• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh perlakuan kimia pada serat widuri (Calotropis gigantea) terhadap sifat mekanis komposit serat dengan matrik polyester = the effects of chemical treatment on widuri (Calotropis gigantea) fiber to the mechanical properties of the fiber composite wi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh perlakuan kimia pada serat widuri (Calotropis gigantea) terhadap sifat mekanis komposit serat dengan matrik polyester = the effects of chemical treatment on widuri (Calotropis gigantea) fiber to the mechanical properties of the fiber composite wi"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Mesin

Disusun oleh :

RADEN SAGITTA SIDO PRASTOWO

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

NIM : 025214041

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

A FINAL PROJECT

Submitted for The Partial Ful llment of The Requirements

By :

RADEN SAGITTA SIDO PRASTOWO

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

2007

fi

for The Degree of Mechanical Engineering of Mechanical Engineering Study Program

NIM : 025214041

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

(3)
(4)
(5)

(6)
(7)

kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa

Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Dr.Ir.P.Wiryono P.,S.J, Rektor Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Romo Ir.Greg Heliarko, SJ., SS.,B.ST., MA., M.Sc., Dekan Fakultas

Teknik Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T., Wakil Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Budi Sugiharto S.T., M.T. sebagai Ketua Program Studi Teknik

Mesin.

5. Bapak I Gusti Ketut Puja S.T, M.T. atas bimbingan dan nasehatnya selama

penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T. sebagai pembimbing akademik.

7. Saudara Martono, Saudara Intan dan Saudara Ronny yang telah membantu

dalam penelitian Tugas Akhir ini.

8. Saudara Tri yang telah membantu dalam birokrasi selama penyusunan

Tugas Akhir ini.

9. Saudara Rory (Bintang Akuarium) yang telah membantu dalam

penyediaan cetakan kaca.

(8)

dukungannya selama ini.

12.Ariesta Indi P. atas doa, kasih, semangat, bantuan, dan dukungannya

selama ini.

13.Teman-teman kelompok Tugas Akhir : Lambang, Bravi, Budi, Lukas,

Andre, Beni, Wibi, Angga dan Donny atas kerjasamanya selama

penyusunan Tugas Akhir ini.

14.Teman-temanku : Alfon, Swampy, Icha, Sipo, Fajar, Danang, Sangaji

YKPN, CB, Welly, Anton Lampung, Anak-anak kos Joho dan semua

teman yang telah turut memberikan dukungan selama penyusunan Tugas

Akhir ini.

Tugas Akhir ini baru permulaan dan sekiranya ada kekurangannya, Penulis

mohon saran dan kritik yang membangun untuk Tugas Akhir ini. Semoga Tugas

Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembacanya.

Yogyakarta, 28 Agustus 2007

Penulis

Raden Sagitta Sido P.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………i

HALAMAN JUDUL (INGGRIS)... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATAPENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

INTISARI... xiv

1.5 Manfaat Penelitian………..6

BAB II DASAR TEORI ... 7

2.1 Penyusun Bahan Komposit ... ………...7

2.2 Penggolongan Komposit ... 8

2.3 Polyester... ………10

(10)

2.4 Serat ... ……….12

2.5 Bahan-Bahan Tambahan ... 13

2.6 Fraksi volum Serat ... 13

2.7 Orientasi Serat... 15

2.8 Jenis`Serat ... 17

2.9 Komposisi dan Bentuk Serat... 17

2.10 Faktor Matrik ... 18

2.11 Mekanika Komposit………19

2.12 Uji Impak………20

2.13 Hubungan Tegangan dan Regangan Komposit………...21

2.14 Bentuk-Bentuk Patahan………..22

BAB III PENELITIAN ... 25

3.1 Skema Penelitian... 25

3.2 Persiapan Benda Uji... 26

3.2.1 Bahan dan Alat... 26

3.2.2 Pembuatan Serat Widuri ... 30

3.2.3 Perendaman Serat dengan NaOH... 32

3.2.4 Perlakuan Serat Widuri………...………...33

3.2.5 Pembuatan Cetakan………...41

3.2.6 Cetakan Untuk Pengujian Tarik………41

3.2.7 Cetakan Untuk Pengujian Impak………...44

3.3 Pembuatan Benda Uji... 45

3.3.1 Benda Uji Matrik untuk Pengujian Tarik... 46

(11)

3.3.2 Benda Uji Matrik untuk Pengujian Impak ... 49

3.4 Benda Uji Komposit ……….51

3.4.1 Benda Uji Komposit Tanpa/Dengan Perendaman Serat…...52

3.4.2 Mencetak Komposit Tanpa/Dengan Perendaman Serat...54

3.5 Metode Pengujian………..55

3.5.1 Metode Pengujian Tarik………55

3.5.2 Pengujian Impak………57

3.6 Benda Uji………..59

3.6.1 Standard dan Ukuran untuk Pengujian Tarik………59

3.6.2 Standard dan Ukuran untuk Pengujian Impak………...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Pengujian Impak...62

4.2 Pengujian Tarik ... 70

4.3 Hasil Foto Mikro ... 82

BAB V KESIMPULAN... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Kekuatan, Fraksi Volum dan Susunan Serat.16

Gambar 2.2 Bentuk Patahan Getas... ...22

Gambar 2.3 Bentuk Patahan Liat ...23

Gambar 2.4 Bentuk Patahan Campuran ...23

Gambar 3.1 Skema Penelitian ...25

Gambar 3.2 Tumbuhan Widuri...28

Gambar 3.3 Release Agent (MAA)... ...29

Gambar 3.8 NaOH pro analisis...33

Gambar 3.18 Cetakan Uji Tarik Komposit.... ...42

Gambar 3.19 Cetakan Uji Tarik Resin...43

Gambar 3.20 Cetakan Komposit Uji Impak ...44

Gambar 3.21 Cetakan Matrik untuk Uji Impak...45

Gambar 3.22 Mesin Uji Tarik...56

Gambar 3.23 Mesin Uji Impak...58

Gambar 3.24 Benda Uji Matrik... ...59

Gambar 3.26 Benda Uji Komposit... ...60

Gambar 3.27 Benda Uji Impak...61

Gambar 4.1 Grafik Tenaga Patah Rata-Rata...66

Gambar 4.2 Grafik Keuletan Rata-Rata...66

Gambar 4.3 Patahan Pada Matrik...68

Gambar 4.4 Patahan Pada Komposit...68

Gambar 4.9 Grafik Sifat Mekanis Matrik Polyester...72

Gambar 4.10 Grafik Kekuatan Tarik Rata-Rata Komposit...75

Gambar 4.12 Grafik Regangan Rata-Rata Komposit...76

Gambar 4.14 Void pada Komposit...78

Gambar 4.19 Foto Mikro...82

(13)

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Impak Komposit Tanpa Perendaman Serat...63

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (2,5% NaOH)...64

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (5% NaOH)...64

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (7,5% NaOH)...65

Tabel 4.6 Tenaga Patah Rata-rata dan Keuletan Rata-rata...65

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tarik Matrik Polyester...71

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tarik Komposit Tanpa Perendaman Serat...73

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat (2,5%NaOH)...73

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat (5%NaOH)...74

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat (7,5%NaOH)...74

Tabel 4.12 Kekuatan Tarik dan Regangan Rata-Rata...75

(14)

masih sangat terbatas dan belum memberikan nilai ekonomis yang berarti bagi masyarakat, kami coba memanfaatkannya sebagai bahan komposit.

Pada penelitian ini, penulis membuat komposit serat widuri sebagai penguat (reinforcement agent) dan resin POLYESTER JUSTUS 108 sebagai matrik. Sebelum pembuatan komposit, serat widuri direndam dalam larutan NaOH selama 3 jam. Konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 2,5%, 5%, dan 7,5%. Orientasi serat dalam komposit ini adalah acak (Isotropic). Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian tarik, pengujian impak, dan pengamatan struktur mikro, serta bentuk patahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian impak energi patah dan keuletan pada komposit tanpa perendaman ataupun dengan perendaman NaOH tidak ada perbedaan yang signifikan. Energi patah yang paling besar ada pada komposit dengan perendaman 7,5%NaOH yaitu 0,19 Joule, dan keuletan 2,2 kJ/m2. Pada pengujian tarik komposit dengan perendaman NaOH ataupun tanpa perendaman NaOH mempunyai nilai kekuatan tarik yang relatif sama, justru pada komposit tanpa perlakuan didapatkan harga kekuatan tarik diatas konsentrasi yang lain yaitu 18,6

MPadan regangan sebesar 1%. Jenis patahan yang terjadi adalah patah getas, karena pada permukaan benda uji cenderung lurus dan mengkilap.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

semakin pesat saat ini, kita dituntut untuk selalu maju dan berkembang terutama

dalam bidang industri. Dari kemajuan teknologi industri yang disaksikan dan

dinikmati sekarang ini merupakan hasil karya manusia, dan demikian kemajuan

teknologi tersebut alangkah baiknya menengok latar belakang dari

kemajuan-kemajuan tersebut. Mahasiswa harus menelusuri faktor-faktor dan ilmu yang

mendukung hasil karya cipta itu.

Melihat betapa pentingya bahan-bahan teknik pada industrialisasi dan

menunjang persaingan bebas dengan negara industri lainnya maka perlu dipelajari

dan diketahui pencetakan komposit, merupakan ilmu yang mempelajari

bagaimana cara membuat cetakan komposit , proses pencampuran antara serat dan

matrik, proses pencetakan pada cetakan komposit, bertolak dari pemikiran

tersebut penulis tertarik untuk mempelajari komposit yang dituangkan dalam

bentuk tugas akhir dengan judul : “Pengaruh Perlakuan Kimia Pada Serat Widuri

(16)

1.2 LATAR BELAKANG

Komposit merupakan material alternatif pengganti logam yang

memiliki beberapa sifat yang menguntungkan diantaranya adalah mempunyai

ketahanan korosi yang tinggi, rasio berat terhadap kekuatannya yang kecil, dan

pengontrolan manufaktur yang lebih mudah. Komposit tersusun dari dua

komponen penting yaitu matriks sebagai pengikat dan pengisi sebagai penguat.

Beberapa contoh matriks yang ada dipasaran antara lain epoksi, poliester dan urea

formaldehyda. Fiberglass, partikel carbon, dan titanium adalah beberapa contoh meterial pengisi komposit. Biaya produksi untuk pembuatan serat sintetis yang

tinggi dan limbah yang tidak dapat didaur ulang menjadikan motivasi para

peneliti untuk mencari dan mempelajari serat alami sebagai pengganti serat

sintetis. Serat widuri merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti sebagai

serat alami penguat material komposit karena jenis tanaman tersebut sangat

mudah ditemukan dan tersedia sangat melimpah di Indonesia.

Komposit serat merupakan perpaduan antara serat sebagai komponen

penguat dan matrik sebagai komponen penguat serat. Serat biasanya mempunyai

kekuatan dan kekakuan yang lebih besar dari pada matrik dan pada umumnya

bersifat ortotropik. Pada saat serat dan matrik dipadukan untuk menghasilkan

komposit, kedua komponen tersebut tetap mempertahankan sifat-sifat yang

dimilikinya dan secara langsung akan berpengaruh terhadap sifat komposit yang

(17)

kekakuan komposit terletak diantara kekakuan dan kekuatan serat dan matrik

yang digunakan. Dalam artian bahwa kemampuan komposit terdapat antara

kemampuan serat dan matrik pengikatnya serat memiliki sifat-sifat dari bahan

yang menjadi penyusunnya (Hadi, B.K., 2000).

Dibawah ini gambar 1.1 dicantumkan grafik kekuatan tarik komposit

dan komponen penyusunnya (Jones, R.M., 1975)

σ

ε

serat

komposit

matriks

Grafik Kekuatan Tarik Komposit Gambar 1.1

Komposit serat secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu

serat sintetik dan serat organik. Serat sintetik atau buatan yaitu serat yang dibuat

dari bahan-bahan anorganik. Misalnya glass dan keramik. Kelebihan

menggunakan serat sintetik yaitu mempunyai kekuatan tinggi, homogen, harga

rendah, isolator listrik yang baik dan mempunyai sifat anti korosi. Sedangkan

kekurangan dari serat sintetik yaitu tidak dapat didaur ulang dan serbuk atau debu

dari serat gelas dapat menjadi racun apabila terhirup masuk kedalam tubuh.

(18)

selulosa, polipropilena, serat jerami, serat nanas, serat kelapa, serat lidah mertua

dan lain-lain. Kelebihan serat alam ini harga murah, mudah didapatkan, ringan,

dapat dididaur ulang dan tidak beracun. Sedangkan kekurangan serat alami

struktur serat tidak homogen, kekakuan serat tidak merata dan tidak tahan pada

suhu tinggi.

Serat widuri adalah bahan organik yang berasal dari alam dan banyak

ditemui didalam kehidupan sehari-hari. Serat widuri ini biasanya terdapat pada

pesisir pantai dan untuk saat ini serat ini belum ada yang mengembangkannya.

Penelitian pada komposit berpenguat serat widuri (organik) sangat jarang

dilakukan, maka dilakukan penelitian pada komposit berpenguat serat widuri

(organik). Yaitu bagian buahnya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik komposit.

Keunggulan barang yang dihasilkan dari serat alam tersebut antara lain tahan

terhadap korosi, ringan, pewarnaan dan tekstur dapat dimodifikasi serta lebih

kedap suara bila dibandingkan material dari semen. Bahan dasar dari serat alam

tersebut tersedia melimpah di Indonesia.

Penelitian yang diajukan untuk program Sarjana ini adalah

menentukan formulasi kombinasi antara kadar NaOH, waktu perendaman, dan

waktu pencetakan komposit yang optimal, pembuatan cetakan komposit. Matriks

yang akan digunakan adalah polyester bening super yang biasa digunakan sebagai

(19)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Meneliti pengaruh perlakuan kimia terhadap serat widuri dengan

perandaman NaOH terhadap kekuatan tarik serat dan regangan pada

pengujian tarik komposit.

b) Meneliti pengaruh perlakuan kimia terhadap serat widuri dengan

perendaman NaOH terhadap ketahanan patah dan keuletan pada

pengujian impak komposit.

c) Untuk mengetahui jenis patahan yang terjadi pada komposit serat

widuri melalui analisa struktur makro.

1.4 BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dalam penelitian yang akan

dibahas ini, penelitian hanya dibatasi :

a) Proses pencetakan dan pencampuran komposit serat alami dengan

matrik Polyester Bening Super.

b) Penelitian sifat fisis dan mekanis komposit serat alam yang meliputi

pengujian tarik, pengujian impact dan pengamatan struktur makro.

c) Pada penelitian ini dilakukan perlakuan kimia serat dengan

perendaman NaOH (2,5% ; 5% ; 75%) selama 3 jam.

d) Fraksi volume serat yang digunakan adalah 10%.

e) Pada penelitian ini menggunakan serat widuri.

(20)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi

berbagai pihak. Manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan yang dapat digunakan oleh masyarakat dengan

produksi dan harga yang relatif murah serta ramah lingkungan.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

yang bermanfaat serta dijadikan sebagai bahan referensi oleh

(21)

BAB II DASAR TEORI

2.1. Penyusun Bahan Komposit

Definisi dari komposit adalah gabungan dua macam bahan atau lebih

dengan fase yang berbeda. Fase pertama disebut dengan matrik yang memiliki

fungsi sebagai pengikat dan fase yang kedua disebut dengan reinforcement

yang memiliki fungsi untuk memperkuat bahan komposit secara keseluruhan.

Unsur utama penyusun komposit adalah serat, serat merupakan penentu

karakteristik komposit seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanis

yang lain. Serat berfungsi untuk menahan sebagian besar gaya-gaya yang

bekerja pada komposit dan matrik berfungsi untuk melindungi dan mengikat

serat agar dapat bekerja dengan baik.

Komposit serat dapat diklasifikasikan kedalam berbagai jenis

tergantung pada orientasi dan jenis seratnya. Banyaknya serat dan ukurannya

menentukan kemampuan komposit dalam menahan gaya-gaya yang bekerja.

Komposit serat kontinu memiliki kekuatan yang sangat kuat dan liat (taugh)

dibandingkan dengan serat tidak kontinu. Selain bahan serat komposit juga

tidak terlepas dari bahan matrik. Hal ini dapat dimengerti karena sekumpulan

serat tanpa matrik tidak dapat menahan gaya dalam arah tekan dan transversal.

Matrik juga berguna untuk meneruskan gaya dari satu serat keserat lainnya

(22)

serat dibagi menjadi dua yaitu serat kontinu (continous) dan serat tidak

kontinu (discontinous).

2.2. Penggolongan Komposit

Penggolongan bahan komposit sangat luas, jenis komposit sering

dibedakan menurut bentuk dan bahan matriks pengikat sebagai bahan

penguatnya. Secara umum komposit dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis

(Jones, R.M., 1975)

1. Fibrous composites

Pada komposit ini bahan penguat yang digunakan adalah serat

(dapat berupa serat organic atau serat sintetik) yang memiliki kekuatan

dan kekakuan lebih besar bila dibandingkan dengan bahan pengikat

atau matriks. Bahan pengikat yang digunakan dapat berupa polymer,

loga maupun keramik.

Agar dapat membentuk produk yang efektif dan baik maka

komponen penguat harus memiliki modulus elastisitas yang lebih

tinggi daripada matriknya selain itu juga harus ada ikatan permukaan

antara komponen penguat dan matriks (Van Vlack, L.H., 1985).

2. Laminated composites

Komposit ini terdiri dari dua atau lebih material yang disusun

berlapis-lapis. Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat

yang baru seperti kekuatan, kekakuan, ketahanan korosi, sifat thermal

(23)

3. Particulated composites

Particulated composites terdiri dari partikel-partikel yang ada

dalam matriks. Material partikel bisa dibuat dari satu jenis ataupun

lebih dari satu jenis material dan biasanya material partikel ini terbuat

dari bahan metal atau dari bahan non-metal.

Sedangkan untuk komposit menurut jenis matrik yang digunakan

dapat dibedakan menjadi :

1. Komposit Matriks Logam (Metal Matriks Composite)

Pada komposit ini matriks yang digunakan adalah logam

sedangkan bahan penguatnya dapat berupa partikel keramik atau fiber

yang dapat terdiri dari logam, keramik, karbon dan boron.

Cermet merupakan salah satu tipe paling umum dari komposit matrik logam. Cermet merupakan suatu bahan komposit matrik logam dengan reinforcing agent berupa keramik.

2. Komposit Matriks Keramik (Ceramic Matriks Composite)

Keramik memiliki sifat-sifat yang cukup menarik seperti :

kekakuan, kekerasan dan kekuatan tekan yang tinggi serta kerapatan

yang rendah. Bahan ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu

ketangguhan (toughness) dan tegangan tarik rendah. Pembuatan komposit dengan matriks keramik sangat sulit dan memerlukan biaya

yang mahal. Metode yang biasa digunakan adalah metode metalurgi

(24)

Karbida boron (B4C), Nitrida boron (BN), Karbida silicon (SiC),

Nitrida silicon (Si3N4), Karbida titanium (TiC). Sebagai fibernya dapat

digunakan karbon, SiC dan Al2O3.

3. Komposit Matriks Polimer (Polimer Matriks Composites)

Komposit jenis ini adalah jenis yang paling banyak digunakan

karena mudah dalam proses pembuatannya dan murah. Bahan penguat

dari komposit ini dapat berupa fiber, partikel dan flake, yang

masing-masing dibedakan lagi menjadi bahan penguat organic dan metal.

2.3. Polyester

Resin polyester tak jenuh adalah bahan matrik thermosetting yang

paling luas dalam penggunaan sebagai matrik pengikat plastik, dari bagian

yang menggunakan proses pengerjaan yang sangat sederhana sampai produk

yang dikerjakan dengan proses menggunakan cetakan mesin.

Polyester sebagai resin thermosetting mempunyai kekuatan mekanis

yang cukup bagus, memiliki kemampuan ketahanan terhadap bahan kimia,

isolator listrik selain itu harganya yang relative murah. Dalam pengerjaan

resin ini juga cukup mudah, karena tidak mengalami perubahan dimensi yang

signifikan saat proses curing. Dalam pemakaian resin polyester, untuk

mendapatkan hasil sebagai matrik pengikat harus melalui proses curing. Resin

polyester dapat mengalami proses curing dalam suhu kamar dengan cara

(25)

Kemampuan proses curing ini dapat dipercepat dengan mereaksikan resin

polyester bersama katalis (peroxida organik) dan komponen akselator.

Penggunaan akselator sebagai formula untuk mempersingkat proses

curing dapat dipakai dalam proses suhu rendah maupun proses curing

menggunakan suhu tinggi. Resin ini mulai mengalami proses curing saat

terjadinya reaksi pada bahan pemicu yaitu katalis dan akselator berupa cobalt.

Reaksi panas yang berlebihan antara kedua bahan ini dapat mengakibatkan

kerusakan pada hasil, untuk menghindarinya maka harus dilakukan

pengaturan suhu pada saat curing.

Polyester dapat digunakan dalam berbagai aplikasi seperti dalam

pembuatan komposit lembaran dan pembuatan tangki-tangki penampungan.

Kemampuan resin polyester selain sebagai matrik pengikat serat yang bagus

juga mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Tahan terhadap panas.

2. Resin ini mempunyai berbagai variasi dalam pasaran, tergantung dalam

aplikasi penggunaannya. Karakteristik klasifikasi bahan resin, viskositas

mengalami sifat gel (gel time) pada suhu 250C, dapat bereaksi pada suhu

800C, perubahan bentuk bahan dapat dipertahankan sampai pada suhu

(26)

3. Ketahanan terhadap bahan kimia.

4. Bahan ini mempunyai kemampuan tahan terhadap pengaruh korosi

bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan bahan-bahan logam besi gord dan baja,

polyester mempunyai keunggulan terhadap korosi air laut.

5. kemampuan bahan terhadap beban kejut dan tidak abrasive.

Polyester tak jenuh diperoleh dengan cara mereaksikan asam basa

dengan alkohol dihidrat. Adanya reaksi kimia antara keduaynya menghasilkan

ikatan tak jenuh pada rantai utama polymer kemudian dengan mereaksikan

30% styrene sebagai monomer termasuk vinil tolvone, methyl methacrylite

dan ally alcohol derivates dengan polyester sehingga berkaitan dengan gugus

tak jenuh saat pencetakan.

Resin polyester dapat mengalami curing dengan bantuan peroksida

organik akan mengakibatkan reaksi polimerisasi yang bersifat radikal bebas.

Polyester dapat mengalami proses curing pada suhu kamar dengan bantuan

katalis (perioksida organic) sebagai pemicu intiator yang bergabung dengan

akselerator atau promoter. Polyester juga dapat mengalami proses curing

dengan penyinaran ultraviolet sampai suhu 900C.

2.4. Serat

Fungsi utama serat adalah sebagai bahan penguat komposit. Kekuatan

komposit dapat diatur dari persentase jumlah serat, pada umumnya semakin

(27)

adalah salah satu serat yang biasanya digunakan dalam pembuatan komposit

yaitu serat yang berasal dari alam misal tumbuhan.

2.5. Bahan-bahan tambahan

Bahan sebagai pemicu (initiator) yang berfungsi untuk memulai dan

mempersingkat reaksi curing pada temperature ruang adalah katalis.

Kelebihan katalis akan menimbulkan panas saat curing dan hal ini bisa

merusak produk yang dibuat.

Karena proses pembuatan akan mengakibatkan lengketnya produk

dengan cetakan maka untuk menghindari itu harus diadakan proses pelapisan

terhadap cetakan dengan realese agent sebelum dilakukan pembuatan

komposit. Realese agent yang sering digunakan berupa MAA, waxes (semir),

mirror glass, polyvinyl alcohol, ascralon, dan bahan lain yang berfungsi

melapisi.

2.6. Fraksi Volum Serat

Komponen penyusun bahan komposit mempunyai pengaruh terhadap

sifat mekanik akhir bahan komposit. Besar pengaruh terhadap sifat mekanik

akhir bahan komposit dapat ditinjau dari seberapa banyak komponen tersebut

terdapat dalam bahan komposit. Dalam analisa sifat mekanik bahan komposit

persamaan-persamaan yang digunakan menggunakan komponen fraksi

volume, namun dalam kenyataannya pengukuran dapat dilakukan berdasarkan

fraksi berat. Fraksi volume merupakan rasio antara volume komponen

(28)

Pada bahan komposit jumlah fraksi volume komponen penyusunnya

harus sama dengan satu, dengan mengasumsikan tidak adanya void:

Vf + Vm = 1………. ...(2.1)

Dengan Vf = fraksi volume serat

Vm = fraksi volume matrik

Sedangkan fraksi berat dapat ditulis sebagai berikut:

Wf + Wm = 1………...(2.2)

Dengan Wf = fraksi berat serat

Wm = fraksi berat matriks

Massa jenis total komposit merupakan gabungan dari massa jenis komponen

penyusunnya:

ρc = ρf Vf + ρmVm………...(2.3)

Dengan ρc = massa jenis komposit

ρf = massa jenis serat

ρm = massa jenis matrik

Vf = fraksi volum serat

Vm = fraksi volum matrik

Persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:

ρc = ρfVf + ρm(1-Vf)

(29)

Sehingga fraksi volume serat dapat diketahui dari persamaan:

Dengan mengetahui besar massa jenis total komposit dan komponen

penyusunnya maka fraksi volume serat akan dapat diketahui.

Fraksi volume serat dalam komposit merupakan parameter penting

dalam mengatur sifat mekanik komposit lamina yang dihasilkan. Pada

umumnya besar fraksi volume bahan komposit berkisar 20% sampai 65%.

Terdapat berbagai macam cara untuk mengetahui basarnya fraksi volume

komposit, salah satunya adalah dengan menimbang bobot total komposit dan

komponen-komponen penyusunnya untuk menghitung massa jenisnya

kemudian diselesaikan dengan persamaan di atas.

2.7. Orientasi Serat

Orientasi serat dapat menentukan kekuatan suatu bahan komposit,

secara umum penyusunan serat pada komposit dapat dibedakan sebagai

berikut:

1. Serat Searah (Unidirectional) : serat disusun secara searah paralel satu

sama lain. Sehingga didapat kekakuan dan kekuatan optimal pada arah

serat sedangkan kekuatan paling kecil terjadi pada arah tegak lurus serat.

2. Serat Tegak Lurus (Bidirectional) : serat disusun secara tegak lurus satu

sama lain (orthogonal). Pada susunan ini kekuatan tertinggi terdapat pada

(30)

3. Serat Acak (Pseudoisotropic) : penyusunan serat dilakukan secara acak,

sifat dari susunan ini adalalah isotropic yaitu kekuatan pada satu titik

pengujian mempunyai kekuatan sama.

Sifat mekanik dari pemasangan satu arah ini adalah jenis yang paling

proporsional, karena pada pemasangan satu arah ini dapat memberikan

konstribusi pemakaian serat paling banyak. Hal tersebut disebabkan karena

pemasangan serat yang semakin acak konstribusi serat yang dipasang akan

semakin sedikit (fraksi volume kecil) mengakibatkan kekuatan komposit

semakin menurun, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Jumlah serat bahan komposit serat dinyatakan dalam bentuk fraksi

volume serat (vf) yaitu perbandingan volume serat (Vf) terhadap volume

bahan komposit. Semakin besar kandungan volume serat dalam komposit

maka akan meningkatkan kekuatan dari komposit tersebut.

(31)

2.8. Jenis Serat

Berdasarkan ukuran panjang serat menjadi serat kontinu (continuous)

dan serat tidak kontinu (discontinous) secara teori serat panjang akan lebih

efektif dalam hal transmisi beban dibanding serat pendek. Namun hal tersebut

sulit untuk diwujudkan dalam praktek, mengingat faktor manufaktur yang

tidak memungkinkan dihasilkannya kekuatan optimum pada seluruh panjang

serat dan pada pembuatan bahan komposit, karena pada pemakaian serat

panjang akan terjadi ketimpangan dalam penerimaan beban antar serat,

sebagian serat mengalami tegangan sedangkan yang lain dalam posisi bebas

dari tegangan. Sehingga jika komposit tersebut dibebani sampai mendekati

kekuatan patahnya, sebagian serat akan patah mendahului serat lainnya.

Komposit yang diperkuat dengan serat pendek dapat dihasilkan kekuatan yang

lebih besar dari pada yang diperkuat serat panjang yaitu dengan cara

pemasangan orientasi pada arah optimum yang dapat ditahan oleh serat.

2.9. Komposisi dan Bentuk Serat

Berdasarkan bentuk, serat penguat mempunyai penampang lingkaran

dan bentuk lain misal bujur sangkar. Kekuatan serat dapat juga diliat dari

diameter serat, diameter serat yang semakin kecil maka pertambahan kekuatan

sangat cepat, sebaliknya pertambahan diameter akan mengakibatkan kekuatan

(32)

Berdasarkan komposisinya serat yang digunakan sebagai bahan

penguat komposit dibedakan atas:

1. Serat organik, yaitu serat yang berasal dari bahan alam atau bahan

organik, misal selulosa, polipropilena, grafit, serat rami, serat, serat

kelapa, serat pisang dll.

2. Serat anorganik yaitu serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik, misal

glass dan keramik

2.10 Faktor Matrik

Fungsi dari matrik adalah:

1. Sebagai transfer dari beban, yaitu mendistribusikan beban ke serat sebagai

bahan yang mempunyai modulus kekuatan tinggi.

2. Sebagai pengikat fase serat pada posisinya, pada proses pembuatan bahan

komposit yang diperkuat serat dan diikat oleh matrik, matrik harus

mempunyai serat adhesi yang baik terhadap serat untuk menghasilkan struktur komposit yang sempurna karena hal ini berhubungan erat dengan

transfer beban. Jika matrik mempunyai sifat adhesi yang kurang baik maka transfer beban tidak sempurna dan menyebabkan kegagalan berupa

lepasnya ikatan antara matrik dengan serat (debounding failure). Secara

garis besar kualitas matrik ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah kemampuan membasahi serat, banyak tidaknya rongga (void) saat

(33)

3. Melindungi permukaan serat penguat dari abrasi yang diakibatkan oleh perlakuan secara mekanik misalnya gesekan antar serat.

2.11 Mekanika Komposit

Sifat mekanik bahan komposit berbeda dengan bahan konvensional

lainnya. Tidak seperti bahan teknik lainnya yang pada umumnya bersifat

homogen dan isotropic. Sifat heterogen bahan komposit terjadi karena bahan

komposit tersusun atas dua atau lebih bahan yang mempunyai sifat-sifat

mekanis yang berbeda sehingga analisis mekanik komposit berbeda dengan

bahan teknik konvensional. Sifat mekanik bahan komposit merupakan fungsi

dari:

1. Sifat mekanis komponen penyusunnya

2. Geometri susunan masing-masing komponen

3. Interface antar komponen

Mekanika komposit dapat dianalisa dari dua sudut pandang yaitu

dengan analisa mikro dan analisis makromekanik. Dimana analisa mikro

bahan komposit dengan memperlihatkan sifat-sifat mekanik bahan

penyusunnya, hubungan antara komponen penyusun tersebut dan sifat-sifat

akhir dari komposit yang dihasilkan. Sedangkan analisis makromekanik

memperlihatkan sifat-sifat bahan komposit secara umum tanpa

memperhatikan sifat maupun hubungan antara komponen penyusunnya

(34)

2.12 Uji Impak

Pengujian impak dimaksud untuk mengetahui sifat fisis liat atau getas

benda uji sebelum dan sesudah mendapat perlakuan panas. Uji impak ini

membutuhkan tenaga untuk mematahkan benda uji dengan sekali pukul, alat

pukul yang digunakan berupa sebuah palu dengan berat tertentu yang

dijatuhkan dengan cara dilepaskan dari sudut 150o (α) dan sisi pisau pada palu

menengenai benda uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 10 mm,

panjang 55 mm dan takikan 2 mm serta sudut takikan 45o, karena pukulan

tersebut benda uji akan patah, kemudian palu akan berayun kembali

membentuk sudut (β) hasil dari keliatan benda uji.

Harga uji impak dapat dicari dengan rumus:

W = GR (cos β - cos α) (Joule)………...(2.6)

Dengan:

W = Tenaga patah (Joule)

α = Besar sudut pada saat palu akan dilepaskan tanpa benda uji β = Sudut yang dibentuk palu setelah mematahkan benda uji G = Berat palu ( N )

R = Jarak titik putar palu sampai titik berat palu = 0,3948 m

Harga keliatan suatu bahan dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(35)

Dari metode ini dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut:

1. Bentuk benda uji yang digunakan sangat cocok untuk mengukur

ketangguhan tarik pada bahan kekuatan rendah.

2. Pengujian dapat dilakukan pada suhu dibawah suhu ruang

3. Dapat juga digunakan untuk perbandingan pengaruh paduan dan

perlakuan panas pada ketangguhan takik

Disamping beberapa keuntungan diatas pada metode ini, terdapat juga

kerugian yang terjadi, diantaranya:

1. Hasil uji impak tidak bisa dimanfaatkan dalam perancangan, karena uji ini

bersifat merusak.

2. Tidak terdapat hubungan antara data uji impak dengan ukuran cacat.

2.13 Hubungan Tegangan dan Regangan Komposit

Secara makro mekanik bahan komposit dapat ditinjau sebagai bahan

yang homogen tanpa memperhatikan hubungan antara komponen

penyusunnya. Dengan penyederhanaan ini sifat mekanik dapat didekati

dengan persamaan-persamaan mekanika bahan.

Pada penelitian ini untuk menghitung kekuatan tarik dan regangan

adalah:

1. Kekuatan Tarik

(36)

2. Regangan (ε)

) (

) (

o

L l PanjangAwa

L anjang

PerubahanP Δ

=

ε x 100%...(2.11)

2.14. Bentuk-Bentuk Patahan

Patahan benda uji impak berbeda-beda, ini dipengaruhi oleh

kandungan serat dan void (cacat gelembung udara). Bentuk patahan ada tiga macam,

dapat dilihat pada Gambar 2.2 – Gambar 2.4:

(37)

Gambar 2.3 Bentuk Patahan Liat

Gambar 2.4 Bentuk Patahan Campuran

Pada Gambar 2.2 menunjukkan bentuk patahan getas, patahan getas

adalah patahan pada benda uji yang rata dan mempunyai permukaan yang mengkilap.

Sedang pada Gambar 2.3 bentuk patahan liat, yang dimaksud patahan liat adalah

permukaan yang tidak rata, berserat dan warna patahannya buram. Patahan liat

(38)

campuran, dimana patahan campuran mempunyai patahan yang sebagian getas dan

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Skema Jalan Penelitian

Agar lebih sistematis dalam penelitian maka dibuat alur jalannya penelitian

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1

Persiapan Bahan

Pembuatan Serat Organik (serat widuri)

Pembelian Resin Polyester Bening Super

Justus 108

Pengujian: 1.Pengujian tarik 2.pengujian impak 3. foto bentuk patah Pembuatan benda uji: 1.Matrik

2.komposit serat tanpa perendaman 3.Komposit dengan

prosentase perendaman NaOH 2,5%, 5%, 7,5%.

(40)

3.2. Persiapan Benda Uji 3.2.1 Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan komposit serat widuri

adalah sebagai berikut :

1. Timbangan digital, yang digunakan untuk menimbang massa serat yang

akan digunakan.

2. Cetakan, yang terbuat dari kaca.

3. Gelas ukur, untuk mendapatkan volume resin yang akan dipakai dan

mencampur resin dengan katalis / hardener.

4. Meteran, untuk mengukur luasan serat sesuai luasan cetakan.

5. Gunting, untuk memotong serat sesuai dengan luasan cetakan.

6. Vaselin atau MAA, digunakan sebagai pelapis pada kaca yang berfungsi

agar komposit yang telah mengering mudah dilepas dari cetakan.

7. Kuas, digunakan untuk alat melapisi permukaan cetakan.

8. Pengaduk kaca, untuk mengaduk campuran resin dan katalis / hardener

sebelum dituang pada cetakan. Dipilih bahan kaca, supaya mudah

dibersihkan dari sisa resin yang mengering.

9. Sekrap, untuk melepaskan komposit yang sudah kering dari cetakan, juga

untuk membersihkan cetakan dari sisa resin.

(41)

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan komposit serat widuri

adalah sebagai berikut :

1. Resin

Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Resin Polyester

Bening Super Justus 108. Dengan ciri-ciri resin ini berwarna putih bening,

yang diproduksi PT. JUSTUS SAKTI RAYA CORPORATION, Semarang.

Resin yang dipakai dalam penelitian tidak disertai spesifikasi khusus,

sehingga untuk mengetahui sifat-sifat mekaniknya dilakukan pengujian tarik

dan impak terhadap resin pengikat tanpa serat. Data dan perhitungan

selengkapnya disajikan dalam lampiran tabel dan perhitungan.

2. Serat

Dalam penelitian ini serat yang digunakan adalah serat organik yaitu

serat Widuri. Bahan serat ini diambil dari daerah Pantai Glagah Wates,

(42)

Gambar 3.2 Tumbuhan Widuri 3. Release Agent

Karena proses pembuatan akan mengakibatkan lengketnya komposit

dengan cetakan, maka untuk menghindari dilakukan proses pelapisan

terhadap cetakan yaitu dengan mengunakan release agent. Release agent

atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah lengketnya komposit pada

cetakan saat proses pembuatan. Pelapisan dilakukan sebelum proses

pembuatan dilakukan dengan cara mengoleskan dan melapisi seluruh

cetakan. Pelapisan dilakukan dengan menggunakan kuas dan pelapisan ini

harus dilakukan dengan teliti dan merata pada setiap bagian cetakan agar

nantinya komposit dengan cetakan dapat dengan mudah dipisahkan. Release

agent yang biasa digunakan antara lain MAA, waxes (semir), mirror glass, vasielin, polyvinyl alcohol, film forming, dan oli. MAA ditunjukkan pada

(43)

Gambar 3.3. Release Agent ( MAA ) 4. Katalis

Percabangan antara rantai polyester pada suhu kamar dapat terjadi

pada waktu yang sangat lama. Untuk mempercepat dapat dipicu dengan

penambahan katalis dengan ratio perbandingan 1% volume resin, sehingga

terjadi reaksi yang bersifat eksoterm. Ketika reaksi dimulai akan timbul

panas (60-90oC) yang cukup untuk mereaksikan resin sehingga diperoleh

kekuatan maksimal dan bentuk plastik. Dalam penelitian ini digunakan

katalis metoxone (methyle ethyl katone peroxide) untuk mempercepat laju

curing komposit. Laju curing komposit ditentukan oleh jumlah katalis yang

ditambahkan dalam resin, semakin banyak katalis yang ditambahkan

semakin cepat laju curing yang dihasilkan. Namun jika katalis yang

digunakan terlalu banyak maka matrik komposit yang dihasilkan cenderung

(44)

kebutuhan. Dengan menggunakan katalis metoxone 1% waktu yang dibutuhkan untuk curing berkisar 4-6 jam.

±

3.2.2 Pembuatan Serat Widuri

Untuk mendapatkan serat widuri seperti yang diinginkan, maka diperlukan

langkah-langkah yang tepat sehingga diperoleh serat dengan kekuatan yang optimal.

Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan serat widuri adalah sebagai berikut :

a) Buah widuri yang sudah cukup matang dipetik, kemudian dibuka

sedikit.

b) Buah yang sudah dibuka diambil bijinya di bagian dalam buah agar biji

tidak mengganggu saat proses pembersihan.

Seperti dapat dilihat pada gambar 3.4. di bawah ini.

Gambar 3.4. Biji dibersihkan

c) Setelah Biji sudah hilang, buah bagian dalam dikerjakan lebih lanjut,

dengan menggunakan tangan. Serat disuwir hingga diperoleh serat yang

terpisah dari buahnya. Seperti dapat dilihat pada gambar 3.5. di bawah

(45)

Gambar 3.5. Buah widuri yang disuwir

a) Setelah didapatkan serat yang masih basah, maka serat harus dibersihkan

dari sisa buah yang masih menempel. Seperti ditunjukkan pada gambar

3.6. di bawah ini.

Gambar 3.6. Serat basah yang sudah dibersihkan

b) Kemudian serat dikeringkan dengan diangin-anginkan hingga kering.

Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar air pada serat, sebelum

disimpan agar tahan lama. Dan didapatlah serat yang sudah kering.

(46)

Gambar 3.7. Serat widuri yang telah dikeringkan

Serat yang sudah kering disimpan dalam tempat yang sejuk dan kering

(tidak lembab) atau disimpan dengan silika gel.

3.2.3 Perendaman Serat dengan NAOH

Perlakuan kimia yang dilakukan adalah dengan alkali treatment pada

serat. Perlakuan kimia yang dilakukan adalah dengan merendam serat dengan

menggunakan NaOH (sodium hydroxide). Karena NaOH adalah salah satu jenis alkali, maka NaOH dipilih sebagai larutan yang digunakan untuk dapat

menghilangkan kandungan air pada serat dan dapat mengurangi

kekasaran/kekesatan pada permukaan serat sehingga diharapkan serat dapat

menjadi lebih baik, lebih kuat dan dapat bertahan lama terhadap serangan

bakteri/mikroorganisme dibandingkan serat tanpa perendaman NaOH. NaOH

yang digunakan adalah jenis NaOH pro analisis (seperti ditunjukkan pada gambar 3.8). Perlakuan kimia yang dilakukan adalah dengan cara merendam serat selama 3 jam dengan NaOH sebelum pembuatan komposit. Perendaman

(47)

sebelumnya, waktu yang paling baik untuk merendam serat organik

adalah kurang-lebih selama 3 jam (Li, S.A., 2004). Perendaman serat dengan

NaOH ini sendiri dilakukan dengan tiga variasi, yaitu : 2,5%NaOH ,

5%NaOH dan 7,5%NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui prosentase

paling baik diantara ketiga variasi tersebut agar didapat serat yang sempurna /

maksimal untuk selanjutnya diproses menjadi komposit.

Gambar 3.8. NaOH pro analisis

3.2.4 Perlakuan Serat Widuri

Perlakuan serat widuri dimaksudkan untuk mempersiapkan serat yang

tahan terhadap serangan bakteri / mikroorganisme dan mengurangi kadar air

pada serat. Adapun proses perlakuan dilakukan dengan merendam serat

widuri ke dalam larutan NaOH selama 3 (tiga) jam. Untuk membuat variasi

(48)

5% ; dan 7,5 % dilarutkan dengan air suling (Aquades) dengan komposisi masing-masing dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

1 liter ( aquades ) = 1000 gram ( aquades )

Prosentase yang digunakan untuk setiap 1 liter aquades adalah :

• 2,5 % NaOH ►

Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat ditentukan jumlah / volume

NaOH (awal / akhir ), maka proses selanjutnya adalah menimbang NaOH

yang dibutuhkan dengan menggunakan timbangan digital lalu melarutkan

NaOH dengan 1 liter aquades. Sehingga perbandingan fraksi volume NaOH

dengan aquades dapat ditentukan seperti dalam tabel di bawah ini :

(49)

Tabel 3.1 Perbandingan fraksi volume NaOH dengan aquades.

No

Konsentrasi NaOH

( % )

Volume aquades

Awal ( gram )

Berat NaOH Akhir

( gram )

Setelah setiap konsentrasi dan volume aquades diketahui, maka alat

yang perlu kita persiapkan adalah :

• Akuarium (sebagai wadah untuk merendam serat)

• Gunting (sebagai pemotong serat agar serat dapat dimasukkan ke

dalam wadah akuarium)

• NaOH pro analisis

• Sendok (digunakan untuk mengambil NaOH sesuai dengan ukuran)

• Timbangan digital (digunakan untuk menimbang NaOH yang

diperlukan)

• Air suling (Aquades)

• Gelas ukur (digunakan untuk mengukur volume aquades)

• Pengaduk kaca (digunakan untuk mengaduk NaOH dengan

aquades)

(50)

• Loyang (sebagai wadah setelah perendaman serat untuk proses

pengeringan)

• Sarung Tangan (digunakan untuk mengambil serat setelah proses

perendaman selesai)

Setelah seluruh alat tersedia, langkah-langkah yang perlu dilakukan

untuk proses perendaman serat adalah :

1. Mempersiapkan wadah, yaitu akuarium yang telah dibersihkan. Seperti

ditunjukkan pada gambar 3.9. di bawah ini.

Gambar 3.9. Akuarium

2. Mempersiapkan serat, agar serat dapat dimasukkan ke dalam akuarium

(51)

Gambar 3.10. Serat Widuri

3. Menimbang berat NaOH dengan timbangan digital.

4. Menuang air suling/aquades (seperti ditunjukkan pada gambar 3.11.) ke

dalam gelas ukur sesuai dengan volume yang telah ditentukan.

Gambar 3.11. Aquades

5. Menuang air suling (aquades) yang ada di gelas ukur ke dalam akuarium.

6. Melarutkan NaOH yang telah ditimbang ke dalam aquades yang berada di

(52)

7. Mengaduk dengan pengaduk kaca sampai rata / sampai NaOH dengan air

suling (aquades) sudah benar-benar bercampur (cair).

8. Memasukkan serat ke dalam larutan NaOH dengan aquades. Seperti

ditunjukkan pada gambar 3.12. di bawah ini.

Gambar 3.12. Proses perendaman

9. Mengaduk serat dengan pengaduk kaca, dimaksudkan agar setiap serat

dapat benar-benar terendam dengan larutan NaOH dengan aquades.

Seperti ditunjukkan pada gambar 3.13. di bawah ini

(53)

10.Menunggu ± 3 jam.

11.Setelah ± 3 jam, serat diambil dari dalam akuarium dengan menggunakan

sarung tangan.

12.Membersihkan / membilas serat yang telah direndam ± 3 jam tadi dengan

menggunakan air suling/aquades lalu ditempatkan dalam sebuah wadah

(loyang) untuk dikeringkan. Seperti dilihat pada gambar 3.14. di bawah

ini.

Gambar 3.14. Loyang tempat serat

13.Setelah serat dibersihkan / dibilas dengan air suling maka serat tersebut

(54)

Gambar 3.15. Serat Widuri kering

14.Setelah serat mengalami proses pengeringan, serat yang mengalami

perendaman dengan NaOH akan berwarna kekuningan, sedangkan serat

tanpa perendaman warnanya lebih putih. Seperti ditunjukkan pada gambar

3.16. di bawah ini.

(55)

Gambar 3.17 serat setelah perendaman

15.Setelah serat kering, maka serat tersebut dapat siap dibuat sebagai bahan

komposit.

3.2.3 Pembuatan Cetakan

Komposit yang akan dibuat adalah komposit dengan serat acak. Bahan

yang digunakan untuk membuat cetakan adalah kaca, karena kaca memiliki

permukaan yang rata, sehingga tidak diperlukan pengerjaan permukaan. Alat

yang digunakan dalam pembuatan cetakan antara lain:

1. Pemotong kaca, untuk memotong kaca yang akan digunakan sebagai

cetakan.

2. Lem kaca (silikon sealant), untuk mengelem susunan kaca sehingga

membentuk suatu cetakan. Lem ini juga berfungsi sebagai penutup pada

(56)

3.2.4 Cetakan Untuk Pengujian Tarik

Cetakan yang diperlukan untuk pembuatan benda uji tarik komposit

ini adalah empat buah cetakan, disesuaikan dengan keperluan untuk pengujian

tarik. Ukuran yang diperlukan untuk pengujian tarik adalah 250 mm x 200 mm

x 4 mm (seperti tampak pada gambar 3.18.) :

(57)

Gambar 3.18. Cetakan komposit serat

Selain cetakan untuk komposit, dibuat juga cetakan untuk matrik /

resin saja. Cetakan untuk matrik yang diperlukan untuk pembuatan benda uji

tarik ini adalah satu buah cetakan, Cetakan ini berukuran 250 mm x 200 mm x 4

mm (seperti tampak pada gambar 3.19.):

(58)

Gambar 3.19. Cetakan resin

3.2.5 Cetakan Untuk Pengujian Impak

Cetakan yang diperlukan untuk pembuatan benda uji impak komposit ini

adalah empat buah cetakan, disesuaikan dengan keperluan untuk pengujian impak.

Ukuran yang diperlukan untuk pengujian impak adalah 300 mm x 10 mm x 10 mm :

150 mm

60 mm

30 mm

10 mm

(59)

Selain cetakan untuk komposit, dibuat juga cetakan untuk matrik / resin

saja. Cetakan untuk matrik yang diperlukan untuk pembuatan benda uji impak ini

adalah satu buah cetakan, Cetakan ini berukuran 150 mm x 60 mm x 10 mm.

150 mm

60 mm

30 mm

10 mm

Gambar 3.21. cetakan matrik / resin untuk pengujian impak

3.3. Pembuatan benda uji

Pembuatan benda uji matrik dan komposit menggunakan cetakan berbahan

(60)

Benda uji matrik / resin

Secara umum cara / proses dalam pembuatan benda uji resin mempunyai

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pertama-tama melakukan proses pelapisan permukaan dan dinding

cetakan dengan MAA, hal ini dilakukan untuk mempermudah pemisahan

resin dari cetakan.

2. Menyiapkan resin dan katalis sesuai dengan volume cetakan

menggunakan gelas ukur dan suntikan. Perbandingan antara resin dan

katalis adalah 1% dari volume matrik (100:1).

3. Mencampur resin dan katalis kedalam gelas kaca. Campuran resin dan

katalis diaduk hingga rata. Pengadukan ini harus dilakukan secara cepat

agar dapat tercampur dengan baik sebelum menjadi mengeras. Selain itu

dihindari pengadukan yang menyebabkan gelembung, sebab gelembung

yang timbul pada waktu proses pengadukan akan menimbulkan void pada matrik yang dicetak.

4. Setelah resin dan katalis tercampur dengan merata, adonan tersebut

dituang dalam cetakan yang sudah disiapkan.

5. Proses pengeringan membutuhkan waktu ± 5-6 jam. Setelah resin menjadi

kering, resin dikeluarkan dari cetakan.

6. Melakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan

(61)

3.3.1 Benda uji matrik (polyester) untuk pengujian tarik

Langkah awal pembuatan benda uji matrik untuk pengujian tarik adalah

menyiapkan cetakan yang sudah bersih dan telah diolesi pelapis (MAA). Penggunaan

pelapis sebaiknya benar-benar merata (tidak terlihat guratan-guratan timbul) dan tidak

terlalu banyak. Hal ini dilakukan untuk menghindari terbentuknya gelembung udara

dari penguapan air yang terkandung dalam MAA, akibat pemanasan yang

ditimbulkan oleh reaksi resin-katalis.

Selanjutnya dilakukan pengukuran volum resin dan volum katalis. Cetakan

yang digunakan berukuran 250 mm x 200 mm x 4 mm. Sehingga volume cetakan /

volume komposit yang digunakan adalah:

Vcetakan = Vcomposit = p x l x t

Apabila fraksi volum cetakan / komposit dan hasil perhitungannya telah

(62)

Maka volume matrik / resin adalah :

Maka volume katalis adalah :

(

)

Setelah volum kedua bahan diketahui dan diukur, dicampur ke dalam gelas

ukur, diaduk merata secara perlahan sehingga tidak menimbulkan gelembung udara.

Kemudian setelah teraduk secara merata, dituang dalam cetakan, dan diratakan

menggunakan bilah kaca.

Setelah diratakan dengan bilah kaca, maka campuran bahan tadi didiamkan

(63)

bagian atas dari cetakan kita tutup secara perlahan dengan menggunakan penutup

yang terbuat dari bahan kaca.

Setelah ± 5-6 jam campuran resin dengan katalis tadi sudah mengering dan

siap dilepas. Biasanya proses pelepasan dari cetakan dilakukan secara hati-hati

dengan menggunakan sekrap. Setelah bahan dilepas dari cetakan maka bahan tersebut

siap untuk dilakukan pemotongan sesuai dengan keperluan untuk pengujian tarik.

3.3.2 Benda uji matrik (polyester) untuk pengujian impak

Langkah awal pembuatan benda uji matrik untuk pengujian impak adalah

menyiapkan cetakan yang sudah bersih dan telah diolesi pelapis (MAA). Penggunaan

pelapis sebaiknya benar-benar merata (tidak terlihat guratan-guratan timbul) dan tidak

terlalu banyak.

Selanjutnya dilakukan pengukuran volum resin dan volum katalis. Cetakan

yang digunakan berukuran 150 mm x 60 mm x 10 mm. Disesuaikan untuk keperluan

pengujian impak. Sehingga volume cetakan / volume komposit yang digunakan

(64)

Dengan :

Vc = Volume cetakan / komposit

Apabila fraksi volum cetakan / komposit dan hasil perhitungannya telah

diketahui, maka dapat ditentukan prosentase volum resin dan volume katalis.

Maka volume matrik / resin adalah :

(

)

Maka volume katalis adalah :

(

)

Vk = Volume katalis

(65)

Setelah volum kedua bahan diketahui dan diukur, dicampur ke dalam gelas

ukur, diaduk merata secara perlahan sehingga tidak menimbulkan gelembung udara.

Kemudian setelah teraduk secara merata, dituang dalam cetakan, dan diratakan

menggunakan bilah kaca.

Setelah diratakan dengan bilah kaca, maka campuran bahan tadi didiamkan

± 10 menit agar setiap bagian cetakan dapat terisi dengan baik / penuh. Setelah itu

bagian atas dari cetakan kita tutup secara perlahan dengan menggunakan penutup

yang terbuat dari bahan kaca.

Setelah ± 5-6 jam campuran resin dengan katalis tadi sudah mengering dan

siap dilepas. Biasanya proses pelepasan dari cetakan dilakukan secara hati-hati

dengan menggunakan sekrap. Setelah bahan dilepas dari cetakan maka bahan tersebut

siap untuk dilakukan pemotongan sesuai dengan keperluan untuk pengujian impak.

3.4 Benda Uji Komposit

Langkah pertama dalam pembuatan benda uji komposit adalah menghitung

massa jenis (ρ) serat widuri.

Adapun cara penghitungan massa jenis (ρ) serat widuri adalah sebagai berikut

1. Menimbang massa serat widuri dan dicatat.

2. Menimbang massa plastik dan dicatat.

3. Memasukkan serat widuri tadi ke dalam plastik.

(66)

5. Memasukkan air kedalam gelas ukur dan dicatat volume air yang ada

didalamnya.

6. Memasukkan plastik yang telah dimasuki serat widuri dan telah

divakumkan tadi ke dalam gelas ukur dan mencatat pertambahan

volume air (∆V) yang naik.

7. Pertambahan volume air yang naik tadi dicatat dan hasilnya dikurangi

massa plastik

8. Melakukan perhitungan dengan rumusan sebagai berikut:

ρ =

Dengan menggunakan perhitungan rumus diatas, dari percobaan yang

dilakukan berulang-ulang(data dapat dilihat dilampiran) maka

didapatkan, ρrata-rata serat widuri = 0,76 gr/ cm3.

3.4.1. Benda Uji Komposit Tanpa / Dengan Perendaman Serat

Langkah yang dilakukan untuk membuat benda uji komposit meliputi

benda uji komposit tanpa perendaman serat atau perendaman serat dengan 2,5%

NaOH, 5% NaOH dan 7,5% NaOH adalah menghitung prosentase komposisi serat

pandan alas, resin dan katalis berdasarkan volume cetakan. Langkah-langkah

(67)

a. Untuk pengujian tarik :

1. Menghitung volume cetakan.

Vcetakan = p x l x t

= 250 x 200 x 4

= 200.000 mm3 = 200 cm3

2. Menghitung komposisi serat widuri, resin dan katalis.

• Digunakan komposisi 10 % serat widuri :

Serat = 200 3 0,76 / 3

atau setara dengan 180 mL

Karena perbandingan resin dan katalis adalah 100 : 1, maka

volume resin = 180 mL dan katalisnya = 1,8 mL.

b. Untuk pengujian impak :

1. Menghitung volume cetakan.

Vcetakan = p x l x t

= 150 x 60 x 10

(68)

2. Menghitung komposisi serat widuri, resin dan katalis.

• Digunakan komposisi 10 % serat widuri :

Serat = 90 3 0,76 / 3

Karena perbandingan resin dan katalis adalah 100 : 1, maka

volume resin = 81 mL dan katalisnya = 0,81 mL

3.4.2. Mencetak komposit tanpa / dengan perendaman serat

Adapun langkah-langkah dalam pencetakan komposit tanpa / dengan

perendaman serat adalah sebagai berikut :

a. Melapisi dinding dan dasar dan penutup cetakan dengan MAA, hal

ini dilakukan untuk memudahkan pelepasan benda dari cetakan.

b. Menyiapkan serat widuri, resin dan katalis sesuai dengan

perhitungan yang didapat.

c. Mencampur resin dan katalis kedalam gelas ukur lalu mengaduknya

hingga menyatu.

d. Memasukkan serat widuri secara acak kedalam cetakan yang telah

(69)

e. Setelah selesai memasukkan kapas tuangkan kembali campuran

resin dan katalis kedalam cetakan.

f. Setelah ± 5-6 jam, komposit telah kering dan dapat dilepas dari

cetakan.

g. Pemotongan komposit sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan

kemudian difinishing dengan menggunakan kikir dan amplas.

Gambar 3.21. Hasil cetakan komposit

3.5. Metode Pengujian

3.5.1. Metode Pengujian Tarik

Pengujian tarik yang dilakukan adalah untuk mengetahui kekuatan tarik dan

regangan dari matrik, maupun komposit tanpa perendaman serat ataupun dengan

perendaman serat. Metode yang digunakan adalah :

1. Benda uji / spesimen dipasang vertikal, dijepit pada mesin uji tarik (tensile

(70)

2. Bagian atas mesin tetap (fix) sedangkan bagian bawah bergerak ke bawah

dengan kecepatan rendah (konstan).

3. Spesimen tertarik dan mengalami pertambahan panjang (∆L)

4. Data pertambahan panjang dan beban dapat dilihat pada mesin.

5. Data dicatat dan digunakan untuk membuat diagram tegangan-regangan

Gambar 3.22. Mesin Uji Tarik

Untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari matrik, maupun

komposit tanpa perendaman serat ataupun dengan perendaman serat, diperlukan suatu

perhitungan. Rumus dari kekuatan tarik adalah sebagai berikut:

A P

(71)

Dengan σ : kekuatan tarik maksimal

P : beban maksimal

A : luas penampang pengujian.

Dan untuk menghitung regangan, dipergunakan rumus sebagai berikut:

% 100 L

ΔL

ε

0

×

= ……….(3.2)

Dengan ε : regangan

ΔL : pertambahan panjang

L0 : panjang mula-mula

3.5.2. Pengujian Impak / Kejut

Prinsip dasar pengujian impak adalah ayunan beban yang dikenakan pada

benda uji (spesimen). Energi yang diperlukan untuk mematahkan spesimen dihitung

langsung dari perbedaan energi potensial pendulum pada awal (dijatuhkan) dan akhir

(setelah menabrak spesimen). Untuk memastikan bagian spesimen yang patah, perlu

(72)

Gambar 3.23. mesin uji impak Charpy

Adapun persamaan yang digunakan untuk mengetahui sifat getas / liat

bahan ataupun harga keuletan dari matrik, maupun komposit tanpa perendaman serat

ataupun dengan perendaman serat, adalah :

Tenaga patah = G . R . (cos ß – cos α) ………. Joule

Harga Keuletan =

angPatahan LuasPenamp

h TenagaPata

……… kJ/m²

Dengan :

G = Berat pendulum / massa dikali dengan percepatan grafitasi (N) R = Radius Pendulum (m)

α = Sudut awal / sudut yang dibentuk pendulum tanpa beban

(73)

3.6. Benda Uji

3.6.1. Standard dan Ukuran untuk Pengujian Tarik

3.6.1.1. Benda Uji Matrik

Standard pengujian benda uji matrik menggunakan standard ASTM D 638

dengan ukuran sebagai berikut.

Gambar 3.24. Benda Uji Matriks

Gambar 3.25. Specimen uji matrik

3.6.1.2. Benda Uji Komposit

Benda uji komposit menggunakan standar ASTM A 370. Ukurannya adalah

(74)

Gambar 3.26. Benda Uji Komposit

Gambar 3.27. spesimen uji komposit

3.6.2. Standard dan Ukuran untuk Pengujian Impak

3.6.2.1. Benda Uji Matrik dan Komposit

Ukuran benda uji / specimen berbentuk persegi panjang dengan

(75)

Gambar 3.28 Benda Uji Impak

Gambar 3.29. spesimen uji matrik

(76)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat mekanik komposit

dan matrik pengikat, maka dilakukan pengujian berupa pengujian tarik untuk

mengetahui kekuatan tarik dan regangan serta pengujian impak untuk mengetahui

ketahanan patah dan keuletan. Setelah dilakukan pengujian tarik dan impak dilakukan

foto mikro dan makro. Dari setiap konsentrasi NaOH yang berbeda, dibuat benda uji

yang berjumlah 5 (lima) spesimen. Jadi jumlah total benda uji untuk pengujian tarik

ada 25 spesimen, sedangkan jumlah total benda uji untuk pengujian impak ada 25

spesimen. Hasil pengujian dan perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik,

sedangkan analisis dalam bentuk tulisan.

4.1. Pengujian Impak

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat yaitu mesin uji

(77)

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Impak Matrik Polyester

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Impak Komposit Tanpa Perendaman Serat

SPESIMEN

(78)

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (2,5% NaOH)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (5% NaOH)

(79)

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Impak Komposit Serat (7,5% NaOH)

RATA-RATA 143,4o 0,19 2,20

Setelah semua perhitungan selesai, maka kita dapat menuliskan Tenaga Patah

rata-rata dan Keuletan rata-rata. Setelah itu dapat dibuat grafik Tenaga Patah rata-rata

dan Keuletan rata-rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Tenaga Patah Rata-rata dan Keuletan Rata-rata

NO Spesimen

Tenaga Patah Rata-rata

(Joule)

Keuletan Rata-rata

(kJ/m²)

1 Matrik Polyester 0,15 1,80

2 Serat Tanpa

Perendamann 0,18 2,07

3 Serat Perendaman

2,5%NaOH 0,16 1,95

4 Serat Perendaman

5%NaOH 0,16 1,95

5 Serat Perendaman

(80)

0.15

Gambar 4.1 Grafik Tenaga Patah Rata-rata

1.8

(81)

Dari hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.6 di atas, matrik mempunyai tenaga

patah rata-rata 0,15 Joule dan keuletan rata-rata 1,80 kJ/m2, dari gambar juga dapat

dilihat bahwa matrik lebih getas dari komposit dimana harga tenaga dan keuletannya

lebih kecil dari komposit yang menggunakan serat sebagai penguat, tetapi harga

tenaga patah dan keuletan pada komposit tanpa perendaman ataupun dengan

perendaman NaOH relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa dengan perendaman

ataupun tanpa perendaman NaOH harga tenaga patah dan keuletan tidak akan terlalu

berarti/berpengaruh apabila fraksi volume serat sama. Tetapi apabila fraksi volume

serat dibuat bervariasi maka hasil dari tenaga patah dan keuletan pada komposit akan

bervariasi juga. Ini mengindikasikan bahwa fraksi volume serat sangat berpengaruh

terhadap tenaga patah dan keuletan. Semakin besar fraksi volume serat pada komposit

maka akan semakin besar pula kemampuan patah dan keuletan pada komposit itu

sendiri. Harga tenaga patah yang paling besar ada pada komposit dengan perendaman

7,5 % NaOH yaitu 0,19 Joule dan yang mempunyai keuletan paling besar ada pada

komposit dengan perendaman 7,5 % NaOH yaitu 2,20 kJ/m². Ini membuat komposit

itu paling kuat menahan beban impak (beban kejut) dan menunjukkan komposit

tesebut paling ulet (tough).

Kerusakan yang terjadi pada komposit setelah dilakukan uji impak tergolong

kerusakan jenis patah getas, karena patahan yang terjadi pada benda uji memiliki

patahan yang rata dan mempunyai permukaan mengkilap. Jenis patahan getas yang

(82)

saja dan fraksi volume matrik 90%, sehingga faktor matrik masih sangat dominan

dalam menentukan jenis patahan yang terjadi. Kerusakan yang terjadi dalam uji

impak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 patahan pada matrik

(83)

Gambar 4.5 patahan pada komposit (2,5%NaOH)

(84)

Gambar 4.7 patahan pada komposit (7,5%NaOH)

4.2. Pengujian Tarik

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat yaitu mesin Uji

Tarik. Dalam penelitian dilakukan beberapa pengujian tarik secara terpisah yaitu

pengujian tarik untuk matrik pengikat dan komposit yang dihasilkan, ini dilakukan

untuk mengetahui beberapa sifat mekanik matrik pengikat dan komposit.

4.2.1. Hasil Pengujian Tarik Matrik Polyester

Pengujian yang dilakukan dengan mesin uji tarik menghasilkan print-out

grafik hubungan beban-pertambahan panjang pada masing-masing benda uji, contoh

disajikan pada lampiran. Dengan pembacaan grafik beban pertambahan panjang

(85)

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tarik Matrik Polyester

RATA-RATA 32,02 RATA-RATA 14,86

Dari pengujian tarik terhadap matrik pengikat, menunjukkan perpanjangan

yang cukup tinggi, matrik polimer dalam aplikasi komposit secara umum dikenal

dengan sifat regangan yang tinggi. Jika meninjau model kerusakan matrik yang

terjadi, model kerusakan yang terjadi cenderung berupa patah getas sehingga matrik

pengikat yang digunakan bersifat getas. Kerusakan yang terjadi pada matrik dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

(86)

10.8

regangan (%) kekuatan tarik (MPa)

j

Gambar 4.9 Grafik Sifat Mekanis Matrik Polyester

4.2.2. Hasil Pengujian Tarik Komposit

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mesin Uji Tarik

menghasilkan print-out grafik hubungan beban-pertambahan panjang yang disajikan

dalam lampiran. Dari analisis grafik pengujian tarik diperoleh beberapa sifat mekanik

(87)

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tarik Komposit Tanpa Perendaman Serat

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat (2,5%NaOH)

(88)

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perendaman Serat (7,5%NaOH)

NO Tebal

Dari pengujian masing-masing konsentrasi perendaman serat dengan NaOH

dapat diambil nilai rata-rata tegangan tarik dan regangan yang akan dibuat tabel dan

(89)

Tabel 4.12 Kekuatan Tarik dan Regangan Rata-Rata

Matrik Polyester 32,02 14,86

2 Serat Tanpa

Perendaman 18,58 1

3 Serat Perendaman

2,5% NaOH 14,47 0,64

4 Serat Perendaman

5% NaOH 14,07 0,62

5 Serat Perendaman

7,5% NaOH 14,99 0,68

(90)

Grafik Tegangan Tarik rata-rata

Gambar 4.11 Grafik Kekuatan Tarik (σ) Rata-rata Benda Uji Komposit

14.86

Gambar

Gambar 3.1 Skema Jalan Penelitian
Gambar 3.2 Tumbuhan Widuri
Gambar 3.3. Release Agent ( MAA )
Gambar 3.6. Serat basah yang sudah dibersihkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pada foto makro pengujian bending hasil struktur patahan komposit pada temperatur ruang uji 55 0 C terlihat bahwa spesimen tidak mengalami patah tetapi

Dari pertimbangan-pertimbangan di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data kemampuan mekanis berupa kekuatan tarik, kekuatan bending, dan kekuatan impak dari

Sebelum pembuatan komposit, serat pandan alas direndam dalam larutan NaOH selama 3 jam lalu direndam dengan larutan NaCl selama 2 jam pada temperatur 70 o C yang bertujuan

Dengan demikian, peneliti mempertimbangkan di dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian impak , kekerasan, dan SEM terhadap komposit yang berbahan utama filler dari

Pengujian tegangan bending yang dilakukan terhadap komposit serat limbah rambut manusia yakni jenis perlakuan NaOH dan perendaman terlihat bahwa jenis

Tujuan dari penelitian, pembuatan komposit berbahan dasar matrik polyester type157BTQN yang diperkuat dengan serat alam bambu, dengan perlakuan perendaman 5% NaOH , per 1

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik, regangan, kerja patah dan kekuatan impak tertinggi dicapai pada komposit dengan serat ijuk tanpa rendamanx. Faktor-faktor

Tujuan dari penelitian, pembuatan komposit berbahan dasar matrik polyester type157BTQN yang diperkuat dengan serat alam bambu, dengan perlakuan perendaman 5% NaOH, per 1 liter aquades