• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pemenuhan kebutuhan SDM PT. Nusa Indo Agromadani, mengalami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dalam pemenuhan kebutuhan SDM PT. Nusa Indo Agromadani, mengalami"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam pemenuhan kebutuhan SDM PT. Nusa Indo Agromadani, mengalami kesulitan karena hasil rekruitment yang ada selama ini adalah sebanyak 30% dari total karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan S1 pertanian. Sisanya sebanyak 70% merupakan SDM dengan pendidikan terakhir D3 dan Sl non-agro.

Untuk meminimalkan perbedaan antara ke-3 latar belakang pendidikan tersebut, maka PT. Nusa Indo Agromadani melakukan training yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama kepada ke-3 kelompok pendidikan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari kombinasi kurikulum yang pas, yang mampu menghasilkan perbedaan yang kecil kepada ke-3 kelompok pendidikan tersebut. Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan dari desain pelatihan, khususnya pada desain materi pelatihan yang disampaikan kepada peserta pelatihan.

6.2 Karakteristik Responden

Seluruh responden merupakan karyawan PT. Nusa Indo Agromadani, dengan latar belakang pendidikan D3, Sl agro, dan Sl non agro, yang masing-masing berjumlah

i-\ ">0/

jj,j%.

Mayoritas peserta berusia 25-30 tahun, yaitu sebesar 40,7% peserta. Variabel usia mampu mempengaruhi perilaku awal maupun akhir peserta pelatihan.

(2)

Menurut pendapat dari beberapa sumber, karakteristik usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi individu.

Sebesar 81,5% mempunyai anggota keluarga yang bermata-pencaharian dari pertanian. Dengan keluarga yang memiliki kegiatan seputar pertanian, paling tidak para peserta telah sedikit banyak mengetahui beberapa hal yang terdapat dalam pertanian. Sehingga akan sangat mempengaruhi pengetahuan, wawasan maupun kemampuan peserta dalam memahami apa yang diajarkan dalam pelatihan, khususnya pada materi di bidang teknis pertanian.

6.3 Pengalaman Peserta

Dapat diketahui, bahwa mayoritas karyawan sebelum bekerja di PT. Nusa Indo Agromadani telah mempunyai pengalaman kerja lebih dari 3 kali. Dengan berbekal pengalaman akan mempengaruhi kompetensi peserta pelatihan.

Pengalaman merupakan faktor yang mampu mempengaruhi kompetensi dari SDM. Pengaruh dari faktor pengalaman terhadap kompetensi SDM sangat besar, sehingga para pimpinan organisasi sudah selayaknya mengetahui latar belakang karyawannya, (Wursanto, 2002).

Sebanyak 5% peserta belum pernah mengikuti pelatihan/diklat, 5% telah mengikuti diklat sekali, 44,4% dari total peserta telah mengikuti pelatihan/diklat sebanyak 2 kali dan 5% lebih dari 2 kali mengikuti diklat/pelatihan. Dengan pengalaman peserta mengikuti diklat/pelatihan, akan mempengaruhi kompetensi peserta pelatihan dalam hal ini perilaku, kemampuan dan pengetahuannya.

(3)

Untuk parameter pengalaman organisasi pada saat sebelum menjadi karyawan, sebanyak 59,3% dari peserta mengaku pernah berperan aktif di dalam organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa. Pengalaman berorganisasi akan mempengaruhi perilaku, pengetahuan dan kemampuan manajerial peserta. Semakin banyak pengalaman di bidang keorganisasian, maka semakin cepat peserta bersosialisasi dengan rekannya, dimana akan semakin sering melakukan diskusi yang otomatis akan membantu dalam pemahaman pengetahuan yang didapatkan dalam pelatihan.

6.4 Karakteristik Wawasan dan Pengetahuan Peserta di Bidang Pertanian

Menurut Wursanto (2002), wawasan dan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kompetensinya.

Dari pengamatan yang dilakukan kepada peserta, dapat diketahui bahwa seluruh peserta memiliki wawasan di bidang pertanian.

Sedangkan pengetahuan peserta pada bidang pertanian adalah beragam. Sebesar 48,1% peserta memiliki pengetahuan yang cukup di bidang pertanian. 48,1% peserta memiliki pengetahuan yang banyak tentang pertanian. Hanya 3,7% dari peserta yang memiliki pengetahuan pertanian sedikit.

Wawasan dan pengetahuan di bidang pertanian yang dimiliki oleh peserta pelatihan akan mempengaruhi proses pemahaman dalam pelatihan yang diadakan. Semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang dimiliki peserta maka semakin mempercepat proses pemahaman pada materi-materi yang disampaikan pada saat pelatihan.

(4)

6.5 Komunikasi Peserta

Mayoritas peserta mampu berkomunikasi dengan bagus. Komunikasi merupakan pendukung individu dalam menyampaikan pendapat dan berinteraksi dalam pelatihan, maupun dalam bekerja nantinya. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin baik komunikasi yang dilakukan maka semakin baik kompetensi keseluruhannya.

6.6 Kemampuan Lain dari Peserta

Dari tabel tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta menguasai bahasa Inggris secara pasif, yaitu sebanyak 77,8%. Sedangkan sebesar 11,1% menguasai secara aktif bahasa Inggris. 11,1% peserta tidak mampu berbahasa Inggris secara pasif maupun aktif. Tidak ada seorangpun peserta yang menguasai bahasa Inggris secara aktif maupun pasif.

Kemampuan mengakses Internet dimiliki sebagian besar peserta, yaitu sebanyak 92,6%. Hanya 7,4% peserta yang tidak mampu melakukan akses internet.

Kemampuan berbahasa Inggris dan mengakses Internet menjadi suatu kelebihan tersendiri. Dengan kemampuan berbahasa Inggris dan mengakses Internet, maka akan memmbantu individu dalam pembelajaran secara non-formal. Pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi kompetensi individu (Wursanto, 2002).

6.7 Pencarian Berita

Mayoritas peserta mengaku sering melakukan pencarian berita, dan sebesar 8% peserta mengaku jarang melakukan pencarian berita. Semakin sering seorang individu

(5)

mencari berita akan mempengaruhi terhadap kompetensinya, khususnya pada pengetahuan dari individu tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

6.8 Perilaku Peserta Pelatihan

Telah diketahui bahwa peserta pelatihan terdiri dari 3 kelompok lulusan pendidikan, dari hasil uji statistik yang dilakukan latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi perilaku individu sebelum maupun setelah pelatihan.

Berdasarkan hasil dari uji statistik diketahui bahwa materi pelatihan berpengaruh terhadap perilaku pelatihan. Dari ke-3 kelas pelatihan diketahui meningkatkan perilaku peserta. Adapun persentase peningkatan perilaku dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 6.1 Persentase Peningkatan Perilaku

Kelas Materi Pelatihan

Lulusan I II III D3 1,64% 14,75% 20,77% Sl agro 3,27% 0,17% 15,66% Sl 39,00% 27,68% 39,62% Total 43,91% 42,60% 76,05% Mean 14,64% 14,20% 25,35%

Dari tabel tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa kelas dengan dengan kombinasi materi pelatihan 35% manajemen dan 65% teknis mampu memberikan peningkatan perilaku sebesar 25,35%.

(6)

6.9 Pengetahuan Peserta Pelatihan

Latar belakang pendidikan mempengaruhi pengetahuan awal dari individu masing-masing. Dimana D3 dan Sl agro mengenyam pendidikan formal dibidang agro, sehingga pada kelompok tersebut jelas terlihat bahwa pengetahuan pertanian yang dikuasai melebihi Sl non-agro. Namun Sl non-agro juga berasal dari keluarga dengan latar belakang pertanian, sehingga walaupun tidak mengenyam pendidikan pertanian secara formal, kelompok ini juga memiliki sedikit pengetahuan di bidang pertanian.

Dari uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa setelah pelatihan, latar belakang pendidikan masih mempengaruhi pengetahuan peserta, walaupun pengetahuan masing-masing peserta setelah pelatihan lebih besar dibanding pengetahuan awal.

Tabel berikut memuat persentase peningkatan nilai pengetahuan peserta dibandingkan dengan pengetahuan sebelum mengikuti pelatihan.

Tabel 6.2 Persentase Peningkatan Pengetahuan Peserta

Kelas Materi Pelatihan

Lulusan I II III D3 42.08% 35.52% 58.48% Sl agro 41.47% 36.82% 50.25% Sl 57.87% 32.08% 81.75% Total 141.42% 104.42% 190.48% Mean 47.14% 34.81% 63.49%

(7)

Diketahui, bahwa peningkatan pengetahuan terdapat dalam tiap kelas pelatihan. Kelas pelatihan dengan materi 35% manajemen dan 65% teknis adalah yang mampu memberikan peningkatan pengetahuan yang paling tinggi.

6.10 Kemampuan Peserta Pelatihan

Latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi terhadap kemampuan awal masing-masing peserta, tetap kelompok lulusan Sl agro memiliki kemampuan yang paling banyak dibanding kelompok lulusan lain. Adapun kelompok lulusan yang memiliki kemampuan di bidang pertanian yang paling kecil adalah kelompok lulusan Sl non-agro, hal ini dapat disebabkan kelompok ini hanya memperoleh kemampuan di bidang pertanian dari latar belakang keluarganya saja, bukan dari pendidikan formal mereka.

Kemampuan peserta setelah pelatihan lebih meningkat dibandingkan dengan kemampuan awal. Diketahui dari hasil uji statistik yang dilakukan, peningkatan kemampuan tidak dipengaruhi oleh variabel latar belakang pendidikan, namun merupakan pengaruh dari perbedaan materi pelatihan yang diterima.

Pelatihan dengan kombinasi materi 35% manajemen dan 65% teknis adalah pelatihan yang mampu menghasilkan variabel kemampuan peserta yang tertinggi, seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

(8)

Tabel 6.3 Persentase Peningkatan Kemampuan

Kelas Materi Pelatihan

Lulusan I II III D3 40.98% 38.25% 56.84% Sl agro 45.09% 38.89% 52.31% Sl 49.68% 36.47% 81.75% Total 135.75% 113.61% 190.90% Mean 45.25% 37.87% 63.63%

6.11 Latar Belakang Pendidikan

Dari uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan awal sebelum dilakukan pelatihan kepada peserta. Sedangkan pada perilaku peserta tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, melainkan dari sifat individu masing-masing.

Latar belakang pendidikan mampu mempengaruhi pengetahuan pada saat setelah pelatihan dilakukan. Hal ini disebabkan pada kelompok D3 dan Sl Agro menerima pendidikan formal di bidang pertanian, sehingga akan lebih mudah untuk memahami apa yang diajarkan pada saat pelatihan, dibandingkan kelompok lulusan Sl non-agro. Sedangkan pada ke-2 parameter akhir lainnya (perilaku dan kemampuan), secara uji statistik diketahui tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan peserta.

(9)

6.12 Materi Pelatihan

Semua variabel kompetensi (perilaku, pengetahuan dan kemampuan) setelah mendapatkan pelatihan meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 6.1 yang memuat tentang persentase peningkatan nilai kompetensi setelah pelatihan

Tabel 6.4 Persentase Peningkatan Nilai Kompetensi

Kelas Materi Pelatihan

I II III

Perilaku 14,64% 14,20% 25,35%

Pengetahuan 47.14% 34.81% 63.49%

Kemampuan 45.25% 37.87% 63.63%

Dari tabel tersebut diketahui, bahwa kelas pelatihan dengan kombinasi yang berbeda akan meningkatkan kompetensi peserta. Namun, dari ke-3 kelas tersebut diketahui bahwa kelas dengan kombinasi 35% manajemen dan 65% teknis adalah yang mampu memberikan peningkatan pada keseluruhan kompetensi (perilaku, pengetahuan dan kemampuan) dengan nilai tertinggi.

6.13 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini, pengukuran pada variabel kompetensi hendaknya dilakukan tidak pada 3 parameter saja (perilaku, pengetahuan dan kemampuan). Hendaknya pengukuran dilakukan pada kompetensi secara makro, yang mencakup kompetensi bisnis, kepemimpinan, teknikal dan personal. Kompetensi secara

(10)

keseluruhan berkaitan satu dengan lainnya, hal ini diketahui timbul pada saat pengamatan akhir.

Diketahui setelah akhir penelitian, perlunya pengamatan pada motif dan sifat bawaan dari masing-masing peserta, untuk lebih akuratnya pengukuran kompetensi SDM.

Alat ukur pada parameter kompetensi perilaku yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner etos kerja, dimana alat ukur ini dirasa kurang mewakili kompetensi perilaku peserta secara keseluruhan, seperti motivasi, inisiatif, keluwesan, dan sebagainya.

Gambar

Tabel 6.1 Persentase Peningkatan Perilaku Kelas Materi Pelatihan
Tabel  berikut  memuat  persentase  peningkatan  nilai  pengetahuan  peserta  dibandingkan dengan pengetahuan sebelum mengikuti pelatihan.
Tabel 6.3 Persentase Peningkatan Kemampuan Kelas Materi Pelatihan
Tabel 6.4 Persentase Peningkatan Nilai Kompetensi Kelas Materi Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ijin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan atas nama Bupati yang meliputi Ijin Penebangan Pohon, Ijin Usaha Industri Primer Hasil

Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat ditolak, artinya tabungan masyarakat di Lembaga Perkreditan Desa berpengaruh positif dan signifikan

Hal ini disebabkan karena data yang didapatkan dari pelaksanaan sistem informasi kesehatan belum mencukupi atau belum dianalisis sehingga belum dapat dipakai untuk

Salah satunya adalah melalui gambaran seorang tokoh intelektual Islam yaitu Nurcholish Madjid atau sering disapa Cak Nur yang telah menawarkan sebuah konstruksi paradigma

yang belum konsisten terhadap masing variabel pada penelitian terdahulu, maka penelitian ini kembali menguji pengaruh struktur modal yang diukur dengan Debt to Assets

Menurut salah seorang ustadz di SMK Raudlotul Mubtadiin Balekambang mengatakan bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing yang tidak bisa diukur hanya dengan