commit to user 1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Manusia hanya salah satu unsur dalam lingkungan hidup, tetapi perilakunya akan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Makhluk hidup yang lain termasuk binatang tidaklah merusak, mencemari, atau menguras lingkungan.
Manusia seharusnya berusaha dengan segala daya dan dana agar lingkungan yang sehat dan serasi tetap terpelihara bahkan meningkat menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan sudah terjadi, hendaknya segera diperbaiki sebelum keadaan bertambah parah. Salah satu upayanya adalah pemaksaan dan imbauan kepada anggota masyarakat agar menjaga, memelihara lingkungan yang baik dan sehat, serta lestari. Untuk pemaksaan dan imbauan ini diperlukan penciptaan perangkat peraturan hukum yang baik dan lengkap, disertai penerapan dan penegakannya yang baik pula (Andi Hamzah, 2008: 2).
Adanya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup diharapkan dapat meningkatkan kelestarian lingkungan hidup. Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa dalam hal pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup meliputi (3) aspek yaitu pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan. Pencegahan dilakukan untuk memperkecil dampak yang terjadi akibat pencemaran lingkungan, penanggulangan dilakukan apabila telah terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan, dan pemulihan dilakukan untuk mengembalikan lingkungan ke keadaan seperti semula sebelum terjadi pencemaran.
commit to user
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia menjelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mandapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berlandaskan undang-undang ini maka pembangunan harus tetap memperhatikan dampak yang timbul dari pembangunan tersebut supaya kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga. Sehingga hak setiap orang tidak terganggu dan tetap hidup sejahtera.
Hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah pembangunan. Pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hakikat pembangunan adalah bagaimana agar kehidupan hari depan lebih baik dari hari ini. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan akan selalu bersentuhan dengan lingkungan. Bruce Mitchell mengatakan pengelolaan sumber daya
lingkungan akan mengalami empat situasi pokok, yaitu (a) perubahan (change);
(b) kompleksitas (complexity); (c) ketidakpastian (uncertainly); (d) konflik
(conflict) (Supriadi, 2010: 38). Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal pembangunan tentunya terdapat suatu dampak yang ditimbulkan, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pembangunan ialah negara dapat meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat karena dengan berkembangnya pembangunan mampu menambah sarana dan prasarana untuk melayani masyarakat secara menyeluruh ke daerah-daerah terpencil. Sedangkan dampak negatif dari pembangunan ialah dampak terhadap lingkungan. Karena dengan pembangunan banyak mengorbankan lahan-lahan yang seharusnya digunakan untuk penghijauan justru digunakan untuk membangun kawasan pemukiman dan kegiatan industri.
Pembangunan dan lingkungan hidup terjalin dalam interaksi yang tak mungkin dapat dipisahkan. Untuk menjaga dan meningkatkan keserasian hubungan antara pembangunan dan lingkungan hidup, maka pembangunan harus didasarkan pula pada konsep-konsep ekologis. Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Ilmu yang mempelajari
commit to user
interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup disebut ekologi pembangunan. Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang makin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat pula rusak karenanya. Hal semacam itu merupakan beban sosial, karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang menanggung beban pemulihannya (Harun M. Husein, 1992: 8-9).
Keberlanjutan pembangunan di suatu daerah atau negara ditentukan oleh kemampuan daerah atau negara tersebut dalam mengelola lingkungan hidupnya. Pendekatan pengelolaan lingkungan dilakukan dengan menata sistem pengelolaannya (Supriadi, 2010: 32). Dengan demikian, dalam pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai pusat perhatian. Makna dari perhatian itu adalah sebagai subjek, beserta hak-hak mereka untuk mendapatkan kehidupan yang sehat serta produktif serta serasi dan selaras dengan alam. Penegakannya adalah hak untuk merefleksikan citra diri, melalui pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Tidak hanya itu, pada saat yang sama juga disertai kewajiban memenuhi kebutuhan akan pembangunan dan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang secara seimbang (Samsul Wahidin, 2014: 22). Dalam melaksanakan pembangunan itu dilakukan upaya memanfaatkan sumber daya alam, yang pada hakikatnya juga berarti melakukan perubahan terhadap ekosistem. Dengan demikian upaya pembangunan itu pada gilirannya akan menimbulkan masalah lingkungan pula. Oleh karena itu masalah lingkungan hidup bagi Indonesia adalah pencerminan dari akibat keterbelakangan pembangunan dan sekaligus juga suatu masalah yang menyertai proses pelaksanaan pembangunan. Baik keterbelakangan pembangunan maupun proses pelaksanaan pembangunan, kedua-duanya menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Niniek Suparni, 1994: 26-27).
Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan upaya untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
commit to user
seimbang guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan, dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan generasi mendatang, adalah pembangunan berwawasan lingkungan (R. M. Gatot P. Soemartono, 1991: 69).
Ada 3 unsur penting dalam prinsip pembangunan berwawasan lingkungan: (N. H. T. Siahaan, 2004: 237)
1. Penggunaan/pengelolaan sumber daya secara bijaksana;
2. Menunjang pembangunan yang berkesinambungan;
3. Meningkatkan mutu hidup.
Salah satu bentuk pembangunan yaitu pembangunan rumah sakit, karena kesehatan merupakan kebutuhan utama masyarakat. Oleh karena itu pembangunan rumah sakit sangatlah penting bagi masyarakat. Saat ini rumah sakit tidak hanya didirikan di kota-kota besar, akan tetapi juga didirikan di daerah-daerah bahkan di pinggiran kota, baik rumah sakit yang didirikan pemerintah ataupun swasta. Rumah sakit sebagai tempat unit pelayanan masyarakat memberikan fungsi dan mempunyai tugas untuk melayani kebutuhan masyarakat terutama masalah kesehatan. Dalam melayani tersebut tentunya terdapat dampak yang muncul. Dampak positif dari pendirian rumah sakit yaitu masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan kesehatannya dengan optimal. Dampak negatif yang terdapat dari rumah sakit adalah mengenai pencemaran lingkungan. Karena rumah sakit menghasilkan limbah berupa limbah medis dan limbah non medis. Apalagi pendirian rumah sakit berada di lingkungan pemukiman warga dan lahan pertanian yang berpotensi terkena pencemaran limbah rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus supaya tidak terjadi pencemaran yang berdampak membahayakan terhadap lingkungan sekitar.
Limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah yang mengandung senyawa organik cukup tinggi yang mengakibatkan penyakit-penyakit berbahaya terhadap masyarakat di sekitarnya. Rumah sakit juga berperan besar dalam menyumbangkan limbahnya karena limbah yang dihasilkan juga dalam jumlah besar. Sehingga bersifat berbahaya terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Penanganan limbah rumah sakit yang benar dapat mengurangi dampak
commit to user
pencemaran lingkungan. Terdapat 11 rumah sakit di Surakarta yang terletak di kawasan pemukiman penduduk yang dapat menimbulkan tercemarnya lingkungan di sekitar pemukiman tersebut. Pengelolaan limbah rumah sakit sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar rumah sakit.
Hospital waste management is an imperative environmental and public safety issue, due to the waste’s infectious and hazardous character. In recent years, hospital waste management has become a growing issue of concern with the increasing evidence suggesting health hazards related to health care waste (HCW) inflicted upon the service providers, patients and the community as a whole (Asante OB, Yanful E (Prof.), Yaokumah EB, Volume 3 Issue 3 March 2014: 106).
Terjemahan bebas:
Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bentuk perintah yang berhubungan dengan lingkungan dan persoalan keselamatan masyarakat, karena limbah itu menular dan bersifat berbahaya. Beberapa tahun belakangan, pengelolaan limbah rumah sakit telah menajdi isu yang berkembang dari keprihatinan dengan bukti meningkatnya menunjukkan bahaya kesehatan yang berhubungan dengan limbah layanan kesehatan yang ditimbulkan pada penyedia layanan, pasien dan masyarakat secara keseluruhan (Asante OB, Yanful E (Prof.), Yaokumah EB, Volume 3 Nomor 3 Maret 2014: 106).
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintahan Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab dalam memelihara kelestariannya (Samsul Wahidin, 2014: 132). Oleh karena itu Pemerintahan Daerah mempunyai tanggung jawab atas pengelolaan limbah yang berasal dari pembangunan, khususnya dampak dari pembangunan rumah sakit yang menghasilkan limbah. Tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah dipegang oleh Badan Lingkungan Hidup di daerah tersebut. Kota Surakarta juga terdapat Badan Lingkungan hidup yang bertugas membantu Walikota Surakarta dalam penyelenggaraan pembangunan terutama terkait tentang pembangunan yang ada di Kota Surakarta. Badan Lingkungan Hidup mempunyai
commit to user
tugas pokok menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Selain itu juga mempunyai tugas melakukan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan. Jadi Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta juga melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta.
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengawasan dan pembinaan limbah rumah sakit di surakarta ditinjau dari Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terkait masalah limbah rumah sakit di Surakarta. Penulis juga akan meneliti mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Penelitian ini akan disusun dalam sebuah skripsi yang
berjudul “PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA
DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT DI SURAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengawasan dan pembinaan Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta dalam pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
2. Apa hambatan yang dialami oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta
dalam pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta dan apa solusinya?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian memberikan kejelasan arah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan, yaitu: Tujuan Obyektif dan Tujuan Subyektif. Tujuan Obyektif adalah tujuan yang berasal dari penelitian itu sendiri. Sedangkan Tujuan Subyektif adalah tujuan yang berasal dari penulis. Adapun Tujuan Obyektif dan Tujuan Subyektif dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengawasan dan pembinaan Badan
Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan apa saja yang dialami oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta dan apa solusinya.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan penulis di
bidang hukum hukum administrasi negara khususnya terkait dengan lingkungan hidup.
b. untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan terkait
penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapakn dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang penelitian itu sendirimaupun dapat diterapkan dalam praktiknya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulis ini antara lain:
commit to user
a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya tentang pengelolaan lingkungan hidup serta peran Badan Lingkungan Hidup.
b. Hasil penelitian hukum ini dapat memperkaya referensi dan literatur dalam
kepustakaan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan
gagasan serta membentuk pola pikir ilmiah serta menerapkan ilmu yang penulis peroleh.
b. Memberikan pendalaman pengetahuan dan pengalaman kepada penulis
mengenai permasalahan hukum yang dikaji yang dapat berguna bagi penulis dikemudian hari.
E. Metode Penelitian
Metodelogi dapat diartikan logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan suati sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Secara lebih lanjut, kegiatan penelitian dimulai apabila seorang ilmuan melakukan usaha untuk bergerak dari teori ke pemilihan metode. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metodelogi pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang ilmuan mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2010: 5-6).
Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian hukum adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum yuridis empiris, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antara hukum dengan fakta-fakta dilapangan. Dalam penelitian hukum yuridis empiris, penulis menganalisis fakta-fakta yang ada dilapangan kemudian dikaitkan
commit to user
dengan peraturan perundang-undangan. Dari segi empiris dapat diketahui mengenai tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengawasan dan pembinaan lingkungan hidup. Untuk segi yuridis ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian yang penulis susun termasuk penelitian yang bersifat deskriptif dan analisis. Sifat penelitian secara deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti tentang keadaan manusia atau gejala-gejala lainnya terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010: 10). Analisis tidak hanya memberi gambaran saja, akan tetapi juga bermaksud mengambil kesimpulan.
3. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexy J. Moleong, 2007: 6).
4. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian dengan instansi terkait yaitu di Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta yang beralamat di Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data yang
commit to user
diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan ialah data sekunder (Soerjono Soekanto, 2010: 51). Jenis dan sumber data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian hukum ini yaitu antara lain:
1) Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga bisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 2010: 12).
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari keterangan atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan (Soerjono Soekanto, 2010: 12).
Sumber data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer, yang dapat dikelompokkan menjadi: (Soerjono Soekanto, 2012: 51-52)
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Sumber data primer yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah:
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pencemaran
Lingkungan
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun
commit to user
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(6) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup
(7) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 29 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta
(8) Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor: KEP-58/MENKLH/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit
(9) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, sperti misalnya rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan lain-lain.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan lain sebagainya.
3) Data Tertier
Data tertier yaitu data yang bertujuan memberikan penjelasan atau bersifat menunjang bahan primer dan sekunder. Misal kamus, ensiklopedia dan lain-lain.
commit to user
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian yang bersifat deskriptif adalah suatu yang penting karena digunakan untuk memperoleh data secara lengkap dan relevan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Data Primer
Merupakan teknik pengumpulan dengan melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung pada obyek yang diteliti. Dilakukan dengan cara:
1) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
(Lexy J. Moleong, 2001: 135).
2) Observasi
Observasi oleh penulis dilakukan dengan dating langsung ke tempat penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan observasi di Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta untuk mendapatkan informasi mengenai tugas pokok dan fungsinya.
b. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, pengaturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2010: 12).
7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan, mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan. Dalam teknik
commit to user
analisis ini terdapat tiga komponen utama, antara lain: (H.B. Sutopo, 2006: 113-116)
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang kasar
yang dimuat dicatatan tertulis (fieldnote).
b. Penyajian data
Sajian data berupa rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Selain dalam bentuk narasi kalimat, sajian data dapat pula ditampilkan dengan berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasinya
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data tersaji. Penarikan kesimpulan dan verifikasinya merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang dilakukan dengan didasarkan pada semua hal yang ada dalam reduksi maupun penyajian data.
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Penyajian Data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
commit to user
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dan mempermudah pemahaman terkait seluruh isi penulisan hukum, maka penulis membagi sistematika penulisan hukum dalam empat bab yang saling berkaitan dan berhubungan yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penulisan hukum ini. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dan sistematika penulisan hukum untuk dapat lebih memberikan pemahaman terhadap isi penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Mengenai bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan kerangka teori dan kerangka pemikiran dari penelitian ini. Kerangka teori berisi tinjauan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, tinjauan tentang baku mutu lingkungan hidup, tinjauan tentang limbah, tinjauan tentang pengawasan dan pembinaan lingkungan hidup. Sedangkan kerangka pemikiran berisi penjelasan dan memberikan gambaran tentang alur berpikir penulis terhadap permasalahan dalam penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang ada, yaitu: pertama, Bagaimana pengawasan dan pembinaan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengelolaan limbah rumah sakit di
commit to user
Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Kedua, Apa hambatan yang dialami oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan limbah rumah sakit di Surakarta dan apa solusinya. BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai simpulan yang dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses penelitian, serta memberikan saran yang sesuai sebagai sarana evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN