• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahan ini memiliki luas ± m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal. Sesuai KDB x 60% = m 2. Sesuai KLB x 0.6 = 23.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lahan ini memiliki luas ± m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal. Sesuai KDB x 60% = m 2. Sesuai KLB x 0.6 = 23."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ΒΑΒ 3: Αναλισα

3.1. Analisa Lokasi

3.1.1. Analisa Lokasi

Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) lahan ini memiliki ketentuan KDB 60%. KLB 0,6 dan garis sempadan 10 meter dari Jl. Terusan Dr. Djoendjoenan.

Lahan ini memiliki luas ±39.700 m2. Sehingga, luas bangunan maksimal

ialah:

Sesuai KDB 39.700 x 60% = 15.880 m2

Sesuai KLB 39.700 x 0.6 = 23.820 m2

Maka: 23.820/15.880 = 1.5 lantai

Lahan terletak di lahan bekas Gedung Direktorat Material PT. Dirgantara Indonesia, Jalan Gunung Batu yang merupakan jalan kolektor sekunder. Batas-batas lahan ialah sebagai berikut:

1. Batas Utara: Jl.Terusan Dr.Djoendjoenan 2. Batas Selatan: Jl.Sukaraja

3. Batas Barat: gedung Dinas Kesehatan TNI AU

4. Batas Timur: Pusat Pengembangan Geologi Kelautan & kompleks Departemen Pertambangan Mineral dan Energi

▸ Baca selengkapnya: akan dibangun suatu bangunan di areal dengan panjang 30 m dan lebar 50 m, maka untuk pekerjaan pembersihan lahan; luas yang harus dibersihkan adalah

(2)

3.1.2. Analisa Geografis 1. Topografi

Kota Bandung terletak di antara 1070 36l Bujur Timur dan 60 55’

Lintang Selatan. Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah Selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi di daerah Jl.Dr.Djoendjoenan dan sekitarnya relatif datar dan terletak pada ketinggian 2436 kaki/feet atau 742 m dari permukaan laut.

2. Kondisi Geologis

Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada jaman kwarter dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material

(3)

endapan gunung api tua (Qvu), tanah pada lokasi proyek tahan menopang beban yang berat hingga 8 ton.

3. Iklim dan Cuaca

Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada 2002 Temperatur rata-rata 23,6 0C dan jumlah

hari hujan rata-rata 15 hari per bulannya. Kondisi iklim di wilayah sekitar Jl. Terusan Dr. Djoendjoenan sendiri dicirikan dengan kondisi udara yang tidak banyak berubah dan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm per tahun. Temperatur lokasi proyek relatif lebih panas dari daerah lain di Bandung karena padatnya lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

3.1.3. Analisa Tata Guna Lahan

Sekeliling lahan proyek, terdapat perumahan TNI AU dan fasilitas militer TNI AU.

 

(4)

Keterangan : - Merah – kawasan perkantoran militer

- hijau – Lahan proyek (saat ini merupakan gudang material PT. Dirgantara Indonesia)

- Abu-abu – jalan sekitar lokasi proyek

3.1.4. Analisa Pandangan 1. Dari lahan

Pandangan dari lahan sebelah Utara ialah Jl. Terusan Dr Djoendjoenan. Sebelah Barat merupakan gedung Dinas Kesehatan TNI AU. Pandangan sebelah Selatan adalah Jl. Sukaraja dan Timur adalah Kompleks Departemen Pertambangan Mineral dan Energi.

2. Ke Lahan

Lahan yang relatif datar membuat bangunan yang ada pada lahan terlihat saling bertumpuk jika tidak disusun dengan baik.

3.1.5. Analisa Sirkulasi

Lahan proyek terletak di Jl.Terusan Dr. Djoendjoenan yang merupakan jalan kolektor sekunder. Menurut RDTRK Wilayah Jl.Terusan Dr Djoendjoenan, jalan kolektor dapat didefinisikan sebagai penyalur lalu lintas dari kawasan-kawasan kegiatan kota terutama permukiman yang disalurkan melalui jalan arteri. Lebar total dan lebar efektif Jl. Terusan Dr Djoendjoenan ialah 7,5 m. Jalan ini merupakan jalan dua arah dengan volume kendaraan smp/jam 1.996 dan kapasitas total kendaraan 3000. Perkerasan Jl. Terusan Dr Djoendjoenan merupakan hot mix dalam kondisi baik. Sirkulasi pedestrian hanya tersedia di bagian Utara lahan.

(5)

3.1.6. Analisa Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada kawasan lokasi lahan proyek terutama vegetasi peneduh pada bahu jalan.

3.1.7. Analisa Kemiringan Lahan dan Drainase

Gambar 3.4. Analisa Kemiringan Lahan dan Drainase Gambar 3.3. Analisa Vegetasi

(6)

3.2. Analisa Kegiatan

NO PROGRAM KEGIATAN

KEBUTUHAN RUANG

PELAKU AKTIVITAS WAKTU KEGIATAN

1 Museum Dirgantara -Ruang Display Primer -Ruang Display Sekunder -Ruang Kuratorial -Teater/Ruang Audio Visual -Kantor Pengelola -Resepsionis -Pengunjung museum -Pengelola -Kurator -Staf administrasi -Staf multimedia -Resepsionis -Leading Officer -sukarelawan Setiap hari 2 Seminar, Pameran dan workshop -function hall/ruang serba guna -Peserta seminar -Pembicara seminar -Pengunjung pameran -Penyaji pameran Tiga bulanan

3 Hangar koleksi dan konservasi

-Hangar -Ruang

-Teknisi -Kurator 4 Barter dan jual

beli

Retail Penjual dan pembeli Setiap hari

Pengguna terdiri dari staf Konservasi dan Pemeliharaan Benda Koleksi/Artefak Museum, staf Kebersihan dan Pemeliharaan Fasilitas, staf

(7)

Museum dan Pengelola, staf Keamanan, pengunjung museum, dan staf karyawan lainnya.

Secara rinci pengguna dibagi menjadi:

1. Pengelola dan staf museum, termasuk: ƒ Manajer museum,

ƒ Staf administrasi,

ƒ Koordinator Aktivitas; bertugas mengatur jadwal dan penggunaan ruangan,

ƒ Koordinator Pemandu; bertugas menyusun dan mengkoordinasikan pemandu museum, mencari pengganti

bagi pemandu yang berhalangan hadir dan lain-lain,

ƒ Staf Attendance; bertugas mengurus data kehadiran pegawai, memberikan izin pegawai yang sakit, terlambat dan sebagainya,

ƒ Pustakawan/wati (4 orang).

2. Staf Konservasi dan Pemeliharaan Benda Koleksi/Artefak Museum; bertugas untuk merawat benda-benda koleksi yang ada dan merevitalisasi benda-benda koleksi yang rusak, 3. Staf Kebersihan dan Pemeliharaan Fasilitas (10 orang) 4. Staf Keamanan (10 orang)

5. Staf karyawan lainnya; staf-staf ini adalah mereka yang bekerja di retail-retail, restoran, dan kafe-kafe yang ada. (20 orang)

6. Pengunjung museum; terdiri dari orang awam, siswa/mahasiswa.

3.3. Analisa Pengguna

NO PEMAKAI KECENDERUNGAN ANALISA

(8)

Museum melihat-lihat • perlu informasi yang mengarahkan alur pergerakan • jika menunggu terlalu lama akan mencari pertokoan yang menjual buku-buku, majalah, atau makanan • mudah mencari teman jika berjanji untuk bertemu ruang-ruang yang mengalir dan dalam jarak tertentu harus ada pengarah • butuh

tanda-tanda yang jelas dan menarik dengan

ketinggian skala manusia

• perlu ada ruang utama dengan inti ruang yang jelas

 

2 Pengelola dan Staf Museum • saat istirahat mencari tempat makan • bisa melihat pergerakan moda transportasi • bisa mengontrol penumpang yang datang ataupun pergi • bekerja dengan kenyamanan tinggi • disediakan semacam pusat makanan atau kantin • ruang-ruang kantor yang efisien

(9)

3 Pedagang / Penyewa Retail • berada di tempat yang banyak dilewati pengunjung • bisa mengawasi pembeli • Mudah untuk bongkar muat barang • berada di jalur sirkulasi atau tempat tunggu

4 Pengunjung Umum Retail Penjual dan pembeli

3.4. Analisa Ruang dan Bentuk

Berdasarkan kondisi pada tapak yang ada, maka dipilih jenis massa banyak dengan bentuk linier (mengikuti bentuk tapak) pada perancangan Museum Dirgantara sebagai efisiensi lahan dan kelancaran sirkulasi antar kegiatan dan fungsi bangunan.

Bentuk dasar bangunan digunakan bentuk dasar persegi dengan komposisi yang beraturan dan stabil. Bentuk segiempat dan transformasinya,

• Efisiensi ruang sangat baik. Dilihat dari fungsi bangunan sebagai tempat eksibisi benda koleksi museum, maka pengefisiensian ruang yang baik sangat penting

• Fleksibel dalam pengembangan massa. Dapat memudahkan dalam perolehan bentuk yang sesuai dengan bentuk tapak

• Sirkulasi dalam bangunan sangat baik, akan bersifat linier sesuai dengan sirkulasi yang akan dipakai pada bangunan ini. Selain itu bentuk linier juga akan memudahkan dalam pembagian ruang dalam bangunan ini.

(10)

3.5. Analisa Struktur dan utilitas Bangunan

3.5.1. Struktur

Fungsi dari struktur bangunan adalah untuk penopang kulit bangunan yang melindungi suatu ruang terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh alam dan menyalurkan semua beban ke dalam tanah. Penentuan struktur yang tepat, kuat dan ekonomis akan dapat menambah keindahan arsitektur.

Penentuan jenis pondasi bangunan didasarkan pada, antara lain: • karakteristik tanah

• kedalaman tanah keras • beban yang akan dipikul • kemudahan pelaksanaan

• waktu pelaksanaan (pengaruh terhadap masa konstruksi proyek) • pengaruh lingkungan sekitar proyek

Alternatif penggunaan sistem pondasi : ƒ Pondasi Tiang Pancang

Tiang pondasi dibuat terlebih dahulu dengan metoda pre-fabrikasi untuk mendapatkan standarisasi yang baik, kemudian penempatannya dilakukan dengan alat pemancang.

ƒ Pondasi Bore Pile

Pada tahap awal dibuat lubang lebih dahulu, dengan cara di bor untuk kemudian diisi oleh konstruksi pondasi dicor di lokasi proyek.

ƒ Pondasi Rakit ( Raft Fondation )

Prinsip kerjanya dengan membuat galian pada tanah seluas area bangunan dengan kedalaman pondasi yang telah diperhitungkan sesuai dengan daya dukung tanah di lokasi, sehingga akan terlihat seperti mangkok.

(11)

    BAHAN STRUKTUR KEUNTUNGAN KERUGIAN BETON

ƒ Kekakuan cukup tinggi ƒ Dapat menahan gaya

yang besar ƒ Mudah dalam pengaturan (fleksibel) ƒ Tahan terhadap panas/kebakaran ƒPelaksaan relatif lama BAJA ƒ Pelaksanaan relatif cepat ƒ Fleksibilitas tinggi ƒ Ekonomis waktu ƒ Tidak tahan terhadap panas yang tinggi ƒ Biaya relatif tinggi Tabel 3.3. Jenis Pondasi

JENIS PONDASI SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN

PONDASI TIANG PANCANG

ƒ Pengerjaan tiang dibuat di pabrik

ƒ Standar dan mutu terjaga baik

ƒ Mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak

ƒ Pekerjaan lebih cepat

ƒ Pada saat penanaman

tiang pancang, menimbulkan getaran pada lingkungan sekitar tapak

ƒ Memerlukan biaya tambahan untuk pengangkutan

ƒ Perlu teknik

penyambungan yang baik bila kedalaman tanah kerasnya cukup jauh

PONDASI BORED PILE

ƒ Tidak menimbulkan getaran yang keras

ƒ Kekuatan menahan beban sama dengan tiang pancang

ƒ Dipergunakan untuk segala jenis tanah

ƒ Berdiameter besar sehingga biaya lebih besar ƒ Membutuhkan alat bantu khusus mulai dari alat bor

ƒ Kurang praktis PONDASI RAKIT ƒ Lubang galian dapat

digunakan sebagai basement

ƒ Sangat berguna digunakan pada banguan yang berada di tapak yang daya dukung tanahnya lemah

ƒ Perlu biaya tambahan untuk menggali tanah dan mengangkutnya

(12)

KOMPOSIT

ƒ Tahan terhadap bahaya kebakaran dan gempa ƒ Pemeliharaan mudah

ƒ Biaya relatif tinggi

Pemilihan struktur untuk lantai bangunan berdasarkan pertimbangan : • Fasilitas pendukung dan stasiun membutuhkan utilitas yang lengkap

dan baik sehingga harus disediakan ruang sebagai tempat sarana utilitas ditempatkan.

• Kemampuan daya bentang

• Kemampuan untuk mendukung beban yang bekerja diatasnya.

• Berat bahan yang digunakan harus seringan mungkin sehingga dapat mengurangi beban struktur.

JENIS LANTAI BAHAN STRUKTUR KEUNTUNGAN KERUGiAN

PLAT LANTAI BALOK

SATU ARAH / DUA ARAH ƒ ƒ Beton bertulang Baja komposit ƒ lantai atas dengan plafon ntuk Ada ruang antara plat penempatan utilitas

ƒ Makin lebar bentang, makin tebal plat lantai

ƒ Relatif lebih murah terlalu berat

PLAT LANTAI WAFEL ƒ Beton bertulang ƒ Fungsi balok digantikan oleh plat wafel

ƒ Ukuran lebih tipis dibandingkan dengan sistem plat lantai + balok

ƒ Dapat sekaligus dimanfaatkan sebagai plafon ƒ Penempatan utilitas permanen ƒ Penambahan saran utilitas hanya dapat ditempatkan dibawah grid wafel ƒ Beban struktur lebih berat

(13)

Pertimbangan penggunaan struktur atap :

• Kesesuaian dengan tampilan bangunan (estetika eksterior) • Sesuai dengan iklim setempat

• Kebutuhan fungsi ruang - ruang dengan struktur bentang yang bervariasi.

Dari pertimbangan diambil 3 jenis penutup atap:

JENIS PENUTUP ATAP

SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN

DAK BETON

ƒ Kuat dan kokoh ƒ Insultasi bunyi baik sekali ƒ Dapat terjadi keretakan ƒ Beban besar (masif) RANGKA BIDANG ƒ Kuat

ƒ Ekonomis ƒ kecil Bentang lebih ƒ Terbatas dalam bentuk

RANGKA RUANG

ƒ Dapat digunakan dengan bentangan yang cukup panjang

ƒ Bobot ringan

ƒ Biaya relatif tinggi (tidak ekonomis)

Beberapa alternatif penutup dinding:

• Dinding Beton Ekspose (Ekspose Concrete Wall)

Merupakan material masif, padat, dan berat. Penggunaan dinding beton solid dapat berupa kombinasi dengan dinding bata sebagai dinding ganda bagi lapisan dinding untuk ruang yang berhubungan langsung dengan ruang luar.

Kesan yang ditimbulkan masif dan kokoh. Tabel 3.6. Penutup Atap

(14)

• Dinding Panel Alumunium (Alumunium Panel Wall)

Digunakan sebagai pelapis dinding masif sebagi penyeimbang kesan kaku yang ditimbulkan dinding beton ekspose. Bahan ini dapat menambah penampilan bahan secara keseluruhan.

Kesan yang ditimbulkan bersifat image "modern dan teknologi" pada penampilan bangunan

• Dinding Permukaan kaca (Curtain Wall)

Digunakan sebagai pelapis "estetika" yang transparan pada penyelesaian fasade bangunan, biasanya material ini digunakan pada bangunan dengan fungsi bisnis (perkantoran). Interaksi yang dihasilkan oleh material ini bersifat interaksi visual dan pemisahan secara fisik.

3.5.2. Utilitas

A.Sistem Penyediaan Air Bersih ƒ Distribusi Air Bersih

Kebutuhan akan pendistribusian air bersih untuk ruangan-ruangan seperti toilet, pantry, mushola, restaurant & café, kebutuhan pemadaman kebakaran. Air bersih berasal dari PAM dan air sumur sebagai sumber air cadangan.

Gambar 3.5. Bagan Distribusi Air Bersih

PDAM RESERVOIR POMPA FIXTURE

DEEP

PANEL

(15)

B. Sistem pembuangan air kotor • Distribusi Air Kotor

C. Sistem pembuangan sampah

Sampah dapat berasal dari kegiatan bangunan itu sendiri dan penumpang / pengunjung. Sampah yang dikumpulkan dengan kereta dorong pada setiap lantai, ditampung di pool sampah bangunan untuk selanjutnya diangkut dengan truk dari dinas kebersihan kota.

D. Sistem jaringan listrik

Pelayanan distribusi listrik sangat vital dalam menjaga berlangsungnya aktivitas pada Museum Dirgantara. Suplai listrik utama diperoleh dari PLN dan genset. Pemakaian genset digunakan pada saat lampu padam. Adapun sistem pendistribusian daya listrik yang diterapkan adalah sistem konvensional, yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.6. Bagan Distribusi Air Kotor

Gambar 3.7. Bagan Sistem Pembuangan Sampah AIR HUJAN BAK KONTROL RIOL KOTA AIR KOTOR KOTORAN SEPTIK TANK PERANGKAP LEMAK SAMP AH TPS TPA

(16)

E. Sistem penghawaan

Suhu udara di sekitar lokasi tapak pusat relatif panas pada siang hari. Sehingga , untuk meningkatkan kenyamanan pada bangunan, diperlukan pengkondisian udara buatan. Pada dasarnya, ada 2 macam sistem penghawaan, yaitu :

1. Penghawaan Alami

Sistem penghawaan alami dipakai di bangunan dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation). Sistem ini digunakan pada ruang-ruang yang relatif besar dan tidak memerlukan pengkondisian udara yang intensif, seperti ruang-ruang utilitas, ruang servis, gudang, dan sirkulasi yang berhubungan dengan ruang luar.

2. Penghawaan Buatan

Digunakan pada ruang-ruang yang memerlukan kondisi udara yang intensif dan stabil sehingga dapat memenuhi tingkat kenyamanan thermal (22-26 C). Dengan penggunaan sistem ini, suhu dan kelembaban dapat diukur, hingga mencapai tingkat kenyamanan yang diinginkan dan pengudaraannya merata.

F. Sistem keamanan (security)

Untuk keamanan pada bangunan Museum Dirgantara digunakan sistem

keamanan dengan kamera monitor untuk keseluruhan massa bangunan dan Jaringa

n PLN

Gardu Central Panel Genset

Museum Dirgantara

(17)

pada akses masuk keluar massa bangunan museum diberi pos penjaga/pengawas tiket.

3.6. Kebutuhan Ruang

Berdasarkan daftar program kegiatan dan kebutuhan ruang serta standar-standar yang ada di atas, dapat disusun program ruang lebih lanjut sebagai berikut:

NO FASILITAS ANALISIS KEBUTUHAN RUANG LUAS RUANG

1 Fasilitas Komersial Penunjang

Komunitas

-Retail sebanyak 8 modul @ 4 x 6 m (toko cinderamata, toko perlengkapan penerbang dan aeromodeling, toko aksesoris pesawat, dll.)

-Kafetaria

-Restoran

-Toilet pria dan urinoir

-Toilet wanita 3 bilik @ 1,2 m x 1,8 m -Janitor 192 m2 20 m2 180 m2 16 m2 16 m2 2 m2 12 m2

(18)

-Musholla

2 Museum Dirgantara -Ruang display

R.koleksi+R.pengunjung(1500)

(2500 m2+1500 m2)

-Ruang kuratorial

-R.Audio-visual (untuk 100 orang)

1 unit tempat duduk+jarak ke bangku depan (60x70 cm2)+90 cm -Lobi -Pusat informasi -Prefunction hall -Function hall

-Toilet pria dan urinoir

-Toilet wanita 3 bilik @ 1,2 m x 1,8 m -Janitor 2500 m2 100 m2 100 m2 20 m2 20 m2 6 m2 100 m2 150 m2 16 m2 16 m2 2 m2 2 m2

(19)

3 Fasilitas Konservasi dan Penyimpanan

-Hangar Konservasi (PT. DI)

-Ruang penyimpanan koleksi 2500 m2

4 Fasilitas Pengelola -Ruang kantor u/ 9 orang

-Ruang rapat kecil

-Pusat informasi -Lobi -Toilet -Musholla 15 m2 12 m2 6 m2 12 m2 16 m2 12 m2 5 Penunjang dan Utilitas -AHU -Chiller -ME -Pompa -Tangki reservoir

-R. bongkar muat barang

-R. bongkar muat koleksi

30 m2 30 m2 150 m2 48 m2 24 m2 24 m2 50 m2 SUBTOTAL 6.377 m2 Sirkulasi 20% 1.275,4 m2

(20)

TOTAL 7.652,4 m2

6 Ruang hijau -Taman 2000 m2

Gambar

Gambar 3.1. Batas lahan
Gambar 3.2. Zoning Kawasan
Gambar 3.4. Analisa Kemiringan Lahan dan Drainase Gambar 3.3. Analisa Vegetasi
Tabel 3.1 Analisa Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekekalan jiwa yang dikemukakan filosof Muslim dapat diambil titik temunya dengan kebenaran al-Quran tentang kebangkitan jasad dengan cara; pertama, bahwa apa yang

Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki agak pendek, tanduk termasuk menengah dan berbentuk bulan sabit, dan kulit berwarna antara hitam atau coklat, Terdapat warna

Peru bahan kualitas radiograf dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi, diagnosis dan rencana perawatan.' ' Kualitas radiograf panoramik yang baik juga dapat

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan yang telah terjadi selama pembangunan tower tersebut berlangsung hingga selesai dan juga

Jika unsur pertama kolom yang diperoleh dari langkah 1 sama dengan nol, tukarlah baris pertama dari matriks baris yang unsur pada kolom tersebut tidak

Model pendekatan kooperatif yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif adalah model Student Team achievment Division (STAD). Berdasarkan observasi pada hari

Data yang diperoleh berupa foto dan video dari hasil identifikasi pada inventarisasi jenis-jenis protista air kolam dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar

[r]