• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF PERAN LPMK (LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN) DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015 DI KELURAHAN BENDUNGAN DAN KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI KOMPARATIF PERAN LPMK (LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN) DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015 DI KELURAHAN BENDUNGAN DAN KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON PROVINSI BANTEN"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015 DI KELURAHAN

BENDUNGAN DAN KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON

PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial padaKonsenterasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh

Aan Sumarni

6661140462

(2)
(3)
(4)
(5)

Motto:

“Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa, dan selalu

ada jalan bagi mereka yang sering berusaha.”

Karya sederhana ini kupersembahkan

Untuk Kedua Orang TuakuYang selalu

(6)

Aan Sumarni, 6661140462. Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen pembimbing I :, Rahmawati, M.Si., Dosen Pembimbing II : Maulana Yusuf, M.Si.

Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam pembangunan di dua Kelurahan yaitu Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus. Adapun yang dimaksud dengan peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Peranan didasarkan pada ketentuan dan harapan peranan yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peranan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar teori dan praktek di lapangan yang dilakukan oleh LPMK di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus. Penelitian ini menggunakan teori berdasarkan Fungsi dan Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam Sunyoto (2004) yaitu, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Mediator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Motivator dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Dinamisator. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Studi Komparatif Peran (LPMK) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus bahwa terdapat perbedaaan antara partisipasi masyarakat di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus, Partisipasi masyarakat Kelurahan Ciwedus lebih baik secara mekanisme dalam mengatasi kendala. Sehingga Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus perlu menggerakan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang LPMK adakan untuk menjadi lebih baik.

(7)

Aan Sumarni, 6661140462. Comparative Study The Role Of Urban Village Community Empowerment Institution In The Development of Kelurahan In 2015 The Urban Village Of Kelurahan Bendungan And Kelurahan Ciwedus. Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I : Rahmawati, M.Si. And Advisor II : Maulana Yusuf, M.Si.

The role of the Kelurahan community empowerment agency (LPMK) in the development of two villages, the urban village of Kelurahan Bendungan and Kelurahan Ciwedus. As for what is meant by the role is a series of behaviors that are expected in someone in accordance with the social position given both formally and informally. The role is based on the role and role expectations that explain what individuals must do in a particular situation in order to fulfill their own expectations or other people’s expectations regarding the role. The purpose of this study was to determine the relationship between theory and practice in the field carried out by the village community empowerment institutions in the Bendungan and Ciwedus villages. This study uses theory based on the function and role of the urban community empowerment institutions in Sunyoto 2004, namely, community empowerment institutions as facilitators, community empowerment institutions as mediators, community empowerment institutions as motivators, and community empowerment institutions as dynamicators. The method used is descriptive research method with a qualitative approach. Data collection techniques using observation, interviews, and documetation. The result showed that a comparative study of the role of the urban village community empowerment institutions in 2015 in the Bendungan and Ciwedus village that there was a difference between community participation in the Bendungan village and ciwedus village, the participation of the community of Ciwedus village was better in a mechanism to overcome obstacles. So Bendungan village and Ciwedus village need to move and invite yhe community to participation in the activities that the village community empowerment institute is doing to be better.

(8)

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan mengucapkan alhamdulillahirabil’alamin, peneliti mengucapkan

syukur kepada ALLAH SWT, serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurah

limpahkan kepada nabi Muhammad SAW, sahabat beserta seluruh kelurganya, karena

berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon Kota Cilegon Provinsi Banten”.

Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten. Dengan

selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

yang selalu mendukung peneliti. Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

(9)

4. Kandung Sapto. N, M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Listyaningsih, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Dr. Arenawati, M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Rahmawati, M.Si. Pembimbing I yang senantiasa memberikan waktu untuk

membimbing disela-sela kesibukannya, serta terimakasih atas ilmu yang

sudah diberikan.

8. Maulana Yusuf , M.Si. Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

membimbing serta memberi masukan yang begitu sangat berarti bagi penulis.

9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10.Seluruh Pihak LPMK di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus yang

telah mengizinkan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data untuk

penulisan proposal penelitian ini.

11.Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon yang telah

(10)

penulis dengan kesabaran dan kebijaksanaan, yang memiliki peran yang

sangat penting dan tak terhingga.

13.Untuk kakak-kakak tersayang ( A’dedi, A’yayat, T’ni, T’upit, A’Aris)

terimakasih atas semua doanya, terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh

kesah selama di rumah dan juga untuk (A’erick, T’reni, T’sri, A’ade dan juga

keponakan tersayang Fathir, Raya, Dela, Rakan, Mahesa) terimakasih sudah

menjadi penyemangat untuk penulis selama ini.

14.Untuk sepupu-sepupuku Teh Iin, Teh Ima, Puput yang selalu memberikan

semangat dan dukunganya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Sahabat-sahabat terbaikku selama ini, Lastri Kurniawati, Siti Ida Aida , Rizki

Amilia, Anissa Rizqiyah yang selalu setia dalam suka maupun duka, dan yang

selalu menjadi tempat untuk penulis berkeluh kesah serta selalu memberi

dukungan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

16.Sahabat-sahabatku Renita, Hera, Intan, Devi, Nina dan Feti yang telah

memberikan semangat dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

17.Seluruh teman-teman Administrasi Publik 2014, atas kebersamaan yang

(11)

Penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Serang, Oktober 2018

(12)

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 12

1.3BatasanMasalah... 12

1.4RumusanMasalah ... 12

1.5TujuanPenelitian ... 13

1.6ManfaatPenelitian ... 13

1.7 SistematikaPenulisan... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR 2.1 Konsep Partisipasi Masyarakat ... 19

2.2 Definisi Peran ... 26

(13)

2.5 Penelitian Terdahulu ... 44

2.6 Kerangka Pemikiran ... 45

2.7 Asumsi Dasar ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 49

3.2 Fokus Penelitian ... 49

3.3 Lokasi Penelitian ... 50

3.4 Variabel Penelitian ... 50

3.4.1 Definisi Konsep ... 50

3.4.2 Definisi Operasional ... 52

3.5 Instrumen Penelitian... 53

3.6 Informan Penelitian ... 54

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.8 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 65

3.9 Teknik Uji Keabsahan Data ... 67

3.10 Jadwal Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 70

(14)

4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Ciwedus...74

4.1.3.1 Visi Misi kelurahan Ciwedus ... 76

4.1.4 Gambaran LPMK kelurahan Ciwedus ... 77

4.1.4.1 Kepengurusan LPMK Ciwedus ... 78

4.2 Informan Penelitian ... 79

4.3 Deskripsi Data ... 81

4.4 Analisis Data ... 81

4.5 Reduksi Data ... 83

4.6 Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) Dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 Di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus ... 85

4.6.1 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan Ciwedus ... 92

4.6.2 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan Bendungan ... 110

4.7 Penyajian Data ... 124

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 124

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 138

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan realisasi kegiatan pembangunan kelurahan tahun 2015 di

kelurahan bendungan dan kelurahan ciwedus ... 8

Tabel 3.1 Daftar Informan... 55

Tabel 3.2 Pedoman wawancara narasumber: Ketua LPMK/Anggota ... 57

Tabel 3.3 Pedoman wawancara narasumber: Aparat Kelurahan ... 60

Tabel 3.4 Pedoman wawancara narasumber: Masyarakat ... 63

Tabel 3.5 jadwal penelitian ... 69

Tabel 4.1 Jenis potensi di Kelurahan Bendungan ... 70

Tabel 4.2 Jenis potensi di Kelurahan Ciwedus ... 75

Tabel 4.3 Informan penelitian ... 80

Tabel 4.4 Perbandingan tingkat pendidikan anggota LPMK di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus ... 85

Tabel 4.5 Hasil penelitian di Kelurahan Ciwedus ... 128

Tabel 4.6 Hasil penelitian di Kelurahan Bendungan ... 131

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran ... 47

Gambar 4.1 Daftar hadir di Kelurahan Ciwedus ... 87

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisasi didirikan sebagai suatu wadah untuk mencapai suatu atau

beberapa tujuan. Organisasi tersebut harus mengelola berbagai dan rangkaian

kegiatan yang di arahkan menuju tercapainya tujuan organisasi. Pelaksanaan

rangkaian kegiatan dalam organisasi dilakukan oleh manusia (human being) yang

bertindak sebagai peserta dalam organisasi yang bersangkutan, maka dengan

sendirinya kinerja (performance) organisasi yang bersangkutan banyak tergantung

pada perilaku manusia yang terdapat dalam organisasi tersebut.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah Lembaga

Kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu

pada masyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di dirikan untuk

meningkat kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendali pembangunan dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengolah dan

(18)

menanamkan dan memupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat

desa/kelurahan.

(Sumber : Anonim ; Acuan Pembentukan LPM Tahun 2000).

Berawal dari terbentuknya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) ,

LKMD membuat kesepakatn supaya melakukan temu LKMD tingkat nasional di

Bandung pada tanggal 18-21 juli 2000 telah berubah nama menjadi Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra pemerintah harus dapat

memwujudkan peran dan fungsinya sebagai lembga sosial kemasyarakatan,

melalui kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat di kelurahan. LPM di pakai sebagi pengganti nama

LKMD. LPM di deklarasikan pada tanggal 21 juli 2000 melalui forum musyaarah

temu LKMD tingkat nasional di bnadung yang di ikuti oleh para utusan LKMD

se-Indonesia. Peserta hadir dengan membawa mandat penuh dari provinsinya

masing-masing untuk mempelajari, menelaah, dan membuat

kesepakatan-kesepakatan nasional tentang keberadaan lembaga sosial kemasyarakatan yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

(Sumber: berugaqelen2010.wordpress.com/lembaga-desa/lkmd/)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Penataan Kemasyarakatan jelas menyebutkann terkait dengan tugas dari

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam

(19)

maksud dalam pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut, Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat : (a) Menyusun rencana

pembangunan yang partisipatif. (b) Menggerakan swadaya gotong royong

masyarakat. (c) Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Fungsi

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat : (a) Penampung dan penyalur aspirasi

masyarakat dalam pembangunan. (b) Penanaman dan pemupukan rasa persatuan

dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara kesatuan Republik

Indonesia. (c) Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat. (d) Penyusunan rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif. (e) Penumbuh

kembangan dan penggerak swadaya gotong royong masyarakat. (f) Penggali,

pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian

lingkungan hidup. (Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007)

Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra lurah dalam dalam

memberdayakan masyarakat yang merujuk pada Peraturan Walikota Cilegon No

38 tahun 2007 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan

yang terdiri dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna (KT), dan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). ( Sumber : Perwal Cilegon )

Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud mempunyai tugas

(20)

sebagaimana dimaksud lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi yaitu

penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat, penanaman dan pemupukan

rasa persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, peningkatan kualitas dan

percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, penyusun rencana,

pelaksana dan pengelola pembanguna serta pemanfaat, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif .

Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) adalah lembaga

Kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat kelurahan,

merupakan wadah partisipasi dan aspirasi mayarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat

kelurahan, yang bertujuan untuk meningkatnya kesadaran masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali pembangunan,

meningkatnya kemmapuan masyarakat sebagau Sumber Daya Manusia (SDM)

untuk mengelola dan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) terutama

dalam bidang agribisnis dan pariwisata, meningkatnya ekonomi kerakyatan dalam

upaya pengentasan kemiskinan. Dalam pembangunan kelurahan LPMK

merupakan mitra kerja dari pemerintah kelurahan. pemerintah kelurahan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat yang mempunyai peran penting

(21)

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan. Sumber: (ejournal.unsrat.ac.id)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) harus terlebih

dahulu dapat memantapkan kedudukan yaitu sebagai mitra pemerintahan

kelurahan yang menampung dan memwujudkan aspirasi serta kebutuhan

masyarakat dibidang pembangunan yang secara organisasi berdiri sendiri dan

bersifat lokal. Dengan adanya lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan yang

mengayomi kehidupan masyarakat dalam pembangunan, memaksa untuk dapat

melaksanakan fungsinya agar pelaksanaan kegiatan pembangunan bisa berjalan

dengan lebih optimal dan menyeluruh di wilayah kelurahan. Saran dalam kendala

pelaksanaan fungsi adalah pemberdayaan fungsi lembaga pemberdayaan

masyarakat kelurahan guna mengatasi kendala intern kerjasama dengan

akademisi-akademisi atau pihak pemerintah daerah guna pelatihan pemberdayaan

masyarakat yang ditujukan kepada warga kelurahan dan pemberdayaan fungsi

dalam kendala ekstern komunikasi antara pemerintah dengan lembaga

pemberdayaan masyarakat kelurahan harus ditingkatkan, kelurahan diharapkan

dapat segera mengatasi hambatan-hambatan yang ada, untuk mengatasi hambatan

mengenai sarana prasarana Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) kaitannya dengan operasional dari pemerintah kota dan penambahan

dana operasional lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan yang telah

dianggarkan dalam anggaran penapatan belanja kelurahan serta anggota lembaga

(22)

fungsinya agar di dalam penerapan antar anggota lembaga pemberdayaan

masyarakat kelurahan dapat dilaksanakan melalui hubungan kerjasama yang baik.

Sumber : (sutoro, 2002;45-46)

Program pembangunan kelurahan adalah suatu usaha-usaha jangka panjang

yang mempunyai tujuan meningkatkan pembangunan pada suatu sektor tertentu

untuk mencapai beberapa proyek kelurahan. Program juga dapat dipahami

sebagai kegiatan sosial yang teratur mempunyai tujuan yang jelas dan khusus

serta dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu, program pembangunan dibatasi atas

proyek-proyek pembangunan yang dilakukan melalui upaya - upaya secara sadar

dan terencana yang ada di Kelurahan. Pelaksanaan kegiatan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) diawali dari musyawarah masyarakat tingkat

RT/RW yang dipelopori oleh pihak kelurahan sebagai pihak yang menjadi

fasilitator pembangunan. Selanjutnya hasil musyawarah yang telah dilakukan

ditingkat RT/RW maka akan dibawa ke musyawarah pembangunan tingkat

kelurahan, dimana di sini akan dibahas mengenai pembangunan kelurahan yang

akan dibangun. Dalam musyawarah yang dilakukan di kelurahan ini seluruh

aspirasi yang ada di RT/RW yang ada di kelurahan akan dibahas. Selanjutnya

dalam musyawarah ini akan dibahas pembangunan mana yang akan menjadi

prioritas dalam pembangunan nantinya, sehingga akan dapat menghindari

pembangunan yang hanya akan menguntungkan kepentingan kelompok tertentu.

(23)

pengendalian pembangunan sudah cukup baik dengan memanfaatkan potensi dan

menggerakan swadaya gotong royong. Berbeda dengan LPMK di Kelurahan

Bendungan dilihat dari partisispasi masyarakat yang dimana kurang aktif dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan dan kurang

menggerakan swadaya gotong royong masyarakat. Sejauh ini pula pelaksanaan

LPMK di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan yang dimana sebagai

mitra dari lurah di dalam sistem pemerintahan kelurahan belum begitu

menunjukkan hal-hal yang menuju pada orientasi pembangunan yang baik. Masih

terdapat program-program pembangunan yang berbasis pemberdayaan belum di

laksanakan secara prioritas, bahkan ada yang sudah dilaksanakan tetapi tidak

(24)

Tabel 1.2

PERBANDINGAN REALISASI KEGIATAN PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015 DI KELURAHAN CIWEDUS DAN KELURAHAN BENDUNGAN

KELURAHAN CIWEDUS KELURAHAN BENDUNGAN

No Nama

(25)

Data di samping menunujukan bahwa realisasi kegiatan pembangunan di

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan pada tahun 2015 memiliki

perbedaan kegiatan pembangunan, yang di mana dari data di samping peneliti

mengelompokkan menjadi 3 segi : 1). Segi infrastruktur, 2). Segi sosial, dan 3).

Segi pemberdayaan. 1). Segi infrastruktur berdasarkan data di samping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

pengerasan paving block yang rencana 252 M2 namun realisainya 260 M2, tembok

penahan tanah (TPT) rencana 50 M3 namun realisasinya 56 M3. Untuk di

Kelurahan Bendungan meliputi pembuatan drainase saja yang rencana 600 M2

namun realisasinya 650 M2, 2). Segi sosial berdasarkan data di samping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

bantuan raskin mengeluarkan anggaran sebesar Rp. 32.256.000, dana BML

mengeluarakan anggaran sebesar Rp. 44.800.000. Untuk di Kelurahan Bendungan

meliputi bantuan raskin anggarannya sebesar Rp. 59.040.000, dana BML

anggaran sebesar Rp. 82.000.000. 3). Segi pemberdayaan data disamping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

pelatihan satpam yang diikuti 3 orang saja. Untuk di Kelurahan Bendungan

meliputi pelatihan las yang diikuti 10 orang.

Kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

tentunya memiliki perbedaan baik dari rencana kegiatan ataupun dalam realisasi

kegiatan yang akan dilaksanakan. Perbedaan juga terdapat pada jenis progran

kegiatan pembangunan baik di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

(26)

Perbedaan yang dapat dilihat dari program kegiatan yang direncanakan dan

dilaksanakan ialah dimana Kelurahan Ciwedus dalam merealisasikan kegiatan

pembangunan pada tahun 2015 lebih banyak kegiatan pembangunannya di

banding Kelurahan Bendungan yang cenderung lebih sedikit kegiatan

pembangunannya.

Setiap pembangunan khususnya pembangunan kelurahan tahun 2015 di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus tentunya memiliki perbedaan baik

itu dari program yang direncanakan ataupun program yang telah terealisasikan

walaupun sebagaian besar mempunyai kesamaan namun terdapat juga

perbedaannya.

Pada observasi awal penelitian peneliti menemukan beberapa kendala dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan di tahun 2015 antara lain :

Pertama, sosialisasi program kepada masyarakat yang dilakukan oleh LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) di Kelurahan Bendungan , jika

dilihat peran LPMK di Bendungan sangat kurang dalam mensosialisasikan

programnya sehingga masyarakat cenderung apatis terhadap pelaksanaan kegiatan

pembangunan yang ada baik dalam merencanakan pembangunan maupun dalam

melaksanakan kegiatan tersebut. Berbeda dengan LPMK di Kelurahan Ciwedus

yang dimana peran LPMK cenderung aktif dalam mensosialisaikan programnya

baik dalam perencanaan pembangunan yang dimana masyarakat ikut

berpartisipasi dan maupun dalam pelaksanaan kegiatannya sehingga pelakasanaan

(27)

Kedua, setiap kegiatan pembangunan yang ada di wilayah Kelurahan

Bendungan, masyarakat kurang antusias terhadap kegiatan pembangunan yang

ada. Berbeda dengan Kelurahan Ciwedus di wilayah sana masyarakat itu lebih

antusias terhadap kegiatan pembangunan yang telah direncanakan oleh LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) itu sendiri dan disetiap

pembangunan yang berjalan masyarakat Kelurahan Ciwedus ikut bergotong

royong dalam meneyelesaikan pembangunan tersebut.

Ketiga, program yang ingin terlaksana oleh LPMK di Kelurahan Ciwedus

menjadi terhambat dikarenakan keterkaitan masalah tanah atau bisa dikatakan

perizianan tanah yang dimana disalah satu program yaitu pemasangan paving

block. Berbeda dengan LPMK di kelurahan Bendungan dimana dalam keterkaitan

dengan perizinan tanah tidak ada permasalahan saat melaksanakan program

pembangunan salah satunya pemasangan paving block.

Berdasarkan uraian masalah-masalah di atas maka peneliti tertarik untuk

(28)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka

perlu diidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali

pembangunan yang dilaksanakan LPMK di Kelurahan Ciwedus lebih

aktif dibandingkan di Kelurahan Bendungan.

2. Perizinan tanah terkait masalah program pembangunan fisik di kelurahan

Ciwedus lebih sulit dibandingkan di Kelurahan Bendungan

3. Sosialisasi program pembangunan kepada masyarakat jauh lebih baik di

Kelurahan Ciwedus dibandingkan di Kelurahan Bendungan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan pada :

Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

dalam Pembangunan Kelurahan tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah yang akan dikaji adalah Bagaimana Peran LPMK dalam

Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 Perbandingan di Kelurahan Bendungan dan

(29)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

Perbandingan Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon.

1.6 Manfaat penelitian a) Secara Teoritis

1. Untuk mengetahui hubungan antar teori dan praktek yang ada di

lapangan

2. Untuk dapat memberikan input atau masukan mengenai peran LPM itu

sendiri

b) Secara praktis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi LPM

di Kelurahan agar dapat memperbaiki serta meningkatkan peran

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan).

2. Bagi peneliti dapat memberikan input dan menambah pengetahauan

dan wawasan serta melatih kemampuan menganalisis khususnya

(30)

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian masing-masing terdiri dari

sub bagian, sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup

dan kedudukan masalah yang diteliti. Bentuk penerangan dan penjelasan

dalam penelitian ini akan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari

penjelasan yang berbentuk umum hingga menjelaskan ke masalah yang

lebih spesifik dan relevan dengan tema yang diambil.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti,kemudian dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan biaya

maka peneliti membatasi penelitian ini.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah

yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam

bagian ini juga akan didifiniskan permasalahan yang telah diterapkan

dalam kalimat tanya.

(31)

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi

dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah

penelitian.

1.6 Sitematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan

skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

Landasan teori mengkaji teori dan konep yang relevan dengan

permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian

yang jelas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kaji penelitian yang perlu dilakukan

oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber

ilmiah.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikian menggambarkan alur pemikiran penliti sebagai

kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memebrikan penjelasan

kepada pembaca mengenai asumsi dasanya.

(32)

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji

kebenarannya.

BAB III : METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian

penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat atau locus penelitian yang akan dilakukan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang

akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka

teori yang digunakan.

3.4.2 Definisi Operasional

Merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam

rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel

penelitian dilengkapi dengan tabel matriks berisi dimensi, sub

dimensi dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

(33)

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang akan digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti

sendiri akan disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan

dalam pengumpulan data dan obsevasi.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara

lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya di

dapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Menjelaskan teknis analisis rasionalisasinya, yaitu memaparkan teknik

pengolahan dan analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan serta dilengkapi dengan tabel jadwal penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan

objek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

menggunakan teknik analisis data yang relevan.

(34)

Menjelaskan hasil penelitiam yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan analisa data kualitatif.

4.4 Pembahasan

Melakukan pembahsan lebih lanjut terhadap analisa data.

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas

dan mudah dimengerti.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti baik secara teoritis maupun praktis,

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, bersusun

secara berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR

2.1. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat,

digunakan secara uum dan luas. Di dalam kamus besar bahasa indonesia

partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan

(keikutsertaan).

Partisipasi menurut menurut Nogi (2005) adalah keterlibatan seseorang dalam

kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan,

terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Partisipasi menurut Steele adalah :

Merupakan unsur kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-mata melalui pilihan umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang benar-benar menjamin terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak-hak sipil dan politik serta pendidikan kewarganegaraan. Di dalamnya harus ada budaya parisipasi (aculture of participation) di mana rakyat membutuhkan sejumlah kemampuan dan sumber daya untuk berperan.

Sedangkan menurut Keith Davis mengemukakan bahwa partisipasi adalah

“Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in

a group situation which encourages him to group goals and share responbility in

them”. Artinya partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang

kepada pencapaian dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan

(36)

memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat

kewajibannya. Partispasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun

bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta

dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses

belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas

keterlibatannya.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu

dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya dengan menggunakan

pikiran, naluri, perasaan, dan keinginan. Manusia memberi reaksi dan melakukan

interaksi dengan lingkungannnya, pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan

yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Istilah “rakyat” menunjuk pada

adanya jumlah yang besar dari “penduduk” yang memiliki kehendak umum

bersama (masyarakat sipil) dan dihadapkan pada pemerintah yang mengatur dan

memerintah kehendak tadi. Sehingga dengan demikian terdapat kepentingan akan

terprioritas yang jelas. Menurut Budiarjo bahwa masyarakat adalah keseluruhan

antara hubungan-hubungan yang di tata (societymeans a system of ordered

relation)”. Menurut Ralp masyarakat adalah setiap kelompok yang telah cukup

lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorgansisasikan

dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan

batas-batas tertentu.

(37)

tahu apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Maka di dalam partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dibagi dalam

empat tahapan Kaho yaitu: (1) Partisipasi dalam Proses Pembuatan Keputusan,

dalam tahap ini partisipasi masyarakat sangat penting, terutama karena putusan

politik yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Masyarakat

hanya akan terlihat dalam aktivitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut andil

dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan. (2) Partisispasi dalam

Pelaksanaan, partisipasi ini merupakan tindakan selanjutnya dari tahap pertama,

partisipasi dalam pembangunan akan terlihat ketika masyarakat ikut serta dalam

memberi kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud

tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksana

pembangunan. (3) Partisipasi dalam Memanfaatkan Hasil Pembangunan, Tujuan

pembangunan adalah memwujudkan masyarakat adil dan makmur, maka dalam

tahap ini masyarakat masyarakat secara bersama akan menikmati hasil

pembangunan dengan adil tanpa ada pengecualian. Setiap masyarakat akan

mendapatkan bagian sebesar kontribusi atau pengorbanan yang diberikan.

Manfaat yang dapat diterima dalam pembangunan ini yaitu manfaat materialnya;

manfaat sosialnya; dan manfaat pribadi. (4) Partisipasi dalam Evaluasi, suatu

kegiatan dapat dinilai apabila memberi manfaat yang sepantasnya bagi

masyarakat. Maka dalam tahap ini, masyarakat diberi kesempatan untuk menilai

sendiri hasil yang sudah didapat dalam pembangunan, dan masyarakat menjadi

(38)

Dari teori di atas yang dikemukakan oleh Bintoro dapat dilihat empat aspek

penting dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu: (1) Terlibatnya dan

ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme prose politik dalam suatu

negara turut menetukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang di

lakukan oleh pemerintah. (2) Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk

merumuskan tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu

yang sebaiknya. Oleh karena itu pemerintah perlu dikembangkan kemampuan

masyarakat dan terutama organisasi masyarakat sendiri untuk mendukung

pembangunan. (3) partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang

konsisten dengan arah, strtegi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik. (4) adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif

dalam pembangunan yang berencana.

Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Kementrian Dalam

Negeri Republik Indonesia partisipasi meliput: (1) Disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat yang nyata. (2) Dijadikan stimulus terhadap masyarakat yang

berfungsi mendorong timbulnya jawabanyang dikehendaki. (3) Dijadikan

motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang

dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal. (4) Proyek

pembangunan yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh

masyarakat dan menyalurkan aspirasi rakyat. (6) Peningkatan peran masyarakat

dalam pembangunan.

(39)

unsur-(1) Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. (2) Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran. (3) Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan. (4) Antusias atau partisipasi (Enthoussiasme) yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan dipaksa orang lain. (5) Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

Menurut Bintoro hasil pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan

keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Keterlibatan aktif ini juga

disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi yaitu :

(1) Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijkasanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. (2) keterliabatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam mobilisasi sumber- sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan lain-lain. (3) Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam kegiatan produktif mereka, melalui kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu.

Sedangkan Sastropoetro mengemukakan bahwa dasar atau alasan adanya

partisipasi masyarakat yaitu:

(40)

Sedangkan mekanisme yang dapat melancarkan timbulnya partisipasi dalam

masyarakat yaitu :

(1) Bila mungkin, maka suara aklamsi di dalam proses pengambilan keputusan, merupakan faktor ideal yang yang akan menjamin keberhasilan dari setiap program, oleh karena hal demikian menunjukan telah tercapainya keterlibatan yang bersifat menyeluruh dari masyarakat yang bersangkutan. Namun demikian, faktor ideal tersebut sangat bergantung kepada aspek budaya, kebiasaan, tradisi dan sistem nilai yang berlaku bagi masyarakat di suatu negara. (2) Tingkat desa, konsultasi sederhana melalui suatu pertemuan dalam bentuk “rumbuk desa” yang besar sangat perlu diadakan. Pertama-tama untuk mencapai “feedback”yang maksimal dan gagasan-gagasan dari masyarakat yang mungki tidak dapat menyertai suatu rapat desa yang besar, namun demikian hasil dari konsultasi yang bersifat sederhana itu, kemudian dapat lebih diuraikan dalam rapat-rapat yang lebih besar. (3) Semua rencana pembangunan desa wajiblah berorientasi dan bersifar konsisten dengan filsafat nasional, prinsip-prinsip dan tujuan negara. (4) Pemkrakarsa atau “change again” yang bukan merupakan warga dari daerah opearsinya, haruslah dilatih terlebih dahulu dalam hal ketrampilan , keahlian teknik dan pengetahuan teknologi pengembangan sumber daya manusia guna mlancarkan partisipasi masyarakat secara maksimal.

Pandangan Sastropoetro di atas mencerminkan bahwa partisipasi masyarakat

dalam tahapan-tahapan pembnagunan pada prinsipnya merupakan tahapan

pengambilan keputusan tentang rencana yang dilakukan. Tahapan selanjutnya

dalam pelaksaanaan kegiatan di lapangan yaitu menerima manfaat secara

proporsional, dan mengawasi program pembangunan yang dilaksanakan. Dengan

perencananaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat, berarti

sudah mempertimbangkan kebutuhan dan situasi lingkungan masyarakat. Hal ini

penting dalam tahapan proses selanjutnya, dimana masyarakat akan melaksanakan

program yang direncanakan. Jika mereka merasa ikut memiliki dan merasakan

manfaat program tersebut, maka diharapkan masyarakat dapat secara aktif

(41)

-penyimpangan dapat lebih dihindarkan, guna mencapai keberhasilan

pembangunan sesuai tujuan yang telah direncanakan.

Terkait dengan masyarakat dalam tahapan kegiatan pembangunan, (Siagian,

1989:108) menyatakan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan

merupakan proses dalam memlih alternatif yang diberikan semua unsur

masyarakat, lembaga sosial dan lain-lain.

Ini berarti bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat

penting, karena masyarakat dituntut untuk dapat menentukan apa yang ingin

dicapai, permasalahan apa yang dihadapi, alternatif apa yang kiranya dapat

mengatasi masalah itu, dan alternatif mana yang terbaik harus dilakukan guna

mengatasi permasalahan tersebut.

Maka disadari bahwa dalam perencanaan pembangunan peran masyarakat

sangat penting, namun kemampuan masyarakat pada umunya masih relatif

terbatas. Masih kurang dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan

sehingga diskusi intensif antara pihak berkepentingan (stakholder), baik dari

unsur pemerintah, akademi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha terkait

perlu di selenggarakan untuk dapat saling melengkapi informasi dan menyamakan

persepsi tentang kebijakan yang akan diputuskan oleh aparat tersebut. Pusic

(dalam Adi, 2001: 206-207) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan tanpa

memperhatikan partisipasi masyrakat akan menjadi perencanaan di atas kertas.

Berdasarkan pandangannya, partisipasis atau keterlibatan warga masyarakat

dalam pembangunan desa dapat dilihat dari 2 hal yaitu:

(42)

rencanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Di sini dapat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sisitem perwakilan benar-benar mewakili warga masyarakat. (2) Partisipasi dalam pelaksanaan, segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan adalah warga bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecendrungan menjadikan warga negara sebagai objek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa di dorong untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.

2.2 Konsep Peran

Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu Peran merupakan tugas

utama yang di harapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah

pembangunan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) salah

satu perangkat desa yang memiliki jabatan dalam menangani masalah kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

Peran dalam ilmu sosia terkait megenai peran aktif yang berdampak positif bagi

kehidupan sosial.

Menurut Siagian (Sjafari, 2007: 151) peran serta adalah keterlibatan langsung

dari warga tanpa adanya dorongan yang kuat dari pihak luar. Dalam dalam hal ini

peran serta yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari seluruh warga

masyarakatnya hendaknya meliputi:

1. Peran serta dalam pemikiran, misalnya dalam identifikasi masalah-masalah

(43)

2. Peran serta dalam perhimpunan dana, misalnya memberikan sumbangan

uang dan bahan-bahan guna pembangunan.

3. Peran serta dalam penyelesaian tenaga, misalnya turut serta dalam kegiatan

kerja bakti melaksanakan pembanguan.

Sarwono (2006:215-230) menyatakan bahwa,

“Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap di gunakan dalam sosiologi dan antroplogi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berprilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan denga posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan orang-orang lain yan berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.”

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:224) yang dimaksud

dengan peran adalah “Serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku

yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”. Masih dalam buku Sarwono

(2006:215) pada teori Biddle & Thomas ini terbagi peristilahan dalam teori peran

kedalam empat golongan, yaitu:

a Orang-orang yang mengambi bagian dalam interaksi sosial.

b Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c Kedudukan orang-orang dalam perilaku

d Kaitan antara orang dan perilaku

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi

(44)

a Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu

peran.

b Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai

hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu maupun individu (kelompok).

Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah

paduan suara (aktor) dan pendengar (target).

Kedua, menurut Biddle & Thomas dalam sarwono (2006:216), ada lima

istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran :

a Expectation (harapan)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya

tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki

peran-peran tertentu dalam masyarakat.

b Norm (norma)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam sarwono norma hanya

merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord

dan Backman adalah sebagai berikut :

1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang

suatu perilaku yang akan terjadi.

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran Biddle dan

Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis yakni :

(45)

ii. Harapan yang terbuka yaitu harapan yang diucapkan.

c Performance (wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor, Goffman dalam

sarwono (2006: 220) meninjau perwujudan peran ini dengan

memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu untuk menunjukan

perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang

lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor)

d Evoluation (penilain) dan sanction (sanksi)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahakan jika dikaitkan dengan peran.

Biddle & Thomas dalam sarwono (2006:220) menyatakan bahwa kedua

hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang

norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan negatif atau

positif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang

dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi

adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar

perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya

dinilai negatif menjadi positif.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri untuk

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di

milikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya upaya tersebut

diikuti dengan memperkuat potensi ataua daya yag dimiliki oleh masyarakat itu

(46)

hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi

langkah-langkah nyata, dan menyangku penyediaan berbagai masukan (input),

serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya. (Kartasasmita, 1996)

Menurut Parsons dalam Suharto (2010: 58-59).

“Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memeproleh ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.”

Sumodiningrat (1999), mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat

kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu memwujudkan kemajuan,

kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan.

Untuk itu upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

harkat martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu

melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan kemandiriran masyarakat.

Menurut Rappaport dalam Suharto (2010:59). Pemberdayaan adalah suatu

cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu

menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.”

Dan Chambers dalam Suharto (2009:99).

(47)

Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata mempengaruhi kebutuhann

dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses

kemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan

sebagai upaya untuk mencari alternativ terhadap pertumbuhan-pertumbuhan di

masa lalu.

Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga

sisi.

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa

setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan, artinya tidak ada msyarakat yang sama sekali tanpa daya.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan

mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi

yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam

rangka ini diperlukan langkah-langkah positif, selain dari hanya

menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini mengikuti langkah-langkah

nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta

pembukaan akses kedalam berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat makin berdaya. Dalam upaya pemberdayaan ini,

upaya yang amat pokok adalah meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat

kesehatan, serta akses kedalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti

(48)

pemberdayaan ini menyangkut pembangunan sarana dan prasarana dasar

baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, jembatan, maupun sekolah, dan juga

fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat di jangkau oleh masyarakat ada

lapisan bawah, serta kesediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan,

dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang

keberadaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program-program umum

yang berlaku untuk semua, tidak selalu menyentuh pada lapisan

masyarakat ini.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, dalam proses

pembedayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh

karena itu kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu, perlindungan dan pemihakan yang lemah amat mendasar sifatnya

dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai

upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta

eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama

mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang

terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara

mandiri. Dalam pemberdayaan masyarakat, masyarakatnya yang menjadi aktor

dan penentu pembangunan. Dalam kaitan ini, usulan-usulan masyarakat

merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik

(49)

Menurut sumodiningrat (1999) dalam Totok Mardikanto & Poerwoko

Soebiato (2013:52) bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemmapuan yang mereka

miliki.

Dari berbagai uraian di atas maka, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

proses atau upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam berbagai aspek

untuk memperbaiki kehidupannya. Yang mana dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat tentunya tidak dapat dilakukan secara sembarangan karena pada saat

ini banyak sekali program-program pemberdayaan masyarakat yng dilakukan oleh

pemerintah namun belum menuai hasil yang maksimal. Sehingga dalam

pemberdayaan masyarakat harus sangat diperhatikan agar output dari

pemberdayaan itu sendiri dapat tercapai. Sebelumnya dapat dilakukan

pendekatan-pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat agar pemberdayaan

menjadi tepat sasaran.

2.3.1 Pendekatan-Pendekata dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat dianggap perlu agar

pemberdayaan itu sendiri menjadi tepat sasaran. Dalam buku Suharto (2005:

67). Pelaksana proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan yang dapat

disingkat 5P, yaitu :

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optomal. Pemberdayaan harus

mampu membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural dan struktural

(50)

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan

segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang

kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya

persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat

dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap

kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada pegnhapusan

segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat

kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh

kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh

(51)

Dubois dan Miley dalam bukunya Suharto (2005: 68). Memberi

beberapa titik atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam

pemberdayaan masyarakat:

1. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,

menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (

self-determination), menghargai perbedaan dan keunikan individu,

menekankan kerja sama klien (client partnership)

2. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri

klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan

menjaga kerahasian klien.

3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partispasi klien

dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak

klien, merangkaian tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan

melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketataan

terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan

profesional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan

kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk

diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa banyak cara yang

dilakukan dalam tahap pemberdayaan masyarakat masing-masing tahap

tentunya memberikan gambaran bahwa dengan melakukan tahapan tersebut

(52)

dalam tahapan pemberdayan masyarakat yang paling penting adalah

konsistensi dengan tujuan karena terkadang kondisi masyarakat yang tidak

selalu sama sewaktu-waktu dapat menyebabkan kegagalan dalam

pemberdayaan masyarakat.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Terdapat beberapa prinsip dalam pemberdayaan yaitu menurut Ife dan

Kartasasmita dalam bukunya Indrawijaya dan Pranoto (2011: 64-65), yaitu:

a) Prinsip partisipasi, bahwa kegiatan pemberdayaan dalam pelaksanaanya

harus lebih banyak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat miskin

sendiri mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan

sampai tahap memetik hasil.

b) Prinsip sustainability, mengarahkan hasil-hasil yang dicapai melalui

kegiatan pemberdayaan hendaknya dapat di lestarikan masyarakat sendiri

sehingga menciptakan pemupukan modal dalam wadah sosial ekonomi

setempat.

c) Prinsip demokratis, menghendaki agar rakyat dalam kegiatan

pemberdayaan perlu diberikan kesempatan dan keleluasan kepada dalam

hal untuk menentukan sendiri strategi dan arah pembangunan sesuai

dengan kebutuhan dan kapasitas yang mereka miliki.

d) Prinsip transparansi, mengisyaratkan bahwa kegiatan pemberdayaan itu

melibatkan berbagai pihak sehingga dalam pengelolaan sumber

(53)

(terbuka) agar semua pihak ikut memantau dan mengawasi penyaluran dan

mulai dari pihak sponsor sampai pada masyarakat sasaran.

e) Prinsip akuntabilitas, mengharuskan pengelolaan keuangan harus dapat

dilakukan oleh masyarakat dan pelaksana secara terpusat atau

tersentralisasi dengan petunujuk dan aturan yang ketat yang dilakukan

oleh pemerintah.

f) Prinsip desentralisasi, dimaksudkan bahwa pelaksaan kegiataan

pemeberdayaan bukan lagi dilakukan secara terpusat atau tersentarlisasi

dengan petunjuk dan aturan yang ketat yang dilakukan oleh pemerintah.

g) Prinsip profitable, memberikan pendapat yang memadai dan mendidik

masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis.

h) Prinsip acceptable, mengarahkan agar bantuan yang diberikan kepada

kelompok sasaran hendaknya dikelola sedemikian rupa agar mudah

diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana serta

pengelola.

i) Prinsip replicable, mengisyaratkan agar pengelola program pemberdayaan

agar dapat memperhatikan aspek pengelolaan dana dan pelestarian hasil

dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam

lingkup yang lebih luas.

Peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui bantuan

dana yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi dengan menganut

(54)

1. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat kelompok

sasaran (acceptable).

2. Dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat di

pertanggungjawabkan (accountable).

3. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat

untuk mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable)

4. Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat (sustainable)

5. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan

dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas

(replicable). (Gunawan Sumodiningrat, 1999).

Sumodiningrat (1999) juga mengemukakan indikator keberhasilan yang

dipakai untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

yang mencakup :

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan

penduduk miskin dengan memanfatkan sumber daya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin

kuatnya pemodalan kelompok, makin rapinya sistem adminisitrasi

(55)

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai dengan peningkatan pendapatan keluaraga miskin yang

mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Kesimpulan dalam penjelasan prinsip pemberdayaan masyarakat adalah

bahwa dalam mengukur keberhasilan sebuah pemberdayaan masyarakat

diperlukan indikator-indikator yang telah di jelaskan di atas namun indikator

yang terpenting dalam mengukur sebuah keberhasilan dalam pemberdayaan

masyarakat adalah terciptanya kemandirian masyarakat dimana masyarakat

dapat mengatasi sendiri permasalahan yang ada di lingkungannya tanpa

bergantung kepada pemerintah sehingga dalam hal ini pemerintah tidak lagi

menjadi fasilitator seperti yang saat ini kebanyakan terjadi.

2.3.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2010: 59-60) pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat

yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

Gambar

Tabel 1.2
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1.
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

dikelurahan Rumoong Bawah belum dapat menunjukkan perannya sebagai lembaga yang menjadi mitra pemerintah kelurahan dalam proses pelaksananaan pembangunan kelurahan. Peran

Peran LPMK dalam mendukung perencanaan pembangunan di kelurahan Pandanwangi kota Malang, yang meliputi peran sebagai fasilitator dalam rencana pembangunan dilakukan

pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK) di

LP3M adalah Lembaga Pemberdayaan Partisipasi Pembangunan Masyarakat yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat untuk menunjang pembangunan di Tingkat Kelurahan Kota

Peran pemerintah kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tamaona diwujudkan dengan empat garis besar yakni Bina Manusia, dimana dalam bina manusia dilakukan

Akhir dari penelitian ini menunjukan bahwa Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Fisik di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai

Oleh sebab itu, penulis mengangkat penelitian dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan di Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan

Dari penelitian yang peneliti lakukan dalam merencanakan suatu program pembangunan yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sudah ada program-program yang diusulkan