• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN ANGKATAN DARAT PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN TAHUN 1959-1965

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANAN ANGKATAN DARAT PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN TAHUN 1959-1965"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ANGKATAN DARAT

PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

TAHUN 1959-1965

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Alchadilla Marwhenny

021314047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

PERANAN ANGKATAN DARAT

PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

TAHUN 1959-1965

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Alchadilla Marwhenny

021314047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(3)

SKRIPSI

PERANAN ANGKATAN DARAT PADA MASA DEMOKRASI

TERPIMPIN TAHUN 1959-1965

Oleh :

Alchadilla Marwhenny

NIM: 021314047

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H. Tanggal 13 Juni 2008

Pembimbing II

(4)

SKRIPSI

PERANAN ANGKATAN DARAT PADA MASA DEMOKRASI

TERPIMPIN TAHUN 1959-1965

Dipersiapkan dan ditulis oleh Alchadilla Marwhenny

NIM: 021314047

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 24 Juli 2008

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Sususnan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si. …………..

Sekretaris : Drs. B. Musidi, M.Pd. …………..

Anggota : Prof. Dr. P. J. Suwarno, S.H. …………..

Anggota : Drs. Sutardjo Adisusilo, J.R. S.Th. …………..

Anggota : Drs. A.A. Padi …………..

Yogyakarta, 24 Juli 2008

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)
(6)

MOTO

Bagi siapa saja diantara yang berkehendak akan maju/

mundur siap-siap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya.

Q.S. AL. Muddatstsir : 37-38

Kamu tidak bisa mengajarkan apapun kepada manusia kamu

hanya bisa membantu menemukannya di dalam diri mereka

sendiri.

Galileo

Berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit

dahulu bersenang-senang kemudian.

(7)
(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Juli 2008

Penulis

(9)

ABSTRAK

Judul: Peranan Angkatan Darat pada masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1965

Oleh: Alchadilla Marwhenny

NIM: 021314047

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis: (1) Latar belakang Angkatan Darat mendukung diberlakukannya demokrasi terpimpin, (2) sikap Soekarno terhadap Angkatan Darat, (3) sumbangan yang diberikan Angkatan Darat pada masa demokrasi terpimpin.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi 4 tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan mulitidimensional yang terdiri dari pendekatan histories, politik, psikologi dan ekonomi. Sedangkan metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode penulisan sejarah yang menguraikan kejadian atau fakta dan peristiwa masa lalu berdasarkan hubungan sebab akibat.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Angkatan Darat mendukung diberlakukannya Demokrasi Terpimpin adalah kekecewaan terhadap Demokrasi Parlementer. Pada masa Demokrasi Parlementer terjadi pergantian kabinet dalam waktu singkat dan terjadi pergolakan-pergolakan daerah. Angkatan Darat mengusulkan gagasan Demokrasi Terpimpin, karena Demokrasi Terpimpin merupakan sistem pemerintahan yang kuat dan berwibawa yang pada akhirnya akan sanggup mengakhiri krisis politik serta memulihkan ketertiban negara; (2) Sikap Soekarno terhadap Angkatan Darat yaitu Soekarno membutuhkan PKI sebagai penyeimbang Angkatan Darat dalam pembentukan Demokrasi Terpimpin. Soekarno menganggap Angkatan Darat sebagai kekuatan politik yang mendominasi. Oleh sebab itu Presiden Soekarno mengatur keseimbangan kekuatan politik antara tentara dan PKI dan berusaha tetap mengontrol agar salah satunya tidak lebih dominan dan presiden tetap menjadi faktor penentu kebijakan; (3) Sumbangan Angkatan Darat pada masa demokrasi terpimpin meliputi 2 bidang yaitu bidang politik, dan ekonomi. Sumbangan Angkatan Darat dalam bidang politik yaitu Angkatan Darat telah menerapkan konsep Dwifungsi ABRI dan berhasil mengatasi stabilitas politik. Dimana pada konsep Dwifungsi ABRI Angkatan Darat memiliki peranan rangkap yaitu sebagai kekuatan politik dan kekuatan sosial. Sedangkan dalam bidang ekonomi Angkatan Darat berhasil menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.

(10)

ABSTRAK

THE ROLE OF ARMY IN THE PERIOD OF GUIDED DEMOCRACY DURING 1959 1965

By : Alchadilla Marwhenny NIM : 021314047

The writing of paper aims to describe and analyze: (1) the background of Army to support the coming back of Guided Democracy, (2) Soekarno’s attitude towards the Army, (3) the contribution given by the Army during the period of Guided Democracy.

The writing of paper applied a historical method covering four steps: heuristic, verification, interpretation, and historiographs. Approach used in this paper is multidimensional, approach which consists of historical, political, psychological and economic approaches the method of writing was an analytical descriptive method: it is historiographic method by elaborating occurrence or fact and past events based on causes and effects.

The result shows that: (1) the background of Army in supporting the coming back of Guided Democracy was the disappointment of the Parliamentary Democracy. In the period of Parliamentary Democracy, there was cabinet reshuffle in a short time and there were turbulences. The Army proposed the idea of the Guided Democracy because it was a strong and authoritative government system which can end the political crisis and make Stability of the State; (2) Soekarno needed the Army as the balance of the existence of Indonesian Communist Party in forming Guided Democracy. Soekarno assumed that the Army as the political strength was still needed in order to control that one of them was not dominant but the president was still the dominant figure in making the decision: (3) the contribution of the Army in the period of the Guided Democracy covered two areas; they were political and economic aspect. The contribution of the Army in political aspect was the concept of Dual Function of Armed Forces and the success to establish political stability. While in economic aspect, the Army had succeeded to nationalize the foreign companies.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan hidayahnya sehingga skripsi yang berjudul “Peranan Angkatan Darat pada

Masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata

Dharma.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Prof. Dr. P. J. Suwarno, SH. Selaku pembimbing I, yang telah

membimbing penulis dan memberi banyak masukan yang mendukung

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku dosen pembimbing II yang

dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, memberikan

pengarahan, masukan serta sumbangan pemikiran hingga terselesainya

skripsi ini.

(12)

6. Bapak Drs. A.A. Padi selaku dosen penguji skripsi.

7. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M, selaku dosen pembimbing

akademik, yang telah memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh dosen Pendidikan Sejarah dan petugas sekretariat yang telah

membantu penulis sejak insadha sampai wisuda.

9. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

pelayanan yang terbaik kepada penulis dalam mendapatkan referensi.

10. Kedua Orang Tuaku, Bapak Sunendro, Ibu Marwah, dan kedua saudaraku

ayuk Ekka dan adik Budi yang telah mendoakan, memberikan kasih

sayang dan mencukupi semua keperluan pendidikan yang dibutuhkan

penulis.

11. Sahabatku dek Lely, Yuli, Wawan, Bayu, dan teman-teman Pendidikan

Sejarah Angkatan 2002, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada

khususnya.

Penulis

Alchadilla Marwhenny

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka... 11

F. Kajian Teori ... 17

G. Hipotesis ... 38

H. Metode dan Pendekatan... 39

I. Sistematika Penulisan ... 46

(14)

BAB II LATAR BELAKANG ANGKATAN DARAT MENDUKUNG

DIBERLAKUKANNYAN DEMOKRASI TERPIMPIN ... 47

A. Kekecewaan pada masa Demokrasi Parlementer... 47

1. Terjadinya pergolakan di daerah ... 47

2. Adanya pergantian kabinet dalam waktu yang singkat... 53

B. Kepentingan Angkatan Darat ... 56

1. Angkatan Darat menjaga pertahanan dan keamanan ... 56

2. Angkatan Darat mempunyai peranan dalam pemerintahan .... 58

C. Munculnya Demokrasi Terpimpin ... 63

BAB III SIKAP SOEKARNO TERHADAP ANGKATAN DARAT... 66

A. Pandangan Soekarno terhadap Angkatan Darat ... 66

 Angkatan Darat sebagai penyeimbang PKI... 66

B. Hubungan Soekarno dengan Angkatan Darat ... 70

BAB IV SUMBANGAN YANG DIBERIKAN ANGKATAN DARAT PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN... 74

A. Bidang Politik... 74

1. Dwifungsi ABRI ... 74

a). Konsep Jalan Tengah ... 74

b). Aplikasi Dwifungsi ABRI ... 75

2. Stabilitas Politik ... 81

a). Menjaga Pertahanan dan keamanan ... 81

b). Mengamankan pergolakan di daerah ... 86

c). Masalah Irian Barat ... 88

(15)

B. Bidang Ekonomi... 91

 Menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing... 91

BAB V KESIMPULAN ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ... 110

Lampiran 2 : Gambar Suasana di muka Istana merdeka pada tanggal 5 Juli 1959. Masa rakyat mendengarkan Dekrit Presiden kembali ke Undang- Undang Dasar 1945... 111

Lampiran 3 : Gambar Presiden Soekarno sedang membacakan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan dihadiri oleh ole pejabat sipil dan militer ... 112

Lampiran 4 : Foto Soekarno... 113

Lampiran 5 : Foto Jenderal Abdul Haris Nasution ... 114

Lampiran 6 : Foto Jenderal Ahmad Yani ... 115

Lampiran 7 : Gambar Peran militer ABRI melawan pemberontakan PRRI.... 116

Lampiran 8 : Isi Tri Komando Rakyat ... 117

Lampiran 9 : Naskah Pernyataan Resolusi yang telah diterima oleh PBB ... 118

Lampiran 10: Pasal-Pasal Persetujuan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Nederland mengenai Irian Barat ... 123

Lampiran 10: Silabus ... 128

Lampiran 11: Rencana Pembelajaran... 133

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi nasionalisme bangsa Indonesia yang melahirkan tekad

merdeka atau mati menjadi inti keberanian kekuatan untuk mencetuskan

Proklamasi 17 Agustus 1945 dan keberanian serta tekad di dalam perjuangan

tanpa kenal menyerah mempertahankan kemerdekaan. Kemerdekaan

merupakan jalan yang paling mulia bagi setiap bangsa untuk membangun

dirinya sendiri, dengan kekuatan sendiri, bebas dari campur tangan bangsa

asing. Membangun pada hakekatnya adalah merubah nasib diri sendiri dalam

hubungan kebersaman dengan bangsa lain, untuk meningkatkan taraf hidup

material dan spiritual menjadi lebih baik.

Kemerdekaan hanyalah dapat dipakai oleh bangsa yang bersatu dan

kesatuan hanyalah dapat dicapai oleh kehendak yang sama bagi semua

golongan Persatuan dan Kesatuan bangsa adalah merupakan perasaan senasib

sepenanggungan, akibat dari penderitan yang sama dan cita-cita yang sama

pula, yaitu kebebasan dari segala bentuk penindasan.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, pada tanggal 17 Agustus

1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekan.1 Maka dua hari setelah

Proklamasi, yaitu pada tanggal 19 Agustus 1945, melalui suatu tipu muslihat

yang rapi, penguasa Jepang di Jawa membubarkan Peta dan Heiho. Peta

1

Bernhard, Dahm. 1987.Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. LP3ES. Jakarta. hlm 389.

(18)

(Pembela Tanah Air) yang didirikan pada bulan Oktober 1943 merupakan salah

satu badan militer yang terpenting yang dibuat oleh Jepang. Para pemimpin

Peta diambil dari orang-orang yang berusia agak tua dan diperkirakan memiliki

pengaruh di daerahnya. Mereka yang sering dipilih adalah guru, pegawai

pemerintah atau tokoh-tokoh agama (Islam). Mereka tidak menerima latihan

militer secara intensif karena fungsinya semata-mata hanya sebagai pimpinan

moral dan melakukan pengawasan politik kepada bawahannya. Posisi

komandan Utama dipegang oleh orang Jepang.2 Para anggota Peta dan Heiho

kemudian disuruh pulang ke kampung halamannya masing-masing dengan

dibekali sejumlah perlengkapan dan beberapa bulan gaji. Tindakan Jepang ini

dapat dianggap sebagai upaya mereka untuk menghalangi negara RI yang baru

lahir ini menjadikan Peta dan Heiho sebagai tentara kebangsaanya yang resmi.

Namun pembubaran Peta dan Heiho oleh Jepang ini memberikan hikmah bagi

bengsa Indonesia, karena tentara kebangsaan Indonesia akan lahir kembali,

yaitu tentara asli dari produk perjuangan bangsa Indonesia sendiri, bukan

buatan Jepang.3

Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang

memutuskan untuk membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI). KNI

membentuk BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban Perang) dan BKR

(Badan Keamanan Rakyat).4

2

Budi Santoso, SJ, dkk. 1995. ABRI Siasat Kebudayaan 1945-1995. Kanisius. Yogyakarta. hlm 24.

3

Saleh, R.H.A. 1995.Akademi Militer Tanggerang dan Peristiwa Lengkong. Pustaka Nusantara. Yogyakarta. hlm 5.

4

(19)

Pada tanggal 23 Agustus 1945 didirikan Badan Keamanan Rakyat

(BKR). Anggota BKR ini yaitu orang-orang yang berasal dari anggota Peta dan

Heiho. Walaupun BKR secara resmi bukan merupakan tentara resmi dari

negara RI, namun struktur maupun kegiatannya sudah menyerupai tentara

resmi. Pimpinan-pimpinan BKR ini dipegang oleh mantan anggota Peta, Heiho

atau KNIL. BKR yang ada di Jakarta didirikan tanggal 1 September 1945 dan

daerah yang menjadi pertanggung jawabannya meliputi seluruh keresidenan

Jakarta (termasuk daerah Cikampek) yang dipimpin oleh Moeffreini Mo’emin.

Ia adalah seorang mantan perwira Peta (Shodancho dari Dai Ichi Daidan) di

Jakarta. BKR keresidenan Jakarta menempati markasnya diseluruh gedung

bekas sekolah yang terletak di jalan Cilacap no 5 Jakarta.5

Dengan berdirinya TKR pada tanggal 5 Oktober 1945 yaitu setelah

satu bulan Indonesia merdeka. Maka BKR secara otomatis meleburkan dirinya

ke dalam TKR. TKR ini dalam perlawanan bersenjata menghadapi musuhnya

mulai berjalan lebih terkendali dan terarah. TIM TKR yang ada di pulau Jawa

terdiri dari 3 Komandemen dan 10 Divisi serta sejumlah Resimen TKR yang

ada di dalam kota Jakarta, di Tangerang dibangun lagi satu Resimen di bawah

pimpinan Letkol Singgih. Ia adalah seorang mantan Shodancho PETA dari Dai

Ichi Daidan Jakarta.6

Pada tanggal 20 Oktober 1945 Muhammad Sulyoadikusumo diangkat

sebagai menteri Keamanan Rakyat ad interim, sedangkan Supriyadi diangkat

sebagai Pimpinan Tertinggi TKR, sedangkan Kepala Staf umumnya adalah

5

Saleh, R.H.A. op.cit. hlm 6-7.

6Ibid.

(20)

Urip Sumoharjo. Pembentukan TKR ternyata tetap belum memuaskan bagi

mayoritas anggotanya, terutama bagi yang pernah memperoleh pendidikan

militer. Dalam pandangan mereka pembentukan TKR masih memperlihatkan

keraguan-keraguan pemerintah atas konsekuensi yang kemudian akan muncul

dengan terbentuknya ebuah tentara negara. TKR dianggap hanya menekankan

segi ketentraman rakyat, namun juga dinilai bukan merupakan tentara

pertahanan atau militer profesional.

Pada tanggal 12 November 1945 diadakan Konferensi TKR yang

pertama di Yogyakarta. Konferensi ini berhasil memilih Kolonel Sudirman,

Komandan dan Divisi V (Kedu-Banyumas) sebagai Panglima Besar TKR dan

Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Keamanan.7

Pada tanggal 23 Februari 1946, TKR diganti dengan nama TRI

(Tentara Republik Indonesia). Maksud perubahan nama ini adalah untuk

memberikan makna, apa arti angktan bersenjata yang beroperasi di negara ini.

Tetapi tindakan ini merupakan kegagalan karena berbagai Laskar atau unit-unit

para militer terus berafiliasi dengan partai-partai politik dan dengan begitu

memperumit dan bahkan menentang otoritas militer TRI. Karena kontrol

pemerintah atas TRI hanya nominal, kenyataan itu juga memperburuk masalah

dalam tubuh TRI. Untuk mengatasi keadaan ini maka pada tanggal 21 Mei

1946, Sudirman ditunjuk menjadi Panglima Besar TRI dan dipromosikan ke

tingkat Jenderal.

7

(21)

Kaitan organisasi-organisasi pejuang dengan berbagai partai politik

itulah yang menciptakan masalah dan untuk memecahkannya menteri

pertahann, Amir Syarifuddin (seorang sosialis) mendirikan sebuah Biro

Perjuangan dalam Kemnterian Pertahanan. Kelompok Organisasi pejuang yang

paling baik adalah Pesindo. Dan oleh sebab itu secara perlahan Biro Pejuangan

perlahan juga berada dibawah Kendali sosialis.

Melihat tantangan itu, pada tanggal 3 Juni 1947, TRI diubah namanya

menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah bulan Juni 1947, semua

kekuatan bersenjata regular dan iregular ini dileburkan kedalam angkatan

bersenjata yang benar-benar bersifat nasional. Sejauh ini tantangan paling

serius masih berasal dari Biro Perjuangan. Amir Syariffuddin yang menjabat

menteri pertahanan menganut kaum sosial yang menginginkan kelompok

militer bentuknya terpisah.

Sementara pada saat itu Pemerintah dan Angkatan Bersenjata bertekat

untuk bersatu, karena kaum sosialis dalam kementrian Pertahanan tidak bisa

memperoleh kontrol atas Angkatan Bersenjata Nasional, dengan keinginan

mereka itu, mereka mengkhianati keputusan mereka sendiri untuk

mempersatukan semua unsur bersenjata dan bahkan mengubah nama Biro

Perjuangan sebagai TNI masyarakat. Hal ini membuat hubungan sipil- militer

semakin memburuk, karena adanya kecurigaan militer terhadap

maksud-maksud militer.8

8

(22)

Keterpecahan militer-militer menjadi perdana menteri pada tanggal 3

Juli 1947. Walaupun Kementrian Pertahanan mendirikan Biro Perjuangan

untuk menyusupkan orang-orang militernya namun fungsi dan keputusan yang

diambil oleh biro ini kadangkala begitu tidak tegas sehingga kerapkali muncul

pertanyaan apakah orang-orang tempurnya ke dalam Angkatan Bersenjata atau

sekedar menciptakan Angkatan Bersenjata lain disamping yang sudah ada. Hal

inilah yang menyebabkan kurangnya kerjasama antara militer dan kaum

politisi. Karena upaya para politisi untuk meletakkan angkatan-angkatan

bersenjata dibawah kontrol mereka guna melayani kepentingan-kepentingan

partai mereka, dan sebagai akibat meluasnya perpecahan ideologis di kalangan

partai-partai politik, kepemimpinan militer mulai mengambangkan ideologinya

sendiri.9

Ada dua istilah yang berhubungan dengan golongan militer di

Indonesia yaitu ABRI dan TNI (Tentara Nasional Indonesia). Di Indonesia

Angkatan bersenjata mempunyai peran ganda yaitu berperan sebagai

pertahanan keamanan dan sebagai peran sosial. Peran sosial ini dapat diartikan

bahwa ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan wilayah pedesaan,

mensukseskan program-program pendidikan, kesehatan, keluarga berencana

dan transmigrasi.10

Peranan militer TNI amat menentukan bagi suatu negara. Dalam masa

revolusi tahun 1945 sampai 1949, tentara terlibat dalam perjuangan

9

Bilveer Singh. 1995. Dwifungsi ABRI. Asal-Usul Aktualisasi dan Implikasinya bagi Stabilitas dan PembangunanPT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. hlm 34-37.

10

(23)

kemerdekaan dimana tindakan politik dan militer saling menjalin dan tak

terpisahkan. Setelah peralihan kekuasaan di akhir tahun 1945, secara resmi

tentara menerima keunggulan kekuasaan sipil. Pada tahun 1957 para pimpinan

tentara tidak secara langsung bertanggunga jawab terhadap kemacetan sistem

parlementer.11Pada masa Demokrasi Parlementer Indonesia terpecah belah dan

terjadi pengelompokan, sehingga sulit untuk membangun dan menciptakan

masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu Demokrasi Parlementer menutup

kemungkinan pintu partisipasi politik bagi sejumlah kekuatan yang sudah

membuktikan dirinya sebagai pusat-pusat kekuasaan, Angkatan Darat yang

berjasa selama perang kemrdekan dilarang masuk kedalam politik kepartaian

dan orang yang memiliki kharisma dan ambisi yang besar di Indonesia hanya

diberikan kedudukan Presiden simbolis.12

Tetapi para perwira mendapatkan peran yang lebih besar dalam

fungsi-fungsi politik, administrasi dan ekonomi. Untuk memperoleh tentara dalam

fungsi-fungsi tersebut maka Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal

Abdul Harris Nasution mengambil jalan tengah yaitu pihak tentara untuk

mengambil alih pemerintahan, namun juga akan bersifat acuh tak acuh

terhadap politik. Setelah itu tentara juga menuntut hak mereka untuk tetap

duduk dalam pemerintahan, lembaga perwakilan serta administrasi. Pada

seminar yang diselenggarakan pada bulan April 1965. Tentara mencetuskan

suatu doktrin yang menyatukan bahwa angkatan bersenjata memiliki peran

ganda yaitu sebagai kekuatan sosial politik, kegiatan-kegiatan tentara meliputi

11

Harold Crouch. 1999.Militer dan Politik di Indonesia. Sinar Harapan Jakarta. hlm 21.

12

(24)

bidang-bidang ideologi, politik, sosial dan ekonomi, kebudayaan dan

keagamaan.13

Sehingga pada masa Demokrasi Parlementer menyebabkan politik

Indonesia tidak stabil. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi

musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi

kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Partai-partai yang

berkoalisi tidak dapat berperan secara aktif dan saling menjatuhkan hal ini

membawa dampak negatif pada masa Demokrasi Parlementer yang

menyebabkan seringnya terjadinya pergantian kabinet.

Untuk mencari jalan keluar dalam pemecahan masalah tersebut maka

adanya usul-usul yang berasal dari masing-masing tokoh. Usulan yang pertama

berasal dari Presiden Soekarno yang mengembangkan gagasan Demokrasi

Terpimpin pada bulan Februari 1957. Presiden menghendaki pembentukan

suatu kabinet yang semua partai akan mengambil bagian dalam pembentukan

suatu Kabinet yang semua partai besar akan mengambil bagian dalam

pembentukan suatu Dewan Nasional, yakni sebuah badan penasehat tingkat

tinggi yang didalam badan itu terdiri dari berbagai kelompok fungsional,

buruh, tani, pengusaha nasional, akan diwakili dan bekerja berdasarkan

konsensus.

Kemudian usulan yang kedua berasal dari tokoh-tokoh daerah terutama

yang berkuasa di Sumatera Tengah dan Selatan dan di Indonesia Timur. Usulan

ini datang setelah bulan Maret 1957. Pemecahan yang mereka usulkan adalah

13

(25)

“Pemulihan Dwi Tunggal Soekarno-Hatta” yaitu pengembalian Hatta sebagai

Perdana Menteri, mereka memihak kepada tuntutan otonomi daerah, kekuasaan

yang lebih besar dan anti komunis.14

Dengan adanya penyelesaian secara damai tersebut, maka pada

pertengahan tahun 1958 telah tercipta basis keseimbangan politik yang mantap.

Dengan kemantapan politik ditandai dengan runtuhnya Demokrasi

konstitusional. Runtuhnya Demokrasi ini diganti dengan Demokrasi Terpimpin

yang harapannya supaya roda pemerintahan dapat berjalan dengan yang

diharapkan oleh rakyat.

Pada masa Demokrasi Terpimpin banyak terjadi perselisihan,

walaupun perselisihan ini tidak sampai ke permukaan. Adapun perselisihan ini

mengenai pengertian Demokrasi Terpimpin. Bagi Soekarno Demokrasi

Terpimpin adalah suatu sistem yang dipimpin oleh satu pimpinan yaitu dirinya

sendiri. Sementara pimpinan Angkatan Darat selaku pendukung kembalinya ke

UUD 1945 berpendapat bahwa Demokrasi Terpimpin bukanlah suatu yang

dipimpin oleh satu orang, melainkan oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.15 Perbedaan yang sangat mendasar inilah yang

menjadi permasalahan selama Demokrasi Terpimpin.

Namun kenyataannya Demokrasi Terpimpin dapat berjalan walaupun

banyak rintangan dan hambatan. Tokoh-tokoh yang tidak senang dengan

keberadaan Demokrasi Terpimpin berusaha ingin menjatuhkan Demokrasi

14

Herbert Feith. 1995. Soekarno Militer dalam Demokrasi Terpimpin. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. hlm 20.

15

(26)

Terpimpin tersebut. Untuk mempertahankan Demokrasi Terpimpin Soekarno

berkoalisi dengan partai besar seperti PNI, PKI dan NU, supaya

partai-partai tersebut mendukung dan memihak kepadanya. Sampai saat ini Soekarno

berhasil menciptakan keharmonisan ditingkat nasional.

Pelaksanaan Demokasi Terpimpin ini mengalami keberhasilan dan

kegagalan. Salah satu keberhasilannya yaitu pembebasan Irian Barat sehingga

pihak Belanda menyerahkan kekuasaanya atas Irian Barat kepada RI dalam

Perjanjian New York 15 Agustus 1962. Sedangkan kegagalannya terjadi

peristiwa berdarah Gerakan 30 September tahun 1965.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pokok-pokok

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi Angkatan Darat mendukung diberlakukannya

Demokrasi Terpimpin?

2. Bagaimana sikap Soekarno terhadap Angkatan Darat?

3. Apa sumbangan yang diberikan Angkatan Darat pada masa Demokrasi

Terpimpin?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis Peranan Angkatan Darat pada masa Demokrasi Terpimpin

(27)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Latar belakang Angkatan

Darat mendukung diberlakukannya Demokrasi Terpimpin.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis sikap Soekarno terhadap

Angkatan Darat.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis sumbangan yang diberikan

Angkatan Darat pada masa Demokrasi Terpimpin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan dan

dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain dalam melakukan

penulisan skripsinya tentang sejarah militer dan politik di Indonesia.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Sejarah

Penelitian ini dapat menambah informasi dan memperkaya khasanah

pengetahuan sejarah khususnya tentang Peranan Angkatan Darat pada

masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965.

3. Bagi Mahasiswa Sejarah yaitu Penulis Sendiri.

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengetahauan tentang Peranan

Angkatan Darat pada masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa sumber

yang digunakan untuk menjawab masalah-masalah tersebut. Sumber-sumber

(28)

Sumber primer adalah kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala

sendiri atau dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti

telepon, dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa. Louis Gottcthalk juga

menekankan bahwa sumber primer tidak perlu “asli” (asli yang dimaksudkan

disini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi

sumber primer itu hanya harus “asli” dalam artian kesaksiannya tidak berasal

dari sumber lain melainkan dari tangan pertama.16 Adapun Sumber primer

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah berupa Dekrit Presiden dan

Pidato Presiden.

“Dekrit Presiden”dalam buku 30Tahun Indonesia Merdeka, buku ini

ditulis oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia, diterbitkan oleh Penerbit

PT Citra Lamtoro Gung Persada, Jakarta: 1985. Buku ini berisi tentang

pengalaman Bangsa Indonesia dalam masa kemerdekaan selama 30 tahun.

Dengan menyajikan berbagai rangkaian peristiwa penting dari tanggal 21

Januari 1950 sampai dengan tanggal 27 Agustus 1964 dengan dihiasi

gambar-gambar. Penulis mengambil buku ini sebagai acuan menulis karena di dalam

buku ini ada sumber primer berupa Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Pidato Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus sejak

tahun 1945-1961 yang bertemakan Penemuan Kembali Revolusi”dalam buku

Dari Proklamasi sampai Resopin, buku ini diterbitkan oleh Departermen

Penerangan. Penulis mengambil buku ini sebagai acuan menulis karena di

16

(29)

dalam buku ini ada sumber primer berupa pidato presiden yang dibacakan oleh

Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959.

Dibawah Bendera Revolusi, buku ini ditulis oleh Ir Soekarno,

diterbitkan oleh Panitia Penerbit, Jakarta: 1965. Dalam penulisan skripsi ini

penulis menggunakan jilid yang kedua sebagai sumber Primer. Karena jilid II

berisi kumpulan karangan pidato Presiden Soekarno yang berisi tentang

perjuangan kebangsaan Soekarno, pandangan Soekarno tentang Demokrasi dan

pemikirannya tentang penyelenggaraan pemerintah yang lebih sesuai untuk

diterapkan di Indonesia.

Namun dalam skripsi ini penulis tidak menggunakn sumber primer,

karena sumber primer merupakan sumber asli berupa dokumen, arsip-arsip,

dan saksi mata atas peristiwa yang terjadi yang sudah tidak dapat dihadirkan

kembali. Jadi dalam skripsi ini penulis hanya menggunakan beberapa sumber

sekunder yang dirasa sudah cukup mendukung penulisan skripsi ini.

Selain sumber primer diatas, ada juga sumber lain atau sumber

sekunder yang dapat mendukung penulisan skripsi ini. Sumber sekunder

merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi

pandangan mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang

dikisahkannya. Buku yang digunakan oleh penulis adalah buku yang

mendukung dalam penulisan skripsi ini. Adapun buku pokok yang digunakan

penulis adalah:

1. Militer dan Politik di Indonesia, karangan Harold Crouch, tahun 1999,

(30)

tiga periode. Adanya keterlibatan tentara dalam politik dan kedudukan

mereka di masa Demokrasi Terpimpin, termasuk kegiatan-kegiatan para

perwira tentara dalam peristiwa-peristiwa di sekitar terjadinya kudeta yang

gagal tanggal 1 Oktober 1965. Buku ini merupakan sumber yang paling

penting sehingga merupakan acuan paling pokok digunakan untuk

menjawab permasalahan-permasalahan yang ada.

2. Soekarno militer dalam Demokrasi Terpimpin, karangan Herbert Feith,

tahun 1995, buku ini membahas tentang power politic dalam masa awal

Demokrasi Terpimpin. Kabinet kerja terbentuk dalam tempo satu minggu

setelah Dekrit 5 Juli 1959. Kabinet ini secara eksplisit sifatnya non partai,

dimana anggota-anggota partai yang duduk di dalamnya diharuskan keluar

dari partai. Program Kabinet pertama untuk periode Demokrasi Terpimpin

diumumkan Soekarno pada tanggal 17 Agustus yang berjudul Penemuan

Kembali Revolusi Kita yang nantinya diterima sebagai Manifesto Politik

(Manipol/Usdek) dari Demokrasi Terpimpin.

3. Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, karangan Nazaruddin

Sjamsuddin (ed), tahun 1988, buku ini berisi tentang lahirnya Demokrasi

Terpimpin sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia, karena sebelum

Demokrasi Terpimpin yang berlaku Demokrasi Parlementer. Selain itu

buku ini juga membahas tentang pemikiran Soekarno sebelum

Kemerdekaan dimana yang dikembangkan olehnya adalah Nasionalisme

(31)

pemikiran Soekarno setelah kemerdekaan dimana Soekarno berpegang pada

prinsip-prinsip dasar nasionalisme.

4. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, karangan Bernhard Dahm, Tahun

1987, buku ini berisi tentang pembentukan kabinet baru yang tidak lagi

bertanggung jawab kepada parlemen pada tahun 1959. Soekarno kemudian

mengangkat dewan pusat sebuah front nasional untuk mencakup

golongan-golongan Nasional, Agama, dan Komunis yang diberi nama NASAKOM.

Dengan menggunakan pergerakan-pergerakan politik yang sama seperti ia

memulai perjuangannya untuk kemerdekaan, setelah kembali berkuasa

melanjutkan perjuangan untuk mewujudkan suatu tatanan sosial yang adil.

5. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia tahun 1945-1966,

karangan Yahya Muhaimin, tahun 1982. Buku ini membahas tentang

Kelahiran militer Indonesia yang memberikan Psychologi impact kepada

para perwira militer dan arena itu amat menentukan perkembangan militer

di kemudian hari. Sebenarnya kalau melihat kelahiran organisasi

ketentaraan Indonesia yang benar-benar bersifat militer, yaitu dengan

mengambil tanggal 3 Juni 1947. Namun Hal ini tidak bisa dipakai sebab

embrio dan tunasnya sudah berdiri sejak tahun 1945, yaitu sewaktu

dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada atanggal 5 Oktober 1945

yang sampai sekarang dijadikan hari ulang tahun kelahiran Angkatan

Perang atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Ada 2 alasan pokok

penulis menulis batasanya sampai 1966, karena Pertama, pada tahun 1966

(32)

kekuasaan politik, dan mendominasi kehidupan politik nasional. Kedua,

pada masa ini pula Presiden Soekarno yang semula begitu tinggi dihormati

baik karena dipandang sebagai “bapak nasional” maupun karena

kharismanya, dan tadinya begitu besar kekuasaan politiknya sebagai

seorang politisi kawakan betul-betul mulai tergeser dari kekuasaan politik

yang diambilnya sejak tahun 1959.

6. Politik Militer Indonesia 1945-1967 menuju Dwi Fungsi ABRI, karangan

Ulf Sundhaussen, tahun 1986. Buku ini membahas tentang hubungan sipil

dan militer (Angkatan Darat) yang semakin buruk sejak tahun 1945, ketika

pertama kali terjadi perselisihan antara pimpinan sipil dan militer. Pimpinan

Sipil setidak-tidaknya bertanggung jawab atas tindakan Angkatan Darat

dalam memperluas peran politiknya. Pihak Angkatan Darat untuk

memperluas posisi pengaruh politiknya sedemikian rupa sehingga dapat

menguasai negara sepenuhnya. Peran Angkatan Darat adalah keinginan

untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan golongan militer dalam

arti yang lebih luas terhadap campur tangan para pemimpin sipil.

7. Nasution, Dwifungsi ABRI dan Kontribusi kearah Reformasi Politik,

karangan Hendri Supriyatmono, tahun 1994. Buku ini membahas tentang

perubahan-perubahan politik pada tahun 1950-an. Dimana terjadi

transformasi sistem politik dari sistem parlementer ke sistem Demokrasi

Terpimpin dengan menggunakan perspektif Biografi Politik pada tokoh

(33)

F. Kajian Teori

Dalam membahas permasalahan yang ada perlu diketahui mengenai

beberapa konsep sebagai dasar landasan teori untuk penulisan. Penjelasan

beberapa konsep tersebut dimaksudkan agar pemahaman terhadap skripsi ini

lebih mudah dilakukan. Skripsi ini berjudul Peranan Angkatan Darat pada

masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965. Adapun konsep-konsep yang

perlu dijelaskan adalah Peranan, ABRI (AD), sikap, demokrasi, terpimpin,

demokrasi terpimpin, dan konsep Angkatan Darat pada masa demokrasi

terpimpin menurut para ahli.

1. Peranan

Peranan adalah kata yang berasal dari kata dasar peran yang artinya

pemain sandiwara, tukang lawak, yang berakhiran-an, sehingga dapat diartikan

sebagai sesuatu yang dapat menjadi bagian yang memegang peranan utama.17

Jadi yang dimaksud dengan peranan adalah lebih mengacu pada peranan atau

tugas yang harus dilakukan oleh militer atau tentara yang mempunyai peranan

penting dalam suatu negara.

Konsep peranan tertuju pada peranan Angkatan Darat pada masa

Demokrasi Terpimpin. Peranan Angkatan Darat pada masa Demokrasi

Terpimpin yang akan memberikan sumbangan pada masa Demokrasi

Terpimpin. Adapun peranan Angkatan Darat tersebut adalah menjaga

pertahanan dan keamanan Negara dan Angkatan Darat mempunyai peranan

dalam pemerintahan.

17

(34)

2. ABRI (AD)

ABRI adalah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau golongan

militer Indonesia yang secara struktural terdiri dari empat komponen, yakni di

darat (TNI-AD), di laut (TNI-AL), di udara (TNI- AU) dan Kepolisian atau

Polri. ABRI sebagai salah satu potensi masyarakat yang oleh pemerintah diberi

wewenang dan tanggung jawab utama dibidang pertahanan dan keamanan.

Lain halnya dengan TNI, TNI dapat diartikan sebagai salah satu potensi

masyarakat yang selain diberikan kewenangan dan tanggung jawab utama di

bidang pertahannan dan keamanan, dengan berlandaskan kewenangan dan

tanggung jawab itu kepada tata nilai yakni nilai kejuangan, patriotisme,

pengabdian, dan pengorbanan terhadap bangsa dan negara. Dengan demikian

istilah ABRI mengacu pada segi fisik dan struktural, sedangkan istilah TNI

mengacu pada segi nilai-nilai kejuangan.18

Munculnya TNI-AD sebagai kekuatan politik bermula dari diangkatnya

Kolonel Nasution sebagai kepala Staf Angkatan Darat. Pada pertengahan

tahun 1956 terjadi pemberontakan-pemberontakan daerah. Untuk mengatasi

pergolakan-pergolakan daerah tersebut merupakan tugas dari Angkatan Darat,

pada akhirnya pergolakan tersebut dapat teratasi. Keberhasilan Angkatan

Darat yaitu Nasution dan Soekarno mempunyai kepentingan yang sama dalam

masalah stabilitas nasional, peranan partai politik dan pemberlakuan keadaan

darurat perang. Karena mempunyai persamaan kepentingan maka tercipta

kerja sama untuk membangun stabilitas nasional. Kerjasama yang terjadi

18

(35)

antara Angkatan Darat dan Soekarno hanya terbatas pada kepentingan politik

timbal balik.

Angkatan Darat dan Kabinet membantu Soekarno untuk kembali ke

UUD 1945 dengan mempersiapkan situasi dimana UUD 1945 dapat

diberlakukan kembali melalui Dekrit. Dengan dikeluarkannya Dekrit oleh

Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku kembali

dan konstituante dibubarkan. Dengan dikeluarkannya dekrit maka berakhirlah

periode Demokrasi Parlementer dan diganti dengan Demokrasi Terpimpin.

Nasution telah berhasil menempatkan wakil-wakil Angkatan Darat

dalam pemerintahan, legislatif dan semua badan negara dalam tatanan politik

yang baru, dengan demikian Angkatan Darat telah menempatkan posisi yang

kuat dalam panggung politik. Keberadaan Soekarno tetap menjadi tokoh yang

paling menentukan, hal ini disebabkan karena Soekarno telah berhasil

memperjuangkan dukungan Angkatan Darat bagi tujuannya sendiri. Soekarno

selalu memperhatikan kekuatan-kekuatan lawan politiknya dan menempatkan

dirinya sebagai pengambil inisiatif. Kewibawaan Angkatan Darat semakin

naik setelah berhasil menumpas pemberontak di Jawa Barat tahun 1961 dan

Sulawesi tahun 1962, maka Angkatan Darat bertekad untuk bertindak tegas

terhadap Soekarno. Melihat keadaan seperti ini Soekarno berusaha untuk

memotong kekuatan Angkatan Darat dengan mengangkat Mayor Jenderal

Achmad Yani sebagai Panglima Angkatan Bersenjata yang fungsinya lebih

(36)

Soekarno merasa kekuatannya lebih aman terhadap ancaman kepemimpinan

Nasution.19

Angkatan Darat berusaha untuk menciptakan situasi politik yang aman

sehingga politik Demokrasi Terpimpin dapat berjalan lancar. Peranan

Angkatan Darat sangat berpengaruh terutama untuk menciptakan keamanan

dalam situasi politik. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di

daerah-daerah dapat dikenali oleh Angkatan Darat. Selain itu Angkatan Darat

membantu presiden dalam menentukan kebijakan-kebijakan pemerintahan,

sehingga antara Soekarno dan Angkatan Darat mempunyai hubungan yang

kuat dan saling mendukung.

3. Sikap

Berdasarkan kamus umum Bahasa Indonesia, sikap diartikan sebagai

pendirian yang mendasari suatu tindakan baik perorangan maupun sekelompok

orang. Kebijakan diartikan sebagai keputusan atau tindakan dari suatu

organisasi atau institusi. Istilah sikap dan kebijakan pada dasarnya merupakan

pengertian yang sangat erat kaitannya. Sikap adalah pendirian atau pernyataan,

sedangkan kebijakan adalah wujud konkret atau merupakan realisasi dari sikap.

Kebijakan lebih berbentuk sebagai keputusan atau tindakan baik dari organisasi

maupun institusi.20

Menurut Muhibin Syah sikap adalah gejala internal yang berdimensi

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respons

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan

19

Nazaruddin Sjamsuddin.op.cit. hlm 193-194.

20

(37)

sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap sendiri biasanya

memberikan penilaian (menerima/menolak) terhadap objek yang

dihadapinya.21

Sikap menurut Bimo Walgito adalah organisasi pendapat, keyakinan

seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya

perasaan tertentu, dan memberikan dasar bagi orang tersebut untuk membuat

respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.22 Sehingga sikap

bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan terjadinya perubahan.

Sikap menurut Saifuddin Anwar sebagai suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan.23 Hal ini biasanya diekspresikan dengan cara mendukung/

memihak ataupun perasaan tidak mendukung/ tidak memihak terhadap suatau

objek. Seseorang tentu saja akan memiliki penilaian terhadap suatu objek yang

telah menjadi pilihannya. Sikap menempatkan dalam pola pemikiran untuk

menyukai sesuatu mendekati, ataupun menjauhi suatu objek.

Sikap menurut Winkel adalah kecenderungan untuk mnerima/ menolak

suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai sesuatu yang

berguna (sikap negatif).24 Sikap positif biasanya cenderung untuk pada

semacam mengadakan pendekatan terhadap objek itu seperti menerima, setuju

merasa bergairah, dll. Sebaliknya sikap negatif biasanya cenderung pada

semacam penghiburan terhadap suatu objek, seperti: menolak, tidak setuju,

merasa enggan, dll. Sikap memberikan kemungkinan yang besar akan

21

Muhibin Syah.Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja. Bandung. hlm135.

22

Bimo Walgito. 1978. Psikologi Sosial suatu Pengantar.Andi Offset. Yogyakarta.. hlm 109.

23

Saifuddin Azwar. 2005. Sikap manusia dan Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Yogyakarta. hlm 5.

24

(38)

kesuksesan atau kegagalan usaha seseorang karena sikap sendiri dapat

berfungsi sebagai motivator dalam bertingkah laku.

Menurut Bruno seperti yang dikutip oleh Muhibin Syah, sikap

(attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi denagn

cara baik/ buruk terhadap orang atau barang tertentu.25 Sikap dapat dianggap

sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah

suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak terhadap suatu objek

karena melihat kegunaan objek tersebut bagi dirinya.

Konsep sikap ini ditujukan kepada Soekarno, sikap Soekarno terhadap

Angkatan Darat. Soekarno membutuhkan Angkatan Darat dalam pembentukan

Demokrasi Terpimpin. Pandangan Soekarno terhadap Angkatan Darat dan

hubungan antara Soekarno terhadap Angkatan Darat. Soekarno

menyeimbangkan 2 kekuatan yaitu PKI dan Angkatan Darat. Di samping itu

juga Presiden Soekarno mengatur keseimbangan kekuatan politik antara tentara

dan PKI, dan berusaha mengontrolnya agar salah satunya tidak lebih dominan

dan Presiden tetap menjadi faktor penentu kebijakan.

4. Demokrasi

Menurut Abraham Lincoln demokrasi berasal dari Yunani. Terdiri

dari dua suku kata yaitu “Demos” yang berarti rakyat dan “Kratos” yang berarti

Pemerintahan. Jadi demokrasi adalah suatau pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat.

25

(39)

Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan

persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warga negara.26

Jadi demokrasi adalah dasar hidup suatu bangsa dan negara yang menunjukkan

bahwa kebijakan umum atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi

secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan yang didasarkan atas prinsip

kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan

politik.

5. Terpimpin

Terpimpin adalah sistem demokrasi yang dijalankan dengan rancangan

dan petunjuk-petunjuk yang tertentu.27

6. Demokrasi Terpimpin

a. Terbentuknya Demokrasi Terpimpin.

Sejak jaman Kabinet Ali II Presiden Soekarno melihat dan

menilai bahwa sistem parlementer yang dipraktekkan dan diterapkan di

Indonesia sebagai sesuatu yang tidak baik, maka Soekarno

mengemukakan gagasannya untuk memperkenalkan sistem

pemerintahan atau sistem politik baru,28yang kemudian dikenal dengan

Demokrasi Terpimpin. Dengan demikian maka secara de fakto

kekuasaan beralih ke tangan Soekarno setelah ia menyampaikan Dekrit

Presiden 5 Juli 1959 dan sekaligus mengakhiri Demokrasi Parlementer.

26

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departermen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. hlm 195.

27

W.J.S. Poerwadarminta,op.cit. hlm 755

28

(40)

Demokrasi Terpimpin bukan sekedar demokrasi dengan

stem-stem (pemungutan suara), melainkan suatu dengan kepribadian bangsa

Indonesia.29 Selain itu demokrasi terpimpin bukan konsep yang siap

pakai atau yang mempunyai difinisi yang jelas karena pada awalnya

konsep tersebut hanya merupakan ide Presiden Soekarno yang luas dan

kabur yang dimaksudkan untuk menangani masalah-masalah yang

semakin bertumpu yang dihadapi negara yang pemerintahannya sedang

dirumuskan oleh konstituante, tetapi dengan berjalannya waktu konsep

tersebut berubah menjadi konsep politik yang sama sekali berbeda yaitu

dimaksudkan untuk meruntuhkan konsep pemerintahan Parlementer.30

Langkah pertama yang digunakan untuk melaksanakan

gagasan Demokrasi Terpimpin adalah Konsepsi Presiden yang

dicetuskan pada tanggal 21 Februari 1957 yang berisikan pokok pikiran

sebagai berikut:31

1. Pembentukan suatu Kabinet Gotong Royong dengan semua partai

besar (PNI, Masyumi-NU-PKI) diwakili di dalamnya. Karena

didukung oleh 4 partai besar maka disebut juga kabinet berkaki

empat.

2. Pembentukan suatu Dewan Nasional yang anggota-anggotanya

terdiri dari wakil-wakil golongan fungsional sebagai Badan

29Ibid

. hlm 3.

30

Adnan Buyung Nasution. 1955. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia. Studi Sosio-Legal Konstituante 1956-1959.terj. Sylvia Tiwan. Pustaka Utama Grafik. Jakarta. hlm 301.

31

(41)

Penasehat. Dengan demikian maka Kabinet akan mencerminkan

partai-partai dalam parlemen sedangkan Dewan Nasional akan

mencerminkan atau mewakili masyarakat.

Pada kenyataannya hanya dua partai yang mendukung konsepsi

tersebut yaitu PNI dan PKI sedangkan partai lain menolak konsepsi itu

karena PKI diikutsertakan dalam Kabinet Gotong Royong. Partai yang

menolak konsepsi itu antara lain: Masyumi, NU dan Partai-Partai

Kristen. Walaupun ada beberapa partai yang menolak konsepsi tersebut

Presiden tidak mau mundur dan tetap mengambil langkah berani.

Perkembangan Demokrasi Terpimpin dibagi dalam tiga tahap.

Tahap pertama bulan Februari 1957- Juli 1958 yang mencakup

perkembangan sejak muncul sampai berakhirnya pemberontakan

daerah. Pada tahap ini ide Demokrasi Terpimpin masih kurang

berkembang dalam pengertian konseptual karena Dewan Nasional baru

dibentuk. Satu-satunya kejelasan ialah keinginan untuk meninggalkan

sistem politik yang berlaku yang disebut “Demokrasi Liberal”,

terutama sistem kepartaian dan pemerintahan parlementer yang

Soekarno kecam sebagai penyebab semua permasalahan yang harus

dihadapi negara dan untuk menggantikannya dengan Demokrasi

Terpimpin yang dapat menjamin stabilitas politik.

Tahap kedua yaitu bulan Juli 1958- November 1958. Pada

tahap ini diusahakan perumusan ide dasar Demokrasi Terpimpin

(42)

Demokrasi Terpimpin semakin jelas. Maka Masalah yang utama ialah

konseptual bagi Demokrasi Terpimpin dan kedudukan konstitusional

bagi golongan fungsional yang merupakan model perwakilan rakyat di

bawah pengawasan-pemerintah yang baru dibentuk ditengah-tengah

partai-partai politik.

Tahap ketiga yaitu bulan November 1958- Juli 1959. Pada

tahun ini Demokrasi Terpimpin memasuki tahap pelaksanaan dengan

kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan seluruh sistem

politik serta Angkatan Darat mulai memainkan peranannya yang

menentukan.32

Jatuhnya Kabinet Ali II membuat Presiden Soekarno belum

mau dan belum bisa melaksanakan konsepnya dengan paksaan

(kekerasan) atau mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan

gagasan Demokrasi Terpimpinnya. Terbukti dengan pengangkatan

Suwiryo sebagai ketua umum PNI yang merupakan formatur kabinet

dengan masa kerja yang cukup lama. Suwiryo tidak berhasil

membentuk kabinet sehingga Soekarno membentuk Kabinet Darurat

Extra- Parlementer (Emergency Extra-Parlementary Business Cabinet),

dan berhasil membentuk Kabinet Baru yang diberi nama Kabinet Karya

dengan Djuanda sebagai Perdana Menteri. Soekarno mulai mengambil

tindakan-tindakan yang inkonstitusional setelah pembentukan Kabinet

Karya. Salah satu tindakan inkonstitusional yang diambil oleh Presiden

32

(43)

Soekarno adalah penyusunan program Kabinet Karya yang disesuaikan

degan keinginannya antara lain berupa pembentukan Dewan Nasional

yang ternyata menjadi lembaga tinggi negara di samping

lembaga-lembaga tinggi lainnya yang sudah ada. Dewan Nasional tidak diatur

atau disebut dalam Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS).33

Pembentukan Kabinet Karya telah merintis jalan kearah

terselenggaranya Demokrasi Terpimpin. Konsep Demokrasi Terpimpin

pada awalnya dibentuk atas dasar sikap anti partai mempercepat proses

kemerosotan lembaga-lembaga kepartaian sehingga Soekarno bersama

dengan Angkatan Darat bekerjasama untuk memperlemah peranan

partai-partai politik dalam pemerintahan sampai dengan tahun 1960.

Soekarno berharap agar pada awal tahun 1960 dapat menghasilkan

terbentuknya sebuah partai negara atau dengan kata lain sebuah front

yang kuat dengan meleburkan partai-partai politik menjadi satu.

Soekarno memutuskan untuk membentuk Front Nasional yang lemah

dengan membiarkan partai-partai itu secara organisatoris tetap utuh dan

keyakinan itu tercermin dalam komposisi Dewan Perwakilan Rakyat

Gotong Royong (DPRGR).

Berlakunya Demokrasi Terpimpin menimbulkan terjadinya

suatu perubahan dalam system politik Indonesia. Dalam kacamata

dunia Barat, Indonesia telah jatuh ke sistem kekuasaan otoriter sebab

semua kekuasaan berada dalam satu tangan yaitu Soekarno. Meskipun

33

(44)

terdapat lembaga-lembaga seperti DPR, MPRS, tetapi dengan

dibentuknya Dewan Nasional praktis kekuasaan berada di tangan

Soekarno. Sejak saat itu semua lembaga politik seperti DPR, MPRS,

Dewan Nasional dan Dewan Pertimbangan Agung bekerja di bawah

komando Soekarno.

Dengan terbentuknya Demokrasi Terpimpin maka lengkaplah

sudah keinginan Soekarno untuk menggenggam urusan politik

sepenuhnya dengan tujuan menyelamatkan revolusi dan bangsa.

Soekarno membawa bangsa Indonesia ke sistem pemerintahan

tradisional yang diberi bentuk modern. Semua kekuatan berada di

tangan Soekarno dan ia menjadi pusat kekuasaan. Sistem ini

merupakan suatu sistem yang tidak terjadi menurut dunia Barat.34

b. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin.

Dalam rangka pelaksanaan Konsepsi Presiden, pada tanggal 6

Mei 1957 dibentuk Dewan Nasional yang berfungsi sebagai badan

penasehat bagi Kabinet beranggotakan 45 orang yang mewakili

berbagai golongan fungsional seperti tani, buruh, wanita, pemuda serta

juga dari masing-masing Angkatan termasuk Kepolisian. Langkah

selanjutnya setelah Dewan Nasional terbentuk, maka Presiden

menetapkan sistem baru pengganti system demokrasi parlementer

berdasarkan UUDS 1950 menjadi Demokrasi Terpimpin yang menurut

penjelasan beliau adalah merupakan “demokrasi gotong royong” yang

34

(45)

dipimpin oleh hikmah kebijakasanaan dalam permusyawaratan. Dengan

demikian maka pelaksanaan demokrasi terpimpin ini harus diikuti

dengan kembali pada UUD 1945.

Dalam Dewan konstituante hasil pemilihan umum tahun 1955

tidak pula berhasil menyusun undang-undang dasar baru sebagai

pengganti UUDS 1950, disebabkan adanya perbedaan pendapat secara

prinsipil mengenai dasar negara terutama untuk pencantuman tujuh

butir kata dari Piagam Jakarta yaitu “ dengan kewajiban melaksanakan

syariat Islam bagi pemeluknya”. Karena itu Presiden pada tanggal 22

April 1959 menyampaikan amanat kepada Dewan Konstituante yang

berisikan anjuran agar kembali ke UUD 1945. Namun dalam beberapa

kali sidangnya, Dewan tidak berhasil mengambil keputusan

dikarenakan partai-partai yang duduk didalamnya mengelompokkan

dirinya dalam dua golongan yaitu masing-masing “ Kelompok Islam

dan Kelompok Nasionalis/ Sosialis/ non Komunis”. Akibatnya adalah

bahwa Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang

menyatakan pembubaran Dewan Konstituante dan berlakunya kembali

Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam suasana kembali ke UUD 1945 itu, Presiden Soekarno

mempertegas lagi konsepnya ketika menyampaikan pidato 17 Agustus

1959 yang diberi judul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Pidato itu

kemudian oleh Presiden diserahkan kepada Panitia Kerja Dewan

(46)

merumuskan menjadi Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang

kemudian setelah GBHN tersusun diberi judul “ Manifesto Politik

Republik “ disingkat MANIPOL.

Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit Presiden kepada

seluruh rakyat pada tanggal 5 Juli 1959. Dengan dikeluarkannya Dekrit

Presiden maka UUD 1945 berlaku kembali dan Demokrasi Terpinpin

mulai diterapkan. Pada pidato peringatan ulang tahun kemerdekaan

Republik Indonesia tahun 1959 berjudul “Penemuan Kembali Revolusi

Kita” Soekarno menjelaskan kembali butir-butir pengertian Demokrasi

Terpimpin sebagai berikut: a). Tiap orang diwajibkan untuk berbakti

kepada kepentingan umum masyarakat dan Negara. b). Tiap orang

mendapat penghidupan layak dalam masyarakat bangsa dan Negara.35

kemudian lebih dikenal dengan Manipol Usdek, berisikan tiga kerangka

revolusi dan lima persoalan pokok revolusi Indonesia yang dijadikan

sebagai acuan bagi garis besar politik. Melengkapi manipol usdek,

selanjutnya presiden Soekarno mengajukan pula konsepsi RIL

(Revolusi, Ideologi dan Leadership) yang diterjemahkan sebagai

revolusi-sosialisme-pimpinan (Resopin).36 Pengaruh sosialisasi politik

melalui Soekarnoisme ini mempunyai pengaruh kuat terhadap

pembuatan kebijaksanaan politik luar negeri. Hal ini menjadi wadah

menyalur kepentingan ideologi yang diperjuangkan melalui revolusi

dibawah satu pimpinan nasional yaitu Soekarno.

35

Moh. Mahfud. 1993.Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia.Liberty. Yogyakarta. Hlm 57.

36

(47)

Dalam Pidato pembukaan Kongres Pemuda di Bandung pada

bulan Februari 1960, Presiden menyatakan bahwa intisari Manipol ada

lima yakni: UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,

Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia disingkat USDEK.

Sesuai dengan program umum Manipol, Presiden melakukan

berbagai langkah perombakan diantaranya yang penting adalah:

1. Membentuk Badan-Badan baru seperti Majelis Permusyawaratan

Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) dan Front Nasional.

2. Mengadakan retuling terhadap Aparatur di semua Lembaga

pemerintahan termasuk alat kekuasaan negara Angkatan Darat,

Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian dengan maksud

menampung semua kelompok secara gotong royong yakni

kelompok-kelompok Nasionalis, agama dan Komunis

(NASAKOM).

3. Melakukan penyederhanaan partai sampai jumlah sepuluh, namun

karena dirasa masih terlalu banyak maka perannya cukup diwakili

oleh tiga orang seja guna melambangkan konsepsi NASAKOM.37

Yang dimaksud dengan NASAKOM adalah lembaga-lembaga

pemersatu atas pencerminan golongan-golongan dalam masyarakat

Indonesia. Nasakom merupakan jiwa dari kepribadian masyarakat yang

berisi tiga kekuatan yang meliputi: Nas adalah golongan nasionalis, A

37

(48)

adalah golongan agama dan Kom adalah golongan komunis.38 Doktrin

Nasakom tersebut yang mengandung nasionalis, agama dan komunis

akan bersama-sama berperan dalam pemerintahan nasional Soekarno

sehingga akan menghasilkan suatu system politik yang kuat dan

menciptakan kepribadian nasional.

Tanggapan partai-partai terhadap konsepsi Demokrasi

Terpimpin dapat digolongkan pada dua sikap, yang menerima dan yang

menolak. Adapun yang menerima adalah PNI dan PKI, serta yang

menolak adalah Masyumi, PSI, Katolik dan sebagian NU. Sedangkan

di pihak TNI sikapnya adalah menerima dalam arti bahwa Demokrasi

Terpimpin tetap berlandaskan pada UUD 1945 dimana arti Demokrasi

Terpimpin adalah sesuai dengan sila ke-empat Pancasila yaitu

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan” seperti yang pernah diamanatkan oleh Presiden

Soekarno sendiri.

Dengan berlakunya sistem Demokrasi Terpimpin yang

ditopang dengan GBHN-Manipol serta dengan keberhasilan PKI masuk

dalam kabinet pemerintahan, maka PKI merasa kedudukannya semakin

kuat sehingga mengubah taktiknya dengan mengesampingkan peran

DPR dan mendasarkan perjuangan politiknya pada perimbangan

kekuatan di masyarakat. Dengan demikian maka terjadilah “balance of

power” antara dua kekuatan politik utama yang ada pada saat itu yakni

38

(49)

TNI dan PKI. Unjuk rasa politik antara dua kekuatan ini

dimanifestasikan dalam bentuk organisasi tandingan yang didukung

oleh masing-masing pihak yaitu dalam perburuan yaitu: Sentral

Organisasi Buruh Seluruh Indonesia atau yang disingkat SOBSI (PKI)

dan Sentral Organisasi Karyawan Seluruh Indonesia atau yang

disingkat SOKSI (TNI), dalam masyarakat kecil dan petani di pedesaan

ada Barisan Tani Indonesia atau yang disingkat BTI (PKI) dan ada

Masyarakat Keluarga Gotong Royong atau yang disingkat MKGR

(TNI) dalam bidang media masa ada surat kabar Harian Rakyat dan

Bintang Timur (PKI) serta ada juga surat kabar Berita Yudha dan

Angkatan Bersenjata (TNI), sedangkan dalam bidang budaya ada

Lembaga Kebudayaan Rakyat atau yang disingkat LEKRA (PKI) dan

Manifes Kebudayaan atau yang disingkat MANIKEBU (TNI).39

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Demokrasi Terpimpin adalah suatu alat untuk mengatasi perpecahan

yang muncul di dataran politik Indonesia dalam pertengahan tahun

1950-an. Untuk menggantikan pertentangan parlementer di antara

partai-partai, suatu sistem yang lebih otoriter diciptakan, peran utama

tersebut dimainkan oleh Presiden Soekarno. Ia memberlakukan kembali

konstitusi presidensial tahun 1945 pada tahun 1959 dengan dukungan

39

(50)

kuat pihak Angkatan Darat, yang juga memberikan dukungan

organisasional utama bagi pemerintahan itu.40

7. Konsep Angkatan Darat pada masa Demokrasi Terpimpin menurut:

a. Harold Chouch.

Angkatan Darat Indonesia berbeda dengan kebanyakan

Angkatan Darat pada umumnya yang telah merebut kekuasaan politik,

karena tidak pernah sebelumnya menganggap dirinya sebagai suatu

Organisasi yang tidak berpolitik. Dari awal sejarahnya dalam tahun 1945

sebagai tentara gerilya yang memerangi kembalinya kekuasaan penjajah

Belanda sampai konsolidasi kekuasaan politiknya di bawah Orde baru,

para perwira Angkatan Darat Indonesia senantiasa melibatkan dirinya ke

dalam masalah-masalah politik dan hambatan sepanjang masa itu dengan

giat memainkan peranan politik yang penting. Sesudah berlakunya

Undang-Undang keadaan perang tahun 1957, hak peran serta mereka itu

diberi pengakuan resmi melaui pengangkatan-pengangkatan dalam

kabinet, parlemen dan Administrasi semasa zaman Demokrasi

Terpimpin. Angkatan Darat menjadi salah satu dari dua kekuatan politik

yang terorganisasi, dan bersama dengan Presiden Soekarno menguasai

pembersihan Angkatan Darat sebagai kekuatan dominan satu-satunya

dalam perpolitikan di Indonesia.

Pertumbuhan non militer Angkatan Darat tersebut disertai

dengan pembenaran secara ideologis atas kegiatan-kegiatan baru yang

40

(51)

diberlakukannya. Berlakunya Undang-Undang pada tahun 1957,

Jenderal Nasution merumuskan konsep “Jalan Tengah”. Dalam konsep

tersebut para perwira Angkatan Darat aktif berperan serta dalam urusan

pemerintahan namun tidak berusaha merebut posisi dominan semasa

periode Demokrasi Terpimpin Angkatan Darat mempunyai peranan

dalam bidang politik sehari-hari dan bidang non militer lainnya menjadi

berakar makin dalam.

Angkatan Darat di Indonesia merupakan suatu kekuatan militer

dan kekuatan sosial sekaligus, kegiatan Angkatan Darat tersebut

meliputi bidang ideology, politik, sosial, ekonomi, budaya dan

keagaman. Angkatan Darat tidak hanya mempunyai tugas kemiliteran

saja, tetapi terjalin dengan segala bidang kehidupan masyarakat. Selama

periode Orde Baru doktrin ini menjadi terkenal sebagai Dwi Fungsi

Angkatan Bersenjata dan kemudian dalam ungkapan sansekerta disebut

sebagai Dwi Dharma dan yang menunjuk kepada peranan militer dan

sosial politik yang dimainkan oleh Angkatan Bersenjata. Dominasi

Angkatan Darat lebih lanjut atas negara tahun 1970-an diberi

kesempatan pembenaran-pembenaran dengan alasan bahwa kaum sipil

masih memerlukan kepemimpinan kuat yang hanya bisa dijamin oleh

Angkatan Darat. Masuknya para perwira Angkatan Darat ke dalam

kancah kegiatan sipil yang luas selama masa Demokrasi Terpimpin,

bagaimanapun juga, membawa suatu bentuk politisasi baru. Banyak

(52)

sehingga menghalangi pimpinan Angkatan Darat itu untuk potensi

politik mereka sepenuhnya.41

b. Ulf Sundhaussen

Para perwira Indonesia menganggap dirinya sebagai agen-agen

modernisasi yang bisa bekerja lebih baik daripada orang sipil dalam

menyelenggarakan urusan negara. Tahun 1957/1958 dapat dianggap

sebagai titik dimana tentara mulai menaruh perhatian yang lebih besar

dalam bidang ekonomi dan secara berangsur-angsur menonjolkan

pandangan bahwa golongan militer dapat menawarkan kemahiran

manajemen yang masih langka dalam masyarakat pada umumnya.

Angkatan Darat mulai memasuki sektor ekonomi, kadang-kadang

dengan jalan menyediakan tenaga manajemen bagi perusahaan milik

negara atau perusahaan asing yang sudah dinasionalisasi. Para Perwira

Angkatan Darat ini dalam dewan manajemen berlaku sebagai orang

yang menangani keamanan dan hubungan dengan buruh.

Ketika keadaan ekonomi makin buruk dan Soekarno makin tak

ambil pusing mengenai masalah ekonomi dan kesejahteraan, maka pihak

AD makin cemas mengenai keadaan ekonomi yang sudah hampir

ambruk. Perbedaan pendapat antara Nasution dan Soekarno mengenai

urutan prioritas kebijaksanaan, dimana Nasution lebih mengutamakan

soal ekonomi dan kesejahteraan daripada pembebasan Irian Barat.

Nasution bersikeras terus dengan jalan mendukung kebijakan Djuanda

41

(53)

dalam 1963. Suatu kebijakan yang bertujuan merencanakan dan

melaksanakan tindakan pemulihan ekonomi.

Keprihatinan Nasution dan Angkatan Darat pada umumnya

mengenai keadaan ekonomi sama sekali tidak mengherankan. Bagi

Nasution dan para perwira yang lebih idealis, pemulihan ekonomi itu

juga merupakan suatu persoalan ideologis dan konstitusional

memciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur merupakan salah

satu ketentuan dari Pancasila, karena Pancasila dianggap sebagai bagian

dari UUD 1945. Maka sikap yang mengabaikan ekonomi dan yang saja

tercela dari segi moral tetapi juga tidak konstitusional.42

c. Herbert Feith

Pemerintah dan politik Indonesia dewasa ini adalah pemerintah

dan politik Demokrasi Terpimpin. Ia adalah tatanan politik yang

diantarkan di antara tahun-tahun awal kemerdekaan. Di Era Demokrasi

Terpimpin telah diandalkan sebagai suatu sistem politik yang

dipengaruhi secara kritis terutama seklali oleh suatu hubungan “konflik

yang mantap” yang ditandai oleh upaya bersama dan berlangsungnya

terus kompetisi dan ketergantungan antara dua mitra yang bertanding

dengan lebih kurang setaraf. Karena itu Herbert Feith memulai

pembahasan ini dengan mengikhtisarkan dasar kerja sama dan

perselisihan Soekarno-Angkatan Darat dan meneliti beberapa segi

penting kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia yang

42

(54)

memperlihatkan sedemikian penting interaksinya pemerintahan sipil,

Partai Komunis dan partai-partai pro-Barat, orang-orang Cina Indonesia,

dan sebagai contoh yang lain lagi, urusan luar negeri. Dalam bagian

berikutnya saya akan kembali meninjau struktur konstitusi dan ideologi

Demokrasi Terpimpin dan sebuah pembahasan tentang bagaimana

sistem itu mempengaruhi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Peranan Militer pada masa Demokrasi Terpimpin yaitu sejak

lahirnya tentara Indonesia telah menempati dirinya baik sebagai

kekuatan militer maupun kekuatan politik dalam sebagian besar dari

sejarahnya memang tentara telah memainkan peran politik yang

penting.43

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang harus

diuji kebenarannya. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman

bagi penelitian. Itu berarti sebelum penelitian dilakukan sudah dirumuskan

hipotesis dari masalah yang akan diteliti. Hipotesis itulah yang akan dibuktikan

dalam penelitian. Dengan adanya hipotesis, maka langkah pengujian hipotesis

dapat dilakukan dengan lebih terarah. Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Kalau Angkatan Darat mengalami kekecewaan pada masa Demokrasi

Parlementer yang menimbulkan terjadinya pergantian kabinet dalam

waktu yang singkat dan terjadi pergolakan-pergolakan di daerah maka

Angkatan Darat mendukung diberlakukannya Demokrasi Terpimpin.

43

Gambar

gambar. Penulis mengambil buku ini sebagai acuan menulis karena di dalam

Referensi

Dokumen terkait

Buatlah sebuah Automata Hingga Deterministik dengan simbol input a,b, yang hanya dapat menerima untai karakter yang mengandung sejumlah b yang habis dibagi 3. Buatlah sebuah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan model sistem antrian jalur berganda pada supermarket di Golden Market Jember dapat ditentukan jumlah fasilitas pelayanan yang optimal

WIDYA RAMADANTI TINA NURHIDAYAH CINDI YASMIN ANANDA KHAIRINA YASMIN ANANDA MARATUS SHALEHA KHAIRUNISA MEYLIN DINA ALYA ARINDA MUNIRA LIYANTI RIRIN ASTRININGSIH

There are three peculiarities in moral development during adolescence, namely: (a) Adolescence have realized that the right or wrong is on the judgment of justice or wisdom, not on

Pembekalan sejak dini inilah yang perlu digalakkan bukan pendidikan seks yang masuk dalam pembelajaran karena sejatinya manusia punya insting untuk

Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket Di Kota Yogyakarta juga tidak mengatur mengenai sanksi terhadap para pelaku usaha yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara pandangan guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, efikasi diri guru dengan

erent phases of the oak development (outer and inner bark, unopened buds, young developing leaves, and blossoms), and (b) volatiles released from oak twigs and branches during