangka mengenalkan hal baru yang ada di sekitar mereka untuk kelangsungan hidup mereka kedepanya. Menurut Anwar (2004:8) pembelajaran bagi tumbuhnya keterampilan belajar juga dirasakan sebagai salah satu kebutuhan mendasar bagi negara maju dalam menyongsong era globalisasi. Keterampilan belajar merupakan salah satu potensi dan tugas asasi manusia yang kualitasnya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Kemampuan tersebut bisa tumbuh jika peserta didik menghargai keterkaitan antardisiplin ilmu menggunakan prosedur pemecahan masalah dan keterampilan komunikasi mau bekerja dalam kelompok kerja.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 Pasal 1 Nomor 4 dituliskan bahwa:

(2)

“Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”

Ketercapaian tujuan pendidikan seperti yang dicita-citakan dalam Undang-Undang, maka setiap sekolah harus menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang telah diprogramkan. Program pendidikan dapat terselenggara dengan baik dan akan berhasil dengan sukses apabila program tersebut diimplementasikan sesuai dengan perencanaan strategi yang telah ditetapkan, seperti perancanaan, pembiayaan, SDM, waktu, sarana dan prasarana, kurikulum dan sebagainya. Tanpa adanya perencanaan strategi yang baik dalam penyelenggaraan program pendidikan, maka kegiatan pendidikan tidak akan dapat berhasil dan sukses mencapai mutu dengan baik serta mencapai tujuan yang dicita-citakan sesuai dengan visi misi sekolah tersebut maupun cita-cita masyarakat secara luas. Dan sebaliknya, perencanaan sebagus apapun tanpa implementasi tidak akan membuahkan hasil.

Pendidikan yang diajarkan kepada seorang anak bukan hanya sekedar kebutuhan yang mendasar bagi peserta didik, pendidikan tentu saja mempunyai tujuan yang jelas untuk kedepannya. Menurut Syaodih (2010:59) tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan produktif. Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi pelaksanaan pendidikan bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pendidikan dalam suatu masyarakat tertentu berbeda dengan masyarakat lain, karena adanya perbedaan sistem sosial-budaya, lingkungan alam, serta sarana prasarana yang ada. Adanya perbedaan itulah maka setiap instansi pendidikan harus mempunyai program pembelajaran yang berbeda pula.

Peran sekolah merupakan fasilitator bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan sebagai ilmu yang akan mereka gunakan untuk kehidupan di masa

(3)

mendatang. Di era globalisasi semakin banyak pembaharuan-pembaharuan yang terjadi dalam perihal apapun, sehingga model pendidikan berbasis kecakapan hidup perlu diterapkan untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten untuk bersaing di kehidupan nyata.

Salah satu paradigma baru untuk mencetak output yang memiliki keterampilan yaitu pendidikan kecakapan hidup (life skills). Menurut Prabowo (2010:199) life skills (kecakapan hidup) merupakan satu unsur penting dalam pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa dalam jenjang pendidikan apapun. Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup ini adalah untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa yang akan datang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi ini generasi mudalah yang berperan penting didalamnya.

Hasil studi pendahuluan melalui wawancara kepada Bapak Radi Sucipto, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang menyatakan bahwa:

“Di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen ini memang sudah menerapkan pendidikan berbasis life skills semenjak tahun 2007, itu dikarenakan SD kami ini memperoleh penghargaan Adiwiyata, sehingga sebagai tindak lanjut kami mengenalkan pendidikan life skills kepada peserta didik melalui mata pelajaran mulok yaitu PLH (Peduli Lingkungan Hidup). Di pembelajaran lain memang sudah dikenalkan dengan pendidikan berbasis life skills dasar seperti kejujuran, tolong menolong, menghargai lingkungan, tapi belum merata dan belum semua mata pelajaran diselipkan pendidikan berbasis life skills”.

Dan juga sumber kedua yaitu Yuyun Wahyuni, S.Pd sebagai guru wali kelas 1 menyatakan bahwa:

“Yang paling terlihat jelas penerapan pendidikan life skills ini diterapakan pada pembelajaran PLH. Mata pelajaran PLH ini merupakan mata pelajaran muatan lokal yang dilakukan setiap hari sabtu, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Siswa kelas 5 sudah menghasilkan produk yaitu

(4)

berupa barang-barang seperti rompi, topi, kotak pensil sebagai hasil dari daur ulang sampah plastik yang telah dikumpulkan.

Dari hasil observasi langsung pada studi pendahuluan peneliti menyajikan data bahwa sedikit demi sedikit siswa di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang telah dikenalkan dengan pendidikan tersebut. Di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang pendidikan berbasis life skills (kecakapan hidup) yang diimplementasikan memang masih kepedulian terhadap lingkungan saja, hal ini dikarenakan penghargaan Adiwiyata yang diperoleh sehingga pendidikan berbasis life skills (kecakapan hidup) ini dimulai dari peduli terhadap lingkungan terlebih dahulu, meskipun masih satu jenis saja sangat sulit untuk melatih kedisiplinan peserta didik terhadap lingkungan di sekolah. Butuh waktu lama untuk mengenalkan semua jenis pendidikan berbasis life skills (kecakapan hidup) jadi kepala sekolah SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang masih memberlakukan hal terdekat dengan peserta didik di setiap harinya yaitu dimulai dengan kepedulian terhadap lingkungan disekitar mereka. Kepala sekolah SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang mengharapkan pendidikan berbasis life skills (kecakapan hidup) tersebut akan berkembang seiring berjalannya waktu.

Sejalan dengan tujuan pendidikan untuk menciptakan peserta didik yang memiliki keterampilan dan pendidikan yang bermutu/berkualitas. Pendidikan berbasis life skills (kecakapan hidup) memang perlu dikenalkan kepada peserta didik sejak jenjang sekolah dasar supaya peserta didik mampu mengembangkan potensi diri dengan lembaga sekolah sebagai fasilitator untuk usaha mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Pada kenyataannya pendidikan life skills ini belum merata dikenalkan kepada peserta didik melalui mata pelajaran wajib, hanya mata pelajaran mulok saja yang sudah diselipkan, karena pendidikan berbasis life skills bukan

(5)

merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan hanya muatan saja yang diselipkan di mata pelajaran, maka sulit diimplementasikan. Implementasinya sering diabaikan bahkan ada juga sekolah yang tidak pernah melaksanakan pendidikan kecakapan hidup (life skills).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendidikan kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang?

2. Pada mata pelajaran apa saja pendidikan kecakapan hidup (life skills) lebih dominan dilaksanakan?

3. Kendala apa yang dialami dalam implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen kabupaten Malang?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi pembelajaran berbasis kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen Kabupaten Malang.

(6)

2. Untuk mengetahui pada mata pelajaran apa saja pembelajaran kecakapan hidup (life skills) lebih dominan dilaksanakan.

3. Untuk mengetahui kendala yang ada dalam implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) di SDN Panggungrejo 4 Kepanjen kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis

Penelitian diharapkan mampu memberikan inovasi dan suatu pembaharuan dalam kurikulum yang dipergunakan di suatu sekolah serta dapat meningkatkan kualitas output yang dihasilkan oleh suatu sekolah.

1.4.2 Manfaat teoritis

Manfaat dari penelitian diperuntukkan bagi beberapa pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang berpotensi dan dapat menjadi fasilitator untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki keterampilan dan berpotensi.

2. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif serta memunculkan ide dan daya kreativitas siswa dalam menciptakan suatu produk dan memiliki kemampuan keterampilan dan kecakapan hidup untuk kehidupan di masa mendatang.

3. Bagi sekolah

Penelitian bermanfaat untuk mencetak lulusan yang berketerampilan dan memiliki life skills serta social skills dan dapat mengembangkan program pembelajaran kecakapan hidup nantinya.

(7)

4. Bagi guru

Peneliti bermanfaat untuk membantu peserta didik menemukan potensi diri melalui pendidikan berbasis life skills (kacakapan hidup).

1.5 Definisi istilah 1. Implementasi

Penerapan atau pelaksanaan suatu konsep yang disusun secara matang. (KBBI)

Menurut Usman, 2002 (dalam Bayu Tantra, 2010) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran, merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Suherman (dalam Asep Jihad, 2008:11)

3. Life skills (kecakapan hidup)

Life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, menggunakan teknologi. Satori (dalam Anwar, 2004:20)

(8)

Menurut Claver (dalam jurnal Deni Sopari) “A skills is a learned ability to do something well. Life skills are abilities individuals canlearn that will help them to be successful in living a productive and satisfying life.”

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel acak sederhana (Simple random sederhana). Yaitu sebuah sampel yang besarnya n ditarik dari sebuah populasi yang

Social climbing atau disebut mobilitas vertikal naik adalah mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi kenaikan derajat. Social climbing memiliki dua bentuk

Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu

Penelitian ini menyajikan analisis SWOT pada sebuah perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang melakukan proses bisnis agroindustri kopi dari hulu hingga

Dengan kata lain, energi detektor mendeteksi throughput di suatu kanal dengan inputan uncertain noise lebih lambat dikarenakan tidak tahannya energy detektor dengan noise

Program ini dibuat dengan tujuan memudahkan kita untuk mencari arti atau terjemahan dari suatu kata baik dari bahasa Inggris ke Indonesia maupun dari bahasa Indonesia ke Bahasa

Prai Tengah Bandar Baharu PERAK S... 24/ 06/

Broke anode bisa disebabkan oleh suhu dan voltase yang tidak stabil saat proses reduksi, Rod Without Butt atau RWB ini disebabkan oleh tangkai anoda yang