• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan diberi pendeskripsian beberapa hasil penelitian terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok mendasar dalam penelitian ini.

2.1 Konsep

Pada konsep ini penulis akan menguraikan beberapa terminologi yang berupa defenisi dan diberi penafsiran yang tepat. Kemudian akan dijelaskan untuk menghindari kesalahpahaman dan ambiguitas. Hal ini juga diharapkan dapat menjawab setiap permasalahan yang telah menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini.

2.1.1 Genre

Secara harafiah, genre berasal dari kata ‘jenis’ dan “kelas”. Para ahli linguistik menyebutkan istilah ini mengacu pada gaya bahasa yang mengandung peristiwa bahasa. Unit bahasa ini terwujud jika terjadinya interaksi antar partisipan yang satu dengan yang lain, sesuai dengan pernyataan Bhatia (2001:65) “genres are the media through which members of professional or academic

communities communicate with each other”. Defenisi genre secara umum ialah:

A genre is a text or discourse type which is recognized as such by its user by its characteristics feauters of style or form, which will be speciafiable through stylistic and text-linguistic/discourse analysis, and/or by the particular function or texts belonging to the genre.

(2)

Genre merupakan produk yang dihasilkan dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Swales (1990) dalam Djajasudarma (2012: 27), “suatu genre terdiri atas satuan peristiwa-peristiwa komunikatif, yang para anggotanya bersama-sama memiliki beberapa perangkat tujuan komunikatif”. Unit bahasa yang digunakan pada peristiwa komunikatif ini terdiri dari struktur pemakaian tata bahasa, yang kemudian akan menghasilkan wacana.

Adapun konsep genre itu sendiri didefinisikan oleh Martin (1985:25) “a staged, goal oriented, purposeful activity, in which speakers engage as members

of our culture. Culture seen in these terms can be defined as a set of generically

interpretable activities”, tetapi dalam hal ini penulis lebih memfokuskan konsep

genre pada definisi yang berbeda. Bhatia (1993) mengemukakan, konsep genre memusatkan perhatian pada wacana dalam komunitas akademis sebagai keharusan, konvensi, dan karakteristik genre yang dikenali dan dimengerti oleh anggota-anggota profesi. Begitu pula dengan Swales (1990) yang menyatakan bahwa harus ada suatu hubungan antara tujuan yang dibawa oleh genre dengan struktur skematis genre, teks ataupun bahasa yang digunakan.

(3)

Cara kerja metode ESP/EAP dalam menganilisa teks, yaitu dengan melihat move internal (topik yang digambarkan oleh argument) dan dalam setiap move merujuk pada pengembangan tahapan tiap-tiap topik (Kay & Dudley-Evans, 1998: 309). Swales mengembangkan model tiga moves untuk melakukan penelitian, yakni establishing territory (move 1), establishing nieche (move 2) dan occupying nieche (move 3). Kemudian pada masing-masing move akan didentifikasi

komponen setahap demi setahap: tahap 1 adalah claiming centrality, tahap 2 adalah making topic generalization dan tahap 3 adalah reviewing items of previous research.

2.1.2 Abstrak

Abstrak (abstract) adalah salah satu bagian yang wajib dimiliki pada format tulisan akademis, seperti: artikel ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi. Secara umum, abstrak adalah penyajian singkat dari dokumen atau karya ilmiah. Menurut Cleveland (1983:104), abstrak merupakan ringkasan tentang muatan-muatan penting pada suatu rekaman pengetahuan tertentu dan merupakan suatu pengganti dari sebuah dokumen. Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian gagasan utama yang ditempatkan pada halaman awal dari suatu penulisan karya ilmiah. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya ilmiah. Abstrak juga didefinisikan sebagai informasi singkat karena ia menjadi “jembatan” untuk memahami uraian yang akan disajikan terutama untuk memahami ide-ide per-masalahannya.

(4)

akan membaca abstrak dari sebuah karya tulis. Dari abstrak, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis dan mengetahui gambaran umum tulisan secara lengkap. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi penilaian kepada penulis apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak. Jika pada skripsi, abstrak sebagai alat untuk menolong para penguji untuk mendapatkan gambaran awal mengenai karya tulis yang dihasilkan.

Dalam menulis abstrak, penulis seringkali dihadapkan dengan masalah penyeimbangan antara pemaparan singkat tapi terperinci, dan antara pemaparan informatif tapi bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penulisan abstrak, penulis harus menyajikan rangkuman singkat yang berupa bagian penting dalam karya tulis ilmiah. Evans and Gruba (2002, lihat juga Hyland, 2000) menegaskan, abstrak wajib memiliki tiga komponen utama, yaitu:

1. Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang hendak dicapai; 2. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya; 3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian.

(5)

penelitian lanjut atau replikasi dari penelitian terdahulu, maka harus diuraikan dalam abstrak. (2) Nonevaluative: Fungsi abstrak ialah melaporkan, bukan mengevaluasi. Tidak perlu ada tambahan atau komentar terhadap isi abstrak. (3) Coherent and readable: Bahasa yang jelas serta maknanya tegas, tidak

samar-samar. (4) Concise: Penulisan kalimat yang ringkas dan informatif.

2.1.3 Skripsi

Skripsi merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis dengan memaparkan uraian pembahasan dan pemecahan suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu. Skripsi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu script. Script dalam arti singkat ialah menyusun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi ialah penulisan laporan yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari kemampuan penelitian pada persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

(6)

fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan, atau yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

Setiap perguruan tinggi mempunyai proses penyusunan skripsi yang berbeda-beda. Namun, secara garis besar proses penyusunan skripsi dimulai dengan pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal skripsi skripsi revisi wajib melakukan proses revisi yang sesuai dengan kritik dan saran dari dosen penguji.

2.1.4 Bahasa Mandarin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “Mandarin” memiliki dua arti, yakni; (1) nama pejabat kekaisaran Tiongkok jaman dahulu, dan (2) nama yg diberikan pada bahasa utama di sekitar Beijing, negeri Tiongkok, yang merupakan bahasa standar bagi negeri itu. Dalam bahasa Indonesia, kata "Mandarin" merupakan kata serapan dari Mandarin. Namun sebenarnya, istilah "Mandarin" ini merupakan kata serapan dari karakteristik, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Karakteristik bahasa Mandarin ialah sebagai berikut:

(7)

adalah siswa) merupakan kalimat yang menyatakan jamak dengan benar. 他 们 是 学 生 ‘ 们 ’(mereka adalah siswa-siswa) merupakan kalimat yang salah dalam menyatakan jamak, sebab 他 们(mereka) telah merupakan kata yang menyatakan jamak.

2. Kata kerja dalam bahasa Mandarin tidak berubah sesuai dengan orang, sifat, jumlah dan waktu.

3. Suatu benda atau suatu gerakan mempunyai kata bantu bilangan tertentu dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Contoh: 一

‘件’衣服 (satu buah baju), 一‘辆’车 (satu buah mobil), 一‘支’ 铅笔 (satu buah pensil).

4. Terdapat dua buah kalimat tertentu menggunakan kata yang sama tetapi mempunyai arti yang berbeda. Contoh: 我们‘都不是’学生 (kami semua adalah bukan pelajar) mempunyai arti yang berbeda dengan 我们‘不都是’学生 (kami tidak semua adalah pelajar).

(8)

Tata bahasa merupakan kaidah pembentukan kalimat dengan kata. Tanpa adanya tata bahasa, tak akan muncul sebuah bahasa. Misalnya tiga kata berikut; 我们,学习,汉语. Bila hanya mengatakan salah satu kata diantaranya, maka tidak hanya mengungkapkan satu makna tunggal. Jika tiga kata berikut disusun secara sembarangan menjadi 汉 语学习我们atau 学习我们汉语, meskipun bukan lagi merupakan kata tunggal, tetap saja tidak dapat mengungkapkan suatu makna, karena tidak disusun berdasarkan kaidah tata bahasa Mandarin. Jika disusun menurut kaidah tata bahasa Mandarin, maka akan menjadi 我们学习汉 语 .

《汉语语法概要2005年》 Tata bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk merangkai suatu kalimat, sehingga makna yang diungkapkan dapat dipahami oleh pendengar maupun pembaca. Begitu pula dengan bahasa Mandarin, mempunyai struktur kata tersendiri. Tata bahasa Mandarin juga memiliki aturan penggunaan yang baku, tetap dan pasti. Secara sederhana pola kalimat tata bahasa Mandarin memiliki kesamaan dengan pola kalimat tata bahasa Indonesia, yaitu 主语subjek + 谓语 predikat + 宾语objek. Untuk menganalisis tata bahasa, keseluruhan bagian dari tata bahasa terlebih dahulu harus dipahami. Bagian dari tata bahasa Mandarin dari satuan terkecil ialah morfem, kata, gabungan kata dan kalimat.

Morfem merupakan satuan terkecil yang mempunyai pelafalan dan arti yang berfungsi untuk membentuk kata. Berdasarkan kemampuan pembentukan kalimat, morfem terdiri dari dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berfungsi menjadi kata, yakni 人,

月, 山, sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang wajib melakukan penggabungan kata lain agar berfungsi menjadi kata, contohnya 身体,飞机 dan 美

(9)

Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Kata juga merupakan dasar pembentukan kalimat. Menurut arti dari tata bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata konkrit/实 词 (kata yang mempunyai arti yang konkrit dan dapat berdiri sendiri) dan kata abstrak/虚 词 (tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat berdiri sendiri). Kata konkrit terdiri dari kata kerja, kata benda, kata kerja keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti. Sedangkan kata abstrak terdiri dari adverb, preposisi, kata sambung, kata bantu, kata imbuhan, kata seru, dan onomatope (tiruan bunyi).

Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. Struktur kalimat dalam bahasa Mandarin cukup rumit, tetapi jika kita telah menguasai poin-poin penting maka struktur kalimat tidak akan terlalu rumit.

2.2 Tinjauan Pustaka

(10)

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

Jiaqian telah menyelesaikan disertasi yang berjudul 产品广告的功能语体

分析 (Analisis Genre Fungsional Produk Iklan, 2013) yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek.yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar iklan produk dapat dibagi menjadi empat langkah. Langkah pertama untuk menarik perhatian pembaca dan memaparkan daya tarik untuk menarik perhatian pembaca. Langkah kedua digunakan untuk memberikan informasi dan menunjukkan keunggulan produk. Langkah ketiga, mencoba untuk membujuk pembaca dalam mengambil tindakan untuk membeli produk. Langkah-langkah ini disertai dengan menggunakan teori transitivitas. Jiaqian memberikan kontribusi terhadap penulis dalam pentingnya kombinasi penggunaan teori Swales dan teori Halliday dalam menganalisis genre, sehingga proses yang dianalisis dapat menunjukkan realitas dan objektivitas dari produk.

Yazim telah menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genre Abstrak dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006). Tesis ini bertujuan

(11)

dalam abstrak. Yazim menguraikan dan mendeskripsikan konsep, landasan teori, dan proses pemecahan masalah begitu jelas dan terperinci sehingga memberikan pedoman dan kontribusi terhadap penyusunan skripsi penulis. Yang menjadi perbedaan penyusunan skripsi penulis ialah ketidaksamaan elemen konsep, serta objek penelitian yang tidak sama. Yazim memilih abstrak jurnal, sedangkan penulis memilih abstrak skripsi sebagai objek penelitian.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan yang sama dengan penulis, yaitu genre abstrak. Hal ini menjadi acuan terhadap penulis sebagai contoh dan pedoman dalam mengikuti sistem pada proses uraian pembahasan dan langkah-langkah penyelesaian masalah. Yang menjadi data pada penelitian ini adalah klausa. Yazim menggunakan teori Swales untuk menganalisis sistematika penulisan genre abstrak dan teori Halliday untuk menganalisis tipe proses. Sehingga hal ini memberi kontribusi kepada penulis untuk menganalisis genre abstrak dengan memperhatikan langkah-langkah sistematika penulisan yang sesuai dengan model Creating a Research Space (CARS) dan mengidentifikasi tiap-tiap klausa untuk mendapatkan penggunaan transitivitas tipe proses yang terkandung pada teks.

Tesis Bayanthi yang berjudul Retorika dan Sistem Transitivitas dalam Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (2011). Ia

(12)

Sistemik (LFS). Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terhadap pengetahuan terkait tipe proses transitivitas mengidentifikasi setiap klausa yang telah terangkai pada teks, sehingga pemahaman cara kerja dalam mengidentifikasi klausa pada setiap tipe proses genre abstrak yang diteliti penulis, lebih akurat dan tepat mengenai sasaran.

Yan, menulis sebuah artikel penelitian berjudul 英汉社科论文引言语篇

体 裁 对 比 (Analisis Kontrastif Genre Pendahuluan Tesis Artikel Ilmu Sosial Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin) (2010). Yan menggunakan model analisis genre Swales untuk menganalisis 30 tesis dalam bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Teknik utama yang digunakan oleh Yan ialah medel analisis langkah, dan melakukan analisis dengan menggunakan model CARS. Penelitian dalam jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terhadap pentingnya GA menjadi bahan materi dalam penyusunan tesis sehingga tujuan komunikatif yang dipaparkan dalam GA lebih jelas, penggunaan bahasa pada genre lebih terstruktur, serta dapat menyelesaikan tesis yang berkualitas.

Yugianingrum menulis artikel penelitian berjudul Pembangunan Daya Saing Akademik Mahasiswa dalam Era Global dengan Peningkatan Kemampuan

Menulis Abstrak Berbahasa Inggris (2012) yang memfokuskan penelitian

(13)

internasional untuk membangun daya saing akademik para mahasiswa. Yuganingrum juga memaparkan bagaimana pengenalan abstrak, pengertian, fungsi, syarat-syarat penulisan dan peran abstrak yang sangat terperinci untuk menjadi panduan para mahasiswa.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori merupakan pijakan penulis untuk memulai sebuah penelitian. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memberi pemahaman, memaparkan uraian dan menilai suatu objek juga data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai rambu-rambu yang menuntun dan yang memberikan arahan dalam penelitian.

2.3.1 Teori Swales

(14)

2.3.1.1 Model CARS dari Swales

Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam menganalisis langkah genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara:

Langkah Satu Membuat medan analisis

Tahap 1 Menyatakan pusat analisis dan/atau Tahap 2 Membuat generalisasi topik dan/atau Tahap 3 Mengulang beberapa hal dari penelitian sebelumnya

Langkah Dua Menetapkan permasalahan dalam analisis Tahap 1A Membuat pernyataan atau

Tahap 1B Membuat indikasi adanya perbedaan atau gap Tahap 1C Memunculkan pertanyaan atau

Tahap 1D Meneruskan kebiasaan Langkah Tiga Menerapkan masalah

Tahap 1A Membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B Menyebutkan penelitian terbaru Tahap 2 Menyebutkan temuan penting

Tabel 2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

(15)

pusat analisis. “Pernyataan bahwa penelitian yang hendak dilaporkan tersebut adalah bagian dari satu wilayah atau bidang penelitian yang mapan, signifikan dan berkembang terus” (Swales 1990:144). Bagian ini biasanya berupa sebuah pernyataan dalam satu kalimat pembukaan sebagai penghubung antara topik penelitian yang hendak dilakukan dan informasi penelitian yang lebih luas.

Tahap 2: Membuat generalisasi topik “Menyatakan dalam istilah-istilah umum tentang situasi pengetahuan saat ini—yang meliputi teori, teknik atau syarat-syarat untuk perkembangan selanjutnya” (Swales 1990:146). Ini merupakan langkah alternatif, atau tahap untu menambahkan pernyataan pada tahap 1 dengan lebih netral. Tahap ini dapat berupa: pernyataan mengenai peneletian yang merupakan ide pokok atau pernyataan mengenai fenomena. Tahap 3: Tinjauan penelitian sebelumnya. Di sini, peneliti menguraikan tinjauan penelitian sebelumnya yang relevan. Dalam langkah ini, peneliti melibatkan berbagai acuan atau referensi.

Dalam Langkah 2, menetapkan permasalahan dalam analisis, peneliti menetapkan dan menyatakan topik permasalahan dengan mengacu pada suatu informasi yang belum tuntas. Langkah ini dibagi atas empat tahap alternatif: membuat pernyataan atau membuat indikasi adanya perbedaan atau gap, memunculkan pertanyaan atau meneruskan kebiasaan. Tahap biasanya ditandai dengan pilihan kata yang menyatakan tahap tersebut atau disertai dengan kalimat penghubung.

(16)

dilaporkan. Tahapan pertama ini terdiri atas dua, yakni; Tahap 1A: membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B: Menyebutkan penelitian terbaru. Dari kedua tahap ini, tahap yang wajib ditulis adalah Tahap 1A. Kemudian dilanjutkan dengan Tahap 2: Menyebutkan temuan penting. Hal ini memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa seorang peneliti telah penelitian yang sebelumnya mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti.

2.3.2 Teori Halliday

Abstrak termasuk dalam kategori discourse, yang berarti wacana. Dalam menganalisis wacana, dapat diapliasikan dengan menggunakan teori ‘Linguistik Fungsional Sistemik’ dari Halliday. Pada teori ini, LFS menempatkan klausa sebagai fokus utama dalam menganalisis bahasa. Berdasarkan sudut pandang linguistik, LFS menyatakan bahwa keberadaaan bahasa merupakan bagian dari hubungan sistem arti dan sistem lain seperti halnya sistem bentuk pada penyampaian ekspresi suatu arti tertentu. Manusia terhadap pengalaman dalam kehidupan sehari-hari merealisasikan pengalaman non linguistiknya ke bentuk lingual sehingga menjadi pengalaman linguistik. Perwujudan pengalaman non linguistik menjadi pengalaman linguistik ini meliputi tiga unsur, yaitu proses, partisipan dan sirkumstan (Halliday dan Matthiessen 2004:592-3).

(17)

2004:29-30) terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) Klausa menjadi komponen yang menguraikan pengalaman, kejadian, peristiwa yang dirasakan dan diasosiasikan (clause as representation); (2) Klausa pada teks berfungsi melakukan interaksi sosial seperti memberitahu, menanyakan ataupun menawarkan (clause as exchange); (3) Kemudian klausa berperan sebagai rangkaian urutan makna dalam

penyampaian pesan secara koheren sehingga pesan dapat dengan mudah tersampaikan (clause as message).

Egins (1994) mengemukakan intisari prinsip dasar linguistik sistemik fungsional di atas sebagai berikut:

… common to all systemic linguists is an interest in how people use language with each other in accomplishing everyday social claims about language: that language use is functional; that its function is to make meanings; that these meanings are influenced by the social and cultural context in which they are exchanged and that the process of using language is a semiotic process, a process of making meanings by choosing

(18)

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Pada hakikatnya, kajian bahasa berupa kajian trilogi yang saling berkaitan, yaitu teks, konteks situasi dan konteks budaya. Halliday berpendapat bahwa teks selalu dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Konteks budaya adalah wujud dari ekspresi lingual yang mempunyai keterkaitan dengan komponen lainnya dimana pengalaman, ide maupun gagasan manusia ditransfer melalui bahasa sebagai alat untuk menganalisis teks dan wacana. Apabila seseorang di dalam kesadarannya mempunyai refleksi yang ia terima dari lingkungannya ataupun fenomena-fenomena alam lainnya dan kemudian refleksi ini direpresentasikan ke dalam bentuk, maka bentuk ini disebut dengan “fungsi eksperensial (experential)” (Halliday 1978 dalam Sinar 2003:31).

ideologi

konteks budaya konteks

situasi

(19)

2.3.2.1 Transitivitas

Transitivitas adalah sistem gramatikal struktur klausa yang menguraikan pengalaman ke dalam jenis-jenis proses yang dapat dikatakan sebagai siapa melakukan sesuatu ke siapa, kapan, dimana dan mengapa atau bagaimana fungsinya (Halliday 1985:101). Transitivitas mengacu pada komponen semantik maupun experential meaning karena memaparkan makna fungsi eksperensial (pengalaman linguistik). Jadi, konsep yang ada pada elemen-elemen semantik seperti partisipan dan jenis proses ini yang menjadi alat untuk menganalisis dan kemudian direpresentasikan pada klausa. Pada klausa inilah terciptanya struktur transitivitas yang meliputi tiga konstituen, yaitu: proses, partisipan dan sirkumstan. Proses merupakan keutamaan dari transitivitas karena menunjuk pada kegiatan yang terjadi dalam klausa. Ada enam jenis proses yang terdapat pada konsep transitivitas dalam linguistik sistemik fungsional, yakni material, mental, verbal, behaviorial, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996:220-226 dan Martin, 1997:100-130).

2.3.2.1.1 Proses Material

Proses Material ialah proses yang menggambarkan tindak nyata partisipan dalam melakukan sesuatu (process of doing) atau terjadinya sesuatu (happening). Contoh:

在图书馆 我 借 汉语词典。

zài túshū guǎn wǒ jiè hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan saya meminjam kamus bahasa mandarin [sirkumstan] [aktor] [proses [gol]

material]

(20)

Pada umumnya proses material memiliki dua partisipan yang terdiri dari aktor (actor) dan gol (goal). Aktor ialah seseorang, benda atau subjek yang melakukan atau bertindak sesuatu, sedangkan gol ialah seseorang, benda atau objek yang menerima atau dikenai proses yang dituju.

2.3.2.1.2 Proses Mental

Proses mental ialah proses berpikir (kognitif), mengindra (perseptif) dan merasa (afektif). Proses mental adalah proses yang menunjukan kegiatan yang berkaitan dengan indra secara fungsional (perseptif) misalnya melihat, mendengar, merasa, juga hubungannya dengan mental perasaan (afektif) seperti mencintai, membenci, menyukai maupun perasaan tidak suka.

Contoh:

王老师得故事 让 我们 感动

wáng lǎoshī dé gùshì ràng wǒmen gǎndòng cerita guru Wang membiarkan kami terharu

[fenomena] [senser] [proses mental] Cerita guru Wang membuat kami terharu.

Partisipan pada proses mental ada dua, yaitu pengindra (senser) dan fenomena (phenomenon). Pengindra ialah orang, benda atau subjek yang berpikir, mengindra atau merasakan, sedangkan objek yang dipikir, diindrai atau dirasakan disebut fenomena. Tapi dalam konteks tertentu, pengindra boleh saja tidak tertulis.

2.3.2.1.3 Proses Verbal

(21)

Contoh:

莉莉 告诉 我 王老师 来 了

lìlì gàosù wǒ wang lǎoshī lái le Lili memberitahu saya guru Wang datang sudah [pembicara] [proses [penerima] [perkataan]

verbal]

Lili memberitahu saya bahwa guru Wang sudah datang.

Proses verbal terdiri atas tiga partisipan, yakni pembicara (sayer), perkataan (verbiage) dan penerima (receiver). Pembicara menjadi penanggung jawab pada proses verbal, perkataan berupa pernyataan nominal dan penerima menjadi partisipan yang menerima proses verbal yang dituju.

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial

Proses behaviorial adalah proses yang mengacu pada bentuk tingkah laku pelibat teks. Proses ini menunjukkan kehadiran partisipan dan sirkumstan.

Contoh:

睡觉前, 我 总是 刷牙

shuìjiào qián, wǒ zǒng shì shuāyá sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi [fenomena] [pelibat teks] [proses behaviorial] Sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi.

(22)

2.3.2.1.5 Proses Relasional

Proses relasional adalah proses yang partisipannya memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Proses ini memberikan atribut, nilai, pujian atau penghargaan yang ditujukan pada partisipan pertama.

Contoh:

Profesor Liu Feng adalah orang yang paling baik di kampus. Partisipan pada proses ini terdiri dari si pembawa (carrier) dan atribut (attribute). Partisipan pembawa diidentifikasi berdasar unsur token dan value. Token berupa sesuatu yang diberi nilai, value berupa nilai dari sesuatu tersebut.

Partisipan atribut biasanya diwujudkan dalam bentuk frasa benda, keadaan, sifat atau keberadaan.

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)

Proses Eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu (eksistensi).

Contoh:

在图书馆 有 很多 汉语词典

Zài túshū guǎn yǒu hěnduō hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan ada sangat kamus bahasa Mandarin [sirkumstan [proses banyak [proses wujud]

lokasi] eksistensial]

(23)

Gambar

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga makna Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil terhadap diri sendiri serta adil terhadap Tuhan dan adil terhadap

dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia dididik dan dibina di Sekolah Tinggi Teologi Aletheia Lawang untuk. dipersiapkan menjadi

Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia/radioaktif. Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas

Dalam memulai suatu perjalanan mengejar goal, individu dengan harapan kuat menganggap hal-hal yang menunggu di depan merupakan sebuah tantangan, dan hal ini mereka

penyediaan barang yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Kepala SKPD sebagai pemegang

A 90-100 Merupakan perolehan mahasiswa superior, yaitu mereka yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik bahkan tertantang untuk memahami

[r]

A 90-100 Merupakan perolehan mahasiswa superior, yaitu mereka yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik bahkan tertantang untuk memahami