• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

x

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….ii

LEMBAR PENGESAHAN………iii

HALAMAN PENETAPAN UJIAN………...iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……...………...vi

KATA PENGANTAR………...vii

DAFTAR ISI………x

ABSTRAK……….xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………....…...4

1.3 Tujuan Penelitian………..…...5

1.3.1 Tujuan Umum……….….…..…...5

1.3.2 Tujuan Khusus……….…………...5

1.4 Kajian Pustaka………..………..5

1.5 Landasan Teori………..…….……...6

1.5.1 Teori Struktural……….………..………7

1.5.2 Teori Semiotik……….………..………11

1.6 Metode dan Teknik Penelitian.……….…...14

1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data….………...14

1.6.2 Metode dan Teknik Analisis Data….………...15

1.6.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data….………...15

II. PERSPEKTIF PANTAI BALI

2.1 Perspektif Pantai Bali……….………16

2.1.1 Pantai Kusamba………..………...19

2.1.2 Pantai Lovina………..………...20

2.1.3 Pelabuhan Buleleng………...………..24

2.1.4 Pantai Serangan………..…….………...29

2.1.5 Pantai Tanah Lot……….……….………30

2.1.6 Pantai Canggu……….……….31

2.1.7 Pantai Jimbaran………32

(2)

xi

3.3 Pesisir Jimbaran………..46

3.4 Pelabuhan Buleleng………...53

3.5 Malam Pengantin di Pesisir Serangan...………...59

3.6 Catatan Reklamasi Pantai Serangan………...64

3.7 Laut Bali……….73

3.8 Tanah Lot………...78

IV. ANALISIS CITRA PANTAI BALI DALAM ANTOLOGI PUISI IMPIAN

USAI KARYA WAYAN SUNARTA

4.1 Citra Pantai Bali………..84

4.1.1

Kerusakan Pantai Bali………..………...84

4.1.2

Keindahan Pantai Bali………...89

4.1.3

Berdialog dengan Pantai………..…….………..….92

V. PENUTUP

5.1 Simpulan……….………....95

5.2 Saran……….………...96

DAFTAR PUSTAKA

(3)

xii

Sunarta terhadap puisi dan Pantai Bali. Penelitian ini menganalisis beberapa sajak

dalam antologi puisi

Impian Usai

karya Wayan Sunarta. Sajak-sajak tersebut dipilih

berdasarkan keselarasannya dengan tema penelitian, yaitu citra Pantai Bali dalam

sajak. Dalam kumpulan puisi ini banyak mengandung gambaran Pantai Bali, baik

sebagai kritik maupun simbol-simbol dari perjalan hidup. Sajak yang dimaksud, yaitu

Pesisir Jimbaran, Lovina, Kusamba, Pelabuhan Buleleng, Malam Pengantin di Pesisir

Jimbaran, Catatan Reklamasi Pantai Serangan, Tanah Lot, dan Laut Bali.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Prosedur analisis yang

digunakan adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan dan memilah tentang

perspektif Pantai Bali. Kedua, analisis struktural sajak dalam antologi puisi

Impian

Usai

karya Wayan Sunarta. Penelitian ini hanya menganalisis tema, amanat, makna,

diksi, bunyi, bahasa kiasan, dan citraan. Analisis struktur ini cukup untuk mendukung

analisis semiotik berikutnya. Ketiga, uraian tentang citra Pantai Bali menggunakan

teori semiotik Riffaterre.

Hasil analisis antologi puisi

Impian Usai

karya Wayan Sunarta, dapat

disimpulkan bahwa Wayan Sunarta memiliki dua cara menggambarkan kondisi

Pantai Bali. Pertama, menggunakan bahasa kiasan metafora dan personifikasi serta

penggunaan bunyi-bunyi yang efoni untuk menimbulkan kesan romantis dalam

menggambarkan kondisi Pantai Bali yang masih indah dan asri. Kedua, menggunakan

makna denotasi dan bahasa kiasan tropen serta bunyi kakafoni untuk memperjelas

kritikannya terhadap perubahan negatif atau kondisi Pantai Bali yang buruk.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu ciptaan seorang sastrawan, yang di dalamnya mengandung banyak pesan untuk pembaca. Salah satu pesannya tersebut adalah ekologi. Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh sastrawan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan mengandung ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca untuk sebuah kepentingan ekologis (Endraswara (ed), 2016:9). Dijelaskan lebih lanjut oleh Endraswara bahwa karya sastra ditulis untuk memperbaiki atau mengkritisi lingkungan agar semakin baik.

Pernyataan Endraswara di atas, dapat dibuktikan bahwa tidak sedikit sastrawan, terutama penyair yang menggunakan diksi yang berhubungan dengan lingkungan, misalnya menggunakan diksi hutan, pantai, laut dan gunung. Ungkapan suasana alam yang berhubungan dengan pantai, laut dan gunung umumnya disajikan dalam bahasa simbolik, karena itu diperlukan interpretasi terhadap penggunaan diksi dalam puisi sebagai langkah awal dalam analisis puisi. Selain itu, puisi merupakan salah satu karya sastra yang terikat oleh rima, bait, larik dan ditandai dengan bahasa yang padat. Bahasa dalam puisi dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek estetika.

Menurut Riffaterre, puisi merupakan aktivitas bahasa yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya (Ratih, 2016:5). Prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit, tetapi memiliki makna yang luas. Puisi memiliki

(5)

makna yang terkandung dan terbungkus dengan rapi sehingga untuk mengartikan sebuah puisi diperlukan suatu analisis.

Setiap penyair memiliki ciri khas dalam menciptakan puisi. Untuk mengetahui ciri khas tersebut, maka puisi yang diciptakan oleh penyair harus dikaji secara cermat, baik dalam bentuk maupun isi. Menurut Sayuti (1985:19) bentuk adalah unsur formal, sedangkan isi adalah unsur kualitas. Bentuk berkaitan dengan bunyi, diksi, bahasa kiasan, dan citraan, sedangkan isi berkaitan dengan makna. Makna dalam puisi dapat dilihat dari tanda-tanda yang terdapat dalam puisi. Untuk menemukan dan mengartikan tanda-tanda tersebut, teori semiotik adalah pisau bedah yang tepat untuk digunakan.

Penelitian ini menganalisis antologi puisi Impian Usai sebagai objek penelitian. Antologi puisi Impian usai adalah buku pertama yang diterbitkan Kubu Sastra, Denpasar pada Agustus 2007. Antologi puisi Impian Usai adalah kumpulan puisi yang diciptakan oleh Wayan Sunarta dari tahun 1992 hingga 2006 dengan jumlah halaman 131, yang memuat 99 sajak. Sajak-sajak itu dikelompokkan menjadi tiga periode. Pengelompokkan tersebut berdasarkan tahun penciptaan puisi. Antologi puisi Impian Usai disusun berdasarkan periode. Setiap periode memiliki kurun waktu lima tahun dengan demikian, seluruh puisi ditulis dalam 15 tahun. Diantara 99 puisi tersebut terdapat puisi yang menggambarkan pantai di Bali puisi-puisi yang menggambarkan pantai yang dianalisis secara semiotik.

Dengan demikian, puisi-puisi yang dipilih tidak berdasarkan periode, tetapi berdasarkan keselarasan sajak dengan tema penelitian. Sajak-sajak yang dipilih, yaitu “Pesisir Jimbaran”, “Lovina”, “Kusamba”, “Pelabuhan Buleleng”, “Malam

(6)

Pengantin di Pesisir Serangan”, “Catatan Reklamasi Pantai Serangan”, “Tanah Lot”, dan “Laut Bali”.

Seperti diketahui bahwa pantai di Bali merupakan objek wisata yang terkenal di seluruh dunia. Tidak hanya sebagai objek wisata, pantai di Bali ternyata

juga mempunyai peranan penting bagi masyarakat Bali khususnya bagi masyarakat Hindu. Pantai adalah salah satu tempat ritual yang digunakan oleh masyarakat Hindu Bali. Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa pantai merupakan tempat suci yang dihuni oleh Dewa Waruna.1 Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap narasumber yang dipercaya, yaitu Relo Kusmini, guru sejarah yang mengajar selama 25 tahun, dapat disimpulkan bahwa fungsi pantai bagi masyarakat Hindu Bali, yaitu: (1) tempat peleburan segala yang buruk (melukat); (2) sumber kehidupan; (3) tempat pelabuhan terakhir dalam upacara pengabenan.

Pantai Bali tidak hanya dapat dimaknai secara ranah sosial dan budaya, tetapi juga dalam politik. Belakangan ini, permasalahan reklamasi Pantai di Bali sedang banyak diperbincangkan. Penelitian ini terlepas dari pro dan kontra permasalahan itu, namun lebih melihat hubungan erat antara Pantai Bali dengan masyarakat sekitarnya. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi beberapa penyair untuk menciptakan puisi. Hubungan tersebut juga menjadi alasan penulis untuk meneliti citra Pantai Bali dalam antologi puisi ImpianUsai.

Wayan Sunarta adalah salah satu penyair Bali yang produktif hingga saat ini. Ia merupakan salah seorang penggerak sastra di Universitas Udayana pada eranya. Ia juga salah seorang pencetus ide untuk mendirikan teater Purbacaraka

(7)

1https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa%28Hindu%29 (diakses 10 September 2016)

yang terkenal pada masa itu. Lelaki yang mendapatkan anugrah kepenulisan Widya Pataka dari Gubernur Bali ini juga kerap diundang ke acara-acara sastra penting di sejumlah kota di Indonesia untuk membaca puisi, seperti Panggung Puisi

Indonesia Mutakhir 2003 di Teater Utan Kayu Jakarta, Cakrawala Sastra Indonesia 2004 di TIM Jakarta, Temu Sastra Mitra Praja Utama II 2006 di Sanur, Bali, dan lain-lain. Tidak hanya bergerak dalam bidang sastra, Wayan Sunarta juga menjadi salah seorang aktivis Tolak Reklamasi Pantai di Bali. Lelaki kelahiran 22 Juni 1975 di Denpasar ini, melihat pantai tidak hanya dari sisi keindahannya tetapi juga dari sisi religi. Melalui beberapa karyanya Wayan Sunarta menggambarkan kecintaannya terhadap pantai di Bali. Salah satu karya Wayan Sunarta, menggambarkan Pantai Bali, yaitu antologi puisi Impian Usai. Dari latar belakang penyair tersebut, peneliti akan melihat gaya atau cara penyair dalam mengungkapkan citra Pantai Bali dalam puisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1Bagaimanakah struktur sajak yang mengandung Citra Pantai Bali dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta?

1.2.2Bagaimanakah Citra Pantai Bali yang diwujudkan dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap karya ilmiah memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu juga penelitian antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta ini. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut rincian kedua tujuan tersebut.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan serta pemahaman tentang karya sastra. Penelitian ini juga bertujuan untuk menambah khazanah penelitian sastra khususnya kajian puisi, sehingga dapat membantu peneliti lain untuk menghasilkan penelitian yang serupa dan lebih baik dari penelitian ini.

1.3.2Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini, yaitu seperti di bawah ini.

a. Untuk menemukan dan memahami struktur sajak yang mengandung citra Pantai Bali dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta.

b. Untuk menemukan dan memahami citra Pantai Bali yang diwujudkan dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta.

1.4Kajian Pustaka

Setelah melacak di berbagai tempat, baik di perpustakaan dan di internet, antalogi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta belum pernah

(9)

dijadikan objek penelitian dalam format skripsi. Begitu juga dengan antologi karya Wayan Sunarta lainnya.

Dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta terdapat sajak yang berjudul “Kusamba”. Sajak berjudul “Kusamba juga pernah diciptakan oleh Pranita Dewi dalam kumpulan puisi Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). Meskipun memiliki judul yang sama, sajak “Kusamba” karya Pranita dan Wayan Sunarta nampak berbeda. Perbedaan ini terletak pada makna sajak itu sendiri. Pranita menggambarkan Kusamba dengan mengingat sejarahnya, sedangkan Wayan Sunarta menggambarkan Kusamba dengan renungan

perjalanan hidup.

Darma Putra menjelaskan dalam “Apakah yang Bali dari ‘Suara dari Bali'?”, Wayan Sunarta sebagai penyair Bali yang memegang kuat keromantisannya, akan tetapi belakangan ini Wayan Sunarta mulai mencoba menulis tema masalah sosial. Selain minat personal Wayan Sunarta, perubahan menyangkut tema itu juga ditentukan oleh perubahan sosial politik saat ini.

1.5Landasan Teori

Teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas, yaitu teori struktural dan semiotik. Struktur berarti keseluruhan yang kompleks

(10)

(Siswanto, 2011:13). Analisis semiotik tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural, dan sebaliknya. Unsur-unsur dalam puisi mengandung makna yang saling berhubungan. Oleh karena itu, unsur-unsur dalam puisi harus dianalisis dan bagian-bagiannya yang merupakan tanda-tanda yang bermakna harus dijelaskan (Pradopo, 2011:143).

M.S. Hutagalung mengatakan, puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu; (1) ide [tema dan amanat], atau persoalan-persoalan yang hendak disampaikan kepada pembaca; (2) segala ide tersebut disampaikan dengan cara dan unsur tertentu (Atmaja, 2001:9). Terdapat hubungan unsur-unsur dalam puisi yang membangun estetika, yaitu: diksi, bunyi, bahasa kiasan, citraan, tema, dan makna.

1.5.1Teori Struktural

Analisis struktural adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang tidak dapat dihindari. Analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat karya sastra secara menyeluruh (Teeuw, 1983:61).

Kata adalah alat utama untuk berkomunikasi. Dalam sajak, pemilihan kata menimbulkan estetika dan makna yang berbeda dari pengertian sesungguhnya. Ketetapan pemilihan kata tidak hanya sekadar memiliki makna, akan tetapi juga seberapa kuat kata itu mewakili ekspresi penyair. Barfield mengemukakan bahwa jika kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan imajinasi estetika, hasilnya itu disebut diksi puitis (Pradopo, 1990:54).

(11)

Bunyi adalah salah satu hal penting dalam sajak karena munculnya bunyi dalam sajak akan mempengaruhi efek dan kesan dalam sajak tersebut. Penekanan bunyi dalam sajak mengisyaratkan suasana tertentu. Meskipun demikian, tidak semua bunyi memberikan penekanan untuk menggambarkan suasanan tertentu. Bunyi yang berperan pada sajak adalah bunyi yang terpola (Atmazaki, 1993:77). Banyak variasi bunyi yang dimunculkan oleh penyair. Keragaman tersebut mencangkup sebagai berikut.

1)Rima adalah persamaan bunyi akhir kata. Rima dalam sebuah sajak dilihat pada persamaan bunyi antara baris satu dengan yang lain. Biasanya rima ditandai dengan abjad.

2)Aliterasi adalah persamaan bunyi konsonan pada kalimat atau antar kalimat dalam sajak.

3)Asonansi adalah persamaan bunyi vokal pada kalimat atau antar kalimat dalam sajak.

4)Efoni adalah bunyi yang merdu dan musikal.

5)Kakafoni adalah bunyi yang menimbulkan efek kasar, berat, dan tidak musikal.

6)Anaphora adalah pengulangan kata, persamaan bunyi, dan persamaan struktur atau susunan.

7)Onomatope adalah bunyi tiruan dari bunyi sebenarnya seperti bunyi-bunyi binatang.

8)Irama adalah gabungan unsur bunyi yang terpola yang menimbulkan ritme.

(12)

Bahasa kiasan adalah penggantian arti dari apa yang dipahami sebagai arti sebenarnya menjadi arti lain untuk mendapatkan arti tertentu menurut Abraham (Atmazaki, 1993 : 49). Berikut rincian bahasa kiasan tersebut.

1)Metafora, yaitu gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain secara langsung.

2)Personifikasi, yaitu gaya bahasa yang melukiskan benda mati yang diungkapkan seperti manusia.

3)Tropen, yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang tepat dan sejajar dengan pengertian yang dimaksud.

4)Metonimi, yaitu gaya bahasa yang menggunakan benda yang dimaksud dengan sebuah nama (merek dagang).

5)Sinekdok, yaitu bahasa kiasan yang mengungkapkan sebagian untuk menunjuk keseluruhan objek atau mengungkapkan keseluruhan untuk menunjukkan sebagian objek.

6)Ironi, yaitu gaya bahasa sindiran yang paling halus. Kadang yang disindir sampai tidak terasa. Gaya bahasa ini dipakai dengan cara menggunakan kata-kata yang mengandung arti kebalikan yang dimaksud.

7)Allegori adalah bentuk perbandingan dengan cara menyembunyikan dalam bentuk kiasan cerita.

8)Repetisi, yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

(13)

9)Paralelisme, yaitu semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang.

10)Hiperbola merupakan semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. 11)Retoris adalah bahasa yang digunakan pengarang untuk melakukan

penyimpangan dari kontruksi sehingga memberikan efek tertentu. Citraan berfungsi untuk menggambarkan lebih jelas suasana yang terkandung dalam puisi. Menurut Altenbernd, citraan ialah salah satu alat kepuitisan yang terutama yang dengan itu kesusastraan mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan dan menyaran (Pradopo, 1990:89). Terdapat enam jenis citraan, yaitu sebagai berikut.

1. Citra penglihatan memberi rangsangan kepada indera penglihatan, hingga sering hal-hal yang tak terlihat jelas jadi seolah-olah terlihat.

2. Citra perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.

3. Citra penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat

(14)

kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu.

4. Citra pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, seperti pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.

5. Citra pendengaran adala menyebutkan atau menguraikan bunyi suara seolah-olah dapat didengar.

6. Citra gerak menggambarkan sesuatu yang tidak bergerak menjadi seolaholah bergerak. Citraan ini membuat hidup dan gambaran jadi dinamis.

Makna sajak merupakan struktur batin atau aspek dalam sebuah sajak. Makna dalam sebuah sajak dibangun oleh unsur-unsur yang terkandung dalam sajak tersebut. Unsur-unsur itu melahirkan latar, tokoh sajak, peristiwa, dan pemikiran sajak. Integrasi dan koherensi semua unsur itu membentuk sebuah atau beberapa makna Menurut Atmazaki (1993: 106). Ketika makna sajak sudah ditemukan maka tema dan amanat sajak akan diketahui seketika.

1.5.2Teori Semiotik

Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.

(15)

Menganalisis puisi bertujuan untuk menemukan maknanya. Karya sastra, seperti puisi merupakan struktur yang memiliki makna. Makna tersebut terbungkus dalam tanda-tanda yang terdapat pada puisi. Ferdinand De Saussure menawarkan konsep tanda sebagai entitas dua sisi. Sisi pertama yaitu penanda atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda, dan petanda atau yang ditandai, yang merupakan arti tanda (Pradopo, 1990:121). Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan yang mempunyai arti. Bahasa yang merupakan sistem tanda yang kemudian dalam karya sastra menjadi mediumnya itu adalah sistem tanda tingkat pertama (Pradopo, 1990:122).

Mengkaji dan menganalisis puisi tidak lepas dari sistem semiotik. Puisi secara semiotik merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna yang ditentukan oleh konvensi. Makna puisi adalah arti yang timbul dari bahasa yang disusun berdasarkan struktur sastra menurut konvensinya, yaitu arti yang bukan semata-mata hanya arti bahasa melainkan berisikan arti tambahan. Puisi membicarakan sesuatu dengan cara tidak langsung dengan menyembunyikan ke dalam suatu tanda. Oleh karena itu, teori dan metode yang tepat untuk memahami makna dalam puisi adalah teori semiotik Riffaterre melaui pembacaan heuristik dan hermeneutik. Semiotik model Riffaterre ini menggunakan metode pemaknaan yang khusus, yaitu dengan memproduksi makna tanda sendiri. Analisis teori semiotik Riffater ini mengarah pada pemberian makna sebuah sajak.

Pemaknaan sastra menurut teori semiotik Riffaterre sebagai berikut (Ratih, 2016:7-8).

(16)

1. Ketidaklangsungan ekspresi puisi (karya sastra), disebabkan oleh (1) penggantian arti (distorsing of meaning), misalnya pada metafora dan metonimi (bahasa kiasan pada umumnya); (2) penyimpangan arti (displacing of meaning) antara lain oleh ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense; (3) penciptaan arti (creating of meaning) disebabkan oleh

pengorganisasian ruang teks, yaitu enjambemen, sajak, tipografi, dan homologue.

2. Pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan heuristik adalah pembacaan dalam taraf mimesis. Pembacaan ini didasarkan pada sistem dan konvensi bahasa. Pembacaan hermeneutik atau retroaktif adalah pembacaan yang didasarkan pada konvensi sastra. Pada tahap ini, pembaca dapat memaparkan makna puisi berdasarkan interpretasi yang pertama.

3. Matrik, model, dan varian. Matrik dapat berupa kata, frase, klausa, atau kalimat sederhana. Aktualisasi pertama dari matrik adalah model yang dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Model ini kemudian diperluas menjadi varian-varian sehingga menurunkan teks secara keseluruhan. Ciri utama model adalah sifat puitisnya.

4. Hipogram atau hubungan intertekstual. Hipogram adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru. Hipogram itu ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual. Hipogram potensial adalah matrik yang merupakan inti teks atau kata kunci, dapat berupa satu kata, frase, atau kalimat sederhana, sedangkan hipogram aktual dapat berupa teks nyata, kata, kalimat peribahasa, atau keseluruhan teks.

(17)

Dari keempat langkah yang ditawarkan oleh teori Riffatterre, langkah keempat tidak dapat terlaksana. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu. Meskipun demikian, dari langkah satu, dua, dan tiga, sudah dapat ditemukan citra Pantai Bali dalam antologi puisi Impian Usai.

Teori struktural dan teori semiotik ini digunakan dalam menganalisis sajak dalam antologi puisi Impian Usai untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang citra Pantai Bali dalam puisi. Teori-teori ini diharapkan mampu menjadi alat analisis sehingga dapat dihasilkan analisis yang baik dan detail.

1.6Metode dan Teknik Penelitian

Metode merupakan cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010:56). Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Teknik merupakan sistem mengerjakan sesuatu.

1.6.1Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan pengumpulan data dengan cara membaca objek penelitian secara berulang-ulang. Selanjutnya digunakan teknik catat dan simak, yaitu mencatat dan menyimak objek penelitian. Data-data yang sudah terkumpul kemudian diindentifikasi dan

(18)

1.6.2Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah merampungkan serangkaian kegiatan yang terkait dengan pengumpulan data, seperti reduksi data, penarikan kesimpulan serta pengabsahan data (Siswanto, 2010:80). Berikutnya menganalisis data dengan mengelompokkan sesuai dengan katagori yang diinginkan. Metode yang digunakan pada tahapan ini, yaitu metode hermeneutika. Dalam hal ini dilakukan teknik interpretasi. Menginterpretasikan sajak adalah upaya memberi makna terhadap sajak.

1.6.3Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Tahapan penyajian hasil analisis data dipakai metode deskriptif, yaitu menggunakan bahasa ragam ilmiah. Hasil analisis data ditulis dalam format skripsi. Dalam bab I disajikan pendahuluan, bab II perspektif Pantai Bali, bab III analisis struktural sajak dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta, dan bab IV analisis citra Pantai Bali dalam antologi puisi Impian Usai karya Wayan Sunarta, dan bab V penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 1 di atas, hambatan yang terjadi yaitu terdapat penolakan oleh masyarakat dalam kegiatan musyawarah. Beberapa alasan warga menolak hasil musyawarah ganti

Berdasarkan keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES), menimbang bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan intra kurikuler yang wajib

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada kegiatan PPL 1, ada kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang ditemukan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah bagus,

Untuk manual book dari mesin ini tidak ada karena dipinjam oleh mahasiswa UNPAD dan sampai pada saat ini belum dikembalikan pada pihak LIPI, dan untuk pemeliharaan tidak

Dengan ini menyatakan bahwa kami adalah penulis/inventor dari karya tulis ilmiah yang berjudul “...”, yang kami ajukan untuk dapat mengikuti lomba “5 th NCC

Non Aplicable Selama setahun terakhir periode Mei 2015 s/d April 2016, PT Bakti Putra Nusantara hanya melakukan penerimaan bahan baku kayu gergajian jenis sengon

BAHWA Para Pihak sepakat Nota Kesepahaman ini merupakan bagian dari persyaratan bagi Pihak Kedua untuk dapat memasuki tahapan selanjutnya dalam proses memperoleh