• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motor Bensin 1,5 Liter Double Over Head Camshaft (DOHC) 16 Katup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Motor Bensin 1,5 Liter Double Over Head Camshaft (DOHC) 16 Katup"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor Soal : 731 / TA / FT_USD / TM / Januari / 2007

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin

Diajukan oleh :

Hermes Sugiharto

015214070

Kepada

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

Presented as Partial Fulfillment of the Requirments To Obtain the Sarjana Teknik Degree

in Mechanical Engineering

By

Hermes Sugiharto Student Number : 015214070

to

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINERING DEPARTMENT

ENGINEERING FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)

(4)

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 27 Juli 2007

(Hermes Sugiharto)

(5)

Tuhan Tidak Akan Membawa Aku Sejauh

Ini hanya Untuk Meninggalkan Aku.

(6)

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang

selalu memberi kasih, kekuatan, dan

membentuk hidupku menjadi lebih indah.

Ajarilah aku untuk selalu bersyukur atas semua

itu.

Edy Sugiharto(R.I.P) atas do’a yang telah kau

berikan dari surga.

Yusiana yang selalu memberikan do’a, kasih,

kekuatan, dan cinta, selama menjadi mama.

Kakakku Venus Sugiharto dan adikku Vera

Christiana Sugiharto terima kasih atas kasih

dan sayang yang telah mewarnai hari-hari di

rumah.

Yang selalu menjadi cinta, inspirasi, support dan

bagian dari hari-hariku, terima kasih telah

berjuang bersamaku, denganmu hidup ini

menjadi lebih indah.

Almamaterku Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma, disinilah aku menemukan diriku.

(7)

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul:

“Motor Bensin 1.5 Liter Double Over Head Chamshaft (DOHC) 16 Katup”

Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang terlihat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih secara khusus kepada:

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Bapak Ir. Greg. Heliarko, SJ., SS., B.ST., MA., M.Sc yang telah mendukung pembuatan Tugas Akhir ini dan membimbing saya hingga dapat menyelesaikan studi. 2. Bapak Budi Setyahandana S.T., M.T. yang telah bersedia menjadi

pembimbing akademik saya selama ini.

3. Dosen pembimbing pertama Tugas Akhir, Bapak Yosef Agung Cahyanta S.T., M.T. yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Ir. FX. Agus Unggul Santoso yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan perbaikan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tetapi telah banyak membantu dan mengajarkan banyak hal kepada saya.

(8)

8. Yusiana, yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Kakakku Venus Sugiharto dan adikku Vera Christiana Sugiharto yang selama ini selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat selama penyelesian Tugas Akhir ini.

10.Teman-teman yang tidak bisa saya sebut disini. Terima kasih telah berjuang bersama. Sukses selalu bersama kalian.

Saya merasa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya mohon maaf apabila terjadi kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan saat pembuatan Tugas Akhir ini, baik sikap, tutur kata, maupun tulisan. Semua kritik dan saran yang membangun akan saya terima dengan baik demi peningkatan dalam pembuatan selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Penulis

(9)

bensin telah menggunakan berbagai macam teknologi untuk memaksimalkan kinerja mesin. Salah satunya motor bensin 1,5 liter Double Over Head Camshaft (DOHC) 16 katup. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam serta perancangan motor bensin 1,5 liter Double Over Head Camshaft (DOHC) 16 katup.

Tugas akhir ini berisi tentang perhitungan siklus kerja mesin bensin 4 langkah, besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam, serta perhitungan elemen-elemen mesin untuk motor bensin 1,5 liter Double Over Head Camshaft (DOHC) 16 katup.

Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam adalah 17,38 kg/jam hasil ini dihitung dari putaran mesin sebesar 6000 rpm. Untuk daya yang dihasilkan sebesar 76,59 kW atau 102,65 Hp, maka dapat disimpulkan kerja mesin dengan sistem DOHC mengoptimalkan kinerja mesin karena menggunakan jumlah katup yang lebih banyak.

Kata kunci: Motor bensin, DOHC, Katup.

(10)

HALAMAN JUDUL... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

INTISARI... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan... 2

1.4. Manfaat... 2

1.5. Metode Pengumpulan Data ... 2

1.6. Pengertian Motor Bensin... 2

1.7. Spesifikasi Mesin ... 3

1.8. Batasan Masalah... 4

(11)

2.2. Motor Bensin 4-langkah... 5

2.3. Prinsip Kerja Motor Bensin ... 6

2.3.1. Langkah Hisap ... 6

2.3.2. Langkah Kompresi... 8

2.3.3. Langkah Usaha ... 9

2.3.4. Langkah Buang... 10

2.4. Bagian-bagian Utama Motor Bensin... 12

2.4.1. Kepala Silinder (Cylinder Head)... 12

2.4.2. Blok Silinder (Cylinder Block)... 14

2.4.3. Piston ... 16

A. Bagian-Bagian Dari Piston... 16

B. Celah Piston... 16

2.4.4. Ring Piston ... 17

A. Pegas Kompresi... 18

B. Pegas Pengontrol Oli ... 19

C. Celah Ujung Pegas ... 20

2.4.5. Pena Piston... 21

2.4.6. Batang Piston ... 23

2.4.7. Poros Engkol (Crankshaft)... 24

2.4.8. Camshaft... 25

(12)

D. Mekanisme Camshaft DOHC... 32

2.4.9. Katup (Valve)... 39

BAB III PERHITUNGAN... 41

3.1. Data Kendaraan DOHC... 41

3.1.1 Siklus Kerja Motor ... 41

3.2. Proses Penghisapan ... 43

3.2.1. Tekanan di Dalam Silinder Selama Proses Pengisapan ... 45

3.2.2. Temperatur Akhir Proses Pengisapan... 50

3.3. Proses Kompresi ... 51

3.4. Proses Pembakaran... 52

3.4.1. Reaksi Kimia pembakaran Bahan Bakar dan Udara ... 53

3.4.2. Koefisien Kelebihan Udara... 54

3.5. Langkah Ekspansi... 63

3.5.1. Karakteristik Kerja Motor... 64

3.5.2. Rugi-Rugi Mekanis... 65

3.5.3. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik ... 67

(13)

4.1.2. Kepala Silinder ... 70

4.2. Piston ... 71

4.2.1. Bahan Piston ... 72

4.2.2. Ukuran Piston ... 72

4.2.3. Tebal Piston ... 73

4.2.4. Tinggi Piston... 74

4.3. Cincin Piston ... 75

4.3.1. Cincin Piston Kompresi... 75

4.4. Batang Piston(Connecting Rod)... 77

4.4.1. Pena Piston... 77

4.4.2. Pena Engkol Bawah... 78

4.4.3. Perhitungan Batang Piston... 79

4.5. Poros Engkol ... 80

4.5.1. Perhitungan Ukuran Poros Engkol ... 81

4.6. Katup ... 83

4.6.1. Perhitungan Katup ... 83

4.6.2. Pegas Katup ... 90

4.7. Camshaft... 91

4.8. Roda Gila... 92

(14)

5.2. Kesimpulan... 98 5.3. Penutup... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

Gambar 2.1 Motor bensin 4-langkah...……….. 6

Gambar 2.2 Proses langkah hisap...……… 7

Gambar 2.3 Proses langkah kompresi...………8

Gambar 2.4 Proses langkah usaha...……… 10

Gambar 2.5 Proses langkah buang...………….. 11

Gambar 2.6 DOHC Cylinder Head Unit...………. 13

Gambar 2.7 Block Cylinder Unit...……….. 15

Gambar 2.8 Piston Construction...……… 16

Gambar 2.9 Piston Gap...……… 17

Gambar 2.10 Piston Ring...……… 18

Gambar 2.11 Compression Ring...……….. 19

Gambar 2.12 Oil Control Ring...………... 20

Gambar 2.13 Ring End Gap...………. 21

Gambar 2.14 Piston Pin...………. 22

Gambar 2.15 Macam-macam Sambungan Piston dan Connecting Rod…. 23 Gambar 2.16 Connecting Rod...……….. 24

Gambar 2.17 Crankshaft...………... 25

Gambar 2.18 Camshaft...……… 26

Gambar 2.19 Bentuk Dasar Cam...……… 27

Gambar 2.20 Penggerak Camshaft Dengan Timing Gear..…………... 29

Gambar 2.21 Penggerak Camshaft Dengan Timing Chain.…………... 30

(16)

Gambar 2.25 Sistem DOHC...………. 36

Gambar 2.26 Kepala Silinder DOHC...………... 37

Gambar 2.27 Kepala Silinder DOHC...………... 37

Gambar 2.28 Chamshaft Timing Chain...………... 52

Gambar 2.29 Bentuk Katup (Valve Design)...………...… 40

Gambar 3.1 Diagram P-V dan T-S Siklus Udara Konstan (Siklus Otto). 44 Gambar 4.1 Jarak Dudukan Poros Engkol ………... 82

(17)

Tabel 3.1 Sifat-sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer……..………….. 49

Tabel 3.2 Komposisi Elementari dan Karakteristik dari bensin dan Solar…...……… 56

Tabel 3.3 Kapasitas Panas Jenis Molar Gas

( )

μcv pada Volume Konstan………. 59

Tabel 3.4 Energi Internal Hasil Pembakaran... 44

Tabel 3.5 Faktor Rugi-Rugi Mekanis……... 66

Tabel 4.1 Konstanta Δe………... 93

Tabel 4.2 Koefisien Kestabilan………... 94

(18)

1.1. Latar Belakang Masalah.

Dalam dunia modern ini, begitu cepat dan banyak sekali terdapat kendaraan

bermotor yang mengaplikasikan berbagai teknologi yang di sebabkan oleh begitu

banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor menuntut kenyamanan

dalam berkendaraan, ekonomis, dan memakai teknologi terkini.

Permintaan tersebut tidak lepas dari teknologi dan kemampuan mesin yang di

pakai dalam kendaraan bermotor. Konstruksi mesin sendiri ada berbagai macam

bentuk yang di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat antara lain untuk angkutan

(kendaraan niaga), kendaraan keluarga (jenis MPV dan sedan), dan untuk olah raga

balap(race).

Dari berbagai macam teknologi yang diterapkan, salah satunya adalah

teknologi mesin 4 langkah pada mobil yang menggunakan satu Camshaft (SOHC)

dan dua Camshaft (DOHC). Dalam bab-bab berikutnya penulis akan menjelaskan

tentang perancangan motor bensin empat langkah 1,5 liter DOHC 16 katup.

1.2. Perumusan Masalah.

Tugas akhir ini berisi tentang perhitungan konsumsi bahan bakar per jam dan

elemen-elemen mesin bensin empat langkah 1,5 liter Double Over Head Camshaft

(DOHC) dengan jumlah katup sebanyak 16.

(19)

1.3. Tujuan.

Tujuan utama dari tugas akhir ini adalah perancangan motor bensin 1,5 liter

DOHC 16 katup dan untuk mengetahui besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam.

1.4. Manfaat.

Studi ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca, diantaranya agar

pembaca mendapat pemahaman dengan baik tentang perancangan motor bensin 1,5

liter DOHC 16 katup, perhitungan kebutuhan bahan bakar, dan perhitungan elemen

mesin kendaraan bermotor.

1.5. Metode pengumpulan data

1. Metode wawancara.

2. Metode pengamatan atau observasi di PT Toyota Nasmoco.

3. Metode pembacaan pada buku literatur.

1.6. Pengertian Motor Bensin

Motor bensin adalah salah satu jenis motor pembakaran dalam yang

banyak digunakan untuk menggerakkan atau sebagai sumber tenaga dari kendaraan

darat, baik itu motor bensin 4-langkah ataupun motor bensin 2-langkah. Motor

bensin menghasilkan tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder, dimana

dengan pembakaran bahan bakar ini akan timbul panas yang sekaligus akan

(20)

Karena gas tersebut dibatasi oleh dinding silinder dan kepala silinder maka

walaupun ingin mengembang tetap tidak ada ruangan, akibatnya tekanan di dalam

silinder akan naik. Tekanan inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga

yang akhirnya dapat menggerakkan mobil.

1.7. Spesifikasi Mesin

Dalam tugas akhir ini penulis menghitung perancangan motor bensin 1,5 liter

dengan spesifikasi mesin sebagi berikut :

Jenis kendaraan : mobil penumpang

Tipe mesin : mesin bensin 4 langkah

Jumlah silinder : 4 silinder in-line, DOHC 16 katup

Volume sillinder : 1497 cc

Volume / silinder : 374,25 cc = 3,74 ×10-4 m3 Daya maksimal : 109 Hp pada 6000 rpm

Torsi maksimal : 14,3 Nm pada 4200 rpm

Diameter silinder : 75,0 mm

Panjang langkah : 84,7 mm

Perbandingan kompresi : 9,5 : 1

Diameter Throat katup isap : 30,5 mm

(21)

1.8. Batasan Masalah.

Dalam perancangan ini penulis hanya membahas tentang perancangan motor

bensin 1,5 liter DOHC 16 katup, besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam, serta

(22)

2.1. Motor Bensin

Motor bensin adalah salah satu jenis motor pembakaran dalam yang banyak

digunakan untuk menggerakkan atau sebagai sumber tenaga dari kendaraan darat,

baik itu motor bensin 4-langkah ataupun motor bensin 2-langkah. Motor bensin

menghasilkan tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder, dimana dengan

pembakaran bahan bakar ini akan timbul panas yang sekaligus akan mempengaruhi

gas yang ada di dalam silinder untuk mengembang.

Karena gas tersebut dibatasi oleh dinding silinder dan kepala silinder maka

walaupun ingin mengembang tetap tidak ada ruangan, akibatnya tekanan di dalam

silinder akan naik. Tekanan inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga

yang akhirnya dapat menggerakkan mobil.

2.2. Motor Bensin 4-langkah

Secara garis besar cara kerja motor bensin 4-langkah adalah mula-mula bahan

bakar yang disemprotkan melalui injektor di saluran masuk tercampur dengan udara

yang dimasukkan melalui filter udara masuk kedalam silinder kemudian

dimampatkan dan dibakar. Karena panas gas tersebut mengembang dan karena

ruangan untuk mengembang sangat terbatas maka tekanan di dalam ruang bakar naik

dan tekanan inilah yang mendorong piston ke bawah dan menghasilkan langkah

(23)

usaha yang oleh batang piston (Connecting Rod) diteruskan ke poros engkol

(Crankshaft) dan kemudian poros engkol akan berputar.

Gambar 2.1 Motor Bensin 4-Langkah

(sumber: http://www.sae.org)

2.3. Prinsip Kerja Motor Bensin

2.3.1. Langkah Hisap

Saat piston memulai langkah hisap (Gambar 2.2), piston bergerak dari Titik

Mati Atas (TMA) menuju Titik Mati Bawah (TMB). Titik Mati Atas (TMA) adalah

titik teratas yang dapat dijangkau oleh piston artinya pada saat itu piston sudah tidak

dapat bergerak keatas lebih jauh lagi, dan pada saat ini posisi piston, batang piston,

dan engkol membentuk garis lurus. Sedangkan Titik Mati Bawah (TMB) adalah titik

(24)

lebih jauh lagi. Pada saat ini pun posisi piston terhadap batang piston adalah

membentuk garis lurus.

Gambar 2.2 Proses Langkah Hisap

(sumber: Drs. Wardan Suyanto M.A, 1989. Teori Motor Bensin, hal. 21)

Karena piston bergerak dari TMA menuju TMB, maka terjadilah penurunan

tekanan silinder di bagian atas piston karena ruangan di atas piston menjadi lebih

luas. Karena penurunan tekanan ini maka terjadi perbedaan tekanan antara bagian

luar silinder dengan bagian dalam ruang silinder. Apabila katup hisap dibuka maka

perbedaan tekanan ini akan memungkinkan mengalirnya campuran bahan bakar

dengan udara dari injektor masuk melalui saluran masuk (Intake Manifold) ke dalam

silinder.

Proses ini berlangsung hingga piston mencapai TMB, dan bersamaan dengan

(25)

(Camshaft) dan batang penumbuk (Rocker Arm). Dengan ditutupnya katup ini maka

campuran bahan bakar dan udara tertahan di dalam silinder, yang seterusnya akan

dilanjutkan dengan proses berikutnya yaitu langkah kompresi.

2.3.2. Langkah Kompresi.

Pada langkah kompresi (Gambar 2.3) terlihat jelas bahwa kedua katupnya

(katup hisap dan katup buang) tertutup rapat sehingga gas yang tadi dihisap kedalam

silinder tidak mungkin keluar dari silinder. Pada langkah ini piston bergerak dari

TMB menuju TMA

Gambar 2.3 Langkah Kompresi, Kedua Katupnya Tertutup

(26)

Dengan bergeraknya piston tersebut maka terjadi penyempitan ruangan di

atas piston dimana campuran antara bahan bakar dan udara berada, yang berarti

campuran tersebut dimampatkan sehingga tekanannya akan naik yang kelipatannya

sesuai dengan perbandingan kompresinya, dimana semakin tinggi tekanan

kompresinya semakin tinggi pula tenaga yang dihasilkan motor tersebut.

Pada saat ini motor sudah berputar 360°, sehingga posisi piston kembali pada

posisi TMA. Karena tekanan di dalam silinder cukup tinggi maka kerapatan sangat

diutamakan, karena apabila terjadi kebocoran maka tenaga yang akan dihasilkan

motor akan turun. Oleh karena itu katup-katupnya harus tertutup rapat, gasket

silinder tidak boleh bocor, begitu juga ring pistonnya.

2.3.3. Langkah Usaha.

Pada saat kompresi belum selesai (Gambar 2.4) kedua katup masih dalam

keadaan tertutup, yaitu beberapa derajat sebelum TMA, busi mengeluarkan bunga

api untuk membakar campuran bahan bakar dengan udara yang telah dikompresi.

Penyalaan busi beberapa derajat sebelum piston mencapai TMA ini bertujuan agar

tekanan tertinggi akibat pembakaran ini terjadi beberapa saat setelah TMA dimana

pada titik tersebut berdasarkan percobaan merupakan titik terbaik untuk

(27)

Gambar 2.4 Proses langkah usaha

(sumber: Drs. Wardan Suyanto M.A, 1989. Teori Motor Bensin, hal. 23)

Dengan terbakarnya bahan bakar tersebut maka temperatur di dalam silinder

akan naik yang mengakibatkan naiknya tekanan di dalam silinder. Tekanan ini

kemudian mendorong piston ke bawah sehingga terjadi langkah usaha yang berarti

motor mengeluarkan tenaga yang nantinya digunakan untuk menggerakkan mobil.

2.3.4. Langkah Buang.

Pada langkah buang ini (Gambar 2.5) katup hisap tetap tertutup sedangkan

katup buang terbuka dan piston bergerak dari TMB menuju TMA maka ruangan di

atas piston menjadi sempit, akan tetapi karena katup buang terbuka maka di dalam

silinder tidak mengalami kenaikan tekanan, justru gerakan piston tersebut

mendorong gas sisa hasil pembakaran yang ada di dalam silinder keluar melalui

(28)

Gambar 2.5 Proses Langkah Buang

(sumber: Drs. Wardan Suyanto M.A, 1989. Teori Motor Bensin, hal. 24)

Dengan berakhirnya langkah buang ini, yaitu pada saat piston mencapai

TMA, maka berarti piston telah bergerak 4-langkah atau engkol sudah berputar 720°

yang berarti telah selesai satu rangkaian kerja. Dengan berakhirnya langkah buang

maka akan diikuti dengan langkah hisap lagi yang kemudian terjadi terus menerus

atau terjadi berulang-ulang selama motor hidup, dimana pada keadaan yang

sebenarnya pembukaan katupnya tidak tepat pada saat piston mencapai titik mati

tetapi ada keadaan dimana katup satu dengan yang lainnya membuka bersamaan atau

(29)

2.4. Bagian-bagian Utama Motor Bensin

Yang dimaksud dengan bagian utama motor bensin adalah

bagian-bagian mesin yang berhubungan langsung dengan proses pemindahan tenaga dari

tekanan menjadi gerak putar. Bagian-bagian yang dimaksud adalah:

• Kepala Silinder (Cylinder Head)

• Blok silinder (Cylinder Block)

• Piston

• Ring Piston (Piston Ring)

• Batang Piston (Connecting Rod)

• Poros Cam (Camshaft)

• Katup (Valve)

• Poros Engkol (Chrankshaft)

2.4.1. Kepala Silinder (Cylinder Head)

Kepala silinder mempunyai bermacam-macam tugas, yaitu sebagai tutup

bagian atas dari silinder, sebagai pemegang katup (valve). Disamping itu kepala

silinder mempunyai lubang untuk masuknya campuran antara udara dan bahan bakar

ke dalam silinder serta lubang untuk keluarnya gas bekas hasil dari pembakaran serta

ruang bakar untuk tiap-tiap silindernya. Pada mekanisme DOHC (Gambar 2.6)

(30)

Gambar 2.6 DOHC Cylinder Head Unit

(Sumber: Pedoman Reparasi 2001, PT.Hyundai Mobil Indonesia, Hal. EMA69)

Pada kepala silinder juga terdapat saluran pendingin, saluran oli, lubang

untuk baut silinder, lubang untuk busi dan lubang untuk tempat poros cam. Kepala

silinder biasa dibuat dari besi tuang atau campuran aluminium. Campuran aluminium

disamping ringan juga cepat mentransfer panas (serta lebih efisien) sehingga mesin

dapat direncanakan dengan kompresi yang lebih tinggi dan tenaga motor dapat di

(31)

2.4.2. Blok Silinder (Cylinder Block)

Sebagian besar bagian-bagian dari motor dipasangkan dipasangkan pada

silinder blok (Gambar 2.7). Dari kepala silinder, piston, poros engkol, tutup poros

engkol (Calter), roda penerus (Fly Wheel), dan sebagainya sehingga silinder blok ini

harus kuat. Blok silinder terdiri dari dua bagian yaitu bagian silinder dan bagian

engkol (Crankcase). Bagian silinder inilah yang nantinya berfungsi sebagai tempat

piston bekerja.

Karena di dalam silinder ini pula perubahan panas menjadi tenaga gerak

dengan perantaraan piston maka silinder ini harus cukup kuat. Disamping itu, silinder

harus benar-benar bulat, rata, dan halus supaya selama proses tidak terjadi bocoran

gas sehingga mengurangi tenaga yang dihasilkan oleh motor. Silinder blok terbuat

dari besi tuang atau aluminium, besi tuang memiliki keuntungan mudah membuatnya

dan sangat baik bila digunakan piston dari aluminium.

Akan tetapi blok silinder dari besi tuang ini sangatlah berat, oleh karena itu

saat ini banyak digunakan silinder blok dari bahan campuran aluminium sehingga

lebih ringan dan agar liner tahan gesekan maka khusus untuk silinder linernya

bahannya dibuat dari baja khusus sehingga tahan gesekan.

Ada dua jenis liner silinder (Cylinder Bore) yang digunakan pada mesin

kendaraan bermotor, yaitu:

• Silinder tipe basah

(32)

Silinder tipe basah adalah apabila bagian dari luar silinder ini berhubungan

langsung dengan air pendingin sedangkan yang tipe kering tidak berhubungan

langsung dengan air pendingin. Silinder liner tipe kering ini dapat dibuat lebih tipis

daripada tipe basah karena seluruh bagian silinder ini didukung oleh blok silinder,

sedangkan untuk tipe basah harus dibuat lebih tebal karena tidak seluruhnya ditopang

oleh blok silinder.

Gambar 2.7Block Cylinder Unit

(Sumber: Pedoman Reparasi 2001, PT.Hyundai Mobil Indonesia, Hal. EM 17)

Disamping itu pada bagian atas dan bagian bawah silinder liner tipe basah ini

harus dipasang seal sehingga air pendingin tidak bocor. Silinder liner tipe basah ini

(33)

2.4.3. Piston

A. Bagian-Bagian Dari Piston

Gambar 2.8Piston Construction.

(sumber: Drs.Wardan Suyanto M.A,1989. Teori Motor Bensin, hal. 52)

Piston bergerak naik turun didalam silinder untuk melakukan langkah hisap,

kompresi, usaha, dan buang. Fungsi utama dari piston adalah untuk menerima

tekanan pembakaran dan maneruskan ke poros engkol melalui connecting rod.

Piston terbuat dari aluminium alloy (paduan aluminium), karena bahan

tersebut ringan dan radiasi panasnya baik.

B. Celah Piston (Celah Antara Piston Dengan Silinder)

Saat piston menjadi panas akan terjadi sedikit pemuaian dan mengakibatkan

diameternya bertambah, maka diantara silinder dibuat celah yang disebut piston

clearance (Gambar 2.9).Pada umumnya celah piston antara 0,02 – 0,12 mm. Bentuk

(34)

Gambar 2.9Piston Gap

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.11)

2.4.4. Ring Piston

Pegas piston (piston ring) dipasang dalam ring groove (Gambar 2.10). Ring

piston terbuat dari baja khusus, pada mesin bensin pegas pistonnya ada yang terdiri

(35)

Gambar 2.10Piston Ring

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.12)

Ring piston berfungsi untuk:

1. Mencegah kebocoran selama langkah kompresi dan usaha

2. Mencegah oli yang melumasi piston dan silinder masuk ke ruang bakar

3. Memindahkan panas dari piston ke dinding silinder

A. Pegas Kompresi

Pada setiap piston (Gambar 2.11) terdapat 2 pegas kompresi. Pegas kompresi

(36)

Gambar 2.11Compression Ring

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.13)

B. Pegas Pengontrol Oli

Pegas pengontrol oli (oil control ring) diperlukan untuk membentuk lapisan

oli tipis (oil film) antara piston dan dinding silinder (Gambar 2.12) Pegas oli ini

disebut dengan third ring dan Fourth ring.

Ada 2 tipe pegas oli:

1. Tipe integral

(37)

Gambar 2.12Oil Control Ring

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.13)

C. Celah Ujung Pegas

Pegas piston (Gambar 2.13) akan mengembang bila dipanaskan, dengan

alasan tersebut pada ujung ring piston harus terdapat celah yang disebut ring end

gap.

Besarnya celah biasanya sebesar 0,2 – 0,5 mm pada temperatur ruangan, dan

(38)

Gambar 2.13Ring End Gap.

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.14)

2.4.5. Pena Piston

Pena piston (piston pin) menghubungkan dengan bagian ujung yang kecil dari

connecting rod. (Gambar 2.14) Dan meneruskan tekanan pembakaran yang berlaku

pada torak ke connecting rod. Pena piston berlubang di dalamnya untuk mengurangi

berat yang berlebihan dan kedua ujung ditahan oleh bushing pena torak (Piston Pin

(39)

Gambar 2.14Piston Pin.

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.15)

Piston dan connecting rod dapat dihubungkan dengan 4 cara:

1. Tipe fixed

2. Tipe full-floating

3. Tipe bolted

(40)

Gambar 2.15 Macam-macam Sambungan Piston dan Conecting rod.

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.15)

2.4.6. Batang piston

Batang piston (connecting rod) berfungsi untuk meneruskan tenaga yang

dihasilkan oleh piston ke crankshaft (Ganbar 2.16) Bagian ujung connecting rod

yang berhubungan dengan piston pin disebut small end, dan bagian yang

berhubungan dengan poros engkol disebut big end. Pada connecting rod terdapat oil

hole yan berfungsi untuk memercikan oli guna melumasi piston pada saat piston

(41)

Gambar 2.16Connecting Rod

(Sumber:Manual Book Toyota, PT.Astra International tbk-Toyota, Hal.16)

2.4.7. Poros Engkol (Crankshaft)

Tugas utama dari poros engkol (Gambar 2.17) adalah untuk merubah gerak

lurus yang dihasilkan piston menjadi gerak putar dengan perantaraan pena piston dan

batang piston. Namun demikian semua yang bergerak karena gerakan motor adalah

memanfaatkan gerakan poros engkol ini seperti poros cam, pompa oli, dan lain

sebagainya.

Poros engkol terdiri dari penyangga utama (Main Journal) yang selanjutnya

dihubungkan dengan Main Bearing Cap dan Crankpin dimana batang piston

dipasangkan dan roda penerus (Fly Wheel). Penyangga utama berfungsi sebagai

penyangga poros engkol dimana penyangga utama ini didukung oleh blok silinder

(42)

Gambar 2.17Crankshaft

(Sumber: Pedoman Reparasi 2001, PT.Hyundai Mobil Indonesia, Hal. EMA 36)

2.4.8. Camshaft

A. Bagian-Bagian Dari Camshaft

Camshaft adalah penentu utama kapan saat pembukaan dan penutupan katup

terjadi serta berapa lama dan seberapa lebar pembukaan katup tersebut gambar 2.18,

Shaft ini memiliki atau terdiri dari beberapa Cam (Nok) dibuat sesuai dengan jumlah

katup yang ada pada mesinnya. Camshaft biasa dibuat dari baja dimana pada bagian

Cam dikeraskan sehingga tidak mudah aus. Karena keausan Cam sangat besar

(43)

pembukaan dan penutupan katup isap dan katup buang menjadi tidak tepat, sehingga

efisiensi volumetriknya akan menurun.

Gambar 2.18 Camshaft

(Sumber: Pedoman Reparasi 2001, PT.Hyundai Mobil Indonesia, Hal. EM 28)

Cam dibuat dengan mesin yang sangat presisi karena perubahan atau

kekeliruan bentuk Cam walaupun hanya beberapa milimeter saja akan sangat

mempengaruhi beberapa hal, yaitu kapan katup mulai membuka dalam hubungannya

dengan posisi piston, berapa lama katup terbuka, dan berapa lebar pembukaan katup.

Bentuk Cam itulah yang diharapkan agar katup dapat membuka dengan cepat dan

menutup dengan cepat pula. Disamping itu diharapkan katup dapat membuka cukup

(44)

untuk kendaraan karena disamping mesin harus menghasilkan tenaga yang tinggi

juga dituntut keawetan dan kenyamanan.

B. Bentuk Dasar Cam

Pada umumnya bentuk keseluruhan dari Cam adalah lonjong, bentuknya

hampir menyerupai telur (gambar 2.19)

Gambar 2.19 Bentuk Dasar Cam

(sumber: Drs.Wardan Suyanto M.A,1989. Teori Motor Bensin, hal. 102)

Poros Cam berputar lebih lambat dari putaran poros engkol dengan

perbandingan 1:2, hal ini karena katup-katup pada mesin membuka satu kali setiap

empat kali langkah torak atau setiap dua putaran poros engkol.

Berarti setiap dua putaran poros engkol Cam hanya berputar satu kali putaran.

Untuk memenuhi kebutuhan ini maka poros Cam dan poros engkol masing-masing

(45)

Jumlah roda gigi poros Cam dua kali lipat dari jumlah gigi poros engkol,

dengan demikian maka akan dihasilkan perbandingan putaran satu berbanding dua

antara poros Cam dan poros engkol.

C. Sistem Penggerak Camshaft

Tiga sistem penggerakkan Camshaft:

1. Menggunakan roda gigi (Timing Gear)

2. Menggunakan rantai (Timing Chain)

3. Menggunakan sabuk bergerigi (Timing Belt)

1. Timing Gear

Pada penggerak ini, (Gambar 2.20) roda gigi poros Cam langsung

bersinggungan dengan roda gigi poros engkol, dimana untuk keperluan pemasangan

pada kedua gigi tersebut ada tanda pemasangannya sehingga saat pembukaan dan

penutupan katup dapat sesuai yang diinginkan atau sesuai dengan gerakan pistonnya.

Apabila sampai terjadi kesalahan dalam pemasangan dalam arti pemasangannya

tidak tepat maka dapat menimbulkan kerusakan walaupun kemungkinan mesin masih

dapat bekerja.

Kerusakan itu terjadi karena misalnya torak berada pada TMA katup dalam

membuka penuh, sehingga dapat terjadi tumbukan antara katup dan pistonnya.

Penggerakan dengan Timing Gear digunakan pada kendaraan yang dituntut kerja

(46)

Gambar 2.20 Penggerak Camshaft Dengan Timing Gear

(sumber: Drs.Wardan Suyanto M.A,1989. Teori Motor Bensin, hal. 103)

Penggerakan Timing Gear ini sangat handal dan tahan lama, tetapi

dibandingkan dengan model penggerakan yang lain lebih berisik. Disamping

digunakan pada kendaraan berat, penggerak dengan Timing Gear ini terutama

digunakan untuk mesin yang Camshaft nya terletak pada blok silinder.

2. Timing Chain

Seperti penggerak Timing Gear, pada penggerak model Timing chain pun ada

tanda pemasangannya untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam pemasangan.

Model ini banyak di gunakan pada mesin dengan Camshaft pada blok silinder

(47)

Gambar 2.21 Penggerak Camshaft Dengan Timing Chain

(sumber: Drs.Wardan Suyanto M.A,1989. Teori Motor Bensin, hal. 104)

Biasanya penggerak Cam dengan Timing Chain ini dilengkapi dengan

(48)

3. Timing Belt

Model Timing Belt ini menggunakan sabuk bergerigi, dan banyak digunakan

pada mesin dengan Camshaft pada kepala silinder atau OHC (Over Head Camshaft).

Model sabuk bergerigi ini sangat halus dalam arti tidak berisik pada waktu bekerja

dan sangat bagus untuk menggerakkan Camshaft.

Seperti penggerakan yang lain, model ini dilengkapi juga dengan tanda

pemasangan pada Timing Belt itu sendiri sehingga memudahkan pemasangannya

(Gambar 2.22). Kadang-kadang tanda ini harus dicocokkan dengan tanda yang ada

pada blok atau kepala silinder, hal ini akan lebih jelas bila dilihat pada buku

pedoman reparasi sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya kesalahan

dalam pemasangan.

Pada sistem ini juga dilengkapi dengan penegang yang berbentuk roda dan

dilengkapi dengan pegas sehingga menjaga Timing Belt tetap kencang atau erat pada

roda suproketnya. Roda penegang mendorong kedalam bagian punggung dari Timing

Belt sehingga mencegah terjadinya slip antara Timing Belt dengan roda suproketnya,

sehingga rotasinya selalu tepat. Disamping itu juga menjaga Timing Belt supaya

tidak lepas. Roda penegang ini dipasang pada Ball Bearing dan ditutup secara

(49)

Gambar 2.22 Penggerak Camshaft Dengan Timing Belt

(sumber: Drs.Wardan Suyanto M.A,1989. Teori Motor Bensin, hal. 105)

D. Mekanisme Camshaft DOHC

Overhead Camshaft (OHC) adalah konfigurasi penempatan deretan katup

pada poros kem di dalam kepala silinder, dan letaknya berada di atas ruang

pembakaran, dan bekerja menggerakan katup secara langsung sebagai ganti

penggunaan batang penekan seperti pada sistem Overhead Valve ( OHV) (lihat

gambar 2.23). Ketika dibandingkan langsung dengan sistem OHV dengan jumlah

katup yang sama, maka komponen dari sistem OHC sistem lebih sedikit dan secara

(50)

mendukung sistem bisa menjadi lebih rumit, kebanyakan pabrikan mesin dengan

mudah menerima kompleksitas yang ada dalam perdagangan untuk pencapaian

mesin yang lebih baik dan perencanaan fleksibel yang lebih baik. sistem OHC dapat

bekerja menggunakan metode yang sama seperti sistem OHV, metode ini termasuk

penggunaan waktu sabuk, rantai, atau di (dalam) lebih sedikit kasus umum, gigi

persneling.

Gambar 2.23 Mekanisme camshaft OHC (sumber: http://www.samarins.com)

Banyak mesin OHC (Overhead Camshaft) saat ini mempergunakan dan multiple

valves untuk meningkatkan efisiensi dan tenaga. Dalam mempertimbangkan

perancangan poros cam pada mesin OHC ada kaitan eratnya dengan mesin untuk

mencapai kecepatan yang tinggi. Ada dua sistem Overhead Camshaft :

• Single overhead camshaft (SOHC)

• Double overhead camshafts (DOHC)

Pada mobil jaman sekarang telah menggunakan mekanisme SOHC (Single Over

(51)

menggunakan mekanisme DOHC (Double Over Head Camshaft). Jadi dapat

diketahui pada umumnya cara kerja dari kedua model camshaft ini sama, yaitu untuk

mengatur pembukaan dan penutupan katup-katupnya, hanya saja perbedaannya

terdapat pada jumlah Camshaft nya yang berbeda, pada mekanisme SOHC

menggunakan Camshaft Tunggal (Single Camshaft), sedangkan mekanisme DOHC

menggunakan Camshaft ganda (Double Camshaft). Berikut untuk penjelasan

terperincinya :

Single Overhead Camshaft (SOHC)

SOHC disebut juga sistem camshaft tunggal adalah suatu desain penempatan

satu poros cam dalam kepala silinder. Dalam hal ini berarti setiap mesin memiliki

satu poros cam pada kepala silindernya, sama halnya tipe mesin jenis V di dalamnya

terdapat dua camshafts tetapi tetap satu camshaft untuk setiap silinder yang sejajar.

SOHC dirancang agar mesin menjadi lebih efisien. Hal ini menjadikan mesin

berkecepatan lebih tinggi, karena SOHC dapat meningkatkan tenaga mesin yang

disalurkan melalui torsi. Desain SOHC mengurangi kompleksitas dibandingkan

(52)

Gambar 2.24 Sistem SOHC (sumber: http://www.samarins.com)

Pada mesin dengan sistem SOHC camshaft terletak di dalam kepala silinder dan

katup dioperasikan oleh rocker arms secara langsung atau melalui lifters (seperti

pada gambar 2.24 di atas).

Keuntungan SOHC antara lain :

ƒ pada katup pengoperasiannya hampir secara langsung oleh camshaft

ƒ mudah untuk mencapai timing sempurna pada rpm tinggi.

Double Overhead Camshaft (DOHC)

DOHC juga disebut sistem cam ganda merupakan sistem penempatan dua

poros cam pada kepala silinder. Masing-masing poros memisahkan kerja katup-katup

hisap dan katup-katup buang, dalam arti poros cam satu menggerakkan katup-katup

hisap dan poros cam dua menggerakkan katup-katup buang (gambar 2.25). Sistem

(53)

atau mobil. Hal ini dikarenakan memungkin untuk penggunaan 4 katup untuk setiap

silinder. Mesin dengan sistem DOHC dapat menghasilkan daya yang lebih besar

dengan volume silinder lebih kecil. Pada mekanisme sistem DOHC digunakan

Camshaft ganda (Double Camshaft), karena perbedaan ini maka jumlah katupnya

pun juga berbeda, dan daya mesin yang dihasilkan dari mesin yang menggunakan

mekanisme DOHC ini semakin besar pula, begitu juga dengan efisiensi

volumetrisnya akan meningkat bila dibandingkan dengan mesin yang menggunakan

mekanisme SOHC. Hal ini terjadi karena semakin banyak campuran bahan bakar dan

udara yang masuk ke ruang bakar dikarenakan luasan permukaan dari saluran

masuknya (Intake) besar dan saluran keluarnya (Exhaust) pun juga besar.

Gambar 2.25 Sistem DOHC (sumber: http://www.samarins.com) Keuntungan :

ƒ Efisiensi tinggi, memungkinkan untuk menggunakan jumlah katup yang lebih

banyak untuk setiap silinder

(54)

Kerugian :

ƒ Disain mesin menjadi lebih mahal dan lebih rumit.

Gambar 2.26 Kepala Silinder DOHC (sumber: http://www.samarins.com)

Gambar 2.26 di atas memperlihatkan sebuah kepala silinder yang diiris

separuh. Ditunjukkan pula dua bagian atas poros cam. Setiap satu poros tersebut

masing-masing menggerakkan dua katup untuk setiap silinder, lihat gambar 2.27

berikut

(55)

Pada mekanisme kerja sistem DOHC, mekanisme ini terdiri dari dua buah

Camshaft maka dari sebab itu, dibutuhkan Camshaft timing Chain (Gambar 2.28)

yang dipasangkan pada Timing Chain Sprocket, agar kedua Camshaft dapat bergerak

sesuai dengan aturannya, setelah itu salah satu dari ujung dari Camshaft(Exhaust

Camshaft) dihubungkan dengan Timing Belt yang berhubungan langsung dengan

poros engkol(Crankshaft) melalui Camshaft Sprocket.

Berbeda dengan mekanisme kerja sistem SOHC yang tidak membutuhkan

Camshaft Timing Chain, karena Camshaft nya hanya satu dan langsung dihubungkan

dengan Timing Belt melalui Camshaft Sprocket yang selanjutnya gerakan putaran

dari Camshaft tersebut searah dengan putaran poros engkol untuk menggerakkan

katup-katupnya.

Gambar 2.28Camshaft Timing Chain

(56)

2.4.9. Katup (Valve)

Katup dipasang di kepala silinder yang terdiri dari katup hisap dan katup

buang. Katup hisap adalah katup yang digunakan untuk membuka dan menutup

saluran hisap untuk memasukkan campuran bahan bakar dengan udara ke dalam

silinder motor, sedangkan katup buang adalah katup yang digunakan untuk membuka

dan menutup saluran pembuangan untuk membuang gas hasil pembakaran dari

dalam silinder motor.

Setiap silinder paling tidak minimal memiliki satu katup hisap dan satu katup

buang, namun demikian saat ini sudah banyak mobil-mobil baru yang menggunakan

empat buah katup di tiap silindernya, biasanya terdapat pada motor yang

menggunakan mekanisme DOHC walaupun juga ada yang masih menggunakan

SOHC. Dan ada juga yang menggunakan tiga buah katup di tiap silindernya biasanya

terdapat pada motor yang menggunakan mekanisme SOHC, Bahkan ada juga yang

menggunakan 5 katup per silindernya, yaitu 3 katup isap dan 2 katup buang, biasanya

hanya pada mobil-mobil sport tertentu yang membutuhkan performa sangat tinggi.

Tujuannya adalah untuk mempertinggi efisiensi volumetrisnya, sehingga

pemanfaatan bahan bakar lebih efektif dan daya yang dihasilkan pun menjadi lebih

besar untuk motor yang ukuran silindernya sama.

Katup hisap dibuat lebih besar dari katup buang, hal ini disebabkan oleh

perbedaan tekanan antara gas yang masuk kedalam silinder dan gas yang keluar dari

dalam silinder.

Katup hisap hanya mengandalkan pada perbedaan tekanan antara tekanan

(57)

hisapan piston, sedangkan pada katup buang, gas hasil pembakaran akan keluar dari

silinder dengan tekanan sisa hasil pembakaran sehingga cukup kuat untuk

mendorong gas bekas pembakaran tersebut keluar dari dalam silinder.

Gambar 2.29 Bentuk Katup (Valve Design)

(58)

41

3.1. Data kendaraan DOHC

Jenis kendaraan : mobil penumpang

Tipe mesin : mesin bensin 4 langkah

Jumlah silinder : 4 silinder in-line, DOHC 16 katup

Volume sillinder : 1497 cc

Volume / silinder : 374,25 cc = 3,74 10-4 m3

Daya maksimal : 109 PS pada 6000 rpm

Torsi maksimal : 14,3 Nm pada 4200 rpm

Diameter silinder : 75,0 mm

Panjang langkah : 84,7 mm

Perbandingan kompresi : 9,5 : 1

Diameter Throat katup isap : 30,5 mm

Diameter Throat katup buang : 25,5 mm

3.1.1. Siklus Kerja Motor Bensin

Pada umumnya, pada siklus ideal untuk menganalisis motor bakar

dipergunakan siklus udara sebagai siklus ideal.

Dalam analisis siklus udara, khususnya pada motor bakar torak ada tiga

macam analisis, yaitu:

(59)

2. Siklus udara tekanan-konstan (siklus Diesel)

3. Siklus udara tekanan-terbatas (siklus gabungan)

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan siklus otto volume-konstan

untuk melakukan perhitungan pada motor bensin.

Untuk menjelaskan makna dari diagram p-v pada motor torak terlebih

dahulu perlu kita pakai beberapa idealisasi, sehingga prosesnya dapat dipahami

secara lebih mudah. Proses yang sebenarnya (aktual) berbeda dengan proses yang

ideal tersebut, dimana perbedaan tersebut menjadi semakin besar jika idealisasi

yang digunakan itu terlalu jauh menyimpang dari keadaan yang sebenarnya,

proses siklus yang ideal itu biasa disebut dengan siklus udara, dengan beberapa

idealisasi sebagai berikut:

1. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dimana udara dianggap sebagai gas

ideal dengan konstanta kalor yang konstan.

2. Proses ekspansi dan kompresi berlangsung secara isentropik.

3. Proses pembakaran dianggap proses pemanasan fluida kerja.

4. Pada akhir proses ekspansi, yaitu saat piston mencapai TMB, fluida kerja

didinginkan sehingga tekanan dan suhunya turun mencapai tekanan dan suhu

udara luar (atmosfer).

5. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah

(60)

Pada gambar (3.1) menunjukkan siklusudara volume konstan (siklus otto):

1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang

konstan

2. Langkah hisap (0-1) merupakan proses tekanan konstan

3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik

4. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses

pemasukan kalor pada volume konstan.

5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik

6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada

volume konstan

7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan

8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja

yang sama, atau gas yang berada di dalam silinder pada titik 1 dapat

dikeluarkan dari dalam silinder pada waktu langkah buang, tetapi pada

(61)

Gambar 3.1 Diagram P-V dan T-S Siklus Udara Konstan ( Siklus otto )

(Sumber: Wiranto Arismunandar,Motor Bakar Torak, hal 15)

3.2. Proses Penghisapan

Sejumlah muatan udara segar dialirkan saat langkah hisap, hal ini terjadi

karena adanya perbedaan tekanan antara udara luar (tekanan atmosfer) dengan

tekanan dalam silinder karena adanya penambahan volume silinder yang

disebabkan gerak langkah piston dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati

bawah (TMB).

Pengaliran muatan segar ini melalui saluran hisap dan akan melewati

katup hisap saat terbuka. Katup hisap terbuka beberapa derajat sebelum TMA saat

langkah buang. Saat torak menuju TMB, campuran segar mengalir ke dalam

(62)

Faktor yang mempengaruhi besarnya muatan yang masuk ke dalam silinder:

1. Adanya sisa hasil pembakaran didalam silinder yang mendiami

sebagian volume silinder.

2. Pemanasan campuran udara-bahan bakar oleh permukaan dinding

saluran hisap dan ruang diluar silinder sebesar T yang akan

mengurangi kerapatan campuran.

3.2.1. Tekanan di Dalam Silinder Selama Proses Pengisapan

Adanya tahanan/gesekan di dalam saluran hisap akan mengurangi jumlah

muatan segar yang terhisap ke dalam silinder karena kerapatan muatan berkurang.

Pengaruh tahanan hidraulik muatan dapat dicari bila diketahui rugi–rugi tekanan

ÄPa dalam sistem hisap atau tekanan Pa pada saat proses penghisapan berakhir.

Tekanan di dalam silinder selama proses pengisian dapat dicari secara tepat bila

prosesnya stabil.

Pada mesin 4 langkah saat mencapai kecepatan dan daya rata-rata Pa.

Tekanan akhir langkah hisap dihitung dengan persamaan 3.1 (M.Kovach, Motor

Vehicle Engines, Mir Publishers Moscow, Third Printing 1979, hal 88)

Persamaan Bernaulli: a 2 is is 2 is 2 a a in 2 in in in g.H 2 ) (V î 2 ) (V â ñ P g.H 2 ) (V ñ P     

 ...(3.1)

Dengan

a in dan ñ

ñ : kerapatan muatan pada saluran hisap dan di dalam silinder.

(63)

Vis : kecepatan rata–rata udara selama proses pengisapan pada katup

hisap (m/s)

Hin dan Ha : permukaan referensi (nol) dari sumbu saluran hisap dan sumbu

katup hisap

â : Vis Vcyl

Vcyl adalah kecepatan udara didalam silinder pada potongan

melintang berdasar pertimbangan.

æis : koefisien tahanan saluran hisap berdasarkan pada potongan kecil.

Diasumsikan Vin= 0, ketinggian Hin= Ha, dan rapat muatan segar ketika

melewati saluran hisap diabaikan

in a

, maka persamaan diatas menjadi:

     

   

2 V 2

a a

in

in 2

is

ñ

P

ñ

P

is

 ...(pers 3.2, Kovakh hal 88)

Persamaan kontinuitas untuk potongan melintang dari saluran isap dan

bagiansilinderpersamaan 3.3.

Vis . Ais = Vpmax . Ap...(pers 3.3, Kovakh hal 89)

Dengan

Ais : luasan lewat katup (m2)

Vpmax : kecepatan piston maksimum (m/s)

Ap : luasan piston (m2)

Untuk mesin 4-langkah tanpa supercharging, PinPo dan in o.

Mpa P

Pino 0,1013

 dh Cos

(64)

        Cos d h 4

max ...(pers 3.5, Petrosvky hal 414)

Ais : luasan lewat katup (m2)

d : diameter throat katup hisap (m)

r : jari-jari piston (m)

max

h : tinggi angkat katup maksimum (m)

 : sudut dudukan katup = 45o

S : panjang langkah (m)

n : putaran mesin (rpm)

Luasan lewat katup (Ais):

45 45 4 10 . 5 , 30 10 . 5 , 30 14 , 3 3 3 Cos Cos

Ais    

  = 4 ) 10 . 5 , 30 ( 14 ,

3  3 2

= 7,3.10-4 (m2), luasan lewat untuk 1 buah katup.

Katup hisap terdiri dari 2 buah katup, maka luasan lewat katup keseluruhannya

adalah: 2 10 . 3 ,

7 4 2

 

m Ais

=1,46.10-3 m2

Luasan piston (Ap)

2

r Ap 

= 3,14  (3,75.10-2)2

(65)

Kecepatan piston maksimum (Vpmax ):

Vp =

30

n S

...(pers 3.6, Kovakh hal 89)

=

30 6000 10

. 7 ,

84 3

= 16,94 (m/s)

VPmax = 1,63 Vp... (pers 3.7, Kovakh hal 89)

= 1,6316,94

= 27,61 m/s

Kecepatan rata–rata udara selama proses pengisapan pada katup hisap (Vis):

is p P

is

A A V

Vmax ...(pers 3.8, Kovakh hal 89)

= 27,61 3

-3

10 . 46 , 1 4,41.10

= 83,3 m/s

s m

Vis 50130 ...(batas aman kecepatan udara melalui katup isap, Kovakh hal 90)

Tekanan ahkir proses pengisapan (Pa):

Untuk mesin 4-langkah tanpa supercharging, PinPo dan in o.

1. PinPo 0,1013Mpa

2. in o udara pada To= 32 oC = 305 K

3

159 ,

1 kg m

o

 ...(tabel A-5 Holman, hal 589)

(66)

Tabel 3.1 Sifat-sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer

(Sumber: Jp.Hollman, PerpindahanKalor hal 589)

6 2

2

10 2

  

is is o

o a

V P

P    ...(pers 3.9, Kovakh hal 596)

6

2

10 . 159 , 1 2

83,3 75 , 2 1013 ,

0    

a P

= 0,089 Mpa

Drop pressure yang terjadi (Pa):

a in

a P P

P  

(67)

089 , 0 1013 ,

0 

 Pa

= 0,0123 Mpa

3.2.2. Temperatur Akhir Proses Pengisapan (Ta):

Temperatur campuran muatan segar dan gas-gas residu (Ta) pada ahkir

proses pengisapan lebih tinggi dibanding temperatur pada saluran hisap (Tin),

tetapi lebih rendah dibanding temperatur gas-gas residu (Tres).

Ta =

res res res in

ã

1

T

ÄT T

 

 

(K)...(pers 3.11, Kovakh hal 93)

res a

res

res o res

P P

P T

T T

    

 ...(pers 3.12, Kovakh hal 97)

o

res P

P  1,11,25 ...(pers 3.13, Kovakh hal 93)

Dengan:

o

T : temperatur udara luar = 305 K

Tin : temperatur saluran isap

ÄT : penambahan suhu campuran segar karena melewati saluran hisap 15 oC

 : koefisien kapasitas gas panas residu = 1

 : perbandingan kompresi = 9,5:1

Tres : koefisien kapasitas residu = (750  1000) K...(Kovakh hal 92)

res

 : Koefisien gas buang (0,060,10)...(Kovakh hal 91)

Ta : (310  350) K...(Kovakh hal 94)

(68)

0,064 1013 , 0 15 , 1 0,089 5 , 9 1013 , 0 15 , 1 750 15 305         res  K 345,8 0,064 1 750 064 , 0 1 15 305        Ta

Efisiensi pengisian untuk langkah hisap(v):

Efisiensi pengisian silinder adalah perbandingan antara jumlah muatan

segar aktual We yang dikompresi di dalam silinder dengan jumlah Wo yang akan

diisikan di dalam volume kerja silinder Vd pada tekanan dan suhu udara luar (p0

dan T0).

Pada mesin tanpa supercharging, p0 dan T0 menyatakan tekanan dan suhu

udara luar. ) ã (1 T T . P P . 1 å å ç res a in in a 1 v  

 ...(pers 3.14, Kovakh hal 96)

0,064) (1 345,8 305 0,1013 0,089 1 9,5 9,5 1 çv       = 0,834

= 83,4 %

3.3. Langkah Kompresi

Temperatur dan tekanan pada akhir langkah kompresi menggunakan

eksponen polytropik (n1), eksponen ini konstan selama proses berlangsung.

(69)

Tekanan akhir langkah kompresi (Pcom):

Proses berlangsung secara isentropik, tekanan akhir langkah kompresi

dihitung dengan menggunakan persamaan:

1

n a

com P

P   (Mpa)...(pers 3.15, Kovakh hal 111)

3 , 1

5 , 9 089 ,

0 

com P

= 1,66 Mpa

Temperatur akhir langkah kompresi (Tcom):

1

1

n

a

com T

T  ...(pers 3.16, Kovakh hal 111)

1 3 , 1

5 , 9

345,8 

com T

= 679,4 K

3.4. Proses Pembakaran

Proses pembakaran terjadi saat piston berada beberapa derajat sebelum

TMA. Campuran udara dan bahan bakar yang terkurung di dalam ruang bakar

dimampatkan pada saat proses kompresi, sehingga tekanan dan suhu di dalam

ruang bakar naik secara tiba-tiba.

Pada proses ini terjadi pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang

unsur utamanya adalah karbon, hidrogen dan oksigen. Udara mengandung 23%

oksigen (O2 ) 76,7% Nitrogen (N2) dalam basis massa, sedangkan udara

mengandung 21% Oksigen dan 79% Nitrogen dalam basis volume.

Reaksi pembakaran:

(70)

Dengan:

C = Karbon

H = Hidrogen

O = Oksigen

3.4.1. Reaksi Kimia Pembakaran Bahan Bakar dan Udara

Reaksi pembakaran hidrogen:

O H mol 2 h O mol 4 h H kg h : Hidrogen dari (kg) h untuk atau O H mol 2 O mol 1 H kg 4 : mol dalam 36 4 32 4 H kg h : Hidrogen dari (kg) h untuk dan O H 4 36 O kg 4 32 H kg 1 : H (kg) 1 pembakaran untuk O H kg 36 O kg 32 H kg 4 O H 2 O H 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2             O H kg h O kg h

Reaksi pembakaran karbon:

(71)

Komposisi bahan bakar:

C = 88,5 %

H = 14,5 %

Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam massa secara

teoritis adalah:      

o f

th C H O

a 8 3 8 23 , 0 1

………......(pers 3.17, Kovakh hal 51)

kg ath 96 , 14 0 145 , 0 8 885 , 0 3 8 23 , 0 1       

Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam mol secara

teoritis adalah:          32 4 12 209 , 0 1 f th O H C

A …………..………(pers 3.18, Kovakh hal 51)

kmol 516 , 0 32 0 4 145 , 0 12 885 , 0 209 , 0 1        th A

3.4.2. Koefisien Kelebihan Udara

 

Jumlah udara yang digunakan mesin akan bertambah besar, mengecil atau

bahkan setimbang terhadap perhitungan teoritisnya, tergantung pada tipe tiap

susunan campuran bahan bakar dan udara. Perbandingan jumlah udara yang ikut

terbakar bersama bahan bakar terhadap perhitungan teoritisnya disebut koefisien

kelebihan udara ( )

 = 1 disebut campuran setimbang (Stoikiometris).

(72)

 > 1 disebut campuran miskin

Dalam perhitungan ath dan Ath, diasumsikan bahwa udara mengandung

20,9 % O2 dari basis volum dan 23 % dari basis massa.

Jumlah udara aktual didalam pembakaran dari 1 kg bahan bakar,

( 11,3 Kovakh hal 52) adalah:

th a

a

 ………..……….(pers 3.19, Kovakh hal 52)

kg 96 , 14 96 , 14 1    

ath

a

th A

A

 …..………...………….(pers 3.20, Kovakh hal 52)

mol 516 , 0 516 , 0 1    

Ath

A

Jumlah total campuran segar udara dan bahan bakar:

kg 96 , 15 96 , 14 1 1 1    

ath

G

....…………...……….(pers 3.21, Kovakh hal 53)

th f A M     1

1 ………...………...…..(pers 3.22, Kovakh hal 53)

Dengan:

f

 massa molekul dari bahan bakar,...(tabel 3.2, Kovakh hal 64)

(73)

Tabel 3.2 Komposisi Elementari dan Karakteristik Dari Bensin dan Solar

(Sumber: M.Kovakh, Motor Vehicle Engines, hal 64)

Jumlah campuran individu dari hasil pembakaran:

th CO A K M    1 1 42 ,

0  ………....…………...(pers 3.23, Kovakh hal 57)

kmol 0 516 , 0 5 , 0 1 1 1 42 , 0       CO M CO CO M C

M  

12

2

………...(pers 3.24, Kovakh hal 57)

kmol 071 , 0 0 12 855 , 0 2    CO M CO

H K M

M  

2

……...………...(pers 3.25, Kovakh hal 57)

kmol 0 0 5 , 0 2    H M Dengan: 

(74)

2 2 2 H O H M H

M   ..………...………....(pers 3.26, Kovakh hal 57)

kmol 072 , 0 0 072 , 0 2 2 2      H O H M H M th N A

M 0,79

2

……….…………..(pers 3.27, Kovakh hal 58)

kmol 407 , 0 516 , 0 1 79 , 0 2     N M

Jumlah total dari hasil pembakaran (M2) adalah:

kmol 55 , 0 407 , 0 072 , 0 0 071 , 0 0 2       M

Koefisien teoritis dari perubahan molekul (th):

1 2

M M th

 …...………..(pers 3.28, Kovakh hal 595)

049 , 1 524 , 0 55 , 0   th

Koefisien molar aktual ():

res res th        1

………...………(pers 3.29, Kovakh hal 596)

046 , 1 064 , 0 1 064 , 0 049 , 1     

Diasumsikan panas terendah dari hasil pembakaran (Hl) = 44 MJ kg.

(75)

Hl

chem 11410

1

Ath

6 ……

...…………..………….(pers 3.30, Kovakh hal 64)

kmol MJ 0 516 , 0 1 1 114      Hl chem

Energi yang dikandung 1 kmol hasil pembakaran pada temperatur

maksimum yang tercapai (UZ") adalah:

res

com res com res chem l l Z Z U U M H H U             1 " 1 " 1

...……....(pers 3.31, Kovakh hal 596)

Koefisien pemakaian panas (Z) = 0,85……….(Kovakh hal 596)

Energi internal dari 1 mol campuran segar pada langkah ahkir kompresi:

 

V com com

com c t

U   ………...(pers 3.32, Kovakh hal 597)

Panas jenis dari campuran segar udara dan bahan bakar (cV )

diasumsikan setara dengan udara pada temperatur (t = tcom). Dengan

(76)

Tabel 3.3 Kapasitas Panas Jenis Molar Gas (cV) Pada Volume Konstan

(Sumber: M.Kovakh, Motor Vehicle Engines, hal 67)

Didapat:

V c

 pada t = tcom = 21,63 kJ mol oC

maka:

kmol kJ 8 , 6361

300 206 , 21

 

com U

Energi internal dari 1 mol hasil pembakaran pada ahkir langkah kompresi:

V

com com

com c t

(77)

Dengan:

"

V c

 = adalah panas jenis dari hasil pembakaran pada ahkir langkah kompresi.

Panas jenis campuran adalah jumlah dari hasil pembakaran komponen

individual dibagi dengan jumlah total hasil pembakaran. Untuk komposisi

elementary dari bahan bakar telah diasumsikan diatas untuk  1 maka

2 M M r i i  dapat dihitung: 2 M M r i

i  ………...……….(pers 3.34, Kovakh hal 597)

1. rCO 0

2. rCO2 0,129

3. 0,131

2O

H

r

4. 0,74

2  N r 5. 0 2  H r

Dengan menggunakan data dari tabel 3.3 untuk tcom =300 oC dapat dihitung:

2 2

2 2 2

2 2 2 " N r O H r H r C r C r c N O H H O CO O CO V           

...………..(pers 3.35, Kovakh hal 597)

272 , 23 972 , 20 74 , 0 260 , 26 131 , 0 808 , 20 0 440 , 33 129 , 0 202 , 21 0 "            V c

Energi internal dari hasil pembakaran adalah:

(78)

kmole kJ 8 , 73479 064 , 0 1 6 , 6981 064 , 0 8 , 6361 064 , 0 1 524 , 0 0 44000 85 , 0 "         Z U

Energi yang dikandung 1 kmol hasil pembakaran pada temperatur

maksimum yang tercapai (UZ") adalah:

   Z Z V Z U T c U " "  

………...………..(pers 3.36, Kovakh hal 597)

kmole MJ 24 , 70 kmole kJ 3 , 70248 046 , 1 8 , 73479 "    Z U

Dari tabel 3.4 akan diperoleh nilai Tz (suhu akhir pembakaran) dengan

1

 maka nilai Tzadalah:

Tz = 2360,6 oC

(79)

Tabel 3.4 Energi Internal Hasil Pembakaran (U)

(Sumber: M.Kovakh, Motor Vehicle Engines, hal 70)

Tekanan akhir pada akhir langkah pembakaran (Pz) adalah;

com com

Z

Z P

T T

P  ………(pers 3.37, Kovakh hal 598)

Mpa 73 , 6

66 , 1 4 , 679

6 , 2633 046

, 1

 

Z P

Rasio penambahan tekanan ():

com Z

P P

(80)

05 , 4 1,66 6,73   

Tekanan maksimum pada akhir langkah pembakaran (Pz’) adalah:

Z

Z P

P '0,85 ………...(pers 3.39, Kovakh hal 598)

Mpa 72 , 5 73 , 6 85 , 0 '    Z P

3.5. Langkah Ekspansi

Setelah terjadi proses pembakaran bahan bakar dengan udara karena

tekanan yang sangat kuat, maka dihasilkan tenaga yang mampu mendorong piston

dari TMA ke TMB.

Langkah ini adalah proses perubahan energi panas menjadi energi

mekanik. Karena gerakan piston dari TMA ke TMB, maka volume silinder akan

menjadi besar dan tekanan udara dalam silinder akan menurun.

Proses ekspansi merupakan proses politropik dengan eksponen politropik

(n2). Setelah langkah ekspansi dilanjutkan dengan proses pembuangan, yang

diawali saat katup buang mulai terbuka, eksponen politropik untuk langkah

ekspansi yaitu, n2 = 1,23 – 1,30 (Kovakh hal 155).

Tekanan akhir langkah ekspansi (Pb):

2 n Z b P P

 ……...………...(pers 3.40, Kovakh hal 598)

(81)

Temperatur akhir langkah ekspansi (Tb):

1

2

nZ b

T T

 ………...………..(pers 3.41, Kovakh hal 598)

K 18 , 1569 5 , 9 6 , 2633 1 23 , 1   b T

3.5.1.

Gambar

Gambar 2.1 Motor Bensin 4-Langkah
Gambar 2.2 Proses Langkah Hisap
Gambar 2.3 Langkah Kompresi, Kedua Katupnya Tertutup
Gambar 2.4 Proses langkah usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Orang yang dengan tanpa hak 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 menggunakan Merek yang sama pada tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi keseluruhannya dengan

Aset dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, jika dan hanya jika, 1) Grup saat ini

Soeradji Tirtonegoro Klaten.Dengan demikian, dilihat dari jenis pekerjaan, sebagain besar pasien/keluarga pasien yang bekerja sebagai PNS/ABRI/BUMN, karyawan swasta,

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Aliyah Negeri sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU mengikuti ketentuan Keputusan Menteri

Post Operatif dimulai dari pasien masuk ruang pemulihan sampai kondisi pulih dari intervensi operasi..  Pelayanan Perioperatif

Aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen adalah teori mmodern, disebut juga analisa sistem pada organisasi .Teori modern mengemukakan bahwa

Berdasarkan penelitian retro-spektif yang dilakukan, pada tabel 1 ditemukan bahwa apgar skor bayi yang lahir secara seksio sesarea dengan anestesia spinal yang mengalami

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian pokok bahasan unsur-unsur