• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN KOLEKTOR PIPA PARALEL Tugas Akhir - Pemanas air energi surya dengan kolektor pipa parallel - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN KOLEKTOR PIPA PARALEL Tugas Akhir - Pemanas air energi surya dengan kolektor pipa parallel - USD Repository"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Mesin

Disusun oleh

Stefonus Tri Ardi Atmoko

NIM : 035214024

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

SOLAR WATER HEATER WITH PARALLEL PIPE COLLECTOR

Final Project

Pressented as partial fulfillment of the requirements

to obtain the Sarjana Teknik degree

in Mechanical Engineering

By

Stefonus Tri Ardi Atmoko

Student number : 035214024

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

Nama : Stefonus Tri Ardi Atmoko

Nomor Mahasiswa : 035214024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

……… ...…Pemanas Air Energi Surya Dengan Kolektor Pipa Paralel ... ... beserta peragkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dam mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : Maret 2008

Yang menyatakan

( Stefonus Tri Ardi Atmoko )

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam masalah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2008

Stefonus Tri Ardi Atmoko

(7)

Tugas akhir ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan kasihku untuk :

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberiku berkat dan kelimpahan

rahmat – Nya.

Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya untuk

keberhasilan studiku.

Kakakku yang telah memberikan dukungan dan petunjuk.

Untuk kekasihku yang selalu menemaniku, memberiku semangat dan

motivasi.

Untuk teman – teman seperjuangan semua.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan tugas akhir : Pemanas Air Energi Surya dengan Pipa Paralel ini dengan baik.

Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan jenjang program S-1 pada Program Studi Teknik Mesin,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dari hati yang terdalam kiranya penulis tidak lupa mengucapkan banyak

terima kasih atas segala bantuan, saran dan fasilitas serta segala sesuatunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, kepada :

1. Romo Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc. selaku

Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi

Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T selaku dosen pembimbing

Tugas Akhir, yang telah berkenan meluangkan waktu memberi

bimbingan dan pengarahan sampai Tugas Akhir ini selesai.

4. Seluruh Dosen di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan

sebagai dasar yang sangat berguna bagi saya.

(9)

6. Orang tua, kakak, dan saudara-saudara saya atas semua bantuan

baik berupa dorongan moral, materiil, maupun spiritual.

7. Thomas Yudanto, Anggara N.P, Ign Kurniadi yang telah banyak

membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Semua teman-teman mahasiswa angkatan 2003 Jurusan Teknik

Mesin USD, teman - teman kost Super Kumpo, anak-anak

Komunitas Gereja Mangulon, PS Sing Sip-Sip dan semua pihak

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam penulisan

ini. Saran serta kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan penulis demi

perbaikan di kemudian hari.

Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan Tugas Akhir ini dapat

memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, Januari 2008

Penulis.

(10)

Intisari

Air panas dapat disediakan dengan menggunakan peralatan pemanas air dengan sistem energi surya. Tujuan dari pemanas air energi surya ini untuk menghemat bahan bakar minyak dan energi listrik yang digunakan untuk memasak air. Selain itu pemanas air energi surya ini ramah lingkungan. Melalui pancaran energi surya / sinar matahari langsung ini, kita dapat memperoleh pemanasan air tanpa harus menggunakan energi listrik ataupun harus membeli bahan bakar minyak.

Pada penelitian ini akan diukur besarnya suhu kolektor, suhu kaca, suhu air, suhu lingkungan, serta besarnya radiasi masuk. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui kinerja dari pemanas air energi surya ini. Pengujian dilakukan enam hari, untuk tiap harinya diukur setiap sepuluh menit sekali dan air hasil pemanasan dikeluarkan 5 liter setiap satu jam pemanasan. Dari data hasil pengujian tersebut dilakukan perhitungan, kemudian dibuat grafik. Pengaruh yang disebabkan oleh besarnya radiasi masuk akan dibahas dalam penelitian Tugas Akhir ini.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor efisiensi paling rendah 1,514 % dan mempunyai nilai faktor efisiensi paling tinggi 99,310 %. Dan diperoleh suhu paling rendah 40,1 °C, suhu paling tinggi 60,1 °C.

(11)

Tittle Page ... ii

Halaman Pengesahan Pembimbing ...iii

Halaman Pengesahan ...iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... v

Halaman Pernyataan ...vi

Halaman Persembahan ... vii

Kata Pengantar ...viii

Intisari ... x

Daftar Isi ...xi

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Tabel ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori... 5

2.1.1 Kolektor ... 5

2.1.2 Tangki Penyimpanan Air ... 8

(12)

2.1.3 Pipa Saluran Air ... 9

2.1.4 Keran Pengeluaran Air Panas ... 10

2.1.5 Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 10

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Skema Alat ... 11

3.2 Peralatan yang digunakan pada Penelitian... 12

3.3 Langkah Penelitian... 13

3.3.1 Pembuatan Alat ... 13

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 13

3.3.3 Pengambilan Data ... 15

3.4 Langkah Perhitungan ... 16

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan ... 19

4.2 Perhitungan Data Hasil Percobaan... 25

4.3 Analisa Data Hasil Percobaan... 34

4.3.1 Temperatur Air ... 34

4.3.2 Faktor Efisiensi (F’) dan Nilai Radiasi Masuk (Gt) ... 38

4.3.3 Suhu (C) dan Waktu (jam) ... 41

4.3.4 Nilai Radiasi Masuk ... 45

4.3.5 Faktor Efisiensi (F’) dan (Trata2 tangki – Tling)/Gt ... 48

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kolektor ... 6

Gambar 2.2 Bagian-bagian Kolektor Datar ... 7

Gambar 2.3 Tangki Penyimpan Air ... 8

Gambar 3.1 Ukuran dan bagian pemanas thermosifon ... 11

Gambar 3.2 Pemanas Air Thermosifon ... 15

Gambar 4.1 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel pertama... 34

Gambar 4.2 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel kedua ... 35

Gambar 4.3 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel ketiga ... 35

Gambar 4.4 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel keempat ... 36

Gambar 4.5 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel kelima... 36

Gambar 4.6 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor Pipa Paralel kelima... 37

Gambar 4.7 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk pertama ... 38

Gambar 4.8 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk kedua... 38

Gambar 4.9 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk ketiga ... 39

Gambar 4.10 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk keempat... 39

Gambar 4.11 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk kelima ... 40

(15)

Gambar 4.14 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran

terhadap waktu kedua... 42

Gambar 4.15 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu ketiga ... 42

Gambar 4.16 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu keempat... 43

Gambar 4.17 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu kelima ... 43

Gambar 4.18 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu keenam... 44

Gambar 4.19 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu pertama... 45

Gambar 4.20 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu kedua ... 45

Gambar 4.21 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu ketiga ... 46

Gambar 4.22 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu keempat ... 46

Gambar 4.23 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu kelima... 47

Gambar 4.24 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu keenam ... 47

Gambar 4.25 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt pertama .... 48

Gambar 4.26 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt kedua ... 49

Gambar 4.27 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt ketiga ... 49

Gambar 4.28 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt keempat ... 50

(16)

Gambar 4.29 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt kelima ... 50

Gambar 4.30 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt keenam... 51

(17)

Tabel 4.2 Data penelitian thermosifon pipa paralel kedua... 21

Tabel 4.3 Data penelitian thermosifon pipa paralel ketiga... 22

Tabel 4.4 Data penelitian thermosifon pipa paralel keempat... 23

Tabel 4.5 Data penelitian thermosifon pipa paralel kelima ... 24

Tabel 4.6 Data penelitian thermosifon pipa paralel keenam... 25

Tabel 4.7 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel pertama ... 28

Tabel 4.8 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel kedua... 29

Tabel 4.9 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel ketiga ... 30

Tabel 4.10 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel keempat... 31

Tabel 4.11 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel kelima ... 32

Tabel 4.12 Data hasil perhitungan (F') pipa paralel keenam... 33

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air panas sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari

keperluan rumah tangga hingga untuk proses-proses industri. Air panas ini dapat

disediakan dengan berbagai macam cara atau proses, antara lain yang telah umum

kita lakukan yaitu dengan merebus dengan sumber panas api. Akan tetapi ada

cara lain yang lebih murah dan mudah yaitu melalui peralatan pemanas air dengan

sistem tenaga surya (Solar Water Heater System). Tujuan dari pemanas air tenaga surya ini untuk menghemat bahan bakar minyak dan energi listrik yang digunakan

untuk memasak air. Selain itu pemanas air tenaga surya ini ramah lingkungan.

Melalui pancaran tenaga surya / sinar matahari langsung ini, kita dapat

memperoleh pemanasan air tanpa harus menggunakan energi listrik ataupun harus

membeli bahan bakar minyak.

Pemanas air tenaga surya telah banyak digunakan di negara-negara maju

seperti; Jepang, Australia dan Israel. Pemanas thermosifon merupakan tipe

pemanas yang banyak digunakan. Pemanas thermosifon mempunyai metode

konversi energi surya yang sederhana dan sangat efektif, sehingga banyak

digunakan di negara sedang berkembang. Pada saat ini kira-kira 60 % dari

penjualan kolektor pelat rata di Amerika Utara adalah sistem panas bagi

keperluan rumah tangga. Kebanyakan dari sistem tersebut menggunakan zat anti

(19)

beku atau dengan mensirkulasi air melalui kolektor. Air dialirkan kembali ke

dalam tangki penyimpan apabila radiasi surya tidak cukup.

Pemanas air sistem thermosifon merupakan sistem pemanas air yang

sederhana, sistem ini hanya terdiri dari sebuah tangki penyimpan yang

ditempatkan lebih tingi di bagian atas dari kolektor. Thermosifon diciptakan oleh

perbedaan massa jenis fluida, apabila dalam kolektor memperoleh panas dari

matahari, maka massa jenisnya turun; segera setelah perbedaan massa jenis antara

kolektor dan tangki telah cukup untuk mengatasi tinggi gesekan dari sistem, maka

terjadilah suatu sirkulasi searah jarum jam, air hangat dari kolektor dipindahkan

ke tangki penyimpan dan diganti oleh air yang dingin dari dasar tangki. Sirkulasi

ini berlanjut sampai seluruh sistem mencapai temperatur yang seragam. Gerakan

sirkulasi fluida ini tidak lagi memerlukan sensor temperatur, alat-alat kontrol,

pompa serta motor.

Pemanas air tenaga surya merupakan suatu peralatan pemanas air yang

menggunakan media pemanas yang diperoleh dari radiasi atau pancaran sinar

matahari. Pada prinsipnya pemanas air tenaga surya ini didasari prinsip mekanika

fluida dan peralatan-peralatan elemen perancangan peralatan konversi energi.

Perencanaan solar water heater system mencakup prinsip- prinsip perpindahan panas radiasi, konveksi, maupun konduksi.

Sebagai suatu gambaran mengenai tiga cara perpindahan panas dalam

sebuah alat pemanas cairan surya, panas mengalir secara konduktif sepanjang

pelat penyerap dan melalui dinding saluran. Dari pelat penyerap panas kemudian

(20)

3

dilakukan dengan pompa, biasa kita sebut dengan konveksi paksa. Pelat penyerap

yang panas itu melepaskan panas ke pelat penutup kaca dengan cara koneksi

alamiah dan dengan cara radiasi.

Pemanas cairan surya pada umumnya terdiri dari selembar bahan

konduktif thermal yang biasa disebut pelat penyerap yang terhubung dengan pipa

pemindah panas. Radiasi thermal ditransmisikan melalui penutup yang trnsparan

dan diubah menjadi panas pada pelat penyerap tersebut. Alat pemanas cairan

digunakan untuk menyediakan air panas untuk keperluan industri dan sistem air

panas untuk keperluan rumah tangga.

1.2 Rumusan Masalah

Pada penelitian ini akan dibuat model pemanas air jenis thermosifon yang

tersusun pararel untuk mengetahui unjuk kerja yang dihasilkan jika digunakan di

Indonesia, dalam hal ini penelitian dilakukan di halaman laboratorium konversi

energi Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Membuat model pemanas air energi surya sederhana (jenis thermosifon).

b. Mengetahui temperatur maksimal dan efisiensi pemanas air yang dapat

dihasilkan.

(21)

1.4 Batasan Masalah

a. Kemiringan kolektor 30°, luas kolektor 0,5 m , susunan pipa kolektor

parallel.

2

b. Jumlah tangki yang digunakan 2 buah, yaitu tangki air dingin (atas), dan

tangki air panas (bawah).

c. Volume air tiap tangki 20 liter.

d. Pemakaian / pengambilan air panas dilakukan setiap 1 jam sekali sebanyak

5 liter.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Menambah kepustakaan teknologi pemanas air energi surya.

b. Dikembangkan untuk membuat prototipe dan produk teknologi pemanas

air energi surya sederhana yang sesuai dengan kondisi cuaca di Indonesia

dan dapat diterima masyarakat.

c. Mengurangi ketergantungan penggunaan energi listrik, kayu bakar,

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Sistem sirkulasi air panas adalah sistem air panas yang memutarkan air

panas melalui pipa sedemikian sehingga menghasilkan air panas yang stabil.

Sebagai suatu sistem pemanas air, maka peralatan ini juga membutuhkan

komponen yang sesuai pula dengan jenis operasional yang nantinya akan

dijalankan mesin pemanas air thermosifon ini.

2.1.1 Kolektor

Kolektor merupakan suatu komponen atau peralatan yang fungsinya untuk

menangkap atau menerima sinar matahari yang digunakan untuk memanasi air

yang mengalir di dalam kolektor. Bahan untuk kolektor ini menggunakan kaca

dan tembaga. Kaca berfungsi sebagai penerima dan pengumpul sinar matahari.

Kaca mempunyai konduktivitas thermal rata-rata 0,043 W/mºK. Sifat kaca bening

menyebabkan panas yang ditransmisikan relatif lebih besar. Kaca bening baik

untuk digunakan pada tempat yang langsung terkena sinar matahari.

Tembaga mempunyai sifat sebagai penghantar panas dan penghantar listrik yang

sangat tinggi. Selain mempunyai daya hantar panas yang baik, tembaga juga

mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap terjadinya karat, sehingga biasa

digunakan pada pembuatan alat pemanas.

(23)

Kolektor merupakan komponen utama sebagai penerima panas matahari, kolektor

ini ada berbagai macam.

Gambar 2.1 Kolektor

Kolektor pelat datar merupakan kolektor yang biasa digunakan di rumah

untuk pemanas air dan pemanas ruangan. Kolektor pelat rata adalah suatu kotak

logam yang dibatasi dengan suatu plastik atau suatu kaca atau penutup plastic

yang disebut glazing dan suatu piringan peredam berwarna gelap. Pemasangan kaca dapat tembus cahaya atau transparan. Kaca tipis adalah suatu material yang

umum digunakan untuk kolektor pelat rata, sebab kaca tipis memancarkan suatu

prosentase yang tinggi dari total energi matahari yang tersedia. Pemasangan kaca

memungkinkan cahaya untuk mengenai peredam tapi mengurangi jumlah panas

yang dapat dilepas. Alas dan sisi dari kolektor pada umumnya diisolasi, tujuannya

(24)

7

Gambar 2.2 Bagian bagian kolektor datar

Pelat penyerap pada umumnya hitam sebab warna hitam menyerap energi

matahari lebih baik disbanding warna terang. Cahaya matahari lewat melalui kaca

dan memantul ke pelat peredam, yang akan memanaskan dan akan mengubah

radiasi matahari menjadi energi panas. Panas ditransfer ke udara atau cairan yang

terdapat pada kolektor itu. Plat peredam sering dibuat dari logam, pada umumnya

tembaga atau aluminium karena kedua-duanya merupakan konduktor panas yang

baik. Tembaga lebih mahal, tetapi merupakan konduktor yang lebih baik dan

cenderung lebih mudah karatan dibanding aluminium.

Kolektor matahari yang terdiri dari suatu peredam tembaga yang berfungsi

untuk menyalurkan energi panas hasil radiasi matahari untuk memanasi air. Untuk

membatasi terjadinya kehilangan panas, kaca bagian atas diberi suatu lapisan

penyekat di dalamnya. Jika kondisi hangat, maka kaca dan penyekat tidak

diperlukan. Hubungan antara pipa peredam dan pipa penyalur harus dilakukan

dengan teliti untuk masing-masing sisi. Pipa disolder pada plat peredam

menggunakan logam yang akan menekan pipa pada bagian atas plat logam. Dalam

(25)

Kolektor dapat disambung menggunakan konstruksi pelat logam sederhana, untuk

penguatan dapat digunakan bingkai atau kotak dari kayu.

Kolektor matahari menjadi jantung dari sistem energi matahari. Kolektor

menyerap energi cahaya matahari dan merubahnya menjadi energi panas.

Kolektor matahari memanaskan suatu zat cair, baik udara maupun cairan. Cairan

ini kemudian digunakan untuk memanaskan secara langsung, maupun tidak

langsung tergantung dari kegunaan air apakah untuk rumah tangga, pemanas

ruang di dalam rumah, air untuk kolam renang, ataupun udara atau air yang

digunakan untuk penggunaan komersil.

2.1.2 Tangki Penyimpanan Air

Air yang nantinya akan disikulasikan terlebih dahulu akan disimpan dan

ditampung di dalam tangki. Oleh karena itu penyimpan harus mempunyai sifat

yang tahan terhadap air, diantaranya harus tahan terhadap terjadinya karat.

Apabila tangki air ini mudah terkena karat ini akan sangat berbahaya, karena air

yang disimpan akan ikut jadi kotor tercemar oleh karat yang ada ditangki.

(26)

9

Tangki penyimpan air panas menggunakan ember cat yang bagian

dalamnya terdapat lapisan anti karat, penggunaan wadah ini bertujuan untuk

menghindari kerusakan wadah jika suhu yang dicapai mencapai suhu tinggi.

Penggunaan wadah ini juga bertujuan memperoleh bentuk tangki yang tetap dan

kuat karena nantinya wadah ini akan disambungkan dengan pipa besi yang cukup

berat. Tangki yang akan digunakan untuk menyimpan air harus bebas dari segala

kotoran agar tidak menyumbat saluran sirkulasi.

Sedangkan untuk tangki penyimpan air dingin digunakan tangki plastik,

tangki ini digunakan karena air yang disimpan pada tangki ini adalah air yang

dingin, selain itu tangki ini lebih ekonomis daripada tangki ember cat yang

digunakan untuk menyimpan air panas.

Tangki yang digunakan untuk menyimpan air panas juga harus diberi

isolasi untuk menjaga agar suhu air bisa stabil dan untuk mengurangi penurunan

suhu akibat adanya pelepasan kalor ke lingkungan sekitar.

2.1.3. Pipa saluran air

Dalam pemanas air tenaga surya ini digunakan pipa besi sebagai penyalur

aliran air. Pipa besi ini dipilih karena dalam perancangan sebelumnya yang

menggunakan pipa pralon, mempunyai kecenderungan tidak kuat atau pipa pralon

berubah bentuk karena menerima panas dari air panas yang keluar dari kolektor.

Selain itu pipa pada bagian output kolektor diberi isolasi berupa karet ban untuk

(27)

2.1.4. Keran pengeluaran air panas

Untuk mengeluarkan air panas dari hasil pemanasan dengan sistem

termosifon ini, digunakan keran yang terpasang pada bagian atas tangki

penyimpanan air panas. Pemasangan keran pada bagian wadah ini bertujuan agar

air yang diambil selalu mendapatkan air yang terpanas karena massa jenis air

panas lebih ringan dan berada di bagian atas daripada air yang lebih dingin yang

berada di bagian bawah tangki penyimpan.

2.2. Penelitian yang pernah dilakukan

Pada penelitian pemanas air sistem termosifon dengan pipa paralel

sebelumnya (Pamungkas, 2005) pemanas air termosifon ini menggunakan pipa

pralon sebagai alat distribusi airnya. Tangki penyimpan air panas menggunakan

jerigen plastik yang cenderung kurang bisa menahan suhu tinggi. Alat ini dijemur

dibawah terik matahari dan dibiarkan hingga air bersirkulasi secara kontinyu

selama rentang waktu tersebut, sehingga tidak diakukan pengukuran suhu air

panas keluaran dari tangki penyimpan air panas.

Pada penelitian ini diperoleh data suhu air tertinggi keluar dari kolektor,

pada kolektor paralel 83,1 0C dan yang paling rendah 36,9 0C. Pada penelitian ini

juga diperoleh perhitungan Faktor efisiensi F’ terbesar pada pipa paralel sebesar

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Skema alat penelitian

Gambar 3.1 Ukuran dan bagian pemanas thermosifon

Prinsip kerja sistem pemanas air tenaga surya ini adalah pertama air

dimasukkan ke dalam alat pemanas ini hingga tangki cadangan atau tangki

penyimpan air dingin terisi penuh, ini dimaksudkan agar siklus termosiphon dapat

terjadi secara kontinyu. Air dipanaskan di dalam kolektor, setelah suhu naik maka

massa jenis air akan menjadi lebih ringan dari air dingin, air panas akan mengalir

ke bagian atas kolektor karena terdorong oleh air dingin yang mempunyai massa

jenis lebih besar dan kemudian masuk ke dalam tangki penyimpanan yang terletak

di atas kolektor. Karena adanya dorongan air dingin ke kolektor menyebabkan air

(29)

panas akan ikut terdorong mengalir keluar dari kolektor pemanas menuju tangki

penyimpan air panasyang terletak lebih rendah daripada tangki penyimpan air

dingin. Demikian siklus ini bekerja, air dingin akan terpanasi oleh kolektor

sehingga massa jenisnya menjadi lebih ringan dan akan terdorong ke atas oleh air

dingin, siklus ini akan terus berlangsung berulang – ulang hingga seluruh air akan

mencapai suhu yang seragam.

3.2 Peralatan yang digunakan pada penelitian

1. Kolektor

Panjang kolektor = 1 m

Lebar = 0,5 m

2. Kaca

Tebal = 0,003 m

Panjang = 1 m

Lebar = 0,5 m

Luasan kaca (Ac) = 1 m x 0,5 m

= 0,5 m2

Transmitasi-absorber normal (τα) = 0,8

3. Rangka dan casing

Kemiringan kolektor (β) = 30°

4. Pipa besi ukuran ½ anci

Diameter pipa (d1) = 0,013 m

(30)

13

Diameter dalam pipa = 0,011 m

Panjang keseluruhan pipa = 4,46 m

5. Tangki air

Tangki air dingin (air input)

Terbuat dari jerigen plastic, dengan kapasitas 20 liter

Tangki air panas

Terbuat dari jerigen plat seng, dengan kapasitas 20 liter

6. Massa air yang ditampung tangki adalah 20 liter

3.3 Langkah Penelitian 3.3.1 Pembuatan Alat

1. Membuat tangki dari seng (ember cat) dengan kapasitas 20 liter.

2. Memasang kolektor dengan sudut kemiringan 30°.

3. Membuat pipa saluran air beserta ulirnya untuk penyambungan

4. Merangkai tangki yang dihubungkan dengan pipa yang sudah

dibuat dengan kolektor.

5. Mengisolasi dan menyiler sambungan –sambungan pipa, kolektor,

serta kotak penampung tangki air panas.

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan pengambilan data

1. Pengisian air ke tangki sampai penuh dan di isi dari tangki

(31)

2. Penempatan solar cell dan diukur pasisinya dengan

kemiringan kolektor yaitu 30°C.

b. Pengukuran masukan energi matahari

1. Solar cell dipanaskan dan diatur posisinya sama dengan

kemiringan kolektor.

2. Diukur voltasenya setiap 10 menit bersamaan dengan

pengambilan data.

c. Pengambilan Data

1. Setiap 10 menit diukur temperatur ruangan, temperatur

kolektor (T1), temperatur kaca (T2), temperatur air masuk

kolektor (T3), temperatur air keluar kolektor(T4), temperatur

air masuk tangki bagian atas (T5), temperatur air masuk

tangki bagian bawah (T6), dan energi radiasi matahari yang

(32)

15

d. Lokasi Pengambilan Data

Halaman laboratorium Konversi Energi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Gambar 3.2 Pemanas Air Thermosifon

3.3.3 Pengambilan Data

Tempat Percobaan = Halaman depan laboratorium konversi energi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Jenis Reflektor = Thermosifon Paralel

Lama uji coba = 4 jam

Besar Tahanan = 10 Ohm

Kemiringan Kolektor = 30°

(33)

Parameter yang diukur :

3.4. Langkah Perhitungan • Faktor Efisiensi (F’)

Untuk menghitung Faktor Efisiensi digunakan faktor efisiensi sebagai

pengganti faktor pelepas panas,karena akan menggunakan temperatur air kolektor

rata – rata (Ti+To)/2 sebagai pengganti temperatur masuk. Karena temperatur

tangki rata-rata ternyata mendekati temperatur kolektor rata-rata. Maka digunakan

persamaan : (Wiranto Arismunandar, 1995:116)

(34)

17

dengan : ms = massa air (liter)

Cs = panas jenis fluida

dTs = T awal – T sebelum

dTθ = waktu

Ac = luas kolektor

τα = trasmitan kaca,absortifitas plat

GT = Radiasi masuk

UL = Koefisien kerugian

T1 = Suhu air masuk

T0 = Suhu air keluar

Ta = Suhu lingkungan

Ts = Teperatur rata-rata

Tr = Suhu lingkungan

Us = Tahanan thermal

As = Luas permukaan

•Arus keluaran sel yang masuk kolektor ( I )

Dirumuskan;

Iph = V / R (ampere)... ( 3.2 )

Dimana ; V = Voltase terukur ( V )

(35)

• Radiasi masuk (GT)

Yaitu jumlah intensitas radiasi yang di terima oleh solar cell.

Dirumuskan; (Solar Cell seri GL833-TF 5,4w/12V System)

GT = (Iph/0,4) x 1000………... ( 3.3 )

• Tahanan Thermal ( Us )

Yaitu jumlah hambatan total antara air dalam tangki sampai luar box

Dirumuskan; (J.P. Holman, 1994: 33)

0

k1 = konduktifitas thermal plat seng

k2 = konduktifitas thermal glasswoll

k3 = konduktifitas thermal gabus

k4 = konduktifitas thermal kayu

• Koefisien konveksi luar ( h0 )

Dinyatakan dengan persamaan : (Prof. Wiranto Arismunandar, 1995:51)

h0 = 5,7 + (3,8). W/(m2.K)...( 3.5 )

dengan ; V = kecepatan angin (m/s)

Sedangkan untuk (Ti+To)/2 adalah suhu rata – rata antara suhu air masuk

(36)

19

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa

untuk mengetahui faktor efisensi (F’) dari pemanas air sistem termosifon. Pada

bab ini juga akan ditunjukkan tabel data yang diperoleh selama pengujian atau

pengambilan data.

4.1. Data Hasil Pengamatan

Pengujian alat diakukan pada tanggal 1 September 2007 hingga 14

September 2007. Pengukuran suhu pada pemanas air temosifon ini dilakukan

dengan termokopel yang kemudian disambungkan pada penampil temperatur,

termokopel ini dipasang pada beberapa titik yaitu :

T1 = suhu permukaan kaca (0C)

T2 = suhu permukaan kolektor (0C)

T3 = suhu air masuk kolektor (0C)

T4 = suhu air keluar kolektor (0C)

T5 = suhu penampung air bagian bawah (0C)

T6 = suhu penampung air bagian atas (0C)

Sedangkan untuk mengukur parameter yang lain yaitu suhu lingkungan

dan radiasi matahari digunakan termokopel yang dikopel dan solarcell. Hasil

pengambilan data penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan 4.6 . Pada

tabel –tabel tersebut beberapa data diarsir, yang berarti data tersebut tidak di

(37)
(38)

21

Tabel 4-2. Data penelitian termosifon pipa paralel kedua

(39)
(40)

23

Tabel 4-4. Data penelitian termosifon pipa paralel keempat

(41)
(42)

25

Tabel 4-6. Data penelitian termosifon pipa paralel keenam

Waktu

4.2. Perhitungan Data Percobaan

Energi surya total merupakan energi surya yang masuk ke kolektor.

(43)

diberi tahanan (R) sebesar 10 Ω. Sebagai contoh, dari data input pada tabel

4.1 maka energi surya total dapat diperolah dengan cara :

a. Menghitung Arus yang dikeluarkan solar sel (Iph)

Arus yang dikeluarkan solar sel dapat diperoleh dari pesamaan (3.2)

Iph=

b. Energi Surya yang Terukur Sel Surya (G)

Dari persamaan (3.3) dapat diperoleh harga G

G =

c. Menghitung besar koefisien konveksi luar ( h0 )

Dari persamaan (3.5) dapat diperoleh besarnya h0 yaitu :

h0 = 5,7 + 3,8 . V = 5,7 + 3,8 . 0,5

(44)

27

d. Menghitung besar Tahanan Thermal tangki air ( Us )

Dari persamaan (3.4) dapat diperoleh besarnya h0 yaitu:

0

e. Menghitung besar Faktor efisiensi (F’)

Dari persamaan (3.1) dapat diperoleh besarnya F’ yaitu

(45)

Untuk perhitungan F’ dari data yang lain digunakan perhitungan dengan

cara yang sama. Hasil lengkap F’ dapat dilihat pada tabel 4-7 sampai 4-12. Pada

tabel –tabel tersebut beberapa data diarsir, yang berarti data tersebut tidak di

pakai.

Tabel 4-7. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel pertama

(46)

29

Tabel 4-8. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel kedua

(47)
(48)

31

Tabel 4-10. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel keempat

(49)
(50)

33

Tabel 4-12. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel keenam

(51)

4.3. Analisa Data Percobaan

Dari hasil data penelitian dan perhitungan yang telah didapatkan di atas,

maka didapatkan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor yang terjadi selama penelitian. Untuk mengetahui hal tersebut

maka perlu diadakan suatu analisa dan pembahasan dari data yang diperoleh

selama penelitian. Dari data selama penelitian, kemudian data tersebut dihitung

dan dianalisa, maka dari hasil tersebut akan dapat diketahui faktor-faktor yang

menyebabkan perbedaan pada jam, hari, serta kondisi lingkungan yang terjadi.

4.3.1. Temperatur keseluruhan

Dari data-data yang telah diperoleh maka dapat di buat dalam bentuk

grafik sebagai berikut :

0

10:05 10:35 11:05 11:35 12:05 12:35 13:05 13:35 14:05

Waktu

(52)

35

9:00 9:43 10:26 11:09 11:52 12:36 13:19 14:02 14:45

Waktu

Gambar 4.2 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor pipa paralel kedua

9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00

Waktu

(53)

0

9.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30

Waktu

Gambar 4.4 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor pipa paralel keempat

9:50 10:20 10:50 11:20 11:50 12:20 12:50 13:20 13:50

Waktu

(54)

37

10:10 10:40 11:10 11:40 12:10 12:40 13:10 13:40 14:10 14:40 15:10

Waktu

Gambar 4.6 Grafik hubungan distribusi suhu terhadap waktu pada kolektor pipa paralel keenam

Berdasarkan grafik distribusi temperatur terhadap waktu diatas maka dapat

dilihat terjadi perubahan temperatur yang berbeda-beda yang cenderung naik dan

juga terjadi penurunan. Hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor, antara lain

faktor lingkungan.

Untuk kenaikan suhu disebabkan karena intensitas radiasi langsung yang

masuk ke dalam alat berlangsung secara sempurna sebaliknya untuk penurunan

suhu disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang membantu, contohnya adalah

awan atau mendung yang menutupi atau menghalangi radiasi sinar matahari

sehingga intensitas radiasi yang diterima kolektor menjadi tidak maksimal dan

kecepatan angin yang cukup besar akan menyebabkan intensitas radiasi yang

(55)

4.3.2. Faktor Efisiensi (F’) dan Nilai Radiasi Masuk (Gt)

0 200 400 600 800 1000 1200

Gt (W/m2)

F'

Gambar 4.7 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk pertama

0%

(56)

39

Gambar 4.9 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk ketiga

0%

0 200 400 600 800 1000 1200

Gt (W/m2)

F'

(57)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

0 200 400 600 800 1000 1200

Gt (W/m2)

F'

Gambar 4.11 Grafik Faktor Efisiensidan Nilai Radiasi Masuk kelima

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

0 200 400 600 800 1000

Gt (W/m2)

F'

(58)

41

Perubahan nilai faktor efisiensi dipengaruhi oleh berbagai macam hal.

Yang paling utama yaitu nilai intensitas radiasi matahari ( G ) yang masuk

berubah-ubah. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor

cuaca. Sebagai contohnya, ada awan atau cuaca mendung yang menutupi atau

menghalangi radiasi sinar matahari yang menyebabkan terjadinya radiasi sebaran,

sehingga intensitas radiasi yang diterima kolektor mengalami penurunan. Karena

intensitas radiasi yang diterima kolektor menurun maka suhu air juga akan

menurun sehingga nilai faktor efisiensinya berubah-ubah.

4.3.3 Suhu (C) dan Waktu (Jam)

0 10 20 30 40 50 60 70

9:30 10:42 11:54 13:06 14:18 15:30

Jam

Su

h

u

Air Keluaran

Rata2 Tangki

(59)

0 10 20 30 40 50 60

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48 15:00

Waktu

S

uhu

Air Keluaran Rata2 Tangki

Gambar 4.14 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu kedua

0 10 20 30 40 50 60

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48 15:00

Waktu

S

uhu

Air Keluaran

Rata2 Tangki

(60)

43

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48

Waktu

Gambar 4.16 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran terhadap waktu keempat

0

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48 15:00

Waktu

Su

h

u Air Keluaran

Rata2 Tangki

(61)

0 10 20 30 40 50 60 70

9:30 10:42 11:54 13:06 14:18 15:30

Waktu

Su

h

u Air Keluaran

Rata2 Tangki

Gambar 4.18 Grafik hubungan distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran

terhadap waktu keenam

Berdasarkan grafik distribusi suhu rata-rata tangki dan air keluaran

terhadap waktu di atas, dapat dilihat bahwa setiap air panas yang berada di dalam

tangki penyimpanan diambil maka temperatur air yang berada dalam tangki

tersebut akan turun. Hal tersebut disebabkan karena dengan diambilnya air panas,

maka dengan sendirinya air dingin yang berada dalam ember penampung akan

mengalir turun sehingga air yang berada dalam tangki akan tercampur dengan air

(62)

45

4.3.4 Nilai Radiasi Masuk (Gt) dan Waktu (Jam)

0 200 400 600 800 1000 1200

9:30 10:42 11:54 13:06 14:18 15:30

Waktu

Gt

Series1

Linear (Series1)

Gambar 4.19 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu pertama

0 200 400 600 800 1000 1200

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48 15:00

Waktu

Gt

Series1

Linear (Series1)

(63)

0 200 400 600 800 1000

8:00 9:12 10:24 11:36 12:48 14:00 15:12

Waktu

Gt Series1Linear (Series1)

Gambar 4.21 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu ketiga

0 200 400 600 800 1000 1200

9:00 10:12 11:24 12:36 13:48

Waktu

Gt

Series1

Linear (Series1)

(64)

47

0 200 400 600 800 1000 1200

9:00 11:24 13:48 16:12

Waktu

Gt

Series1

Linear (Series1)

Gambar 4.23 Grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu kelima

0 200 400 600 800 1000

9:00 11:24 13:48 16:12

Waktu

Gt

Series1

Linear (Series1)

(65)

Berdasarkan grafik hubungan nilai radiasi masuk terhadap waktu diatas,

dapat dilihat bahwa nilai radiasi masuk mengalami perubahan yang berbeda-beda

yang cenderung turun dan juga terjadi kenaikan. Hal tersebut disebabkan karena

berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan.

Untuk kenaikan nilai radiasi matahari disebabkan karena intensitas radiasi

langsung yang masuk ke dalam alat pengukur sempurna, sebaliknya untuk

penurunan nilai radiasi matahari disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang

membantu, contohnya adalah awan atau mendung yang menutupi atau

menghalangi radiasi sinar matahari sehingga intensitas radiasi yang diterima alat

pengukur menjadi tidak maksimal.

4.3.3 Faktor Efisiensi (F’) dan (Trata2 tangki -Tling) / Gt

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

0.00 0.01 0.02 0.03

(TRata2-TLingk)/Gt

F'

(66)

49

0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

(TRata2-TLingk)/Gt

F' Series1

Linear (Series1)

Gambar 4.26 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt kedua

0%

0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10

(TRata2-TLingk) /Gt

F' Series1

Linear (Series1)

(67)

0%

Gambar 4.28 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt keempat

0%

(68)

51

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04

(TRata2-TLing)/Gt

F' Series1

Linear (Series1)

Gambar 4.30 Grafik hubungan F’ terhadap (Trata2 tangki -Tling) / Gt keenam

Dari persamaan efisiensi thermal dapat dilihat bahwa efisiensi thermal dari

sebuah kolektor surya bukanlah sebuah konstanta melainkan sebuah karakteristik

yang tergantung dari temperatur diluar, tingkat radiasi surya, dan temperatur

fluida pada pipa masuk.

F’ juga dipengaruhi oleh selisih suhu antara suhu tangki penyimpan dan

suhu lingkungan, karena jika dengan Gt yang konstan dan (T tangki – T ling)

semakin besar maka nilai F’ akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya jika (T

(69)

BAB V PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Dari semua hasil uji coba, perhitungan, dan analisa data maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a Pemanas air tenaga surya jenis termosifon sebagai alat pada uji

coba ini pengambilan air panas dilakukan setiap 1 jam sebanyak 5

liter, mempunyai nilai faktor efisiensi paling tinggi 99,310 %. Dan

suhu air keluar paling tinggi adalah 60,1 °C

b Pada penelitian pemanas air sistem termosifon dengan pipa paralel

sebelumnya, dipanaskan secara kontinyu dan tidak dikeluarkan

setiap jam. Sehingga diperoleh data suhu air tertinggi pada kolektor

paralel 83,1 0C dan Faktor efisiensi F’ terbesar pada pipa paralel

sebesar 97,52 %.

5. 2 Saran

a. Untuk mendapatkan hasil data pengujian yang lebih baik maka

penelitian dalam sehari hanya untuk satu percobaan

b. Untuk memaksimalkan hasil penyimpanan panas maka perlu bahan

isolasi yang baik pada setiap dinding.

c. Jangan sampai pipa yang digunakan bocor, karena pipa yang bocor

akan mengakibatkan suhu air yang dihasilkan berkurang.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W., Teknologi Rekayasa Surya, PT Pradnya paramita, Jakarta Holman, J.P. 1994. Perpindahan Kalor. Jasjfi, Erlangga.

Pamungkas, B 2005. Tugas Akhir “ Solar Water Heater System with Paralel Pipe”, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(71)
(72)
(73)
(74)

Gambar

Gambar 2.3 Tangki Penyimpan Air
Tabel 4-2. Data penelitian termosifon pipa paralel kedua
Tabel 4-7. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel pertama
Tabel 4-10. Data hasil perhitungan (F’) pipa paralel keempat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. Hal ini berarti apabila ekspor di Indonesia

Jumlah pembayaran untuk barang dan layanan yang diterima harus dicatat sesuai dengan jumlahnya pada periode yang tepat dan harus diklasifikasikan dengan tepat di

Untuk mengetahui teknik sterilisasi pada berbagai alat dan bahan yang akan digunakan dalam kultur jaringan hewan.. Alat

dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan sederhana dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan

Biaya pengembangan produk dan biaya promosi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap volume penjualan pada Bisnis Distro Sepatu Routes. Ha 1 : Ada  i 

penelitian yang dilakukan pada kulit jeruk sambal yang diperoleh dari tiga daerah memiliki aktivitas antioksidan yang bagus terutama pada kulit jeruk sambal yang

Jadi, karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,05 ≥ Sig), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kualitas pelayanan dan

2. Seorang mukmin boleh marah. tetapi lebih baik kalau dia memberikan maaf. Misalnya jika ia merasa terganggu oleh seseorang dalam batasan yang wajar, dengan